Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MEKANISME ANTIGEN DAN ANTIBODI


DALAM TUBUH MANUSIA

Nama Anggota :
DIAN SYLVIANI PARUNG ( 15.045.AF)
HERAWATI S ( 15.046.AF)
LANNY FRANCINETTI RIANY JAPASAL ( 09.15.047.AF)
MEGAWATI MUHLIS (15.048.AF)
MUH. DHILAN ALWI RAMADHAN (15.051.AF)
MUHAMMAD SYARIF (15.052.AF)
MUJUR (15.053.AF)
MURSALIM (15.054.AF)
MURSIDA (15.055.AF)
NOUR MEGA WATI ( 15.057.AF)
NUR AFNI AZIZAH ( 15.058.AF)

AKADEMI FARMASI YAMASI

MAKASSAR

2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tubuh makhluk hidup memiliki suatu sistem pertahanan untuk melindungi diri dari
benda asing yang mungkin bersifat patogen. Sistem pertahanan tubuh inilah yang disebut
sistem imun. Sistem imun terdiri dari semua sel, jaringan, dan organ yang membentuk
imunitas, yaitu kekebalan tubuh terhadap infeksi atau suatu penyakit. Sistem imun memiliki
beberapa fungsi pada tubuh, yaitu penangkal benda asing yang masuk ke dalam tubuh,
menjaga keseimbangan fungsi tubuh, sebagai pendeteksi adanya sel-sel yang tidak normal,
termutasi, atau ganas dan segera menghancurkannya
Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa
masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada
protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi antigen tersebut dikenal dengan
istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal
maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B
yang akan mensintesis pembentukan antibodi. Contoh hapten diantaranya adalah toksin
poison ivy, berbagai macam obat (seperti penisilin), dan zat kimia lainya yang dapat
membawa efek alergik.
Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen adalah
dengan cara meniadakan antigen tersebut, secara non spesifik yaitu dengan cara fagositosis.
Dalam hal ini, tubuh memiliki sel-sel fagosit yang termasuk ke dalam 2 kelompok sel, yaitu
kelompok sel agranulosit dan granulosit. Kelompok sel agranulosit adalah monosit dan
makrofag, sedangkan yang termasuk kelompok sel granulosit adalah neutrofil, basofil,
eosinofil yang tergolong ke dalam sel PMN (polymorphonuclear). Respon imun spesifik
bergantung pada adanya pemaparan benda asing dan pengenalan selanjutnya, kemudian
reaksi terhadap antigen tersebut. Sel yang memegang peran penting dalam sistem imun
spesifik adalah limfosit. Limfosit berfungsi mengatur dan bekerja sama dengan sel-sel lain
dalam sistem fagosit makrofag untuk menimbulkan respon immunologik.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan adanya Makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang
Antigen dan Antibodi dengan mengetahui strukturnya serta hubungan interaksi antara antigen
dan antibodi dalam tubuh

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

Antigen
Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan
antibodi. Macam-macam antigen antara lain imunogen adalah bahan yang dapat merangsang
respon imun dan hapten adalah bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi. Antigen tersusun
atas epitop dan paratop. Epitop atau determinan adalah bagian dari antigen yang dapat
mengenal atau menginduksi pembentukan antibodi, sedangkan paratop adalah bagian dari
antibodi yang dapat mengikat epitop.

Klasifikasi antigen berdasarkan urutan kelas mereka yaitu Antigen eksogen,antigen eksogen
adalah antigen yang masuk ke dalam tubuh dari luar, misalnya dengan inhalasi, menelan, atau
injeksi. Respo sistem kekebalan tubuh terhadap antigen oksigen sering subklinis. Degan
endositosis atau fagositosis, antigen oksigen yang dibawa ke atige peyajian sel (APC) da
diolah menjadi fragmen. APC kemudian penyajan fragmen sel T helper (CD4+) degan
meggunakan histokompatibilitas kelas II molekul pada permukaanya. Beberapa sel T yang
spesifik untuk peptida :kompleks MHC. Mereka mejadi aktif dan mulai mengeluarkansitokin.
Sitokin adalah zat yag dapat mengaktifkan limfosit T sitotoksikCTL, antibodi mensekresi sel
B, makrofag, dan partikel lainnya. Beberapa antigen mulai keluar sebagai antigen oksigen
dan kemudian menjadi endogen(misalnya virus intraseluler). Antigen intraseluler dapat
dilepaskan kembali kedalam sirkulasi setelah peghancura sel yang terinfeksi lagi. Antigen
endogen, antigen endogen adalah antigen yang telah telah dihasilkan dalam sel sebelumya-
normal sebagai akibat dari sel normal metabolisme, atau karena virus atau bakteri
intraseluler infeksi.

