imunorpofilaksis
Di Bimbing Oleh Dosen Lisa Savitri,S.Si., M.Imun
Di susun oleh
Anggi Tri Rizki 202106060202
Siti Lestari 202106050215
Firda Daini Rohil 202106050234
Cici Intan Arini 202106050243
Universitas Kadiri
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata imun berasal dari bahasa latin “imunitas” yang berarti pembebasan
(kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan
mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan.
Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubh yang terdiri dari sel-sel serta produk
zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir
untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racun yang masuk
ke dalam tubuh. Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke
dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut
antibodi.
Imunisasi adalah pemberian vaksin kepada seseorang untuk melindunginya
dari beberapa penyakit tertentu. Imunisasi merupakan upaya untuk mencegah
penyakit lewat peningkatan kekebalan tubuh seseorang.
Di Indonesia pada tahun 1990 pemberian imunisasi dasar pada anak sudah
mencapai 90% melalui program Universal Child Immunization. Tahun 2011-2020
telah dicanangkan oleh WHO dan UNICEF bersama komunitas internasional
lainnya telah sebagai “ Decades of vaccines (DOV)”. Perkembangan imunisasi
anak tersebut belum diikuti oleh perkembangan imunisasi pada orang dewasa.
Imunisasi pada orang dewasa dapat mencegah kematian sepuluh kali lipat
dibandingkan pada anak, hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh American
Society of Internal Medicine dalam pertemuannya di Atlanta. Kurang
berkembangnya imunisasi pada orang dewasa ini disebabkan oleh karena adanya
keraguan dari masyarakat maupun petugas pelayanan kesehatan terhadap keamanan
vaksinasi, ganti rugi yang tidak memadai, akses yang sulit, fasilitas yang kurang
memadai dan vaksin yang tidak tersedia.
Imunisasi dewasa dianjurkan bagi mereka yang berusia diatas 12 tahun dan
ingin mendapat kekebalan. Pada usia lanjut juga dianjurkan untuk diiumunisasi
karena pada usia diatas 60 tahun akan terjadi penurunan sistim imun nonspesifik,
seperti penurunan produksi airmata, mekanisme batuk tidak efektif, gangguan
pengaturan suhu, serta perubahan fungsi sel sistem imun, baik selular maupun
humoral.
2.2 Aspek Imunologi Imunisasi.
Imunitas atau kekebalan dapat terjadi secara alami setelah infeksi oleh kuman
tertentu maupun penyaluran antibodi pada bayi lewat plasenta. Imunitas buatan
dapat berupa imunitasbuatan aktif dan imunitas buatan pasif. Imunitas aktif didapat
dengan cara memaparkan suatu antigen dari suatu mikroorganisme dan akan
bertahan lebih lama karena adanya memori imunologi, imunitas bautan pasif
diperoleh dengan sengaja memasukkan antibodi, antitoksin atau immunoglobulin
kedalam tubuh dan tidak bertahan lama karena tidak memiliki memori imunologi.
Terdapat dua kelompok besar respon imun yang merupakan respon tubuh
untukmengeliminasi antigen:
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang
lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
2.4.1 Tujuan Pemberian Imunisasi
Mengapa imunisasi penting? Alasannya, secara umum imunisasi mempunyai
dua tujuan berikut ini.
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit yang
Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
2. Tujuan Khusus
- Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh desa/
kelurahan pada tahun 2014.
- Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1
per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.
- Eradikasi polio pada tahun 2015.
- Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.
- Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah
medis (safety injection practise and waste disposal management).
Vaksin BCG
Deskripsi:
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang
mengandung Mycrobacterium bovis hidup yang
dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin), strain
paris.
Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
Vaksin BCG & pelarut
tuberkulosis.
(Sumber:
www.biofarma.co.id)
efek samping:
2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul bisul kecil
(papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2–4
bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut
dengan diameter 2–10 mm.
Deskripsi:
Vaksin DTP-HB-Hib digunakan untuk
pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis
(batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi
Haemophilus influenzae tipe b secara
Vaksin DPT-HB-HIB simultan.
