Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

VAKSIN

Disusun Oleh:
Nama : Mita Rizkiana Nur
Kelas : XI
Kompetensi Keahlian : Farmasi Klinis dan Komunitas

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


CARAKA NUSANTARA
JAKARTA
2020
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan
kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan maklalah berjudul “Vaksin” dalam
maksud memenuhi tugas Mikrobiologi.
Makalah ini disusun dengan arahan dan bantuan berbagai pihak, khususnya Bapak
Rudy Gunawan., selaku guru mata pelajaran Mikrobiologi. Penulis menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Bapak Hendra Nanto W., Apt., selaku kepala SMK Caraka Nusantara.

2. Bapak Rudy Gunawan., selaku guru mata pelajaran Mikrobiologi

Serta pihak – pihak lain yang memungkinkan tersusunnya makalah.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karenanya kritik
dan saran diperlukan untuk makalah yang lebih baik. Penulis berharap makalah ini
bermanfaat bagi pembaca

Jakarta, 4 Juni 2020


Penulis,

Mita Rizkiana Nur


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vaksinasi merupakan suatu pencegahan medis yang sudah tidak asing di telinga
masyarakat modern saat ini. Vaksinasi dianggap sebagai salah satu terobosan mutakhir
dalam dunia kesehatan karena bersifat prefentif dan kabarnya banyak menyelamatkan
nyawa manusia. Vaksin adalah sejenis produk biologis yang mengandung unsur antigen
berupa virus atau mikroorganisme yang sudah mati atau sudah dilemahkan dan juga
berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksid atau protein rekombinan,
yang sudah ditambahkan dengan zat lainnya. Vaksin berguna untuk membentuk
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Manusia memiliki 2 sistem kekebalan, yaitu kekebalan kekebalan spesifik dan
ksistem kekebalannon-spesifik. Sistem kekebalan tubuh nonspesifik bekerja melawan
semua jenis benda asing yang masuk dan tidak bekerja ditujukan pada zat asing atau
mikroorganisme tertentu. Kekbalan non spesifik antara lain Pertahanan fisis dan mekanis;
pertahanan biokimiawi; Pertahanan tubuh seluler.
Apabila kekebalan tubuh non spesifik tidak bisa mengatasi serangan mikroorganisme
atau zat asing yang masuk maka kekebalan tubuh spesifik akan diaktifkan. Sistem
kekebalan tubuh spesifik bekerja melawan antigen tertentu oleh karena kemampuannya
menyimpan memori.
Sistem kekebalan tubuh spesifik diperankan oleh sel limfosit T dan limfosit B. Sistem
kekebalan tubuh spesifik ini tidak mengenali struktur utuh darimikroorganisme
melainkan hanya sebagian protein saja yang kemudian memacu kekebalan aktif tubuh.
Protein yang sebagian ini disebut antigen. Adanya antigen iniakan menyebabakan sel T
dan B memproduksi antibody untuk melawan antigen yangmasuk ke dalam tubuh
manusia. Semakin sering terpapar antigen dari luar maka akan semakin tinggi antibody
yang terbentuk dan memori pertahanan tunuh semakin banyak mengingat, sehingga tubuh
menjadi kebal. Akan tetapi antibodi dalam tubuh manusia sifatnya tidak stabil, untuk itu
diperlukan suatu paparan antigen dari luar yang dilemahkan yang disebut vaksin untuk
memacu kekebalan tubuh tersebut aktif.

Di dalam makalah akan diterangkan beberapa pembahasan mengenai vaksin.


