Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

KELOMPOK 3

OBAT IMUNOLOGI FARMOKOLOGI KEBIDANAN

Dosen Pengampu:

Surtiningsih, SST.,M.Keb

Disusun Oleh :

Siti Nur Mudawamah (210101017)

Sri Ayuni Supayo (210101018)

Tuti Alfiah (210101019)

Vivi Ibnia Nuyulia (210101020)

Vivi Servinah (210101021)

Adella Renanda H. (210101023)

Zahra Soraya Jamis (210101024)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN DIPLOMA TIGA

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Obat Imunologi”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dosen Mata Kuliah
Farmokologi Kebidanan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan te
ntang Obat Imunologi lain bagi para pembaca dan penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Surtiningsih ,SST., M.Keb., selaku dosen Mata
Kuliah Farmokologi Kebidanan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto,01 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Imunologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang imunitas atau kekebalan
akibat adanya rangsangan molekul asing dari luar maupun dari dalam tubuh manusia.
Manusia memiliki sistem pelacakan dan penjagaan terhadap benda asing yang
dikenal dengan sistem imun, dimana akan melindungi tubuh terhadap penyebab
penyakit, patogen seperti virus, bakteri, parasit, dan jamur. Sistem imun
dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang
dapat ditimbulkan bahan dalam lingkungan hidup. Sistem imun dapat dibagi
menjadi sistem imun non-spesifik dan spesifik. Sistem imun non- spesifik
bekerja cepat dan siap mencegah mikroba masuk ke dalam tubuh (Bratawidjaya,
2012). Sistem imun spesifik bekerja spesifik karena respon terhadap setiap jenis
mikroba berbeda dan harus mengenal dahulu jenis mikroba yang akan ditangani. Oleh
karena itu, sistem imun ini bekerja agak lama untuk memberikan perlindungan
(Bratawidjaya, 2012).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Imunologi?
2. Jenis-jenis Vaksin?
3. Pengertian Immunosupresif?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian imunologi.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis vaksin.
3. Untuk mengetahui Immunosupresif.
4. Untuk mengetahui Hipersensitivitas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obat Imunologi
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian
mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme.
Imunologi biasa disebut juga dengan bidang studi tentang fungsi, kegunaan berserta
gangguan sistem imunitas pada tubuh. Sistem imunitas merupakan tantanan
sekumpulan sel dan protein yang bekerja sama untuk memproteksi tubuh dari
bahaya yang disebabkan oleh mikrorganisme yang berpotensi jahat penyebab
infeksi, dapat berupa virus, bakteri atau fungi. Infeksi virus, bakteri, protozoa,
cacing, atau jamur parasitik yang mencoba masuk kedalam tubuh atau permukaan
tubuh kemungkinan merupakan alasan keberadaan atau adanya sistem imun pada
tubuh manusia (Wantini & Mayadianasari, 2020). Sistem Imun adalah semua
mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh
sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai bahan
dalam lingkungan hidup. Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada
organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen. Menurut (Suardana, 2017) dengan
kemajuan imunologi yang telah dicapai sekarang ini, maka konsep imunitas
dapat diartikan sebagai suatu mekanisme yang bersifat faali yang melengkapi
manusia dan binatang dengan suatu kemampuan untuk mengenal suatu zat yang
asing terhadap dirinya, yang selanjutnya tubuh akan melakukan reaksi dalam bentuk
netralisasi, melenyapkan atau memasukkan dalam proses metabolisme yang dapat
menguntungkan dirinya atau menimbulkan kerusakan jaringan tubuh sendiri.
Resistensi bawaan organisme yang masuk ke dalam tubuh sering kali
dilenyapkan dalam waktu beberapa menit atau jam oleh mekanisme bawaan lahir
yang sudah ada, sedangkan organisme lain dapat menghindari mekanisme
tersebut dan bertahan hidup, dan dapat menimbulkan penyakit kecuali bila
dilenyapkan oleh imunitas adaptif (Wantini & Mayadianasari, 2020).
a. Respons Imun Non-spesifik Merupakan imunitas bawaan yang mana respons
terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya belum pernah
terpapar oleh zat tersebut. Contoh dari respons imun Nonspesifi seperti
fagositosis. Dalam fagositosis makrofag, neutrofil dan monosit memegang
peranan yang sangat penting. Selain itu, inflamasi juga termasuk respon imun
nonspesifik.
b. Respons Imun Spesifik Merupakan respon imun yang didapatkan akibat
rangsangan antigen tertentu, sebagai akibat tubuh pernah terpapar
sebelumnya. Respons imun spesifik dimulai dengan adanya aktifitas dari
makrofag yang memproses antigen sehingga dapat menimbulkan interaksi
dengan sel-sel imun. Dengan rangsangan antigen yang telah diproses tadi,
sel sistem imun akan berdiferensiasi sehingga menjadi sel yang memiliki
kompetensi imunologik dan mampu bereaksi dengan antigen (Abbas, 2012)
1. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena tubuh yang
aktif membentuk zat antibodi. Ada 2 macam :
a. Imunisasi aktif alamiah
Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis
diperoleh setelah sembuh dari suatu penyakit.
b. Imunisasi aktif buatan
Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi
yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit.
2. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh seseorang yang zat
kekebalan tubuhnya didapatkan dari luar. Ada 2 macam :
a. Imunisasi pasif alamiah
Imunisasi pasif alamiah adalah antibodi yang didapatkan seseorang karena
diturunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika
berada dalam kandungan.
b. Imunisasi pasif buatan
Imunisasi pasif buatan adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan
serum untuk mencegah penyakit tertentu.
B. Jenis – jenis vaksin
a.Vaksin Polio
Vaksin ini berguna sebagai pencegahan poliomyelitis. Vaksin polio diberikan 4 kali
untuk usia 0, 2, 3, dan 4 bulan.
Berikut adalah dosis vaksin polio berdasarkan usia pasien:
1) Anak-anak
Sebagai imunisasi primer, dosisnya adalah 0,5 ml. Dosis pertama diberikan
kepada bayi sesaat setelah lahir dalam bentuk tetes mulut (OPV). Vaksin
selanjutnya diberikan saat usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Vaksin booster
diberikan saat anak berusia 18 bulan.
2) Dewasa
Umumnya vaksin polio sudah diberikan pada anak-anak. Namun, pada orang
dewasa yang belum pernah mendapatkan vaksin, bisa diberikan 3 dosis, 0,5 ml
disuntikkan melalui otot (intramuskular/IM) atau di bawah kulit (subkutan/SC).
Dua dosis pertama diberikan dengan jarak 1–2 bulan, dan dosis ketiga berjarak 6–
12 bulan setelah dosis kedua.

