Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“Trend dan Issue Keperawatan Sistem Imunologi”

M.Hadi irawan 113122132

Mardhani Purnawan 113122133

Mariana Handayani 113122134

Mayamia Laradia 113122135

Misri Al Khaironi 113122136

Mohri Mitra Arifin 113122137

Muhammad Abdul Rosid 113122138

Zulia Farida Ardiani 113122155

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR

LOMBOK TIMUR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Trend dan issue keperawatan system imunologi.

Makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai
trend dan issue gangguan sisitem imunologi.

Kami juga menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu, saran dan masukan dari berbagai
pihak sangat kami harapkan.

Lombok Timur, Juli 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Imun ............................................................................................ 3
2.2 Fungsi Sistem Imun .................................................................................................. 3
2.3 Macam-macam Sistem Kekebalan Tubuh .................................................................. 3
2.4 Jenis-jenis Antibodi ................................................................................................... 5
2.5 Faktor-faktor yang merendahkan system imun ........................................................... 7
2.6 Trend dan Issue system Imunologi HIV/AIDS ........................................................... 7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada Juli 2003, Salah satu kasus baru yang belum banyak diketahui orang lain
adalah merebaknya HIV/AIDS dikalangan para petugas kesehatan akibat secara tidak
sengaja tersuntik jarum suntik yang biasa digunakan oleh para penderita penyakit yang
diidentikkan dengan penyakit seksual ini. Kebanyakan yang terkena adalah para suster
yang bertugas untuk menyuntikkan zat anti viral (anti virus) kepada para pasien penderita
AIDS. Tetapi entah kenapa, secara tidak sengaja jarum suntik yang biasa digunakan
untuk para penderita HIV/AIDS, berbalik menyuntik bagian tubuh mereka. Keadaan
dikhawatirkan akan menyebabkan ketakutan di kalangan para petugas kesehatan,
terutama bagi mereka yang ditugaskan untuk merawat ODHA (Orang Dengan
HIV/AIDS). Salah satu cara yang telah dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan
pemberian obat jenis post exposure prophylaxis atau pencegahan pasca pajanan.
Tujuannya, agar dapat dideteksi apakah mereka positif terkena HIV/AIDS atau tidak.
Mereka meminumnya selama satu hingga satu setengah bulan, kemudian pemakaian obat
dihentikan. Tiga hingga enam bulan setelahnya, mereka kembali diberikan obat anti viral
untuk melumpuhkan virus HIV. ‘Kecelakaan’ yang tidak disengaja itu akan semakin
memperparah kondisi para pasien HIV/AIDS karena akan semakin banyak orang yang
tidak peduli kepada mereka. Sementara untuk petugas kesehatan diharapkan mereka
bersikap hati-hati dalam bertugas karena pihak rumah sakit tidak menyediakan dana
khusus untuk perawatan dan pengobatan mereka.

Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-
Sahara.Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi
38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan
WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta
orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini
merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah
menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih
dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini
terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan
menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus
sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun
akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.

1
Dari waktu ke waktu pemahaman masyarakat Indonesia mengenai HIV/AIDS
sudah cukup baik. Namun, apakah itu menjamin pola hidupnya terbebas dari infeksi virus
menular ini? Pasalnya, kesadaran masayarakat mengenai hal-hal yang dapat mencegah
terinfeksinya tubuh oleh virus HIV masih rendah. Kondisi inilah yang mendorong tingkat
kasus masih tinggi. Pada tahun ini, tercatat sebanyak 14.628 orang telah tertular virus in,
5.813 positif HIV dan 9.689 AIDS.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimanah perkembangan Trend isue keperawatan mengenai gangguan imunologi?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui perkembangan Trend isue keperawatan mengenai gangguan


imunologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SISTEM IMUN


Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pertahanan
atau imunitas terhadap senyawa makromolekuler atau organisme asing yang
masuk kedalamtubuh. Secara historisistilahini kemudian digunakan untuk
menjelaskan perlindungan terhadap penyakit infeksi. Untuk melindungi dirinya,
tubuh memerlukan mekanisme yang dapat membedakan sel-sel itu sendiri (Self)
dariagen-agen penginvasi (nonself).
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan
melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel
kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah,
kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang
dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor,
dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.