B. Rumusan Masalah
Berikut merupakan rumusan masalah dari makalah:
1. Apa pengertian vaksin?
2. Bagaimana sejarah vaksin?
3. Apa tujuan dari vaksin dan vaksinasi?
4. Apa manfaat vaksin dan vaksinasi?
5. Apa saja jenis-jenis vaksin?
6. Bagaimana proses pembuatan vaksin?
7. Apa efek samping dari vaksin?
8. apa saja contoh dari vaksin?
C. Tujuan Makalah
Berikut merupakan tujuan dari makalah:
1. Mengetahui pengertian vaksin
2. Mengetahuisejarah vaksin
3. Mengetahui tujuan dari vaksin dan vaksinasi
4. Mengetahui manfaat vaksin dan vaksinasi
5. Mengetahui jenis-jenis vaksin
6. Mengetahui proses pembuatan vaksin
7. Mengetahui efek samping dari vaksin
8. Mengetahui contoh dari vaksin
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian vaksin
Vaksin (dari kata vaccinia, penyebab infeksi cacar sapi yang ketika diberikan kepada
manusia, akan menimbulkan pengaruh kekebalan terhadap cacar) adalah bahan antigenik
yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit yang
disebabkan oleh bakteri atau virus, sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh
infeksi oleh organisme alami atau "liar".
Vaksin dapat berupa virus atau bakteri yang telah dilemahkan, sehingga tidak
menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil
pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan
mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap
serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa
membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker).
Metode yang paling umum dari pemberian vaksin adalah melalui suntikan, namun
ada juga yang diberikan melalui mulut atau semprot hidung. Menurut WHO, vaksinasi
merupakan imunisasi aktif adalah suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan
paparan antigen dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun dan
menimbulkan kekebalan sehingga nantinya anak yang telah mendapatkan vaksinasi
tidak akan sakit jika terpajan oleh antigen serupa. Antigen yang diberikan dalam
vaksinasi yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit, namun dapat
menimbulkan limfosit yang peka, antibodi maupun sel memori.
B. Sejarah vaksin
Vaksin menerobos dunia modern pertama kali pada tahun 1796, ketika Edward
Jenner, seorang  dokter dari Inggris, meneliti  seorang pekerja harian yang terkena
penyakit cacar, dengan  diimunisasi dengan cacar sapi ringan.   Dia mengambil beberapa
cairan dari luka penderita cacar sapi dan menggoreskan  di permukaan lengan anak
berusia 8 tahun. 48 hari kemudian Jenner memberi nama “vaksin” (bahasa latin dari
Sapi).
Orang yang pertama kali mengidap penyakit cacar mencoba mencegah dengan
inokulasi diri dan dengan jenis infeksi lain. Pada tahun 1718 Lady Mary Wortley
Montagu melaporkan bahwa Turki memiliki tradisi sengaja inokulasi diridengan cairan
yang diambil dari kasus-kasus ringan cacar, dan bahwa ia telah menginokulasi anak-
anaknya sendiri. Sebelum 1796 ketika dokter Edward Jenner dari Inggris menguji adanya
kemungkinan menggunakan vaksin cacar sapi sebagai imunisasi untuk cacar pada
manusia untuk pertama kalinya. Sedikitnya enam orang telah melakukan hal tersebut dan
beberapa tahun yang sama sebelumnya yaitu seseorang yang identitasnya tidak diketahui
dari Inggris (sekitar 1771), Ibu Sevel dari Jerman (sekitar1772), Mr Jensen dari Jerman
(sekitar 1770), Benyamin Jesty dari Inggris pada tahun 1774, Rendall Ibu dari Inggris
(sekitar 1782), dan Peter Plett dari Jerman tahun 1791.
Upaya Vaksinasi dari dulu telah menuai kontroversi pada bidang ilmiah,
etika,keamanan politik, medis, agama, dan alasan lainnya. Dalam kasus yang jarang,
vaksinasi dapat melukai orang dan di Amerika Serikat mereka dapat menerima
kompensasi bagi mereka yang cedera di bawah Program Kompensasi Cedera
Vaksin Nasional.
C. Tujuan Vaksin
Tujuan vaksin yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu padaseseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia. Vaksinasi merangsang sistem
imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh
dari serangan penyakit.
Secara umun tujuan vaksinasi adalah :
1. Melalui vaksinasi tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
2. Vaksinai sangat efektif mencegah penyakit menular.
3. Vaksinasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka
kematian) pada balita.
4. Melindungi generasi selanjutnya
D. Manfaat Vaksin
Ada beberapa manfaat dari vaksinasi, antara lain :
1. Bagi anak, sebagai upaya pencegahan untuk melindungi anak dari serangan penyakit
tertentu, yang mungkin bisa menyebabkan penderitaan atau bahkan cacat permanen.
2. Bagi keluarga, vaksinasi bermanfaat untuk menghilangkan kecemasan akan
kesehatan dan biaya pengobatan jika anak sakit. Menumbuhkan keyakinan dan
harapan bahwa anak-anak akan menjalani masa pertumbuhannya dengan amandan
ceria. Sehingga, orang tua bisa sedikit terlepas dari kekhawatiran anaknya terserang
dari penyakit-penyakit tertentu yang selalu menjangkiti anak-anak.
3. Bagi negara, vaksinasi merupakan salah satu bentuk tanggung jawab negara untuk
meningkatkan taraf kesehatan wargananya. Dengan vaksinasi diharapkan kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan lebih meningkat dan citra negara
di mata dunia menjadi lebih baik.
E. Jenis-jenis Vaksin
Berikut merupakan beberapa jenis dari vaksin:
1. Vaksin hidup yang dilemahkan
Vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated vaccine) mengandung
mikroorganisme yang hidup dan dilemahkan yang menghasilkan infeksi terbatas
yang cukup untuk memicu respons imun, tetapi tidak cukup untuk menyebabkan
keadaan penyakit yang sebenarnya. Untuk mencapai kondisi lemah ini, agen
penyebab penyakit dikultur berulang pada inang asing. Selanjutnya akan diperoleh
mutan yang kurang virulen yang disesuaikan dengan inang asing, dan mutan ini
dapat digunakan untuk vaksinasi. Contoh vaksin hidup: vaksin polio oral (OPV),
campak (measles), rotavirus, demam kuning (yellow fever).
2. Vaksin inaktif[
Vaksin yang terbunuh atau tidak aktif (killed/inactivated vaccines) bekerja
dengan bantuan berbagai metode kimia, radiasi, atau panas. Patogen tidak aktif
sehingga tidak dapat mereplikasi di inang dan digunakan sebagai agen vaksinasi.
Vaksin bakteri umumnya menggunakan mikroorganisme mati, sedangkan vaksin
virus terdiri dari agen yang tidak aktif. Contoh vaksin yang sudah dimatikan: vaksin
pertusis utuh (whole-cell pertussis) dan inactivated polio virus (IPV).
3. Vaksin toksoid
Vaksin toksoid berarti vaksin yang mengandung toksoid atau toksin yang
sudah diinaktifkan. Contoh vaksin toksoid yaitu toksoid tetanus dan difteri toksoid.
4. Vaksin subunit
Vaksin subunit mengandung antigen murni daripada menggunakan seluruh
mikroorganisme. Antigen yang dimurnikan bisa berupa toksoid, fragmen subseluler,
atau molekul permukaan, yang diangkut oleh pembawa yang berbeda. Respon imun
terhadap vaksin subunit berbeda berdasarkan antigen yang digunakan. Antigen
protein biasanya menimbulkan respons imun adaptif bergantung sel T, sedangkan
antigen polisakarida menghasilkan respons tidak bergantung sel T. Contoh vaksin
subunit: acellular pertussis (aP), Haemophilus influenza type b
(Hib), pneumococcal (PCV-7, PCV-10, PCV-13), dan hepatitis B (HepB).
5. Vaksin konjugat
Vaksin terkonjugasi dapat didefinisikan sebagai subkelas vaksin subunit
karena pembawa protein digunakan untuk membawa antigen berbasis polisakarida.
F. Proses Pembuatan Vaksin
Proses pembuatan vaksin terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
1. Menghasilkan antigen dari Kuman
Produksi awal melibatkan pembentukan antigen dari mikroba. Untuk ini virus
atau mikroba tumbuh baik pada sel-sel dasar seperti telur ayam (misalnya vaksin
influenza). Antigen juga bisa merupakan racun atau toxoid dari organisme (misalnya
difteri atau tetanus) atau mungkin berupa bagian potongan tubuh kuman. Selain itu
antigen juga bisa jad berupa protein atau bagian dari organisme yang dibiakkan
dengan media jamur, bakteri lain atau sel budidaya. Bakteri atau virus dibuat lemah
dengan menggunakan bahan kimia atau panas untuk membuat vaksin (misalnya
vaksin polio).
2. Isolasi antigen
Isolasi bertujuan untuk menghilangkan komponen yang tidak diinginkan dari
hasil kultur. Pemurnian / pencucian bertujuan untuk mempertahankan komponen yang
diinginkan secara selektif sesuai dengan spesifikasi tertinggi, sekaligus secara selektif
membuang komponen yang tidak diperlukan. Umumnya purifikasi ini dilakukan
setelah proses fermentasi.
Beberapa metode yang digunakan pada purifikasiadalah sentrifugasi,
kromatografi dan filtrasi. Filtrasi dilakukan dengan memberikan tekanan tertentu agar
larutan yang ingin dimurnikan masuk melalui membran penyaringan, “dicuci” hingga
jutaan kali (seperti pada beberapa vaksin yang bersinggungan dengan enzim tripsin
babi), sehingga pada akhirnya yang tersisa hanyalah komponen yang diinginkan.
3. Penambahan Bahan Dasar Vaksin
Setelah antigen dibentuk, vaksin diformulasikan dengan menambahkan
ajuvan, stabilisator dan pengawet :
1.      Adjuvan : berfungsi untuk memperkuat respons imun
2.      Stabilizer : berfungsi untuk menstabilkan vaksin, misalnya dalam suhu ekstrim
3.      Aditif/ Preservatif / Pengawet : berfungsi sebagai antimikroba, khususnya pada
vaksin kemasan multidosis.
Adalah hal yang sulit untuk membuat vaksin vaksin kombinasi karena
kemungkinan tidak kompatibel dan interaksi antara antigen dan bahan-bahan lain dari
vaksin, oleh karena itu harga vaksin kombinasi lebih mahal daripada harga vaksin
tunggal.
4. Proses Perizinan
Dalam rangka untuk peresepan obat untuk dijual di Amerika Serikat, produsen
obat harus memenuhi persyaratan lisensi yang ketat yang ditetapkan oleh hukum dan
diberlakukan oleh Food and Drug Administration (FDA).Semua obat yang diresepkan
harus menjalani tiga tahap pengujian, meskipun data dari fase kedua kadang-kadang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tahap ketiga. Tahap tersebu antara lain
a. Tahap 1  yaitu pengujian harus membuktikan bahwa obat aman, atau setidaknya
tidak ada efek yang tidak diinginkan atau tak terduga akan terjadi dari
pemberiannya.
b. Tahap 2  yaitu harus diuji efektivitasnya (obat harus memiliki efek apa yang
seharusnya). Obat-obatan yang tidak berguna tidak dapat dijual, atau yang
membuat klaim untuk efek yang sebenarnya tidak dimiliki.
c. Tahap 3 adalah pengujian ini dirancang untuk mengukur efektivitas obat.
Meskipun vaksin diharapkan memiliki efektivitas hampir 100%, obat-obat
tertentu mungkin dapat diterima bahkan jika mereka mempunyai efektivitas yang
minimal, asalkan dokter yang meresepkan mengetahuinya.
Persyaratan-persyaratan produksi vaksin
Setiap tahap dari produksi vaksin wajib mengikuti kaidah GMP (Good Manufacturing
Practice) dan diawasi ketat oleh lembaga yang berwenang. WHO (Badan Kesehatan
Dunia) telah mengeluarkan peraturan ini sehingga vaksin yang diproduksi oleh perusahaan
manapun di setiap belahan negar akan memiliki kualitas yang sama. Produk perlu
dilindungi dari udara, air dan kontaminasi manusia. Lingkungan perlu dilindungi dari
tumpahan antigen.
Pelaksanaan uji lot / batch release
Pada setiap rangkaian produk vaksin dalam suatu waktu tertentu, dilakukan
penandaan berupa kode tertentu misalnya lot/ batch number untuk memastikan
konsistensi kemurniaan, potensi dan keamanan vaksin yang diproduksi pada waktu
berlainan tetaplah sama dan tidak terjadi penyimpangan.

