DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan Makalah
C. Sistimatika Penulisan
BAB II
KONSEP DASAR HIV AIDS
A. Anatomi Fisiologi
1) Sistem Imun
Jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang merupakan
tempat produksi sebagian besar sel darah baru. Sumsum tulang merupakan jaringan
limfatik karena memproduksi limfosit muda yang akan diproses pada timus atau
tempat-tempat lainnya untuk menjadi limfosit T atau limfosit B.
b. Organ limfatik sekunder
(1) Tonsil
Sistem pertahanan tubuh merupakan suatu sistem dalam tubuh yang bekerja
mempertahankan tubuh kita dari serangan suatu bibit penyakit atau patogen yang
masuk ke dalam tubuh. Berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit, sistem
pertahanan tubuh digolongkan menjadi dua yaitu pertahanan tubuh spesifik dan
nonspesefik.
(a) Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik
Sistem pertahanan tubuh nonspesifik adalah sistem pertahanan tubuh yang
tidak membedakan mikroorganisme patogen yang satu dengan yang lainnya,
sistem ini merupakan sistem pertahanan pertama terhadap infeksi akibat masuknya
mikroorganisme patogen atau benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons imun alamiah.
Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuhkita adalah kulit
dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan
enzimnya seperti kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag,
monosit, polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen mekanisme
pertahanan non spesifik.
(b) Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik
Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme
maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah
mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa
bantuan komponen sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen.
Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik disebut juga
respons imun didapat. Mekanisme Pertahanan Spesifik (Imunitas Humoral dan
Selular) Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B
dengan atau tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan
dilaksanakan oleh imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima
kelas imunoglobulin yang kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE. Imunitas
selular didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap antigen yang
diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun
lainnya.
(c) Antibodi (Immunoglobulin)
B. Pengertian
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit kekurangan sistem
imun yang disebabkan oleh retrovirus HIV tipe 1 atau HIV tipe 2 (Copstead dan Banasik,
2012).
C. Penyebab
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) diesbabkan oleh Human
immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus pada manusia yang termnasuk dalam
keluarga lentivirus (termasuk pula virus imunodefisiensi pada kucing, virus pada
imunodefisiensi pada kera, virus visna virus pada domba, virus anemia infeksiosa pada
kuda). Dua bentuk HIV yang berbeda secara genetik, tetapi berhubungan secara antigen,
yaitu HIV-1 dan HIV-2 yang telah berhasil diisolasi dari pendrita AIDS. Sebagian
retrovirus, viron HIV-1 berbentuk sferis dan mengandung inti berbentuk bkerucut yang
padat elektron dan dikelilingi selubung lipid yang berasal dari membran sel penjamu. Inti
virus tersebut mengandung kapsid utama protein p24, nukleukapsid protein p7 atau p9, dua
sirina genom, dan ketiga enzim virus (protease, reserve, ytranscriptase dan
integrase). Selain ketiga gen retrovirus yang baku ini HIV ini mengandung beberapa gen
lain (diberi nama misalnya tat, rev, nef, vpr dan vpu) yang mengatur sintesi serta perakitan
partikel virus yang ineksius. (Robbins,dkk, 2011).
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melaluienam cara penularan,
yaitu :
a. Hubungan seksual dengan penderita HIV AIDS
Hubungan seksual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menu;arkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani,
cairan vagina, dan darah yang dapat mengenai selaput lendir, penis, dubur, atau mulut
sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masauk kedalam aliran darah
(Nursalam 2007). Selama berhubungan bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina,
dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk asuk kedalam aliran darah
pasangan seksual.
b. Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (inutero). Berdasarkan CDC
Amerika, prevelensi dari ibu ke bayi 0,01% sampai dengan 7%. Bila ibu baru terinfeksi
HIV belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi 20% sampai 30%,
sedangkan gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinan mencapai 50% (PELKESI
, 1995 ddalam Nursalam 2007). Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui
transfuse fetomaternal atatu kontak kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau
sekresi maternal saat melahirkan. ( Lili V 2004 dalam Nursalam 2007). Transmisi lain
terjadi selama periode post partum melalui ASI dari Ibu yang positif sekitar 10%.
c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
Sangat cepat menular HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan
menyebar keseluruh tubuh.
d. Pemakaian alat kesehatan yang tidak streril
Alat pemeriksaan kandungan sperti spekulum, tenakulum, dan alat – alat lainnya yang
menyentuh dara, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan langsung
digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi HIV bisa menularkan HIV.
e. Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik yang digunakan oleh parah pengguna narkoba (Injekting Drug User -
IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik para pengguna IDU
secara bersam- sama menggunakan tempat penyampur, pengaduk dan gelsa pengoplos
obat, sehingga berpotensi tinggi menularkan HIV. HIV tidak menular melalui peralatan
makan, pakaian, handuk, sapu tangan, hidup serumah dengan pederita HIV/AIDS,
gigtan nyamuk, dan hubungan sosial yang lainnya.
D. Patofisiologi
Menurut Robbins, Dkk (2011) perjalanan HIV paling baik
dipahami dengan menggunakan kaidah saling mempengaruhi antara HIV
dan sistem imun. Ada tiga tahap yang dikenali yang mencerminkan
dinamika interaksi antara virus dan penjamu. (1) fase akut pada tahap
awal; (2) fase kronis pada tahap menengah; dan (3) fase kritis pada tahap
akhir.
Fase akut menggambarkan respon awal seseorang deawas yang
imunokompeten terhadap infeksi HIV. Secara klinis, hal yanmg khas
merupakan penyakit yang sembuh sendiri yang terjadi pada 50% hingga
70% dari orang dewasa selama 3-6 minggu setelah infeksi; fase ini
ditandai dengan gejalah nonspesifik yaitu nyeri tenggorokan, nilagioa,
demam, ruam, dan kadang-kadang meningitis aseptik. Fase ini juga
ditandai dengan prooduksi virus dalam jumlah besar, viremia dan
persemaian yang luas pada jaringan limfoid perifer, yang secara khas
disertai dengtan berkurangnya sel T CD4+ kembali mendekati jumlah
normal. Namun segera setelah hali itu terjadi, akan muncul respon imun
yang spesifik terhadap virus, yang dibuktikan melalui serokonversi (
biasanya dalam rentang waktu 3 hingg 17 minggu setelah pejanan) dan
munculnya sel T sitoksik CD8+ yang spesifik terhadap virus. Setelah
viremia meredah, sel T CD4+ kembali mendekati jumlah normal. Namun
berkurangnya virus dalam plasma bukan merupakan penanda berakhirnya
replikasi virus, yang akan terus berkanjut didalam magkrofak dan sel T
CD4+ jaringan.
Fase kronis, pada tahap menengah, menunjukan tahap penahanan
relatif virus. Pada fase ini, sebagaian besar sistem imun masih utuh,
tetapi replikasi virus berlanjut hingga beberapa tahun. Pada pasien tiudak
menunjukan gejala ataupn limfadenopati persisten, dsan banyak
penderita yang mengalami infeksi oportunistik ”ringan” seperti sariawan
(candida) atau herpes zoster selama fase ini replikasi virus dalam
jaringan limfoid terus berlanjut. Pergantian virus yang meluas akan
disertai dengan kehilangan sel CD4+ yang berlanjut. Namun, karena
kemampuan regenerasi imun besar, sel CD4+ akan tergantikan dengan
juumlah yang besar. Oleh karena itu penuruna sel CD4+ dalam darah
perifer hanyalah hal yang sederhana. Setelah melewati periode yang
panjang dan beragam, pertahanan mulai berkkurang, jumlah CD4+ mulai
menurun, dan jumlah CD4+ hidup yang terinfeksi oleh HIV semakin
meningkat. Linfadenopati persisten yang disertai dengan kemunculan
gejala konstitusional yang bermakna (demam, ruam, mudah lelah)
mencerminkan onset adanya deokompesasi sistem imun, peningkatan
replikasi virus, dan onset fase “kritis”.