Cara Pemberian Vaksin Polio


Selalu ikuti petunjuk dan anjuran dokter sebelum menerima vaksin polio. Vaksin
polio adalah salah satu vaksin yang wajib diberikan kepada anak.
Vaksin polio akan diberikan langsung oleh dokter atau petugas kesehatan di bawah
pengawasan dokter di fasilitas kesehatan (faskes). Ikuti jadwal penyuntikan yang
diberikan oleh dokter.
Polio dalam bentuk obat tetes mulut (OPV) diberikan kepada bayi sesaat setelah lahir.
Selanjutnya, bisa diberikan OPV lanjutan atau IPV melalui suntikan ke otot
(intramuskular/IM) atau di bawah kulit (subkutan/SC).
IPV disarankan untuk diberikan 2 kali sebelum berumur 1 tahun. Di Indonesia jadwab
pemberian vaksin polio bisa dilakukan bersama jadwal pemberian vaksin lain, seperti
DPT.
Pemberian vaksin polio harus sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan agar
vaksin dapat bekerja lebih efektif. Anak harus mendapatkan seluruh dosis yang sudah
ditentukan. Jika anak Anda melewatkan salah satu dosis, segera temui dokter untuk
mendapatkan dosis yang terlewat.
Interaksi Vaksin Polio dengan Obat Lain
Jika digunakan bersama imunoglobulin atau obat yang memiliki efek imunosupresif
(imunosupresan), termasuk obat kortikosteroid, efektivitas vaksin polio akan
menurun. Agar aman, beri tahu dokter tentang obat, suplemen, atau produk herbal
yang sedang Anda atau anak gunakan sebelum menjalani vaksinasi.
Efek Samping dan Bahaya Vaksin Polio
Beberapa efek samping yang bisa muncul setelah mendapat suntikan vaksin polio
adalah:
1. Pusing
2. Nyeri atau kemerahan di area penyuntikan
3. Telinga berdenging
4. Demam
5. Anak rewel atau terlihat lelah
6. Muntah
b.Vaksin Campak
Vaksin ini berguna sebagai pencegahan terhadap penyakit campak. Vaksin campak di
berikan untuk usia anak 9 bulan.
Vaksin campak adalah virus hidup yang dilemahkan untuk memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit campak, dosis yang diberikan 0,5 ml disutikansecara subkutan
pada lengan kiri atas atau anterolateral paha pada usia 9-11 bulan.
1) Fungsi Imunisasi Campak
Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
campak, measles atau rubella adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus
campak.
2) Efek samping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama tiga hari
yang dapat terjadi 8-12 hari setalah vaksinasi.12
3) Kontraindikasi
Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang mengalami
immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena
leukimia, dan limfoma.
4) Manfaat Pemberian Imunisasi Campak
Infeksi campak paling sering terjadi disebabkan oleh sistem imun belum matang pada
usia muda. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh antibodi maternal. Selama tahun
pertama kehidupan, anak akandilindungi oleh antibodi maternal yang ditransfer dari
ibu ke anaknya untuk melawan infeksi virus campak. Antibodi maternal tersebut
kadarnya akan menurun dalam periode 6–12 bulan. Penurunan antibodi maternal
tersebut menyebabkan anak rentan terhadap penyakit campak.Usia juga dapat
berpengaruh terhadap efektivitas vaksin campak yang diberikan. Semakin usia anak
melebihi 1 tahun maka semakin tinggi efikasi vaksin tersebut. 13 Efikasi vaksin
campak pada anak yang mendapatkan vaksin pada usia sembilan bulan sebesar 85%,
anak yang menerima vaksin campak pada usia 12 bulan sebesar 90%, dan pada anak
usia 15 bulan sebesar 98%. Walaupun demikian, dalam pelaksanaan program
imunisasi campak yang dilakukan secara baik, diperkirakan terdapat 10% anak yang
telah divaksinasi gagal merespon vaksinasi atau responya kurang, diperkirakan 5%
