Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH IMUNOLOGI

IMUN PADA IBU HAMIL DAN PASCA MELAHIRKAN

STUDI KASUS :

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH IMUNOLOGI

DOSEN PEMBIMBING : Dr. Rer. Med. Nurjannah Achmad M. Biomed

Disusun oleh:

KELOMPOK 8

P3.73.24.1.19.009 DITA FEBRIANTI

P3.73.24.1.19.018 NIDYATUN NU’MAH

P3.73.24.1.19.029 SHERINA ASIFA ZAHRA

P3.73.24.1.19.031 TASYA AGUS FITRIADI

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA 3

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia-
Nya yang tak terhitung banyaknya sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan makalah
ini. Makalah yang berjudul “IMUN PADA IBU HAMIL DAN PASCA MELAHIRKAN”
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunologi.

Makalah ini berisikan tentang bagaimana sistem imun yang bekerja pada ibu hamil dan
pasca melahirkan. Berisi juga tentang penyakit-penyakit yang menyerang sistem imun pada
ibu hamil.

Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah imunologi,


yang telah membimbing dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempuran dan masih terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Jakarta, 19 September 2019


ABSTRAK

Sistem imun adalah sistem perlindungan tubuh dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh
sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem imun bekerja dengan benar, maka tubuh
akan terlindungi dari infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasite yang dapat menghancurkan sistem
pertahanan tubuh. Namun, jika sistem imun melemah, maka kemampuannya dalam melindungi
tubuh pun menjadi berkurang. Sistem imun yang terdapat pada tubuh yaitu sistem imun non
spesifik. Sistem imun tersebut akan melawan semua virus/bakteri yang masuk kedalam tubuh
dengan cepat. Ketika sistem imun lemah dan gagal melawan ancaman penyakit yang akan masuk,
maka tubuh akan jatuh sakit. Contoh penyakit yang dapat menyerang ibu hamil yaitu penyakit
rubella dan toksoplasmosis.