B. FUNGSI SISTEM IMUN


Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai:
1. Pertahanan tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit, dan
jika sel-sel imun yang bertugas untuk pertahana ini mendapatkan gangguan atau
tidak bekerja dengan baik, maka oranmg akan mudah terkena sakit.
2. Keseimbangan, atau fungsi homeostatik artinya menjaga keseimbangan dari
komponen tubuh.
3. Perondaan(Penjaga), sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuan
untukmemantau ke seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang mengalami
mutasi maka sel peronda tersebut akan membinasakannya.

C. MACAM-MACAM SISTEM KEKEBALAN TUBUH


Sistem kekebalan tubuh manusia dibagi 2 yaitu:
1. Sistem kekebalan tubuh non spesifik
Disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau imunitas alamiah,
artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis
antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak
bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik.Jadi bukan
merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu.

3
a. Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap pertama
Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga diebut kekebalan tubuh
alami. Tubuh memberikan perlawanan atau penghalang bagi masuknya
patogen/antigen. Kulit menjadi penghalan bagi masuknya patogen karena
lapisan luar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan
mikroorganisme terhambat. Air mata memberikan perlawanan terhadap
senyawa asing dengan cara mencuci dan melarutkan mikroorganisme tersebut.
Minyak yang dihasilkan oleh Glandula Sebaceae mempunyai aksi
antimikrobial. Mukus atau lendir digunakan untuk memerangkap patogen
yang masuk ke dalam hidung atau bronkus dan akan dikeluarkjan oleh paru-
paru. Rambut hidung juga memiliki pengaruh karenan bertugas menyaring
udara dari partikel-partikel berbahaya. Semua zat cair yang dihasilkan oleh
tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung enzimm yang disebut lisozim.
Lisozim adalah enzim yang dapat meng-hidrolisis membran dinding sel
bakteri atau patogen lainnya sehingga sel kemudian pecah dan mati. Bila
patogen berhasil melewati pertahan tahap pertama, maka pertahanan kedua
akan aktif.
b. Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap ke dua
Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan non spesifik,
dimana jika ada patogen atau antigen yang masuk ke dalam tubuh dan
menyerang suatu sel, maka sel yang rusak itu akan melepaskan signal kimiawi
yaitu histamin. Signal kimiawi berdampak pada dilatasi(pelebaran) pembuluh
darah dan akhirnya pecah. Sel darah putih jenis neutrofil,acidofil dan monosit
keluar dari pembuluh darah akibat gerak yang dipicu oleh senyawa
kimia(kemokinesis dan kemotaksis). Karena sifatnya fagosit,sel-sel darah
putih ini akan langsung memakan sel-sel asing tersebut. Peristiwa ini disebut
fagositosis karena memakan benda padat, jika yang dimakan adalah benda
cair, maka disebut pinositosis.
Makrofag atau monosit bekerja membunuh patogen dengan cara
menyelubungi patogen tersebut dengan pseudopodianya dan membunuh
patogen dengan bantuan lisosom. Pembunuh dengan bantuan lisosom bisa
melalui 2 cara yaitu lisosom menghasilkan senyawa racun bagi si patogen atau
lisosom menghasilkan enzim lisosomal yang mencerna bagian tubuh mikroba.
Pada bagian tubuh tertentu terdapat makrofag yang tidak berpindah-pindah ke
bagian tubuh lain, antara lain : paru-paru(alveolar macrophage), hati(sel-sel
Kupffer), ginjal(sel-sel mesangial), otak(sel–sel microgial), jaringan
penghubung(histiocyte) dan pada nodus dan spleen. Acidofil/Eosinofil
berperan dalam menghadapi parasit-parasit besar. Sel ini akan menempatkan
diri pada dinding luar parasit dan melepaskan enzim penghancur dari granul-
granul sitoplasma yang dimiliki.