menunjukkan kegagalan vaksin setelah 5-10 tahun mendapat imunisasi campak.
Kegagalan vaksin pada imunisasi pertama diperkirakan 15% pada anak yang
mendapat imunisasi pada saat usia 9 bulan, sedangkan kegagalan vaksin pada anak
yang mendapat vaksin saat anak berumur 12 bulan diperkirakan sebesar 10%. Oleh
sebab itu vaksinasi ulang (booster) memegang peranan penting dalam mencegah
penularan penyakit campak di masyarakat.Frekuensi pemebrian vaksin juga
mempengaruhi respon imun yang terjadi.Respon imun sekunder menimbulkan sel
efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya, dan afinitasnya lebih tinggi. Di
samping frekuensi, jarak pemberianpun akan mempengaruhi respon imun yang
terjadi. Apabila pemberian vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibody
spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk akan segera dinetralkan oleh
antibody spesifik yang tinggi tersebut sehingga tidak sempat merangsang sel
imunokompeten.Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan aktif,
imunisasi aktif dengan memberikana zat bioaktif yang disebut vaksin, dan
tindakannya disebut vaksinasi.Kekebalan yang diperoleh dengan vaksinasi
berlangsung lebih lama dari kekebalan pasif karena adanya memori imunologis,
walaupun tidak sebaik kekebalan aktif yang terjadi karena infeksi alamiah. Usia
pemberianimunisasi mempengaruhi kekebalan aktif dan memori imunologis yang
efektif maka vaksinasi harus mengikuti cara pemakaian dan jadwal atau usia yang
telah ditentukan oleh produsen vaksin melalui uji klinis yang telah dilakukan.
c. Vaksin Flubio
Vaksin ini berguna sebagai pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus
influenza. Vaksin flubio di berikan untuk usia diatas 12 tahun, serta di
rekomendasikan pemberian 1 tahun sekali.
1) Dosis & Cara Penggunaan
Dosis dan Cara Penggunaan Flubio, harus dilakukan dengan Tenaga Medis
Profesional dan Resep Dokter:
Pemberian dosis vaksin pada usia 12 tahun- dewasa : 1 kali sehari 1 vial (0.5 mL)
disuntikan secara intramuskular (melalui otot). Dosis penggunaan Flubio juga harus
dikonsultasikan dengan Dokter terlebih dahulu sebelum digunakan, karena dosis
penggunaan nya berbeda-beda setiap individu tergantung berat tidaknya penyakit
yang diderita.
2) Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu antara 2-8 derajat Celcius. Jangan dibekukan. Lindungi dari
cahaya.
3) Efek Samping
Efek samping penggunaan Flubio yang mungkin terjadi adalah:
a. Nyeri pada tempat suntikan
b. Demam
c. Nyeri kepala
d. Berkeringat
e. Gemetar
f. Dapat menimbulkan efek kemerahan pada kulit.
g. Menimbulkan rasa nyeri
h. Terjadinya pembengkakan.
i. Menggigil
4) Kontraindikasi
Imunisasi sebaiknya ditunda bagi pasien yang mengalami infeksi akut dan demam.
Tidak di anjurkan bagi pasien yang memiliki riwayat alergi pada protein, telur ayam,
antibiotik neomycin, formaldehid.
5) Interaksi Obat
Tidak boleh diberikan bersamaan dengan golongan obat imunosupresan dan aspirin.
6) Kategori Kehamilan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan Flubio
Vaccine ke dalam Kategori C: Studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada
janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada
wanita atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat diberikan hanya jika
manfaat yang yang diperoleh lebih besar dari potensi risiko pada janin.
d.Vaksin Hepatitis B Rekombinan
Vaksin ini berguna sebagai pencegahan terhadap penyakit hepatitis B. vaksin hepatitis
B diberikan untuk usia kurang dari 10 tahun sebanyak 0,5 ml, sedangkan untuk usia
lebih dari 10 tahun sebanyak 1 ml. Jadwal pemberian vaksin ialah 0-1-6 bulan atau 0-