G. Efek Samping Vaksin


Umumnya efek samping imunisasi tergolong ringan, misalnya:
1. Nyeri atau bekas berwarna kemerahan di bagian yang disuntik
2. Demam
3.  Mual
4. Pusing
5. Hilang nafsu makan
6. Untuk efek samping yang tergolong parah (misalnya kejang dan reaksi alergi), jarang
sekali terjadi.
H. Contoh Vaksin
1. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit infeksi hati berbahaya yang
disebabkan oleh virus melalui cairan tubuh dan darah. Pemberian vaksin hepatitis B
bisa dilakukan pertama kali pada anak setelah kelahirannya. Selanjutnya vaksin ini
bisa kembali diberikan pada saat anak berusia satu bulan dan pemberian ketiga di
kisaran usia 3-6 bulan.
Efek samping vaksin hepatitis B yang tergolong umum adalah demam dan
rasa lelah pada anak. Sedangkan efek samping yang jarang terjadi adalah gatal-gatal,
kulit menjadi kemerahan, dan pembengkakan pada wajah.
2.  Polio
Polio merupakan penyakit virus yang dapat menyebabkan kelumpuhan, sesak
napas, dan terkadang kematian. Pemberian vaksin polio harus dilakukan dalam satu
rangkaian, yaitu pada saat anak baru dilahirkan dan pada saat anak berusia dua,
empat, serta enam bulan. Vaksin ini selanjutnya bisa diberikan kembali di usia satu
setengah tahun, dan yang terakhir di usia lima tahun.
Efek samping vaksin polio yang paling umum adalah demam dan kehilangan
nafsu makan, sedangkan efek samping yang sangat jarang terjadi adalah
reaksi alergi berupa gatal, kulit kemerahan, wajah membengkak hingga susah
bernapas atau menelan.
3. BCG
Vaksin BCG diberikan untuk mencegah penyakit tuberkulosis  atau yang lebih
dikenal sebagai TBC. Penyakit ini merupakan penyakit serius yang dapat ditularkan
melalui hubungan dekat dengan orang yang terinfeksi TB, seperti hidup di rumah
yang sama.
Pemberian vaksin BCG hanya dilakukan satu kali, yaitu pada saat anak baru
dilahirkan hingga berusia dua bulan. Efek samping vaksin BCG yang paling umum
adalah munculnya benjolan bekas suntik pada kulit, sedangkan efek samping yang
sangat jarang terjadi adalah reaksi alergi.
4. DTP
Vaksin DTP merupakan jenis vaksin gabungan. Vaksin ini diberikan untuk
mencegah penyakit difteri, tetanus, dan pertusis. Pertusis lebih dikenal dengan
sebutan batuk rejan.
Pemberian vaksin DTP harus dilakukan lima kali, yaitu pada saat anak berusia
Dua bulan, Empat bulan, Enam bulan, Satu setengah tahun, Lima tahun. Vaksin DTP
tidak dilisensikan untuk anak-anak usia di atas tujuh tahun, remaja, atau dewasa.
Namun vaksin sejenis yang disebut Tdap bisa diberikan pada usia 12 tahun. Efek
samping vaksin DTP yang tergolong umum adalah rasa nyeri, demam, dan mual. Efek
samping yang jarang terjadi adalah kejang-kejang.
5. Campak
Campak adalah penyakit virus yang menyebabkan demam, pilek, batuk, sakit
tenggorokan, radang mata, dan ruam. Vaksin campak diberikan tiga kali yaitu pada
saat anak berusia sembilan bulan, dua tahun, dan enam tahun.
6. MMR
Selain vaksin campak biasa, ada pilihan alternatif yaitu vaksin MMR yang
merupakan vaksin kombinasi. Vaksin ini merupakan gabungan antara vaksin
campak, gondong, dan campak Jerman.
7. Hib
Vaksin Hib diberikan untuk mencegah infeksi mematikan yang disebabkan
oleh bakteri haemophilus influenza tipe B. Beberapa kondisi parah yang dapat
disebabkan virus Hib adalah meningitis (radang selaput otak), pneumonia (radang
paru-paru), septic arthritis (radang sendi), dan pericarditis (radang kantong jantung).
Pemberian vaksin Hib harus dilakukan empat kali, yaitu saat anak berusia dua
bulan, empat bulan, enam bulan, dan 18 bulan. Efek samping yang mungkin terjadi
setelah vaksin Hib adalah reaksi alergi berupa kemerahan dan gatal.
8. Pneumokokus
Vaksin pneumokokus (PCV) diberikan untuk mencegah
penyakit pneumonia, meningitis, dan septikemia yang disebabkan oleh
bakteri Streptococcus pneumoniae. Pemberian vaksin ini harus dilakukan secara
berangkai, yaitu saat anak berusia dua, empat, dan enam bulan. Selanjutnya
pemberian vaksin dapat kembali dilakukan saat anak berusia 12-15 bulan.
Efek samping vaksin PCV yang bisa terjadi adalah pembengkakan dan warna
kemerahan pada bagian yang disuntik, serta diikuti dengan demam ringan.
9. Rotavirus
Vaksin rotavirus merupakan jenis vaksin untuk mencegah diare. Pemberian
vaksin ini dilakukan secara berangkai, yaitu pada saat anak berumur 10 minggu dan 6
minggu (maksimal pada usia 6 bulan). Efek samping vaksin rotavirus yang paling
umum diare ringan. Efek pada bayi dapat menyebabkannya menjadi lebih rewel.
10. Varisela
Vaksin varisela merupakan vaksin untuk mencegah penyakit cacar air yang
disebabkan oleh virus varicella zoster. Vaksin ini diberikan pada anak berusia satu
tahun ke atas. Vaksin diberikan dua kali jika anak berusia di atas 13 tahun dengan
jarak waktu 4-8 minggu.
Efek samping pemberian vaksin varisela yang tergolong umum adalah
kemerahan dan nyeri pada bagian yang disuntik. Dan efek samping yang tergolong
lebih jarang adalah ruam kulit.
11. HPV
Vaksin HPV diberikan kepada remaja perempuan untuk mencegah kanker
serviks atau kanker pada leher rahim yang sebagian besar kasusnya disebabkan
oleh virus Human papilloma virus.  Vaksin HPV dapat diberikan sejak anak berumur
10 hingga 26 tahun.
Efek samping pemberian vaksin HPV yang tergolong umum adalah Sakit
kepala
Nyeri, bengkak, gatal, memar, dan merah pada bagian kulit yang disuntik,
Demam,Nyeri tangan dan kaki, Mual. Sedangkan efek samping yang jarang terjadi
adalah urtikaria atau biduran.
12. Hepatitis A
Vaksin hepatitis A diperuntukkan mencegah penyakit hepatitis A yang
disebabkan oleh virus. Vaksin ini harus diberikan dua kali mulai usia 2 tahun.
Suntikan pertama dan kedua harus berjarak 6 bulan atau 12 bulan.
Efek samping vaksin hepatitis A yang umum adalah demam dan rasa lelah,
sedangkan efek samping yang tergolong jarang adalah gatal-gatal, batuk, sakit kepala,
dan hidung tersumbat.
13. Tifus
Vaksin tifus diberikan untuk mencegah penyakit tifus yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi. Gejala penyakit ini meliputi demam, diare, dan sakit
kepala.Jika tidak segera ditangani, gejala tersebut bisa memburuk, dan menyebabkan
berbagai komplikasi, seperti infeksi usus dan perforasi (robek) usus.
Pemberian vaksin tifus bisa dilakukan pada saat anak berusia 2 tahun dengan
frekuensi pengulangan tiap tiga tahun sekali. Efek samping pemberian vaksin tifus
yang mungkin saja terjadi adalah Nyeri, bengkak, dan merah pada bagian yang
disuntik, Demam, Sakit kepala, Tidak enak badan, Sakit perut, Diare.
BAB III
SIMPULAN

Berikut merupakan hal yang dapat disimpulkan dari keseluruhan makalah:


1. Vaksin (dari kata vaccinia) adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan
kekebalan aktif terhadap suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus, sehingga
dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme
2. Vaksin pertama kali di temukan oleh Edward Jenner pada 1796, yaitu vaksin untuk cacar
3. Cara kerja Vaksinasi merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibodi
spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit.
4. Tujuan vaksin yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu padaseseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia.
5. Vaksin bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu keluarga, anak, dan negara.
6. Jenis vaksin antara lain vaksin yang dilemahkan; toksoid; inaktif; subunit; konjugat.
7. Proses singkat pembuatan vaksin adalah:
a. Menghasilkan antigen dari Kuman
b. Isolasi antigen
c. Penambahan bahan dasar vaksin
d. Perizinan, termasuk kontrol kualitas.
8. Beberapa contoh vaksin yang digunakan di dunia:
a. Hepatitis A
b. Hepatitis B
c. BCG
d. DTP
e. Campak
f. MMR
g. Hib
h. Pneumokokus
i. Rotavirus
j. Varicella
k. HPV
l. Tifus

Anda mungkin juga menyukai