4
Selain leukosit, protein antimikroba juga berperan dalam
menghancurkan patogen. Protein antimikroba yang paling penting dalam
darah dan jaringan adalah protein dari sistem komplemen yang berperan
penting dalam proses pertahan non spesifik dan spesifik serta interferon.
Interferon dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi oleh virus yang berfungsi
menghambat produksi virus pada sel-sel tetangga. Bila patogen berhasil
melewati seluruh pertahanan non spesifik, maka patogen tersebut akan segera
berhadapan dengan pertahanan spesifik yang diperantarai oleh limfosit.
2. Sistem kekebalan tubuh spesifik
Pertahanan spesifik: imunitas diperantarai antibodi untuk respon imun
yang diperantarai antibodi, limfosit B berperan dalam proses ini, dimana limfosit
B akan melalui 2 proses yaitu respon imun primer dan respon imun sekunder.Jika
sel limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok, maka limfosit B membelah
secara mitosis dan menghasilkan beberapa sel limfosit B. Semua Limfosit b
segera melepaskan antibodi yang mereka punya dan merangsang sel Mast untuk
menghancurkan antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk
mengeluarkan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan
antibodi yang sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa ini disebut
limfosit B memori. Inilah proses respon imun primer. Jika suatu saat, antigen
yang sama menyerang kembali, Limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih
banyak sel Limfosit B daripada sebelumnya. Semuanya melepaskan antibodi dan
merangsang sel Mast mengeluarkan histamin untuk membunuh antigen tersebut.
Kemudian, 1 limfosit B dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi
yang ada dari sebelumnya. Hal ini menyebabkan kenapa respon imun sekunder
jauh lebih cepat daripada respon imun primer. Suatu saat, jika suatu individu lama
tidak terkena antigen yang sama dengan yang menyerang sebelumnya, maka bisa
saja ia akan sakit yang disebabkan oleh antigen yang sama karena limfosit B yang
mengingat antigen tersebut sudah mati. Limfosit B memori biasanya berumur
panjang dan tidak memproduksi antibodi kecuali dikenai antigen spesifik. Jika
tidak ada antigen yang sama yang menyerang dalam waktu yang sangat lama,
maka Limfosit b bisa saja mati, dan individu yang seharusnya bisa resisten
terhadap antigen tersebut bisa sakit lagi jika antogen itu menyerang, maka seluruh
proses respon imun harus diulang dari awal.

D. JENIS-JENIS ANTIBODI
Antibodi adalah protein berbentuk Y dan disebut Immunoglobulin(Ig),
hanya dibuat oleh Limfosit B. Antibodi berikatan dengan antigen pada akhir
lengan huruf Y. Bentuk lengan ini akan menentukkan beberapa macam IG yang
ada, yaitu IgM, IgG, IgA,IgE dan IgD. Saat respon imun humoral, IgM adalah
antibodi yang pertama kali muncul. Jenis lainya akan muncul beberapa hari