Kata kunci : Sistem imun, Rubella, dan TORCH


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sistem imun merupakan kemampuan tubuh untuk menahan dan mengeluarkan benda asing
yang dapat menimbulkan bahaya. Peran utama sistem imun adalah untuk melindungi tubuh
dari gangguan organisme asing. Sistem imun seorang wanita hamil memang lebih sensitive
dari biasanya. Karena wanita hamil sangat rentan terhadap beberapa penyakit. (Wiwik
Agustina 2015).
Kehamilan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya pembuahan dan diakhiri
dengan proses persalinan. Selama kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tidak dapat
dipisahkan. Meskipun kelihatannya kondisi kehamilan sehat bukan berarti ibu dan janin dalam
keadaan baik-baik saja. Namun kurangnya informasi dan sosialisasi tentang penyakit
kehamilan dapat menyebabakan mereka baru mengetahui adanya penyakit yang menyertai
kehamilannya setelah sudah mengalaminya. (Frieyadie & Aryanti 2014).
Kehamilan mempunyai hubungan yang erat dengan respon imun karena terjadi reaksi
penolakan yang dilakukan oleh sel-sel fagosit ketika antigen berada di saluran reproduksi. Hal
ini terjadi karena gen paternal dianggap sebagai protein asing oleh tubuh maternal. Selama
hamil, sistem kekebalan berubah, ibu hamil menjadi rentan terhadap penyakit dan infeksi oleh
bakteri dan virus. Perubahan dalam tubuh ibu hamil yaitu berkurangnya aktivitas sel T. Sel
inilah yang membantu dalam mengontrol infeksi virus,bakteri dan patogen lainnya. Karena
sel T berkurang, ibu hamil menjadi rentan terhadap penyakit. Seperti infeksi saluran kemih
dll. Beberapa penyakit pada ibu hamil selain dapat membahayakan sang ibu juga dapat
membahayakan janin seperti keguguran, kelahiran premature, kelainan, dll. (Muhammad
Sasmito Djati 2015).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kehamilan?
2. Apakah yang dimaksud dengan sistem imun?
3. Antibodi apa saja yang berperan dalam kehamilan dan pasca melahirkan?
4. Hormon-hormon apa saja yang terdapat pada ibu hamil?
5. Apa yang dimasud dengan hormon estrogen?
6. Apa yang dimaksud dengan hormon HCG?
7. Apa yang dimasud dengan hormone prolaktin?
8. Apa yang dimaksud dengan hormon progesterone?
9. Apa yang dimaksud dengan hormone oksitosin?
10. Penyakit apa saja yang dapat menyerang ibu hamil?
11. Apa yang dimaksud dengan anemia?
12. Apa yang dimaksud dengan preeklamsia?
13. Apa yang dimaksud dengan malaria?
14. Apa yang dimaksud dengan HIV/AIDS?
15. Apa yang dimasud dengan plasenta previa?
16. Apa yang dimaksud dengan penyakit herpes?
17. Apa yang diaksud dengan penyakit asikfia?
18. Apa yang dimaksud dengan penyakit lupus?
19. Apa yang dimaksud dengan penyakit cacar air?
20. Apa yang dimaksud dengan masa nifas?
21. Apa yang dimaksud dengan masa postpartum?
22. Kandungan apa saja yang terdapat dalam ASI?
23. Bagaimana data table persebaran penyakit TORCH?
24. Bagaimana data table persebaran penyakit rubella?
25. Apa yang dimaksud dengan penyakit TORCH?
26. Apa penyebab penyakit TORCH?
27. Bagaimana peran tenaga kesehatan dalam pencegahan penyakit TORCH?
28. Apa yang dimaksud dengan penyakit rubella?
29. Apa penyebab penyakit rubella?
30. Virus apa saja yang terdapat pada rubella?
31. Bagaimana gejala,penularan serta pencegahan pada penyakit rubella?
1.3 Tujuan makalah
1. Dapat mengetahui apa itu kehamilan
2. Dapat mengetahui apa itu sistem imun
3. Dapat mengetahui antibody apa saja yang berperan pada ibu hamil dan pasca melahirkaan
4. Dapat mengetahui hormon-hormon yang terdapat pada ibu hamil
5. Dapat mengetahui apa itu hormon estrogen
6. Dapat mengetahui apa itu hormon HCG
7. Dapat mengetahui apa itu hormon prolaktin
8. Dapat mengetahui apa itu hormon progesterone
9. Dapat mengetahui apa itu hormon oksitosin
10. Dapat mengetahui penyakit yang dapat menyerang ibu hamil
11. Dapat mengetahui tentang penyakit anemia
12. Dapat mengetahui tentang penyakit preeklamsia
13. Dapat mengetahui tentang penyakit malaria
14. Dapat mengetahui tentang penyakit rubella
15. Dapat mengetahui tentang penyakit plasenta previa
16. Dapat mengetahui tentang penyakit herpes
17. Dapat mengetahui tentang penyakit asfeksia
18. Dapat mengetahui tentang penyakit lupus
19. Dapat mengetahui tentang penyakit cacar air
20. Dapat mengetahui apa itu masa nifas
21. Dapat mengetahui apa itu masa postpartum
22. Dapat mengetahui kandungan yang terdapat didalam ASI
23. Dapat mengetahui data persebaran penyakit TORCH dari table analisa
24. Dapat mengetahui data persebaran penyakit rubella
25. Dapat mengetahui apa itu TORCH
26. Dapat mengetahui penyebab penyakit TORCH
27. Dapat mengetahui peran tenaga kesehatan dalam upaya pencegahan penyakit TORCH
28. Dapat mengetahui apa itu penyakit rubella
29. Dapat mengetahui penyebab penyakit rubella
30. Dapat mengetahui virus yang menyebabkan penyakit rubella
31. Dapat mengetahui bagaimana gejala,penularan dan pencegahan pada penyakit rubella

1.4 Manfaat Penulisan


Untuk mengetahui imun yang ada pada ibu hamil dan mengetahui penyakit-penyakit
pada ibu hamil dan pasca melahirkan serta cara penanganannya.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Imun

Setiap hari tubuh kita menghadapi berbagai ancaman datang dari luar yang
berupaya untuk memasuki tubuh kita dengan berbagai cara. Jutaan bakteri, virus, pathogen
dan berbagai mikroogranisme yang lainnya berupaya memasuki tubuh kita melalui sistem
pernapasan, sistem pencernaan dan melalui permukaan kulit (Ipin, A, 2019).