1. Jenis antigen berdasarkan determinannya:


a.) Undeterminan, univalen, merupakan jenis epitop satu dan jumlahnya satu
b.) Unideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop satu, jumlah lebih dari satu
c.) Multideterminan, univalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu dan jumlahnya
satu
d.) Multideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu, jumlah lebih
dari satu

2. Jenis antigen berdasarkan spesifiktasnya


a.) Heteroantigen dimiliki banyak spesies
b.) Xenoantigen dimiliki spesies tertentu
c.) Alloantigen dimiliki satu spesies
d.) Antigen organ spesifik dimiliki oragan tertentu
e.) Autoantigen berasal dari tubuhnya sendiri

3. Jenis antigen berdasarkan ketergantungan pada sel T:


T dependen adalah tentang antigen yang perlu pengenalan terhadap sel T dan
sel B untuk merangsang antibodi
T independen adalah tentang antigen yang dapat merangsang sel B tanpa
mengenal sel T dahulu

4. Jenis antigen berdasarkan kandungan bahan kimianya:
Karbohidrat merupakan imunogenik
Lipid: tidak imunogenik merupakan hapten
Asam nukleat merupakan antigen yang tidak imunogenik
Protein merupakan imunogenik

Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh maka tubuh akan terangsang dan
memunculkan suatu respon awal yang disebut sebagai respon imun primer. Respon ini
memerlukan waktu lebih lama untuk memperbanyak limfosit dan membentuk ingatan
imunologik berupa sel-sel limfosit yang lebih peka terhadap antigen. Kalau antigen yang
sama memasuki tubuh kembali maka respon yang muncul dari tubuh berupa respon imun
sekunder. Respon ini muncul lebih cepat , lebih kuat dan berlangsung lebih lama daripada
respon imun primer.

Antibodi

Antibodi adalah protein serum yang mempunyai respon imun (kekebalan) pada tubuh
yang mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel plasma (poloferasi sel B) akibat
kontak atau dirangsang oleh antigen. Macam Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig M, Ig E dan Ig D.

a.) Imunoglobulin G
Terbanyak dalam serum (75%). Dapat menembus plasenta membentuk imunitas bayi
sampai berumur 6 sampai dengan 9 bulan. Mempunyai sifat opsonin berhubungan erat
dengan fagosit, monosit dan makrofag. Berperan pada imunitas seluler yang dapat
merusak antigen seluler berinteraksi dengan komplemen, sel K, eosinofil dan
neutrofil.

b.) Imunoglobulin A
Sedikit dalam serum. Banyak terdapat dalam saluran pernapasan, pencernaan, kemih,
air mata, keringat, ludah dan air susu. Fungsinya menetralkan toksin dan virus,
mencegah kontak antara toksin atau virus dengan sel sasaran dan menggumpalkan
atau mengganggu gerak kuman yang memudahkan fagositosis.
c.) Imunoglobulin M
Tidak dapat menembus plasenta, dibentuk pertama kali oleh tubuh akibat rangsangan
antigen sifilis, rubela, toksoplasmosis. Fungsinya mencegah gerakan mikroorganisme
antigen memudahkan fagositosis dan aglutinasi kuat terhadap antigen.

d.) Imunoglobulin E
Jumlah paling sedikit dalam serum. Mudah diikat oleh sel mastosit, basofil dan
eosinofil. Kadar tinggi pada kasus alergi, infeksi cacaing, skistosomiasis, trikinosis.
Proteksi terhadap invasi parasit seperti cacing.

e.) Imunoglobulin D
Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Tidak dapat mengikat komplemen. Mempunyai
aktifitas antibodi terhadap makanan dan autoantigen.
Struktur Molekul Antibodi

Antibodi merupakan reseptor sel B yang disekresi, sehingga identik dengan reseptor
sel B itu sendiri kecuali pada C-terminal dari bagian konstan rantai berat. Pada reseptor sel B,
C-terminal pada membran berupa squence yang bersifat hidrofobik, dan pada antibodi C-
terminal berupa squence yang bersifat hidrofilik yang memungkinkan terjadinya sekresi
molekul tersebut. Antibodi bersifat terlarut dan disekresi dalam jumlah yang besar sehingga
mudah diperoleh dan mudah dipelajari. Molekul antibodi secara garis besar digambarkan
sebagi huruf Y. Tiga skema struktur antibodi yang diperoleh dari sinar-X kristalografi

Gambar 1.
Semua antibodi disusun dengan cara yang sama dari pasangan
polipeptida rantai berat dan ringan dan secara umum protein itu
dinamakan imunoglobulin. Secara umum imunoglobulin dibagi menjadi
lima kelas yang berbeda yakni: IgM, IgD, IgG, IgA, dan IgE yang dapat
dibedakan pada bagian konstannya (C region).