5
kemudian. Limfosit B akan membuat Ig yang sesuai saat interleukin dikeluarkan
untuk mengaktifkan Limfosit T saat antigen menyerang.
Antibodi juga dpat menghentikan aktivitas antigen yang merusak
dengan cara mengikatkan antibodi pada antigen dan menjauhkan antigen tersebut
dari sel yang ingin dirusak. Proses ini dinamakan neuralisasi. Semua Ig
mempunyai kemampuan ini. Antibodi juga mempersiapkan antigen untuk dimakan
oleh makrofag. Antobodi mengikatkan diri pada antigen sehingga permukaannya
menjadi lebih mudah menempel pada makrofag. Proses ini disebut opsonisasi.
IgM dan IgG memicu sistem komplemen, suatu kelompok protein
yang mempunyai kemampuan unutk memecah membran sel.IgM dan IgG bekerja
paling maksimal dalam sistem sirkulasi,IgA dapat keluar dari peredaran darah dan
memasuki cairan tubuh lainnya.IgA berperan penting untuk menghindarkan infeksi
pada permukaan mukosa. IgA juga berperan dalam resistensi terhadap banyak
penyakit. IgA dapat ditemukan pada ASI dan membantu pertahanan tubuh
bayi.IgD merupakan antibodi yang muncul untuk dilibatkan dalam inisiasi respon
imun.IgE merupakan antibodi yang terlibat dalam reaksi alergi dan kemungkinan
besar merespon infeksi dari protozoa dan parasit.
Antibodi tidak menghancurkan antigen secara langsung, akan tetapi
menetralkannya atau menyebabkan antigen ini menjadi target bagi proses
penghancutan oleh mekanisme opsonosasi, aglutinasi,presipitasi atau fiksasi
komplemen. Opsonisasi, aglutinasi dan presipitasi meningkatkan proses fagositosis
dari komplek antigen-antibodi sementara fiksasi komplemen memicu proses lisis
dati protein komplemen pada bakteri atau virus.
Sistem imun manusia terdiri daripada organ imun, sel imun dan lain-
lain. Organ imun merujuk kepada sumsum tulang, kelenjar timus, limpa, nodus
limfa, tonsil, apendiks dan sebagainya. Kebanyakan sel imun terdiri daripada sel T
dan sel B. Sel B akan matang dalam sumsum tulang, apabila sistem darah diserang,
ia akan memproses antibodi untuk menentang virus dan bakteria. Sel T dihasil oleh
sumsum tulang, bertumbuh dan matang di kelenjar timus tetapi ia tidak
menghasilkan antibodi. Tugas utamanya adalah: menentang sel yang dijangkiti
virus, bakteria dan kanker. Apabila sistem imun berada di dalam keadaan normal,
tubuh manusia akan dapat menentang berbagai patogen. Walau bagaimana, jika
daya imun berada dalam paras rendah, peluang menghidapi penyakit menjadi lebih
tinggi, terutamanya bayi, kanak-kanak dan orang tua. Sistem imun bayi masih di
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.
Oleh karena itu, antibodi badan masih lemah untuk melawan pelbagai
mikroorganisma. Manakala organ sistem imun orang tua telah uzur dan semakin
merosot, jadi daya tahan sistem imun juga menurun. Sistem kekebalan tubuh harus
selalu dalam keadaan seimbang. Jika tidak, akan terganggu.Penyebab gangguan
sistem kekebalan tubuh ada yang tidak diketahui dan telah ada sejak lahir (primer).

6
Ada juga gangguan kekebalan sekunder karena faktor lain, misalnya infeksi
(AIDS, campak dan lain-lain), gizi buruk, serta penyakit ganas misalnya kanker,
leukemia, obat-obatan misalnya obat yang mengandung hormon kortikosteroid,
obat untuk kanker, dan lain-lain.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MERENDAHKAN SISTEM IMUN


Sistem imun mempunyai hubungan rapat dengan cara hidup kita.
Berikut adalah faktor-faktor yang merendahkan sistem keimunan kita:
1. Cara hidup yang tidak sihat
2. Kekurangan zat makanan
3. Pencemaran udara atau alam sekitar
4. Keletihan
5. Tekanan dan kerisauan
6. Kurang bersenaman
7. Penggunaan antibiotik yang berlebihan.
Apabila sistem imun kita menurun, maka lebih mudah untuk kita
mendapat jangkitan. Orang yang mempunyai sistem imun yang rendah mudah
berasa letih, tidak bersemangat, sentiasa selesema, jangkitan usus (makanan
yang tidak sesuai akan menyebabkan muntah dan mual), luka sukar untuk
sembuh, alergi dan sebagainya. Selain itu, sistem imun yang tidak teratur juga
boleh menyebabkan kecederaan pada sel

F. TREND DAN ISSUE SISTEM IMUNOLOGI HIV/AIDS


1. Pengertian Trend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan
analisa, trend juga dapat didefinisikan salah satu gambaran ataupun informasi
yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang populer dikalangan masyarakat
2. Pengertian Issue
Issue adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi
atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter,
sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, ataupun tentang
kritis.
Issue adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang namun
masih belum jelas faktanya atau buktinya.
3. Pengertian Trend dan Issue Keperawatan
Trend dan issue keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan
banyak orang tentang praktek / mengenai keperawatan baik itu berdasarkan
fakta maupun tidak, trend dan issue tentunya menyangkut tentang aspek legal
dan etis keperawatan.

7
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan
kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan
pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan
menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan
kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan
diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa
tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global
internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan / keperawatan, memiliki
kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap
aspek sosial budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di
Indonesia masih belum menggembirakan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya :
1) Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985
pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di Universitas Indonesia,
sedangkan di negara barat pada tahun 1869.
2) Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3) Keterlambatan sistem pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik
keperawatan, lisensi)
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia
kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan maka
solusi yang harus ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam
pengembangan perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan,
pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi
Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga
perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih
terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana
penunjang pendidikan.
2. Memantapkan sistem pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi,
lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model
praktik keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus
segera di lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen / klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan
dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi
kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan

8
yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan
merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri
dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan
harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.

1. Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang melemahkan
sistem kekebalan tubuh atau perlindungan tubuh manusia. Virus inilah yang menyebabkan
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) (Brooks, 2004)

2. Perbedaan Antara HIV dengan AIDS


Seorang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat bertahun-tahun tanpa ada tanda fisik
atau gejala infeksi. Orang yang terinfeksi virus tersebut tetapi tanpa gejala adalah ‘HIV-
positif’ atau mempunyai ‘penyakit HIV tanpa gejala.’ Apabila gejala mulai muncul, orang
disebut mempunyai ‘infeksi HIV bergejala’ atau‘penyakit HIV lanjutan.’ Pada stadium ini
seseorang kemungkinan besar akan mengembangkan infeksi oportunistik. ‘AIDS’
merupakan definisi yang diberikan kepada orang terinfeksi HIV yang masuk pada stadium
infeksi berat.
AIDS didefinisi sebagai jumlah sel CD4 di bawah 200; dan/atau terjadinya satu atau
lebih infeksi oportunistik tertentu. Istilah AIDS terutama dipakai untuk kepentingan
kesehatan masyarakat, sebagai patokan untuk laporan kasus. Sekali kita dianggap AIDS,
berdasarkan gejala dan/atau status kekebalan, kita dimasukkan pada statistik sebagai
kasus, dan status ini tidak diubah walau kita menjadi sehat kembali. Oleh karena itu,
istilah AIDS tidak penting buat kita sebagai individu. Orang terinfeksi HIV yang
mempunyai semakin banyak informasi, dukungan dan perawatan medis yang baik dari
tahap awal penyakitnya akan lebih berhasil menangani infeksinya. Terapi antiretroviral
(ART) yang sekarang semakin terjangkau dapat memperlambat kecepatan penggandaan
HIV; obat lain dapat mencegah atau mengobati infeksi yang disebabkan HIV (Kannabus,
2008).

3. Definisi AIDS
Pada 18 Desember 1992, CDC (Centers for Disease Control and Prevention)
telah menerbitkan suatu sistem klasifikasi untuk infeksi HIV dan mengembangkan definisi
AIDS di kalangan remaja dan dewasa di Amerika Syarikat. Mengikut standar klinis untuk
pemantauan secara immunologis pada pasien yang terinfeksi dengan HIV, sistem
klasifikasi tersebut meliputi pengukuran limfosit T CD4+ dalam kategorisasi kondisi
klinis yang berhubungan dengan HIV dan ini telah menggantikan sistem klasifikasi HIV
yang diterbitkan pada tahun 1986. Semua pengidap AIDS mempunyai limfosit T
CD4+/uL kurang dari 200 atau kurang 14 persen limfosit T CD4+ dari jumlah limfosit,
atau yang didiagnosa dengan tuberkulosis pulmoner, kanker servikal invasif, atau

9
pneumonia rekuren. Objektif dari pengembangan definisi AIDS ini adalah untuk
menunjukkan jumlah morbiditi pengidap AIDS dan pasien yang imunosupresi, dan juga
untuk memudahkan proses pelaporan kasus. Bermula dari tahun 1993, definisi AIDS ini
telah digunakan oleh semua negara untuk pelaporan kasus AIDS (CDC, 1993).

4. GAMBARAN DAN MANAJEMEN DARI HIV PADA KLINIK SEHARI-HARI

Dampak epidemic HIV/AIDS tidak mudah ditanggulangi, adanya masalah


koinfeksi pada orang-orang yang terkena HIV dengan HCV, HBV, TB, serta penyakit
infeksi lainnya mendorong penanganan yang lebih komprehrensif. Koinfeksi tidak saja
dapat memperburuk status kesehatan orang dengan HIV, juga HIV itu sendiri
mempercepat situasi dampak buruk infeksi lainnya.
Trend HIV meningkat karena waktu terinfeksi dan progresi menjadi AIDS
menjadi dapat diprediksi. Saat ini telah dikembangkan algoritme uji terbaru HIV
seroconversi (STARHS) yang merupakan cara untuk menganalisa sampel HIV
positif untuk menentukan apakah infeksinya baru terjadi atau sudah berjalan.
Umumnya tenaga profesi kesehatan di Indonesia belum siap menghadapi
epidemi HIV dengan problema koinfeksinya, sehingga diperlukan peningkatan
kompetensi dokter Indonesia dalam mengenali dan menangani koinfeksi HIV dengan
pathogen lainnya. Selain itu penularan HIV semakin meluas ke pasangan seksnya (isteri)
dan anaknya.

5. METODE PENCEGAHAN HIV


Pencegahan HIV dapat secara luas diklasifikasikan sebagai metode perilaku dan
biologi. Metode pencegahan perilaku klasik yang dikenal sebagai ABC meliputi
Abstinence (pantang), Behavioural Changes (Perubahan perilaku) dan Condom Usage
(Penggunaan kondom) masih terus menjadi andalan pencegahan. Telah dilakukan
penelitian besar selama bertahun-tahun pada pilihan biologis seperti vaksin, mikrobisida,
sunat laki-laki, dan profilaksis. Untuk vaksin, belum tersedianya vaksin HIV yang efektif
untuk pemberantasan dan pencegahan HIV/AIDS. Penelitian dr. Aswini yang diambil
dari jurnal infeksi HIV/Aids, vaksin HIV telah menghadapi banyak kemunduran dengan
hasil yang mengecewakan dari percobaan VaxGen fase III , kegagalan AD5 dan uji coba
HVTN 505. Sampai saat ini masih banyak penelitian yang dilakukan untuk
mengembangkan vaksin HIV.
Selain vaksin, sunat pada laki-laki telah terbukti menurunkan penularan HIV
terlepas dari hubungan keagamaan yang terkait dengan itu. Pengobatan pasien terinfeksi
HIV dengan anti-retroviral juga berfungsi sebagai salah satu strategi pencegahan untuk
mengurangi transmisi sekunder. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan program
Pencegahan Transmisi Ibu ke Anak (Prevention Mother To Child Transmission), dimana

10
dalam mengurangi penularan penyakit langsung dari ibu kepada bayi dengan
menggunakan obat anti retroviral sebagai strategi pencegahan.

6. TREN MANAJEMEN HIV


Pengobatan HIV kini telah menjadi lebih sederhana dan lebih murah karena
ketersediaan kombinasi dosis tetap dan obat generik yang murah. Ada banyak golongan
obat antiretroviral dengan banyak tambahan yang baru yang ditujukan untuk mengurangi
mutasi dan resistensi terhadap obat. Karena keberhasilan ARV dalam mencapai penekanan
virus, harapan hidup pasien meningkat dan terjadinya penurunan angka kejadian AIDS
secara substansial. Memulai ARV awal selama fase akut dari infeksi juga dapat membantu
untuk mencapai kesembuhan dengan membatasi pertumbuhan virus HIV. Namun, karena
meningkatnya harapan hidup dan penuaan dini yang disebabkan oleh obat antiretroviral,
banyak isu-isu terkait usia- muncul pada populasi ini mengarah ke fenomena “Greying
AIDS”. Orang yang terinfeksi HIV dan mendapat terapi ARV terbukti berada pada risiko
tinggi untuk berbagai penyakit “non AIDS” kondisi seperti penyakit hati, penyakit
jantung, gangguan ginjal, kanker non-AIDS, osteoporosis, penurunan neurokognitif, dll.
Salah satu keterbatasan ARV (obat antiretroviral) adalah penggunaan obat
seumur hidup. Oleh karena itu ke depannya akan dikembangkan strategi untuk
menyembuhkan HIV dengan menggunakan transplantasi sumsum tulang dan terapi gen.
Berdasarkan laporan kasus Berlin dan Boston yang menyorot tentang transplantasi
sumsum tulanhg, diperoleh adanya peningkatan harapan hidup pasien kanker dengan HIV
setelah dilakukannya transplantasi sumsum tulang. Perkembangan ilmu kedokteran akan
terus dikembangkan baik dari segi diagnosis klinis untuk mendiagnosis kasus HIV/AIDS
secara cepat dan akurat maupun terapi termutakhir dalam pengobatan HIV/AIDS untuk
meningkatkan angka harapan hidup. Selain itu upaya untuk pembuatan vaksin atau strategi
yang efektif untuk menyembuhkan HIV perlu dikembangkan untuk menanggulangi kasus
HIV/AIDS.
Namun ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk memperlambat
perkembangan penyakit ini. Teknik Yoga untuk HIV dan AIDS adalah pilihan yang
layak. Yoga telah berhasil digunakan untuk mengobati berbagai macam isu yang berbeda
selama berabad-abad. HIV dan AIDS adalah pendatang baru relatif dalam penyakit dunia ,
yang pada gilirannya telah membuat mereka lebih sulit untuk mengobati. Namun
demikian, Yoga telah terbukti bermanfaat bagi mereka yang memiliki HIV dan AIDS,
yang mengarah ke tingkat kebugaran fisik, meningkatkan kekebalan, tingkat stres yang
lebih rendah dan rasa yang lebih besar kedamaian batin. Sementara hampir semua pose
yoga akan membuktikan bermanfaat, ada beberapa yang dapat menghasilkan manfaat
yang lebih besar untuk penyakit tertentu.
Hal ini diyakini bahwa inversi mungkin baik bagi mereka dengan AIDS dan HIV
karena mereka mengarahkan aliran darah dan energi ke timus. Timus adalah kelenjar
endokrin besar yang membantu mengatur dan mengontrol sel T dalam sistem kekebalan

11
tubuh. Karena HIV dan AIDS menyerang sel T, yang mendukung kelenjar yang
mengontrol mereka tampaknya seperti cara yang logis untuk membantu tubuh melawan
penyakit ini. Meningkatkan efisiensi timus dan pada gilirannya sistem kekebalan tubuh
tentu tidak ada salahnya.
Komunitas medis telah lama memeluk obat alternatif komplementer bagi mereka
dengan AIDS, dan mudah-mudahan tren ini akan terus berlanjut lama ke masa depan.
Berkat inovasi-inovasi baru dalam pengobatan, mereka dengan AIDS hidup lebih lama
daripada sebelumnya. Pasangan obat canggih dengan kebijaksanaan, kuno sederhana Yoga
menyebabkan efek sinergis, yang menghasilkan kehidupan yang lebih panjang, sehat dan
lebih bahagia bagi mereka dengan AIDS.

7. PERAN PERAWAT
Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang
penderita AIDS sangatlah besar. Lakukan pendampingan dan pertahankan hubungan yang
sering dengan pasien sehinggan pasien tidak merasa sendiri dan ditelantarkan. Tunjukkan
rasa menghargai dan menerima orang tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya
diri klien. Perawat juga dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan memberi rujukan
untuk konseling psikiatri. Konseling yang dapat diberikan adalah konseling pra-nikah,
konseling pre dan pasca tes HIV, konseling KB dan perubahan prilaku. Konseling
sebelum tes HIV penting untuk mengurangi beban psikis. Pada konseling dibahas
mengenai risiko penularan HIV, cara tes, interpretasi tes, perjalanan penyakit HIV serta
dukungan yang dapat diperoleh pasien. Konsekuensi dari hasil tes postif maupun
negative disampaikan dalam sesi konseling. Dengan demikian orang yang akan
menjalani testing telah dipersiapkan untuk menerima hasil apakah hasil tersebut
positif atau negatif. Mengingat beban psikososial yang dirasakan penderita AIDS akibat
stigma negatif dan diskriminasi masyarakat adakalanya sangat berat, perawat perlu
mengidentifikasi adakah sistem pendukung yang tersedia bagi pasien.
Perawat juga perlu mendorong kunjungan terbuka (jika memungkinkan),
hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang memungkinkan bagi pasien.
Partisipasi orang lain, bantuan dari orang terdekat dapat mengurangi perasaan
kesepian dan ditolak yang dirasakan oleh pasien. Perawat juga perlu melakukan

12
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh
sel dan organ khusus pada suatu organisme. Fungsi sistem imun sebagai berikiut pertahanan
tubuh, keseimbangan dan perondaan(penjaga).
Ttrend isu keperawatan gangguan imunologi pada orang dewasa yang muncul saat
ini misalnya HIV. Seorang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat bertahun-tahun tanpa ada
tanda fisik atau gejala infeksi. Orang yang terinfeksi virus tersebut tetapi tanpa gejala adalah
‘HIV-positif’ atau mempunyai ‘penyakit HIV tanpa gejala.’ Apabila gejala mulai muncul,
orang disebut mempunyai ‘infeksi HIV bergejala’ atau‘penyakit HIV lanjutan.
Ada pula yang gangguan imunologi lainnya yaitu Sekali kita dianggap AIDS,
berdasarkan gejala dan/atau status kekebalan, kita dimasukkan pada statistik sebagai kasus,
dan status ini tidak diubah walau kita menjadi sehat kembali. Oleh karena itu, istilah AIDS
tidak penting buat kita sebagai individu. Sekali kita dianggap AIDS, berdasarkan gejala
dan/atau status kekebalan, kita dimasukkan pada statistik sebagai kasus, dan status ini tidak
diubah walau kita menjadi sehat kembali. Oleh karena itu, istilah AIDS tidak penting buat
kita sebagai individu.

13
DAFTAR PUSTAKA

Chin. J, Kandun. (2006). Manual Pemberantasan Penyakit Menular, Jakarta :


Infomedika.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi IV 2006, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.

Umar Zein, Edward Siagian, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan: Aspek Klinis, Problema
Diagnostik dan Pengobatan Penderita AIDS Dewasa di Medan, Acta Medica
Indonesiana, Volume XXXV Supplemen 2, Agustus 2003, 576 – 81.

McCance, K.L. & Huethe, S. E. (2013). Pathophysiology: The Biologic Basis for Disease in
Adults and Children, 7e. Elsevier

Lewis S.L, Dirksen S. R, Heitkemper M.M, Bucher L, Harding M. M, (2014). Medical Surgical
Nursing, Assessment and Management of Clinical Problems. Canada: Elsevier.

14

Anda mungkin juga menyukai