LOMBOK TIMUR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Trend dan issue keperawatan system imunologi.
Makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai
trend dan issue gangguan sisitem imunologi.
Kami juga menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu, saran dan masukan dari berbagai
pihak sangat kami harapkan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Imun ............................................................................................ 3
2.2 Fungsi Sistem Imun .................................................................................................. 3
2.3 Macam-macam Sistem Kekebalan Tubuh .................................................................. 3
2.4 Jenis-jenis Antibodi ................................................................................................... 5
2.5 Faktor-faktor yang merendahkan system imun ........................................................... 7
2.6 Trend dan Issue system Imunologi HIV/AIDS ........................................................... 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Juli 2003, Salah satu kasus baru yang belum banyak diketahui orang lain
adalah merebaknya HIV/AIDS dikalangan para petugas kesehatan akibat secara tidak
sengaja tersuntik jarum suntik yang biasa digunakan oleh para penderita penyakit yang
diidentikkan dengan penyakit seksual ini. Kebanyakan yang terkena adalah para suster
yang bertugas untuk menyuntikkan zat anti viral (anti virus) kepada para pasien penderita
AIDS. Tetapi entah kenapa, secara tidak sengaja jarum suntik yang biasa digunakan
untuk para penderita HIV/AIDS, berbalik menyuntik bagian tubuh mereka. Keadaan
dikhawatirkan akan menyebabkan ketakutan di kalangan para petugas kesehatan,
terutama bagi mereka yang ditugaskan untuk merawat ODHA (Orang Dengan
HIV/AIDS). Salah satu cara yang telah dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan
pemberian obat jenis post exposure prophylaxis atau pencegahan pasca pajanan.
Tujuannya, agar dapat dideteksi apakah mereka positif terkena HIV/AIDS atau tidak.
Mereka meminumnya selama satu hingga satu setengah bulan, kemudian pemakaian obat
dihentikan. Tiga hingga enam bulan setelahnya, mereka kembali diberikan obat anti viral
untuk melumpuhkan virus HIV. ‘Kecelakaan’ yang tidak disengaja itu akan semakin
memperparah kondisi para pasien HIV/AIDS karena akan semakin banyak orang yang
tidak peduli kepada mereka. Sementara untuk petugas kesehatan diharapkan mereka
bersikap hati-hati dalam bertugas karena pihak rumah sakit tidak menyediakan dana
khusus untuk perawatan dan pengobatan mereka.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-
Sahara.Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi
38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan
WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta
orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini
merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah
menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih
dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini
terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan
menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus
sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun
akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.
1
Dari waktu ke waktu pemahaman masyarakat Indonesia mengenai HIV/AIDS
sudah cukup baik. Namun, apakah itu menjamin pola hidupnya terbebas dari infeksi virus
menular ini? Pasalnya, kesadaran masayarakat mengenai hal-hal yang dapat mencegah
terinfeksinya tubuh oleh virus HIV masih rendah. Kondisi inilah yang mendorong tingkat
kasus masih tinggi. Pada tahun ini, tercatat sebanyak 14.628 orang telah tertular virus in,
5.813 positif HIV dan 9.689 AIDS.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a. Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap pertama
Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga diebut kekebalan tubuh
alami. Tubuh memberikan perlawanan atau penghalang bagi masuknya
patogen/antigen. Kulit menjadi penghalan bagi masuknya patogen karena
lapisan luar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan
mikroorganisme terhambat. Air mata memberikan perlawanan terhadap
senyawa asing dengan cara mencuci dan melarutkan mikroorganisme tersebut.
Minyak yang dihasilkan oleh Glandula Sebaceae mempunyai aksi
antimikrobial. Mukus atau lendir digunakan untuk memerangkap patogen
yang masuk ke dalam hidung atau bronkus dan akan dikeluarkjan oleh paru-
paru. Rambut hidung juga memiliki pengaruh karenan bertugas menyaring
udara dari partikel-partikel berbahaya. Semua zat cair yang dihasilkan oleh
tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung enzimm yang disebut lisozim.
Lisozim adalah enzim yang dapat meng-hidrolisis membran dinding sel
bakteri atau patogen lainnya sehingga sel kemudian pecah dan mati. Bila
patogen berhasil melewati pertahan tahap pertama, maka pertahanan kedua
akan aktif.
b. Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap ke dua
Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan non spesifik,
dimana jika ada patogen atau antigen yang masuk ke dalam tubuh dan
menyerang suatu sel, maka sel yang rusak itu akan melepaskan signal kimiawi
yaitu histamin. Signal kimiawi berdampak pada dilatasi(pelebaran) pembuluh
darah dan akhirnya pecah. Sel darah putih jenis neutrofil,acidofil dan monosit
keluar dari pembuluh darah akibat gerak yang dipicu oleh senyawa
kimia(kemokinesis dan kemotaksis). Karena sifatnya fagosit,sel-sel darah
putih ini akan langsung memakan sel-sel asing tersebut. Peristiwa ini disebut
fagositosis karena memakan benda padat, jika yang dimakan adalah benda
cair, maka disebut pinositosis.
Makrofag atau monosit bekerja membunuh patogen dengan cara
menyelubungi patogen tersebut dengan pseudopodianya dan membunuh
patogen dengan bantuan lisosom. Pembunuh dengan bantuan lisosom bisa
melalui 2 cara yaitu lisosom menghasilkan senyawa racun bagi si patogen atau
lisosom menghasilkan enzim lisosomal yang mencerna bagian tubuh mikroba.
Pada bagian tubuh tertentu terdapat makrofag yang tidak berpindah-pindah ke
bagian tubuh lain, antara lain : paru-paru(alveolar macrophage), hati(sel-sel
Kupffer), ginjal(sel-sel mesangial), otak(sel–sel microgial), jaringan
penghubung(histiocyte) dan pada nodus dan spleen. Acidofil/Eosinofil
berperan dalam menghadapi parasit-parasit besar. Sel ini akan menempatkan
diri pada dinding luar parasit dan melepaskan enzim penghancur dari granul-
granul sitoplasma yang dimiliki.
4
Selain leukosit, protein antimikroba juga berperan dalam
menghancurkan patogen. Protein antimikroba yang paling penting dalam
darah dan jaringan adalah protein dari sistem komplemen yang berperan
penting dalam proses pertahan non spesifik dan spesifik serta interferon.
Interferon dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi oleh virus yang berfungsi
menghambat produksi virus pada sel-sel tetangga. Bila patogen berhasil
melewati seluruh pertahanan non spesifik, maka patogen tersebut akan segera
berhadapan dengan pertahanan spesifik yang diperantarai oleh limfosit.
2. Sistem kekebalan tubuh spesifik
Pertahanan spesifik: imunitas diperantarai antibodi untuk respon imun
yang diperantarai antibodi, limfosit B berperan dalam proses ini, dimana limfosit
B akan melalui 2 proses yaitu respon imun primer dan respon imun sekunder.Jika
sel limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok, maka limfosit B membelah
secara mitosis dan menghasilkan beberapa sel limfosit B. Semua Limfosit b
segera melepaskan antibodi yang mereka punya dan merangsang sel Mast untuk
menghancurkan antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk
mengeluarkan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan
antibodi yang sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa ini disebut
limfosit B memori. Inilah proses respon imun primer. Jika suatu saat, antigen
yang sama menyerang kembali, Limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih
banyak sel Limfosit B daripada sebelumnya. Semuanya melepaskan antibodi dan
merangsang sel Mast mengeluarkan histamin untuk membunuh antigen tersebut.
Kemudian, 1 limfosit B dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi
yang ada dari sebelumnya. Hal ini menyebabkan kenapa respon imun sekunder
jauh lebih cepat daripada respon imun primer. Suatu saat, jika suatu individu lama
tidak terkena antigen yang sama dengan yang menyerang sebelumnya, maka bisa
saja ia akan sakit yang disebabkan oleh antigen yang sama karena limfosit B yang
mengingat antigen tersebut sudah mati. Limfosit B memori biasanya berumur
panjang dan tidak memproduksi antibodi kecuali dikenai antigen spesifik. Jika
tidak ada antigen yang sama yang menyerang dalam waktu yang sangat lama,
maka Limfosit b bisa saja mati, dan individu yang seharusnya bisa resisten
terhadap antigen tersebut bisa sakit lagi jika antogen itu menyerang, maka seluruh
proses respon imun harus diulang dari awal.
D. JENIS-JENIS ANTIBODI
Antibodi adalah protein berbentuk Y dan disebut Immunoglobulin(Ig),
hanya dibuat oleh Limfosit B. Antibodi berikatan dengan antigen pada akhir
lengan huruf Y. Bentuk lengan ini akan menentukkan beberapa macam IG yang
ada, yaitu IgM, IgG, IgA,IgE dan IgD. Saat respon imun humoral, IgM adalah
antibodi yang pertama kali muncul. Jenis lainya akan muncul beberapa hari
5
kemudian. Limfosit B akan membuat Ig yang sesuai saat interleukin dikeluarkan
untuk mengaktifkan Limfosit T saat antigen menyerang.
Antibodi juga dpat menghentikan aktivitas antigen yang merusak
dengan cara mengikatkan antibodi pada antigen dan menjauhkan antigen tersebut
dari sel yang ingin dirusak. Proses ini dinamakan neuralisasi. Semua Ig
mempunyai kemampuan ini. Antibodi juga mempersiapkan antigen untuk dimakan
oleh makrofag. Antobodi mengikatkan diri pada antigen sehingga permukaannya
menjadi lebih mudah menempel pada makrofag. Proses ini disebut opsonisasi.
IgM dan IgG memicu sistem komplemen, suatu kelompok protein
yang mempunyai kemampuan unutk memecah membran sel.IgM dan IgG bekerja
paling maksimal dalam sistem sirkulasi,IgA dapat keluar dari peredaran darah dan
memasuki cairan tubuh lainnya.IgA berperan penting untuk menghindarkan infeksi
pada permukaan mukosa. IgA juga berperan dalam resistensi terhadap banyak
penyakit. IgA dapat ditemukan pada ASI dan membantu pertahanan tubuh
bayi.IgD merupakan antibodi yang muncul untuk dilibatkan dalam inisiasi respon
imun.IgE merupakan antibodi yang terlibat dalam reaksi alergi dan kemungkinan
besar merespon infeksi dari protozoa dan parasit.
Antibodi tidak menghancurkan antigen secara langsung, akan tetapi
menetralkannya atau menyebabkan antigen ini menjadi target bagi proses
penghancutan oleh mekanisme opsonosasi, aglutinasi,presipitasi atau fiksasi
komplemen. Opsonisasi, aglutinasi dan presipitasi meningkatkan proses fagositosis
dari komplek antigen-antibodi sementara fiksasi komplemen memicu proses lisis
dati protein komplemen pada bakteri atau virus.
Sistem imun manusia terdiri daripada organ imun, sel imun dan lain-
lain. Organ imun merujuk kepada sumsum tulang, kelenjar timus, limpa, nodus
limfa, tonsil, apendiks dan sebagainya. Kebanyakan sel imun terdiri daripada sel T
dan sel B. Sel B akan matang dalam sumsum tulang, apabila sistem darah diserang,
ia akan memproses antibodi untuk menentang virus dan bakteria. Sel T dihasil oleh
sumsum tulang, bertumbuh dan matang di kelenjar timus tetapi ia tidak
menghasilkan antibodi. Tugas utamanya adalah: menentang sel yang dijangkiti
virus, bakteria dan kanker. Apabila sistem imun berada di dalam keadaan normal,
tubuh manusia akan dapat menentang berbagai patogen. Walau bagaimana, jika
daya imun berada dalam paras rendah, peluang menghidapi penyakit menjadi lebih
tinggi, terutamanya bayi, kanak-kanak dan orang tua. Sistem imun bayi masih di
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.
Oleh karena itu, antibodi badan masih lemah untuk melawan pelbagai
mikroorganisma. Manakala organ sistem imun orang tua telah uzur dan semakin
merosot, jadi daya tahan sistem imun juga menurun. Sistem kekebalan tubuh harus
selalu dalam keadaan seimbang. Jika tidak, akan terganggu.Penyebab gangguan
sistem kekebalan tubuh ada yang tidak diketahui dan telah ada sejak lahir (primer).
6
Ada juga gangguan kekebalan sekunder karena faktor lain, misalnya infeksi
(AIDS, campak dan lain-lain), gizi buruk, serta penyakit ganas misalnya kanker,
leukemia, obat-obatan misalnya obat yang mengandung hormon kortikosteroid,
obat untuk kanker, dan lain-lain.
7
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan
kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan
pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan
menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan
kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan
diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa
tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global
internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan / keperawatan, memiliki
kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap
aspek sosial budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di
Indonesia masih belum menggembirakan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya :
1) Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985
pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di Universitas Indonesia,
sedangkan di negara barat pada tahun 1869.
2) Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3) Keterlambatan sistem pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik
keperawatan, lisensi)
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia
kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan maka
solusi yang harus ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam
pengembangan perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan,
pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi
Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga
perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih
terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana
penunjang pendidikan.
2. Memantapkan sistem pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi,
lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model
praktik keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus
segera di lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen / klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan
dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi
kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan
8
yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan
merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri
dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan
harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.
1. Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang melemahkan
sistem kekebalan tubuh atau perlindungan tubuh manusia. Virus inilah yang menyebabkan
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) (Brooks, 2004)
3. Definisi AIDS
Pada 18 Desember 1992, CDC (Centers for Disease Control and Prevention)
telah menerbitkan suatu sistem klasifikasi untuk infeksi HIV dan mengembangkan definisi
AIDS di kalangan remaja dan dewasa di Amerika Syarikat. Mengikut standar klinis untuk
pemantauan secara immunologis pada pasien yang terinfeksi dengan HIV, sistem
klasifikasi tersebut meliputi pengukuran limfosit T CD4+ dalam kategorisasi kondisi
klinis yang berhubungan dengan HIV dan ini telah menggantikan sistem klasifikasi HIV
yang diterbitkan pada tahun 1986. Semua pengidap AIDS mempunyai limfosit T
CD4+/uL kurang dari 200 atau kurang 14 persen limfosit T CD4+ dari jumlah limfosit,
atau yang didiagnosa dengan tuberkulosis pulmoner, kanker servikal invasif, atau
9
pneumonia rekuren. Objektif dari pengembangan definisi AIDS ini adalah untuk
menunjukkan jumlah morbiditi pengidap AIDS dan pasien yang imunosupresi, dan juga
untuk memudahkan proses pelaporan kasus. Bermula dari tahun 1993, definisi AIDS ini
telah digunakan oleh semua negara untuk pelaporan kasus AIDS (CDC, 1993).
10
dalam mengurangi penularan penyakit langsung dari ibu kepada bayi dengan
menggunakan obat anti retroviral sebagai strategi pencegahan.
11
tubuh. Karena HIV dan AIDS menyerang sel T, yang mendukung kelenjar yang
mengontrol mereka tampaknya seperti cara yang logis untuk membantu tubuh melawan
penyakit ini. Meningkatkan efisiensi timus dan pada gilirannya sistem kekebalan tubuh
tentu tidak ada salahnya.
Komunitas medis telah lama memeluk obat alternatif komplementer bagi mereka
dengan AIDS, dan mudah-mudahan tren ini akan terus berlanjut lama ke masa depan.
Berkat inovasi-inovasi baru dalam pengobatan, mereka dengan AIDS hidup lebih lama
daripada sebelumnya. Pasangan obat canggih dengan kebijaksanaan, kuno sederhana Yoga
menyebabkan efek sinergis, yang menghasilkan kehidupan yang lebih panjang, sehat dan
lebih bahagia bagi mereka dengan AIDS.
7. PERAN PERAWAT
Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang
penderita AIDS sangatlah besar. Lakukan pendampingan dan pertahankan hubungan yang
sering dengan pasien sehinggan pasien tidak merasa sendiri dan ditelantarkan. Tunjukkan
rasa menghargai dan menerima orang tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya
diri klien. Perawat juga dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan memberi rujukan
untuk konseling psikiatri. Konseling yang dapat diberikan adalah konseling pra-nikah,
konseling pre dan pasca tes HIV, konseling KB dan perubahan prilaku. Konseling
sebelum tes HIV penting untuk mengurangi beban psikis. Pada konseling dibahas
mengenai risiko penularan HIV, cara tes, interpretasi tes, perjalanan penyakit HIV serta
dukungan yang dapat diperoleh pasien. Konsekuensi dari hasil tes postif maupun
negative disampaikan dalam sesi konseling. Dengan demikian orang yang akan
menjalani testing telah dipersiapkan untuk menerima hasil apakah hasil tersebut
positif atau negatif. Mengingat beban psikososial yang dirasakan penderita AIDS akibat
stigma negatif dan diskriminasi masyarakat adakalanya sangat berat, perawat perlu
mengidentifikasi adakah sistem pendukung yang tersedia bagi pasien.
Perawat juga perlu mendorong kunjungan terbuka (jika memungkinkan),
hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang memungkinkan bagi pasien.
Partisipasi orang lain, bantuan dari orang terdekat dapat mengurangi perasaan
kesepian dan ditolak yang dirasakan oleh pasien. Perawat juga perlu melakukan
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh
sel dan organ khusus pada suatu organisme. Fungsi sistem imun sebagai berikiut pertahanan
tubuh, keseimbangan dan perondaan(penjaga).
Ttrend isu keperawatan gangguan imunologi pada orang dewasa yang muncul saat
ini misalnya HIV. Seorang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat bertahun-tahun tanpa ada
tanda fisik atau gejala infeksi. Orang yang terinfeksi virus tersebut tetapi tanpa gejala adalah
‘HIV-positif’ atau mempunyai ‘penyakit HIV tanpa gejala.’ Apabila gejala mulai muncul,
orang disebut mempunyai ‘infeksi HIV bergejala’ atau‘penyakit HIV lanjutan.
Ada pula yang gangguan imunologi lainnya yaitu Sekali kita dianggap AIDS,
berdasarkan gejala dan/atau status kekebalan, kita dimasukkan pada statistik sebagai kasus,
dan status ini tidak diubah walau kita menjadi sehat kembali. Oleh karena itu, istilah AIDS
tidak penting buat kita sebagai individu. Sekali kita dianggap AIDS, berdasarkan gejala
dan/atau status kekebalan, kita dimasukkan pada statistik sebagai kasus, dan status ini tidak
diubah walau kita menjadi sehat kembali. Oleh karena itu, istilah AIDS tidak penting buat
kita sebagai individu.
13
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi IV 2006, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Umar Zein, Edward Siagian, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan: Aspek Klinis, Problema
Diagnostik dan Pengobatan Penderita AIDS Dewasa di Medan, Acta Medica
Indonesiana, Volume XXXV Supplemen 2, Agustus 2003, 576 – 81.
McCance, K.L. & Huethe, S. E. (2013). Pathophysiology: The Biologic Basis for Disease in
Adults and Children, 7e. Elsevier
Lewis S.L, Dirksen S. R, Heitkemper M.M, Bucher L, Harding M. M, (2014). Medical Surgical
Nursing, Assessment and Management of Clinical Problems. Canada: Elsevier.
14