Tahap akhir, fase kritis , ditandai dengan kehancuran pertahanna
penjamu yang sangat merugikan viremia yang nyata, srerta penyakit
kinis. Para pasien khasnya akan mengalami demam lebih dari satu bulan,
mudah lelah, penurunan berat badan, dan diare. Jumlah sel CD4+
menurun dibawah 500 sel/μL. Setelah adanya interval yang berubahubah,
para pasien mengalami infeksi oportunistik yang serius, neoplasma
sekunder, dan atau manifestasi neurologis (disebut kondisi yang
menentukan AIDS), dan pasien yang bersangkutan dikatakan telah
menderita AIDS yang sesungguhnya. Bahkan jikakondisi lazim yang
menentukan AIDS tidak muncul, pedoman CDC yanng digunakan saat
ini menentukan bahwa seseorang teerinfeksi HIV dengan jumlah sel
CD4+ kurang atau sma dengan 200/μL sebagai pengidap AIDS.
E. Manifestasi Klinik
F. Komplikasi
G. Pemeriksaan Diagnostik
H. Penatalaksanaan Medik
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
PENYAKIT HIV AIDS
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien, Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan
dan alamat. Serta jenis kelamin pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat
1) Riwayat penyakit sekarang
2) Riwayat penyakit dahulu
3) Riwayat penyakit keluarga
4) Riwayat psikososial
d. Aktivitas dan Istirahat
Gejala:
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi
kelelahan/malaise, perubahan pola tidur
Tanda:
Kelemahan otot, menurunnya masa otot. Respons fisiologis terhadap aktivitas
seperti perubahan dalam td, frekuensi jantung, pernapasan.
e. Sirkulasi
Gejala:
Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia), perdarahan lama pada
cedera (jarang terjadi)
Tanda:
Takikardia, perubahan TD postural. Menurunnya volume nadi perifer.
Pucat/sianosis; perpanjangan pengisian kapiler
f. Integritas ego
Gejala:
1) Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, misal dukungan keluarga,
hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup tertentu, dan distres
spiritual
2) Mengkuatirkan penampilan; alopesia, lesi cacat, dan menurunnya BB
3) Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa
bersalah, kehilangan kontrol diri, dan depresi
Tanda:
1) Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri
2) Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata yang
kurang.
3) Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama
g. Eliminasi
Gejala:
1) Diare yang intermiten, terus menerus, sering dengan/tanpa disertai keram
abdominal.
2) Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda:
1) Feses encer dengan/tanpa disertai mukus atau darah.
2) Diare pekat yang sering.
3) Nyeri tekan abdominal.
4) Lesi/abses rektal, perianal
5) Perubahan dalam jumlah, warna, dan karakteristik urine.
h. Makanan/cairan
Gejala:
1) Tidak nafsu makan, perubahan dalam kemampuan mengenali makan,
mual/muntah.
2) Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan.
3) Penurunan BB yang cepat atau progresif.
Tanda:
1) dapat menunjukan adanya bising usus hiperaktif
2) Penurunan BB: perawakan kurus, menurunnya lemah subkutan/masa otot.
3) Turgor kulit buruk.
4) Lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna.
5) Kesehatan gigi/gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal.
6) Edema (umum, dependen)
i. Higiene
Gejala: tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda:
1) Memperlihatkan penampilan yang tidak rapi.
2) Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri,aktivitas perawatan diri.
j. Neurosensori
Gejala:
1) Pusing/pening,sakit kepala.
2) Perubahan status mental,kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk
mengatasi masalah,tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun.
3) Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran.
4) Kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan.
5) Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukan perubahan paling
awal).
Tanda:
1) Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai dimensia,
lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, reterdasi
psikomotor/respon melambat.
2) Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
3) Timbul refleks yang tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan
ataksia.
4) Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis; hemiparesis,
kejang.
5) Hemoragi retina dan eksudat (renitis cmv)
k. Nyeri/kenyamanan
Gejala:
1) Nyeri umum atao lokal, sakit, rasa terbakar pada kaki.
2) Sakit kepala (keterlibatan ssp)
3) Nyeri pada pleuritis
Tanda:
1) Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.
2) Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan atau pincang
3) Gerak otot melindungi bagian yang sakit
l. Pernapasan
Gejala:
1) ISK sering, menetap
2) Napas pendek yang progresif
3) Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum (tanda
awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodik saat napas dalam)
4) Bendungan atau sesak pada dada
Tanda:
1) Takipnea, distres pernapasan
2) Perubahan pada bunyi napas/bunyi napas adventisius.
3) Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
m. Keamanan
Gejala:
1) Riwayat jatuh, terbakar,pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya.
2) Riwayat menjalani transafusi darah yang sering/berulang (mis. Hemofilia,
operasi vaskuler mayor, insiden traumatis)
3) Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut.
4) Riwayat atau berulangnya infeksi dengan phs
5) Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermiten/memuncak;
berkeringat malam
Tanda:
1) Perubahan integritas kulit; terpotong, ruam, mis. Eksema, eksantem, psoriasis,
perubahan warna, perubahan ukuran/warna mola; mudah terjadi memar yang
tidak bisa dijelaskan sebabnya.
2) Rektum, luka-luka perianal atau abses
3) Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua area tubuh atau
lebih (mis. Leher, ketiak, paha)
4) Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.
n. Seksualitas
Gejala:
1) Riwayat perilaku berisiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan
pasangan yang positiv HIV, pasangan seksual multiple, aktivitas seksual yang
tidak terlindungi, dan seks anal.
2) Menurunnya libido, terlal sakit untuk melakukan hubungan seks.
3) Penggunaan kondom yang tidak konsisten.
4) Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap
virus pada wanita yang diperkirakan dapat terpajan karena peningkatan
kekeringan/friebilitas vagina)
Tanda:
1) Kehamilan atau resiko terhadp hamil
2) Genital: manifestasi kulit (mis. Herpes, kutil); rabas.
o. Interaksi sosial
Gejala:
1) Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis. Kehilangan kerabat/orang
terdekat, teman, pendukung. Rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang
lain, takut akan penolakkan/kehilangan pendapatan.
2) Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal
karena aids
3) Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat
rencana.
Tanda:
1) Perubahan pada interaksi keluaga/orang terdekat
2) Aktivitas yang tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.
p. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:
1) Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku berisiko tinggi
(mis. Seksual ataupun penggunaan obat-obatan iv)
2) Penggunaan/penyalahgunaann obat-obatan iv, saat ini merokok,
penyalahgunaan alkohol.
3) Pertimbangan rencana pemulangan:
4) Drg menunjukan rerata lama dirawat 10,2 hari
5) Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan kulit/luka,
peralatan/bahan; transportasi, belanja makanan dan persiapan ; perawatan diri,
prosedur keperawatan teknis, tugas perawatan/pemeliharaan rumah, perawatan
anak; perubahan fasilitas hidup.
2. Diganosan Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
4.Anjurkan pasien
untuk
menggunakan obat
yang diberikan,
minum sebanyak
kurang lebih
delapan gelas per
hari.
4.Pasien sering
menghentikan obat
5.Berikan
mereka, jika tanda-
kesempatan
tanda penyakit
kepada pasien
mereda. Cairan
untuk
menolong
mengekspresikan
membilas ginjal.
perasaan dan
masalah tentang
rencana
pengobatan.