Sistem imun adalah daya tahan tubuh yang berfungsi untuk mencegah dan
melawan zat asing yang dapat membahayakan tubuh. Peran sistem imun dalam tubuh
penting untuk menjaga kesehatan dan memberikan perlindungan dari pengaruh zat
yang berbahaya dari luar. Sistem imun yang melemah akan menyebabkan bakteri dan
virus sangat mudah untuk menginfeksi tubuh sehingga dapat menimbulkan penyakit
(Noya CA et all,2019).

Ada dua jenis imunitas, imunitas bawaan dan adaptif. Imunitas bawaan merupakan
pertahanan yang telah ada sejak lahir. Imunitas ini berfungsi sebagai respon cepat dalam
mencegah penyakit. Imunitas bawaan tidak mengenali mikroba secara jelas dan melawan
semua mikroba dengan cara yang identik. Selain itu, imunitas bawaan tidak memiliki
komponen memori sehingga tidak dapat mengenali kontak yang dulu pernah terjadi. kulit
dan membran mukus dan lini kedua yaitu substansi antimikroba, sel natural killer, dan
fagosit merupakan komponen dari imunitas bawaan. Sedangkan Imunitas adaptif
merupakan imunitas yang melibatkan mekanisme pengenalan spesifik dari patogen atau
antigen ketika berhubungan dengan sistem imun. Tidak seperti imuitas bawaan, imunitas
adaptif memiliki respon yang lambat, tetapi memiliki komponen memori, sehingga dapat
langsung mengenali kontak selanjutnya. Limfosit merupakan komponen dari imunnitas
adaptif (Ipin, A, 2019)
2.2 Kehamilan
Pada setiap perempuan pasti mengalami fase kehamilan yang merupakan masa-
masa terjadinya perubahan yang besar. Perubahan ini tidak hanya berhubungan dengan
perubahan fisik, namun juga perubahan fisologis, bahkan psikologis yang merupakan
tanggungan dari pertumbuhan janin yang ada dalam rahim. Terjadinya perubahan pada
ibu hamil ini untuk menjaga metabolisme tubuh, mendukung pertumbuhan janin, serta
untuk persiapan persalinan dan menyusui dengan tingkatan yang bervariasi di setiap
trisemesternya (Sukorini,MU, 2017)
Kehamilan adalah suatu proses yang terjadi karena pertemuan sel sperma dan ovum
didalam indung telur hingga tumbuh menjadi zigot lalu menempel didinding rahim,
pembentukan plasenta, hingga hasil konsepsi tumbuh dan berkembang sampai lahirnya
janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari),
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Namun kehamilan dapat menjadi masalah atau
komplikasi setiap saat (Damayanti, IΡ, 2019).
Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester. Ketika memasuki umur kehamilan
semakin bertambah, maka akan banyak keluhan yang dirasakan oleh ibu baik keluhan
batin maupun fisik dan memiliki dampak pada kualitas tidur ibu hamil. Beberapa faktor
seperti semakin membesarnya ukuran perut ibu, gerakan janin di dalam kandungan yang
semakin aktif, yang dapat membuat ibu hamil kesulitan untuk tidur di malam hari
(Sukorini,MU, 2017).
Sekarang secara umum telah diterima bahwa setiap saat kehamilan membawa risiko
bagi ibu. WHO atau World Health organization memperkirakan bahwa sekitar 15% dari
seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan
kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Pemeriksaan kehamilan pada trimester III
sangat penting dan wajib dilakukan oleh para ibu hamil minimal 2 kali pada trimester III,
pemeriksaan kehamilan yang ketiga yaitu pemeriksaan yang dilakukan saat usia
kehamilan mencapai 32 minggu. Pemeriksaan kehamilan yang kedua pada Trimester III
ini adalah pemeriksaan kehamilan terakhir yang dilakukan pada usia kehamilan antara 32-
36 minggu. Saat pemeriksaan ini biasanya ibu akan mulai membicarakan pilihan
persalinan yang aman sesuai dengan kondisi kehamilan. Berdasarkan penelitian tentang
ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu hamil trimester III diantaranya adalah kualitas
tidur yang buruk,mengalami pegal-pegal, gangguan nafas, oedema dan salah satu
diantaranya adalah sering buang air kecil (Damayanti, IΡ, 2019).