1-2 bulan.
e.Vaksin Pentabio
Vaksin ini berguna sebagai pencegahan terhadap penyakit dipteri, tetanus, pertusis,
hepatitis B dan infeksi haemophilus influenza tipe B serta meningitis pada anak
berusia kurang dari 5 tahun.
f. Vaksin BCG
Berguna sebagai pencegahan terhadap penyakit tuberculosis. Diberikan 1 kali untuk
usia 0-2 bulan.
g.Vaksin jerap DT
Berguna sebagai pencegahan terhadap penyakit dipteri dan tetanus. Diberikan untuk
usia kurang dari 7 tahun.
h.Vaksin jerap TD
Berguna sebagai pencegahan penyakit tetanus dan dipteri. Diberikan 1 kali sebagat
booster atau lanjutan untuk usia diatas 7 tahun.
i. Vaksin TT
Berguna sebagai pencegahan terhadap penyakit tetanus dan neonatal tetanus. Vaksin
TT diberikan untuk WUS, wanita hamil dan dewasa.
j. Vaksin DTP
Berguna sebagai pencegahan terhadap penyakit dipteri, tetanus dan pertusis. Vaksin
diberikan 3 kali untuk usia 2,3,dan 4 bulan.
k. Vaksin DTP/HB
Berguna sebagai pencegahan terhadap penyakit dipteri, tetanus, pertusis dan hepatitis
B. diberikan 3 kali untuk usia 2,3,dan 4 bulan, namun didahului 1 dosis vaksin
hepatitis B pada saat lahir.
C. Immunosupresif
Immunosupresif adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan reaksi pembentukan
zat kekebalan tubuh atau antibodi akibat kerusakan organ limfoid. Dengan adanya
penurunan jumlah antibodi dalam tubuh, maka penyakit-penyakit akan lebih leluasa
masuk dan menginfeksi bagian tubuh. Hal tersebut akan menyebabkan adanya
gangguan pertumbuhan dan produksi.
a.Indikasi utama:
 Transplantasi organ.
 Penyakit autoimmun.
 Pencegahan hemolisis rhesus pada neonatus.
b.Manfaat
Obat dan terapi immunosupresif banyak dimanfaatkan pada operasi transplantasi
organ. Obat dan terapi immunosupresif akan mampu menekan kerja sistem immun
sehingga penolakan tubuh terhadap organ yang baru akan dapat ditekan. Radang usus
besar dapat diobati dengan menggunakan obat immunosepresif kortikosteroid dan
sitotoksik.
c. Dampak negatif
Obat immunosupresif dapat menyebabkan meningkatnya resiko infeksi oleh
bakteri,virus dan jamur. Kelas obat immunosupresif yang baru siklosporin,dapat
memberikan efek samping berupa keracunan pada sel saraf, keracunan pada ginjal,
keracunan pada hati dan hiperkalemia.untuk mengamati dampak-dampak yang
ditimbulkan agar dapat dievaluasi lebih lanjut,pemakaian obat dan terapi
immunosupresif harus terus diawasi.
D. Hipersensitivitas
Alergi merupakan salah satu respon sistem imun yang disebut reaksi hipersensitif.
Pada individu yang rentan, reaksi tersebut terjadi secara khas setelah kontak yang
kedua dengan antigen spesifik. Kontak yang pertama kali merupakan kejadian yang
diperlukan untuk menginduksi terhadap alergen tersebut. Reaksi hipersensitif
merupakan salah satu respon sistem imun yang berbahaya karena dapat menimbulkan
kerusakan jaringan maupun penyakit yang serius. Oleh Coobs dan Gell reaksi
hipersensitif menjadi empat kelas.
a. Hipersensitivitas tipe 1 ( Anafilaksis )
Tipe ini disebut juga tipe cepat. Mekanisme umum dari tipe ini meliputi langkah-
langkah berikut: antigen menginduksi pembentukan antibodi IgE, yang kuat dengan
reseptor pada sel basal dan sel mast melalui bagian antibodi Fc tersebut. Beberapa
saat kemudian yang kedua dengan antigen yang sama mengakibatkan fiksasi antigen
kee IgE yang mengikat kontak dan menit mediator yang aktif secara farmakologis dari
sel tersebut ddalam waktu bebrraopa. Mediator tipe ini adalah histamin dan
prostaglandin.
b. Hipersensitivitas tipe II
Tipe ini melibatkan pengikatan antibodi (IgG atau IgM) ke antigen permukaan sel
atau molekul matriks ekstraseluler. Antibodi yang ditujukan ke antigen permukaan sel
dapat mengaktifkan komplemen untuk menghancurkan sel tersebut.
Obat-obat sepeerti penisilin , fenasetin san kinidin sapat melekat pada protein
permukaan sel darah merah dan memulai pembentukan antibodi. Antibodi autoimun
ini kemudian dapat bergabung dengan peermukaan ssel yang mengakibatkan
hemolisis.
c. Hipersensitivitas tipe III
Reaksi tipe III disebut juga reaksi kompleks adalah reaksi yang terjadi bila kompleks
antigen-antibodi ditemukan dalam jaringan atau sirkulasi/ dinding pembuluh darah
dan mengaktifkan komplemen. Antibodi yang bisa digunakan sejenis IgM atau IgG
sedangkan yang diaktifkan kemudian mengaktifkan faktor kemotatik makrofag.
Faktor kemotatik yang ini akan menyebabkan pemasukan leukosit-leukosit PMN yang
mulai memfagositosis kompleks-kompleks imun. Reaksi ini juga menghasilkan
enzim-enzim yang berasal dari granula-granula polimorf, yakni proteolitik, dan
enzim-enzim pembentukan kinin.
Antigen pada reaksi tipe III ini dapat berasal dari infeksi kuman patogen yang
persisten (malaria), bahan yang terhirup (spora jamur yang menimbulkan alveolitis
alergik ekstrinsik) atau dari jaringan sendiri (penyakit autoimun). Infeksi dapat
disertai dengan antigen dalam jumlah yang berlebihan, tetapi tanpa adanya respon
antibodi yang efektif.
d. Hipersensitivitas tipe IV (hipersensitivitas lambat)
Hipersensitivitas tipe lambat merupakan fungsi dari limfosit T tersensitosasi secara
spesifik, bukan merupakan fungsi antibodi. Respon imun lambat, yakni respons
dimulai beberapa jam atau beberapa hari setelah kontak dengan antigen berlangsung
selama berhari-hari.
E. Hubungan Hipersensitivitas Dengan Sistem Imun
Reaksi hipersensitivitas atau alergi menunjukan kondisi respons imunitas yang
menimbulkan suatu reaksi yang berlebihan atau reaksi yang tidak sesuai.
Hipsensitivitas termasuk dalam penyakit autoimun.
Autoimun adalah respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan oleh
kegagalan mekanime normal yang berperan mempertahankan self tolerance sel B sel
atau keduanya. Potensi autoimunditemukan pada semua individu oleh karena limfosit
dapat mengekspresikan reseptor spesifik untuk banyakl antigen.
Automunitas terjadi karena self antigen yang dapat menimbulkan aktivasi, prolifirasi
serta diferensiasi sel T. autoreaktif menjadi efektor yang menimbulkan kerusakan
jaringan dari berbagai organ, baik antibodi maupun sel T atau keduanaya dapat
berperan dalam patogenesis automun. Antigen disebut auto antigen antibodi disebut
autoantibody. (kamen, 2006).
Autoimun secara teori berkembang sewaktu toleransi terhadap antigen diri belum
terbentuk atau sewaktu toleransi terhadap antigen sel hilang. Kebanyyakan dari
kesalahan tersebut kemungkinan karena faktor genetik. Kegagalan dalam
mendapatkan toleransi disebabkan sebagai berikut: kegagalan deteksi klonal dari sel
autoreaktif, kegagalan anergi klonal dari sel T perifer). Pelepasan antigen, pemisahan
dimana toleransi bblum berkembang, perubahan dari self anti gen dimana tidak diknal
sebagai antigen itu sendiri. Tiruan molekul antarra antigen dari lingkungan dan self
antigen. Penyimpangan ekspresi MHC , rangsangan super antigen dari klonal anergi
autoreaktif rangsangan sel B poliklonat.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologi yang dilakukan
oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja
dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh dari infeksi. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Jika sistem ini terlalu aktif akan terjadi autoimunitas
seperti alergi atau hipersensitivitas.

B. SARAN
setelah mengetahui teori dasar tentang imunologi, kita diharapkan mampu
meningkatkan atau mempertahankan kekebalan tubuh kita dengan menjalankan
gaya hidup yang sehat agar terhindar dari berbagai macam infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Fitrianingsih, Dwi. 2009. Farmakologi Obat-Obatan Dalam Kebidanan. Nuha
Medika :Yogyakarta
Abbas, K. A., Lichtmant, A.H., Pillai, S. 2012. Cellular and Molecular Immunologi. Seventh
ed. Philadelphia : W B Saunders Company
Bratawidjaya, K. G. 2012. Imunologi Dasar Edisi 10. Jakarta; Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas
IW Sari 2019
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2172/3/BAB%20II.pdf (Diakses pada 01 April 2022 pukul
19.30)
Zewert,dkk. 2011. Mikrobiologi kedokteran . jakarta: salemba
Kimbal, 1983. Biologi, Jakarta : erlangga
Gorman dkk, 1982. Kimia dan biologi antibiotik laktan, London : academic press
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/IMUNOPATOLOGI.pdf
http://muhaiminrifai.lecture.ub.ac.id /files/2011/01/Alergi-hipersensitif-diktat1.pdf
http://eprints.undip.ac.id/43998/3/Josephine_Rahma_G2A009055_Bab2KTI.pdf
http://blog.unnes.ac.id/hamidah/2016/04/28/makalah-imunologi /
http://blog.unnes.ac.id/hamidah/2016/04/28/makalah-imunologi/
http://blog.unnes.ac.id/hamidah/2016/04/28/makalah-imunologi/ (Diakses pada 28 April
2016)

Anda mungkin juga menyukai