5.Untuk
mendeteksi isyarat
indikatif
kemungkinan
ketidakpatuhan
dan membantu
mengembangkan
penerimaan
rencana terapeutik.
B. Pendidikan Kesehatan Pencegahan pada HIV/AIDS
1. Pencegahan Primer
2. Pencegahan Sekunder
A. Pendidikan kesehatan pencegahan primer, sekunder dan tersier pada masalah gangguan
penginderaan sistem pendengaran dan penghidu
B. Persiapan, pelaksanaan dan paska pemeriksaan diagnostik dan dan laboratorium pada
masalah gangguan penginderaan sistem pendengaran dan penghidu
C. Hasil-hasil penelitian tentang penatalaksnaan gangguan gangguan penginderaan sistem
pendengaran dan penghidu
D. Trend dan issue terkait gangguan penginderaan sistem pendengaran dan penghidu
E. Peran dan fungsi perawat
F. Fungsi advokasi perawat pada kasus gangguan penginderaan sistem pendengaran dan
penghidu pada pasien dewasa.
BAB IV
A. Analisa kasus
Seorang laki – laki berusia 37 tahun bernama Tn. A kerumah sakit RSUB. Tn. A mengeluh
mencret sejak 1 bulan yang lalu, malam keringat dingin dan kadang demam serta tubuh terasa
lemah. Diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut penyebab tidak diketahui, dengan
faktor yang memperberat adalah bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam. Berat
badan pasien 40 kg,TD : 110/70 mmHg,Nadi : 120 x/ menit, HR : 22 x/ menit, Suhu : 37,8oC.
Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat.
B. Pengkajian
1. Identitas pasien.
Nama :Tn. A
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Banten/Indonesia.
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum kawin
Pendidikan/pekerjaan : SMA
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat : Jl. Garuda
5. Psikososial.
a. Psikologis
Pasien belum tahu penyakit yang dialaminya, klien hanya merasa ditelantarkan oleh
teman dan keluarganya. Klien punya kaka di Bandung, tetapi sejak lama tidak
berkomunikasi.Klien tidak percaya dengan kondisinya sekarang. Mekanisme
koping pasrah. Klien ingin diperlakukan manusiawi. Klien pada tanggal 14-1-2002
bermaksud melakukan bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari lantai II akibat
merasa tidak berguna lagi.
b. Sosial
sejak 12 tahun sudah berkomunikasi dengan keluarga sejak ayah dan ibunya
meninggal, teman-temanya sebagian pemakai putaw yang sekarang entah dimana.
c. Spiritual
Pada waktu sehat jarang sekali ke masjid.
6. Pemeriksaan Fisik
A. Tanda – tanda vital
Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 120 x/ mnt
Pernafasan : 22 x/ mnt
Suhu badan : 37,8oC
Berat badan : 40 kg
B. Head to toe :
1) Kepala
Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak kotor dan berbau,
Rambut ikal, nampak kurang bersih.
2) Mata (penglihatan)
Ketajaman penglihatan dapat melihat, konjungtiva anemis, refleks cahaya mata
baik, tidak menggunakan alat bantu kacamata.
3) Hidung (penciuman).
Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum, epistaksis, rhinoroe,
peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman normal.
4) Telinga (pendengaran).
Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe, peradangan, pemakaian alat bantu,
semuanya tidak ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran dan fungsi
pendengaran normal.
5) Mulut dan gigi.
Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak ada, ada karang gigi/karies.
Lidah bercak-bercak putih dan tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada
faring.
6) Leher.
Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena jugularis tidak
meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk.
7) Thoraks.
Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi paru normal.
Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur.
8) Abdomen.
Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar, ada nyeri tekan,
perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit.
9) Repoduksi
Penis normal, lesi tidak ada.
10) Ekstremitas
Klien masih mampu duduk berdiri dan berjalan sedikit, tetapi cepat lelah.
Ektremitas atas kanan terdapat tatoo dan pada tangan kiri tampak tanda bekas
suntikan.