2.2. Imun Pada Ibu Hamil dan Pasca Melahirkan


Kehamilan merupakan kodrat bagi seorang wanita yang berfungsi melahirkan janin
sebagai manusia baru didunia. Kehamilan terjadi bisa karena direncanakan ataupun tidak
direncanakan . kehamilan yang direncanakan atau yang diinginkan akan datang disaat
waktu yang diinginkan. Kehamilan yang tidak diinginkan terjadi disaat yang tidak tepat
atau tidak diharapkan sama sekali kehadirannya. (Lisa Indriani Dini,Ning Sulistiyowati
2016).
Selama kehamilan, sistem kekebalan tubuh ibu harus melakukan penyeimbangan
yang baik agar mempertahankan toleransi terhadap allograft janin dan mempertahankan
mekanisme imun bawaan untuk perlindungan terhadap tantangan virus, jamur, mikroba
dll yang berasal dari luar (Aghaeepour,N, 2017).
Sistem imun merupakan sistem yang sangat penting untuk mempertahankan
keseimbangan dan kesehatan tubuh. Gangguan yang ada pada sistem imun dapat
menyebabkan daya tahan pada tubuh dapat menurun. Respon imunitas tubuh
membutuhkan sel leukosit yang berasal dari sel sistem pada sumsum tulang. Karena
didalam leukosit terdapat agen imun utama yaitu adalah sel limfosit ( Fitri Oktafiani, Drs.
Unggul P. 2014).
Kehamilan adalah masa adaptasi di dalam saraf, jantung, serta pada fungsi bawaan.
Pada sistem kekebalan tubuh sangat penting dalam konteks tantangan imun seperti infeksi
atau luka. Fungsi utama sistem kekebalan termasuk penambahan sel imun ke tempat
infeksi atau ke tempat cedera, aktivasi komplemen, dan aktivasi sistem imun adaptif
melalui presentasi antigen ( Shannon L. Gillespie 2015).
Pada saat kehamilan merupakan kondisi yang mudah terhadap penyakit. Perubahan
respon imun pada saat kehamilan dapat mengurangi kemampuan ibu untuk menghadang
aancaman yang akan masuk, sehingga menjadi rentan terhadap infeksi jamur C albicans
(Agustina,W, 2015).
Kesuksesan usaha kesehatan ibu dapat dilihat dari beberapa faktor, salah satunya
adalah adanya indicator Angka Kematian Ibu. Banyaknya kematian ibu yang disebabkan
oleh kehamilan, nifas serta persalinan tetapi tidak disebabkan hal lain seperti terjatuh dan
kecelakaan setiap 100.000 kelahiran hidup disebut dengan angka kematian ibu (AKI)
(Kemenkes RI, 2017).
Telah dicatat oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebanyak 830 perempuan
meninggal setiap harinya dikarenakan adanya komplikasi yang berkaitan dengan
persalinan maupun kehamilan. Organisasi Kesehatan Dunia juga mencatat di Indonesia
Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 126 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2018).
Komplikasi yang berkaitan dengan kehamilan yaitu umur, preeklamsia, kehamilan
ganda, ketuban pecah dini, plasenta previa dan penyakit yang dialami ibu hamil dapat
menyebabkan bayi yang dilahirkan akan mengalami resiko Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) (Triana, 2014). Berdasarkan penelitian berat badan ibu hamil yang bertambah
tidak berhubungan dengan berat badan bayi saat lahir (Faruq,MH, 2019).
Wanita hamil yang berusia 45 tahun atau yang lebih tua dapat mengalami
komplikasi medis yang jauh lebih besar dan lebih mungkin meninggal pada saat
melahirkan jika dibandingkan dengan 3 wanita di bawah usia 35 tahun, meskipun
risikonya rendah dan kejadian ini jarang terjadi (Grotegut et all, 2014)
Berdasarkan imunologis, pada kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking
antibodies terhadap antigen yang tidak sempurna. Hal ini dapat menghambat invasi arteri
spiralis ibu oleh trofoblas sampai batas tertent sehingga akan mengganggu fungsi plasenta.
Akibatnya sekresi vasodilator prostasiklin oleh sel-sel endotel plasenta berkurang dan
sekresi trobosan bertambah sehingga terjadi vasokontrksi generalisata dan sekresi
aldosterone menurun. Hal ini meningkatkan terjadinya preeklampsia (Suwanti et al 2014).
Ibu hamil percaya dengan menjaga kesehatan, tidak cemas terhadap janinya serta
mempunyai kemampuan dalam melahirkan maka mereka akan terhindar dari
preeklampsia (Situmorang dkk, 2016). Salah satu faktor resiko preeklampsia adalah
paritas . Preeklampsi dapat terjadi pada kehamilan pertama karena terjadi pembentukan
Human Leucocyte Antigen Protein G (HLA) yang mempengaruhi modulasi system imun.
Selain itu blocking antibodies terhadap antigen tidak dapat terjadi secara sempurna pada
kehamilan pertama. Pada kehamilan berikutnya, pembentukan blocking antibodies akan
lebih sempurna akibat respon imunitas pada kehamilan sebelumnya sehingga resiko
terjadinya preeklampsia akan lebih rendah dari primigravida (Haryani, Maroef & Adilla,
2015).
Ibu hamil percaya bahwa jumlah bayi yang dilahirkan tidak ada hubunganya
dengan terjadinya preeklampsia. Mereka percaya dengan menjaga kesehatan, tidak cemas
terhadap janinya serta mempunyai kemampuan dalam melahirkan maka mereka akan
terhindar dari preeklampsia (Situmorang dkk, 2016). Paritas adalah salah satu faktor
resiko preeklampsia. Preeklampsi dapat terjadi pada kehamilan pertama karena adanya
pembentukan Human Leucocyte Antigen Protein G (HLA) yang mempengaruhi modulasi
system imun. Selain itu blocking antibodies terhadap antigen tidak dapat terjadi secara
sempurna pada kehamilan pertama. Pada kehamilan berikutnya, pembentukan blocking
antibodies akan lebih sempurna akibat respon imunitas pada kehamilan sebelumnya
sehingga resiko terjadinya preeklampsia pada multigravida akan lebih rendah dari
primigravida (Haryani, Maroef & Adilla, 2015).
Selama kehamilan kadar serum IgA dan IgM akan meningkat dikarenakan adanya
peningkatan resiko infeksi yang terjadi dalam kehamilan. Jumlah sel darah putih neutrofhil
meningkat dan sel lebih cepat merespon tantangan. HCG merangsang dan merespon
produksi neutrophil. Kadar estrogen progesteron yang tinggi dapat menurunkan jumlah
sela T helper dan meningkatkan jumlah sel penekan. ( Wiwik Agustina 2015).
Pada kehamilan dan pasca melahirkan ada beberapa antibodi yang berperan
diantaranya :
1. Antibodi IgG ( imunogobin G ) berfungsi untuk memberikan kekebalan pasif
alamiah terhadap bayi,penting dalam pertahanan terhadap bakteri dan diproduksi
dalam jumlah yang banyak. ( wiwik agustina 2015 )
2. Antibodi IgM ( imunoglobin M ) berfungsi penting dlam respon imun terhadap
bakteri,merupakan antibodi pertama yang diproduksi tubuh dalam menghadapi
antigen baru. ( Wiwik Agustina 2015 ).
3. Imunoglobin A berfungsi meningkatkan fagositosis dan penghancuran
mikroorganisme dalam sel. ( Wiwik Agustina 2015 ).