(Sumber:
www.biofarma.co.id)
Kontra indikasi:
Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius
.
efek samping:
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi
suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-
kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis
dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.
Vaksin hepatitis B
Deskripsi:
Vaksin virus recombinan yang telah
diinaktivasikan dan bersifat non-
infecious, berasal dari HBsAg.
Vaksin Hepatitis B
(Sumber:
www.biofarma.co.id)
Kontra indikasi:
Penderita infeksi berat yang disertai kejang.
efek Samping:
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan.
Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
Deskripsi:
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu
mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri
murni yang terabsorpsi ke dalam alumunium
fosfat.
Indikasi:
Vaksin DT Pemberian kekebalan simultan terhadap difteri
(Sumber: www.biofarma.co.id) dan tetanus pada anak-anak.
Kontra indikasi:
Hipersensitif terhadap komponen dari vaksin.
efek Samping:
Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat
sementara, dan kadang-kadang gejala demam.
Deskripsi:
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu
mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni
yang terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat.
Vaksin Td Indikasi:
(Sumber: Imunisasi ulangan terhadap tetanus dan difteri pada
www.biofarma.co.id) individu mulai usia 7 tahun.
Kontra indikasi:
Individu yang menderita reaksi berat terhadap dosis sebelumnya.
efek samping:
Pada uji klinis dilaporkan terdapat kasus nyeri pada lokasi penyuntikan (20–30%)
serta demam (4,7%)
Vaksin TT
Deskripsi:
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu
dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus murni,
terabsorpsi ke dalam aluminium fosfat.
Vaksin TT Indikasi:
(Sumber: Perlindungan terhadap tetanus neonatorum pada
www.biofarma.co.id) wanita usia subur.
efek samping:
Jarang terjadi dan bersifat ringan seperti lemas dan kemerahan pada lokasi
suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.
c. imunisasi khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan
untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi
tertentu. Situasi tertentu antara lain persiapan keberangkatan calon jemaah
haji/umrah, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu
dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis imunisasi khusus, antara lain terdiri
atas Imunisasi Meningitis Meningokokus, Imunisasi Demam Kuning, dan
Imunisasi Anti-Rabies.
1. Imunisasi Pilihan
Setelah mempelajari tentang macam vaksin imunisasi dasar, sekarang kita akan
mempelajari macam vaksin imunisasi pilihan yang sudah beredar di Indonesia.
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari
penyakit menular tertentu, yaitu vaksin MMR, Hib, Tifoid, Varisela, Hepatitis A,
Influenza, Pneumokokus, Rotavirus, Japanese Ensephalitis, dan HPV.
Untuk mencapai efektivitas yang baik pada pemberian imunisasi diperlukan cara
pemberian imunisasi yang tepat. Tata cara pemberian yang tepat dapat berupa
tempat penyuntikan, cara pemberian, dan dosis vaksin yang akan diberikan.
Beberapa hal yang harusdiperhatikan mulai dari persiapan dan penyuntikan vaksin.
a. Persiapan pasien
Persiapan pasien dapat dinilai dengan HALO yakni: health atau kondisi
kesehatan pasien tersebut apakah pasien sedang menderita sakit kronis, hamil atau
riwayat penyakit seksual atau penurunan imun, Age: umur, apakah pasien masih
dewasa muda tau diatas 50 tahun, Lifestyle: bagaimana pola hidup apakah paisen
tersebut memiliki riwayat seksbebas, homoseksual, pengguna narkoba atau hobi
wisata ke luar negeri, Occupation: pekerjaan apakah pelajar atau pekerja kesehatan
dan jenis pekerjaan lainnya. Menentukan riwayat vaksinasi pasien sebelumnya juga
harus dilakukan untuk dapat menetukan status kekebalan pasien tersebut.
Penyaringan kontraindikasi vaksin dapat dilakukan dengan mengisi kuesioner.