Mekanisme pembentukan antigen

Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa masuk
ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada protein
tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi antigen tersebut dikenal dengan istilah
hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal maupun
internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan
mensintesis pembentukan antibodi.
Mekanisme pembentukan antibody

Antibodi terbentuk secara alami di dalam tubuh manusia dimana substansi tersebut
diwariskan dari ibu ke janinnya melalui intraplasenta. Antibodi yang dihasilkan pada
bayi yang baru lahir masih sangat rendah, dan nanti antibodi tersebut berkembang
seiring perkembangan seseorang

Pembentukan antibodi karena keterpaparan dengan antigen yang menghasilkan reaksi


imunitas, dimana prosesnya adalah: Misalnya bakteri salmonella. Saat antigen
(bakteri salmonella) masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan meresponnya karena itu
dianggab sebagai benda asing. karena bakteri ini sifatnya interseluler maka dia tidak
sanggup untuk di hancurkan dalam makrofag karena bakteri ini juga memproduksi
toksinsebagai pertahanan tubuh. Oleh karena itu makrofag juga memproduksi APC
yang berfungsi mempresentasikan antigen terhadap limfosit.agar respon imun
berlangsung dengan baik.Ada dua limfosit yaitu limfosit B dan limfosit T.

Ketertarikan antigen dengan pembentukan antibody

Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B.
Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel
plasma kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang
merangsang pembentukan antibody itu sendiri. Tempat melekatnya antibody pada antigen
disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.

Reaksi Antigen dan Antibodi

1. Primer : Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan
antibody pada situsi dentik yang kecil, bernama epitop.

2. Sekunder

Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:

Netralisasi

Adalah jika antibody secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen menimbulkan
effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengika ttoksin bakteri, antibody
mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan.

Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfuse darah yang
tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan
Presipitasi
Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar,
sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya mengendap.

Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu mengikat
reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban yang
mengandung antigen tersebut.

Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibody ke antigen juga menginduksi serangan sel pembawa
antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell kecuali bahwa
sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibody sebelum dapat dihancurkan
melalui proses lisis membrane plasmanya..

3. Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic dari interaksi antigen-
antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh
menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas mikroba, dan
lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan
defisiensi yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.

2.2 Mekanisme Interaksi Antigen dan Antibodi


Interaksi Antigen-Antibodi Melibatkan Banyak Energi

Interaksi antara antibodi dengan antigennya dapat diganggu dengan konsentrasi asam
yang tinggi, pH ekstrim, detergen, dan juga oleh kompetisi epitopnya sendiri. Ikatan antibodi
dengan antigen bersifat reversibel dan ikatannya berbentuk non-kovalen. Interaksi
elektrostatik terjadi antara rantai asam amino bermuatan, sebagai bentuk jembatan garam.
Interaksi juga terjadi antara muatan listrik yang mempunyai dua kutup berbeda, seperti pada
ikatan hidrogen, atau dapat melibatkan ikatan van der Waals. Konsentrasi garam yang tinggi
dan pH yang ekstrim dapat mengganggu ikatan antigen antibodi dengan cara melemahkan
interaksi elektrostatik dan atau melemahkan ikatan hidrogen. Pengetahuan ini diperoleh pada
pemurnian antigen menggunakan antibodi yang diikat pada kolom, atau sebaliknya
pemurnian antibodi. Interaksi hidrofobik terjadi ketika dua permukaan hidrofobik ada secara
bersama-sama untuk menghindari air. Kekuatan interaksi hidrofobik sebanding dengan
daerah permukaan yang tersembunyi dari air. Untuk beberapa antigen, interaksi hidrofobik
dapat menggambarkan besarnya energi ikatan. Dalam suatu hal, molekul air terperangkap
pada kantungkantung pada bidang pemisah antara antigen dan antibodi. Molekul air yang
terperangkap itu berkontribusi pada terjadinya ikatan antigenantibodi, terutama antara kutup
residu asam amino.
Kontribusi energi pada keseluruhan interaksi sangat tergantung dengan antibodi dan
antigen yang terlibat. Perbedaan yang menyolok antara interaksi antibodi:antigen dan
interaksi protein:protein yang lain adalah bahwa antibodi mempunyai banyak asam amino
aromatik pada ABS-nya, sedangkan pada interaksi protein:protein yang lain tidak demikian.
Asam amino aromatik ini terutama berperan pada interaksi van der Waals dan hidrofobik, dan
terkadang berperan pada ikatan hidrogen. Secara umum, ikatan van der Waals dan hidrofobik
bekerja pada kisaran yang sangat pendek dan berperan untuk menarik secara bersama dua
permukaan molekul yang saling komplementer satusama lain. Jika yang satu merupakan
celah yang lain harus bentukan pengisi celah itu agar terjadi ikatan yang cocok. Sebaliknya,
interaksi elektrostatik antara sisi rantai yang bermuatan, dan ikatan hidrogen yang
menghubungkan atom oksigen dan atau nitrogen mengakomodasi sifat khusus atau
menghasilkan gugus reaktif dan menguatkan interaksi antigen:antibodi.
Mekanisme Antigen dan Antobodi