11) Integumen.
Kulit keriput, pucat, akral hangat.
7. Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium :
Hb : 8,7
Leukosit : 8,8
Trombosit : 208
PCV : 0,25
Terapi
Diet TKTP
RL 14 X/mnt
Cotimoxazol : 2 X II tab
Corosorb : 3 X 1 tab
Valium : 3 X 1 tab
8. Klasifikasi Data
9. Analisa Data
Ds :
Pasien mengatakan kadang
demam
Do :
Keadaan umum : Pasien
tampak lemah, kurus, dan
Immunocompromised Resiko Infeksi
pucat
Ds : Resiko tinggi
Do :
Turgor masih baik,
inkontinensia alvi, BAB
encer, membran mukosa
kering, bising usus
meningkat 20 X/menit
Ds :
3 Resiko infeksi b.d Pasien akan bebas Monitor tanda- Untuk pengobatan
immunocompromised infeksi tanda infeksi dini
ditandai dengan : oportunistik dan baru.
Ds : komplikasinya
Pasien mengatakan dengan kriteria tak gunakan teknik Mencegah pasien
kadang demam ada tanda-tanda aseptik pada terpapar oleh
Do : infeksi baru, lab setiap tindakan kuman patogen
tidak ada infeksi invasif. Cuci yang diperoleh di
Keadaan umum :
oportunis, tanda tangan sebelum rumah sakit.
Pasien tampak lemah,
vital dalam batas meberikan
kurus, dan pucat
normal, tidak ada tindakan. Mencegah
Kesadaran : Compos
luka atau eksudat. bertambahnya
Mentis
Anjurkan pasien infeksi
TD : 110/70 mmHg
metoda
N : 120 x/ mnt
mencegah
R : 22 x/ mnt terpapar terhadap Mempertahankan
SB : 37,8oC lingkungan yang kadar darah yang
patogen. terapeutik.
Atur pemberian
antiinfeksi sesuai
order
4 Resiko bunuh diri b.d Setelah 4 hari klien Waspada pada Karena tanda
harga diri rendah tidak setiap ancaman tersebut sebagai
ditandai dengan : membahayakan bunuh diri tanda
Ds : dirinya sendiri permintaan
Klien merasa secara fisik. Jauhkan semua tolong
diasingkan oleh benda berbahaya
keluarga dan teman- dari lingkungan Untuk
temannya, klien tidak klien mencegah
punya uang lagi, klien penggunaan
merasa frustasi karena Observasi secara benda tersebut
tidak punya teman dan ketat untuk tindakan
merasa terisolasi. bunuh diri
Minta dipanggilkan
Pastur. Observasi jika Untuk
Do : klien minum mencegah jika
obat ditemukan
Mencoba melakukan
gejala perilaku
percobaan bunuh diri
bunuh diri
tanggal 14-1-2016,
dengan berusaha Komunikasikan
Obat
menceburkan diri dari kepedulian
mengandung
lantai II. perawat kepada
antidepresan
klien.
dapat
mengurangi
Waspada jika perilaku bunuh
tiba-tiba menjadi diri klien.
tenang dan
tampak tentram Untuk
meningkatkan
Dukung perilaku harga diri klien
positif klien.
Karena hal
tersebut
merupakan
suatu cara
mengelabui
petugas.
Meningkatkan
harga diri klien
12. Implementsi
Mengomunikasikan kepedulian
perawat kepada klien.
Kuswiyanto. 2015. Buku Ajar Virology untuk Analis Kesehatan. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC .
Pearce, Evelyn C. 2011 Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia.
Tresnaning, Ayu. . Definisi, etiologi, penularan, prefentif primer, sekunder, dan tersier.
https://www.academia.edu/8914574/defenisi . (akses 7 Febuari 2020).
Smeltzerth dan Bare (2013) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol.3. Jakarta: EGC