Resiko dan keamanan imunisasi harus disampaikan terhadap pasien.
b. Persiapan Vaksin
Persiapan vaksin dapat dimulai dari pemeriksaan vaksin dapat diperiksa
secara visual mulai tanggal kadaluarsa dan juga apakah ada perubahan warna dari
vaksin tersebut. Pengenceran vaksin dilakukan sesuaidengan petunjuk yang
diberikan oleh produsen vaksin tersebut seperti jenis pelarut, jumlah pelarut dab
berapa lama vaksin yang sudah diencerkan dapat dipakai lagi. Vaksin yang sudah
diencerkan dan dimasukkan kedalam alat suntik harus diberikan label sehingga
tidak mengalami kesulitan dalam memgidentifikasi vaksin tersebut.
c. Teknik Penyuntikan
Pada orang dewasa, penyuntikan dilakukan pada lengan pasien bagian atas.
Penyuntikan dilakukan secara intramuscular dan subkutan. Vaksin yang
mengandung adjuvan harus disuntikkan secara intramuscular untuk menghindari
iritasi local, indurasi, perubahan warna kulit, inflamasi serta pembentukan
granuloma.
Imunisasi dewasa dianjurkan bagi mereka yang berusia diatas 12 tahun dan
ingin mendapat kekebalan.Ada beberapa lasan mengapa orang dewasa memerlukan
imunisasi,yakni: pemberian imunisasi pada waktu anak-anak tidak memberikan
jaminan kekebalan yang tetap untuk seumur hidup, dan imunisasi telah terbukti
memiliki peran yang samapentingnya dengan diet dan olehraga dalam menjaga
kesehatan.
1. Jenis Vaksin
Berdasarkan produksinya dapat dibedakan beberapa jenis.
a. Vaksin hidup dilemahkan (live attenuated vaccines). proses melemahkan
antigentersebut dilakukan melalui pembiakan sel, pertumbuhan jaringan
embrionik pada suhu rendah atau pengurangan gen pathogen secara
selektif. vaksin ini memberikan imunitas jangka panjang.
b. Vaksin Dimatikan ( Killed Vacciine/Inactivated vaccine). mengandung
organisme yang tidak aktif setelah melalui pemanasan dan penambahan
bahan kimia.
c. Vaksin rekombinan. Susunan vaksin ini (misal hep B) memerlukan epitop
organisme yang patogen. sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui
isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.
d. Vaksin plasma DNA (Plasmid DNA vaccines). dibuatkan berdasarkan
isolasi DNA miroba mengandung kode antigen yang patogen, masih
dalam penelitian.
Vaksin yang mengandung virus hidup harus diberikan dengan hati-hati pada
anak yang mendapat kortikosteroid. Anak yang mendapat kortikosteroid dosis
rendah, yang didefinisikan sebagai mendapat prednisone atau ekuivalennnya
kurang dari 2 mg/kg/24 jam, dapat diimunisasi saat pengobatan. Anak yang
mendapat prednison atau ekulivalennya 2 mg/kg/24 jam atau lebih perhari ataupun
dosis selang sehari selama kurang dari 14 hari, maka vaksin yang mengandung virus
hidup harus ditunda sampai paling sedikit saat penghentian kortikosteroid. Jika
lama pemberian kortikosteroid 14 hari atau lebih, maka imunisasi harus ditunda
paling sedikit 1 bulan.
Individu sehat yang mendapat vaksin akan menginduksi respon humoral dan
seluler, sehingga tercapai respon imun yang mampu untuk memproteksi diri dari
penyakit. Untuk mencapai respon tersebut kadang vaksin harus diberikan dalam
beberapa dosis dan juga adanya pemberian booster atau ulangan. Fenomena
responder dan nonresponder ini dicetuskan oleh Chiaramonte at al, yang terjadi
akibat tidak terbentuknya respon imun humoral. fenomena responder dan
nonresponder ini difokuskan pada vaksin hepatitis B. setelah pemberian vaksin
hepatitis B sebanyak 3 dosis akan tercapai titer antibody >10IU, tetapi pada
beberapa orang, sekitar 10% pada orang dewasa dan 5% pada anak-anak hal
tersebut tidak tercapai (Sinto, 2012).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
spesifik.
4. Jenis – jenis vaksin yaitu vaksin hidup, vaksin mati, rekombinan, toksoid,