Sel-sel kunci dalam respon antigen-antibodi adalah sel limfosit. Terdapat dua jenis
limfosit yang berperan, yaitu limfosit B dan T. Keduanya berasal dari sel tiang yang sama
dalam sumsum tulang. Pendewasaan limfosit B pada mamalia terjadi di hati fetus, tonsil, usus
buntu dan jaringan limfoid dalam dinding usus. Pendewasaan limfosit T terjadi di organ
timus. Sistim kebal atau imun terdiri dari dua macam, yaitu sistim kebal humoral dan seluler.
Limfosit B bertanggung jawab terhadap sistim kebal humoral. Apabila ada antigen masuk ke
dalam tubuh, maka limfosit B berubah menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi
humoral. Antibodi humoral yang terbentuk di lepas ke darah sebagai bagian dari fraksi -
globulin. Antibodi humoral ini memerangi bakteri dan virus di dalam darah.
Sistem humoral merupakan sekelompok protein yang dikenal sebagai imunoglobulin
(Ig) atau antibodi (Ab). Limfosit T bertanggung jawab terhadap kekebalan seluler. Apabila
ada antigen di dalam tubuh, misalnya sel kanker atau jaringan asing, maka limfosit T akan
berubah menjadi limfoblast yang menghasilkan limphokin (semacam antibodi), namun tidak
dilepaskan ke dalam darah melainkan langsung bereaksi dengan antigen di jaringan. Sistim
kekebalan seluler disebut juga respon yang diperantarai sel.
Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh maka tubuh akan terangsang dan
memunculkan suatu respon awal yang disebut sebagai respon imun primer. Respon ini
memerlukan waktu lebih lama untuk memperbanyak limfosit dan membentuk ingatan
imunologik berupa sel-sel limfosit yang lebih peka terhadap antigen. Kalau antigen yang
sama memasuki tubuh kembali maka respon yang muncul dari tubuh berupa respon imun
sekunder. Respon ini muncul lebih cepat , lebih kuat dan berlangsung lebih lama daripada
respon imun primer.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan
antibodi. Macam-macam antigen antara lain imunogen adalah bahan yang dapat merangsang
respon imun dan hapten adalah bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi. Antigen tersusun
atas epitop dan paratop. Epitop atau determinan adalah bagian dari antigen yang dapat
mengenal atau menginduksi pembentukan antibodi, sedangkan paratop adalah bagian dari
antibodi yang dapat mengikat epitop. Antibodi adalah protein serum yang mempunyai respon
imun (kekebalan) pada tubuh yang mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel
plasma (poloferasi sel B) akibat kontak atau dirangsang oleh antigen. Macam Imunoglobulin:
Ig G, Ig A, Ig M, Ig E dan Ig D.
Patogen adalah antigen yang mampu untuk menyebabkan kerugian pada hostnya.
Salah satu antigen yang patogen ialah Avian Influenza dan New Castle Disease. Interaksi
antara antibodi dengan antigennya dapat diganggu dengan konsentrasi asam yang tinggi, pH
ekstrim, detergen, dan juga oleh kompetisi epitopnya sendiri. Ikatan antibodi dengan
antigenbersifat reversibel dan ikatannya berbentuk non-kovalen. Apabila ada antigen masuk
ke dalam tubuh ternak maka tubuh akan terangsang dan memunculkan suatu respon awal
yang disebut sebagai respon imun primer. Respon ini memerlukan waktu lebih lama untuk
memperbanyak limfosit dan membentuk ingatan imunologik berupa sel-sel limfosit yang
lebih peka terhadap antigen. Kalau antigen yang sama memasuki tubuh kembali maka respon
yang muncul dari tubuh berupa respon imun sekunder. Respon ini muncul lebih cepat , lebih
kuat dan berlangsung lebih lama daripada respon imun primer.
DAFTAR PUSTAKA

Charlton, B. R. (ed). 2006. Pathogenesis of Virulent ND in Chickens, Journal of Veterinary


Medical Assosiation. 161: 169-179.

George H. Fried, Ph.D and George J. Hademenos, Ph.D. 2005. Schaums Outlines of Theory
and Problems of BIOLOGY Second Edition. By The McGraw-Hill Companies
(Original ISBN: 0-07-022405-6). Jakarta: Erlangga

MACKENZIE, D. 2006. The bird flu threat. New Scientist. i -vii. Specia Sup, 7 January.

Stoane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula (Anatomy and physiology: an easy
learner) ISBN 979-448-622-1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai