Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

Tugas ini disusun untuk memenuhi Mata Kuliah


Imunologi
Dosen Pengampu : Ratih, S.Kep, Ns., M. Biomed

Disusun oleh:
Ummulfadilah
2211604114

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem kekebalan tubuh adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk
Mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya, yang ditimbulkan oleh berbagai antigen
Yang berbahaya dari luar maupun dalam tubuh. Sistem kekebalan tubuh ini terdiri dari
dua Sistem, yaitu sistem imun alami (non spesifik) dan sistem imun spesifik. Sistem
imun non Spesifik merupakan pertahanan terdepan tubuh terhadap mikroorganisme dan
benda-benda Asing yang akan masuk dalam tubuh. Pada sistem imun non spesifik
terdapat sel yang Berperan penting, ialah sel makrofag. Makrofag sebagai efektor pada
sistem imun, berperan Memusnahkan kuman atau patogen yang akan merusak tubuh baik
melalui mekanisme Fagositosis langsung maupun melalukan peran lainnya sebagai
antigen presenting cell. (Ilyas, 2019)
1.2 Tujuan Penulisan

1. Memperdalam materi imunologi dan dasar-dasar imunologi

1.3 Manfaat Penulisan

1. Mengetahui definisi imunologi

2. Mengetahui dasar-dasar Imunologi

3. Mengetahui sejarah perkembangan imunologi

4. Mengetahui klasifikasi dan sistem imunitas bawaan

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksana

Melalui E-Learning 12 Oktober 2022


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Imunologi
Imunologi berasal dari bahasa latin yaitu imun yang artinya kebal dan logos yang
artinya ilmu. Secara harfiah imunologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari kekebalan
tubuh. Lebih jelasnya Imunologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang imunitas atau sistem
kekebalan tubuh akibat adanya rangsangan molekul asing dari luar maupun dari dalam tubuh
manusia. Imunologi masuk dalam cabang ilmu biomedis yang berkaitan dengan bagaimana
respons suatu organisme terhadap penolakan antigen, termasuk pengenalan diri sendiri dan
yang bukan dirinya. Selain itu berkaitan pula dengan respons imun organisme terhadap semua
efek biologis, serologis dan kimia fisika. (Huldani, 2018)
2.2 Perkembangan Imunologi
Pada mulanya, imunologi dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari respon
tubuh terhadap infeksi. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka
imunologi didefinisikan sebagai suatu ilmu eksperimental yang mempelajari tentang
sistem imunitas tubuh manusia/hewan, yang penjelasannya didasarkan atas observasi
eksperimental dan kesimpulan yang dihasilkan. Imunologi merupakan disiplin ilmu
yang dalam perkembangannya berakar dari pencegahan dan pengobatan penyakit
infeksi, dengan ruang lingkup penyakit, infeksi, dan semua disiplin ilmu
kedokteran/kesehatan. (Huldani, 2018)
Awal mula perkembangan imunologi dijelaskan dengan adanya teori
"contagion" yang ditegaskan oleh Girclamo Fracastoro pada tahun 1546. Girclamo
Fracastoro menjelaskan bahwa ada suatu zat yang bekerja dalam memindahkan
penyakit dari satu individu ke individu lain dalam suatu infeksi penyakit (Widiastuti et
al., 2021). Zat dengan fungsi ini yang dijelaskan oleh Gilclamo memiliki ukuran yang
sangat kecil sehingga tidak mungkin untuk dilihat dengan mata secara umum.
Penjelasan dalam teori tersebut belum menjelaskan bahwa yang teridentifikasi adalah
suatu zat yang diyakini mampu menularkan penyakit dari satu individu ke individu lain
sehingga teori tersebut masih belum terbukti secara ilmiah. (Huldani, 2018)
2.3 Klasifikasi Sistem Imun

1. Sistem Imun Bawaan/ Nonspesifik (Innate Immunity System)

Sistem imun bawaat (innate immunity systenm) atau sering juga disebut
respon/sistem nonspesifik dan sistem imun adaptif; (aduptive immunity system) atau
respon/sistem spesifik, bergantung pada Derajat selektivitas mekanisme pertahanan.
Innate immunity sebagai garis pertahanan awal terhadap mikroba yang terdiri
dari mekanisme pertahanan seluler dan biokimia yang ada bahkan sebelum infeksi dan
siap untuk merespon dengan cepat Terhadap infeksi. Mekanisme-mekanisme ini
bereaksi terhadap produk-produk mikroba dan sel-sel yang terluka dan pada dasarnya
mereka merespon dengan cara yang sama terhadap paparan berulang. (Levani, 2018)
2. Sistem Imun Dapatan / Spesifik (Adaptive Inmtunity)
Imunitas didapat yaitu lapisan pertahanan / imunitas berikutnya setelah
imunitas bawaan. imunitas ini bekerja dengan membentuk antibodi dan/atau
menghancurkan agen penyerang spesifik, sepeti bakteri, virus, toksin, atau jaringan
asing. Sistem pengenalan imunitas ini lebih hebat dibanding imunitas bawaan karena
imuntas adaptif ini dapat membedakan satu mikroorganisme dengan yang lainnya
sehingga respon lebih fokus dan lebih kuat kemampuan eliminasinya. Hal ini bisa
terjadi karena reseptor antigennya dapat mengenali molekul yang berbeda antara
patogen satu dengan yang lainnya, bahkan dalam satu patogen yang sama bisa dikenal
berbagai antigen yang berbeda. (Syarifuddin, 2019) Terdapat dua tipe imunitas
adaptif, yaitu :
1. Imunitas yang diperantarai sel (imunitas sel-T)
Limfosit-T membentuk limfosit T teraktivasi dalam jumlah besar. Khusus
untuk menghancurkan benda asing.
2. Imunitas humoral (imunitas sel-B)
Limfosit-B membentuk antibodi yang bersirkulasi, yaitu molekul globulin
dalam plsama darah. Antibody ini kemudian menyerang agen yang masuk ke dalam
tubuh. Respon kedua pada imunitas adaptif akan lebih kuat dibanding respon pertama
jika terpapar agen penyerang yang sama. (Syarifuddin, 2019)
BAB III
STRUKTUR IMUN BAWAAN

3.1 Pertahanan Fisik dan Kimia : Epitel dan Bahan Kimia

Permukaan luar tubuh (kulit) dan permukaan dalam tubuh (saluran cerna, napas,
urogenitalia) ditutupi oleh epitel yang sangat penting dalam pertahanan tubuh dari invasi
patogen. Deretan epitel yang ketat/ tidak longgar karena adanya tight junction (pengikat
yang kuat) antar epitel, membuat jaringan epitel sulit dilewati patogen. Adanya mukus
yang membungkus mikroba sehingga tidak kontak langsung dengan epitel saluran napas.
Oleh gerakan silia yang ada pada epitel saluran napas, mukus ataupun mikroba dapat
dikeluarkan.

Pertahanan kimia berupa bahan kimia yang mengandung antibakteri seperti lisozim
dan fosfolipase A yang terdapat pada air mata dan saliva, pH asam, enzim pencernaan,
garam empedu crypticidins atau alfa defensisn pada saluran cerna bagian bawah, dan beta
defensin pada saluran napas, urogenitalia, kulit, dan lidah. (Wahid, 2016)

3.2 Sel Fagosit

1. Makrofag

Makrofag berada dalam jaringan sehingga dapat segera berespon jika ada patogen yang
masuk ke jaringan. Pada jaringan tertentu terdapat makrofag yang diberi nama khusus
untuk jaringan bersangkutan seperti sel kuffer (makrofag di jaringan hati), sel
maikroglial (makrofag di jaringan susunan saraf pusat), oteoklas (makrofag tulang),
dan makrofag alveolar (paru). (Wahid, 2016)

2. Neutrofil

Neutrofil disebut juga sel polymorphonuclear (sel PMN), bersama monosit beredar di
dalam sirkulasi dan siap ke jaringan jika dipanggil oleh makrofag yang mendeteksi
adanya bakteri atau inflamasi akut. Neutrofil termasuk golongan fagosit karena mampu
melakukan internalisasi mikrobauntuk kemudian dibunuh seperti cara makrofag, antara
lain menggunakan lisozim untuk mencerna mikroba dan radikal bebas. (Wahid, 2016)

3. Sel Dendritik

Sel dendritik ditempatkan pada lokasi yang strategis misalnya di jaringan epitel yang
berbatasan dengan dunia luar (kulit, saluran cerna, saluran napas, dan urogenitalia)
sehingga peluang bertemu patogen sangat besar. Sel dendritik mempresentasikan
antigen yang ada pada patogen ke sel T naif yang menunggu di limfonodus, sehingga
diberi nama Antigen Presenting Cells (APC). (Wahid, 2016)
4. Sel NK (Natural Killer)

Sel NK banyak beredar dalam darah yang akan segera ke jaringan jika ada infeksi. Sel
NK ada juga yang tinggal di limpa dan hati. Sel NK membunuh sel yang dimasuki
virus dan sel yang mengalami stress (hypoxia, injury) atau sel yang bertransformasi
menjadi sel tumor/kanker karena sel-sel tersebut tidak menunjukkan fungsi yang
normal. (Wahid, 2016)

3.4 Protein darah


1. Komplemen
Yang termasuk golongan komplemen adalah sejumlah protein plasma (C1, C2, C3, C4,
C5, C6, C7, C8, dan C9) dan sejumlah enzin aktivasi (C1r, C1s, C2a, MASP).
Komplemen menghasilkan fungsi opsinisasi mikroba, inflamasi, dan pembunuhan
langsung mikroba. Untuk menjalankan fungsinya, protein plasma ini harus diaktifkan
sehingga terbentuk struktur protein baru yang memungkinkan berlangsungnya fungsi-
fungsi tersebut. (Wahid, 2016)
2. Pentraksin
Pentraksin merupakan protein pentamerik yang terdiri atas sejumlah protein plasma
yang juga mampu mengenal struktur tertentu pada mikroba dan berpartisipasi dalam
imunitas bawaan. salah satu golongan pentraksin yaitu C-reactive protein (CRP) yang
akan meningkat jumlahnya dalam darah jika terjadi inflamasi akut disebut acute-phase
reactant. (Wahid, 2016)
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Imunologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang imunitas atau sistem kekebalan
tubuh akibat adanya rangsangan molekul asing dari luar maupun dari dalam tubuh
manusia
2. Sistem imun diklasifikasikan menjadi dua yaitu : sistem imun bawaan/ nonspesifik/
innate dan sistem imun didapat/ spesifik/ adaptive
3. Komponen utama dari innate immunity yaitu : pertehanan fisik dan kimia (epitel
dan bahan kimia yang diproduksi di permukaan epitel); sel fagosit (makrofag,
neutrofil, sel dendritik, dan sel natural killer); dan protein darah (sistem
komplemen dan mediator inflamasi: pentraksin)

4.1 Daftar Pustaka

Huldani. (2018). Imunologi : Pengantar Imunologi dari Imunoseluler ke Exercise


Imunologi. Bandung: Phoenix Publisher.
Ilyas, M. (2019). Peningkatan Imunitas Nonspesifik Mencit Balb/C yang Diberi Ekstrak
Etanol Daun Tumbuhan Galling ( Cayratia trifolia L. Domin). Medical Sains, 83-
92.
Levani, Y. (2018). Perkembangan Sel Limfosit B dan Penandanya Untuk
Flowcytometry. Journal Unimus, 50-58.
Syarifuddin. (2019). Imunologi Dasar : Prinsip Dasar Sistem Kekebalan Tubuh .
Makassar: Cendekia Publisher.
Wahid, S. (2016). Imunologi : Lebih Mudah Dipahami. Makassar: FK Unhas.

Anda mungkin juga menyukai