2.3. Hormon-hormon yang terdapat pada ibu hamil


2.3.1. Hormon estrogen
Merupakan hormone yang mempengaruhi pertumbuhan dan merangsang
perkembangan ciri kelamin sekunder wanita dan pria seperti
payudara,uterus,ovarium,testis dan kelenjr prostat. Estrogen berperan penting
dalam perkembangan otak,dan metabolisme tulang (Budi Mulyati 2018).
2.3.2. HCG
Pada awal kehamilan, human chorionic gonadotropin (hCG) diproduksi oleh
syncytiotrophoblasts yang berbeda, dan merupakan sinyal embrionik utama yang
penting untuk menjaga kehamilan. Selama enam minggu awal kehamilan, hCG
mempromosikan sekresi progesteron, estradiol, dan estron melalui transformasi
ovarium paska ovulasi menjadi gravid corpus luteum. Lebih lanjut, hCG berikatan
dengan reseptornya untuk melakukan peran khusus dalam mempromosikan
angiogenesis dalam endotelium uterus, mempertahankan ketenangan
miometrium, serta membina imunomodulasi melalui perubahan aktivitas sel
dendritik, pengurangan aktivasi sel T dan produksi sitokin, promosi rekrutmen sel
regulasi T (Treg), dan peningkatan proliferasi sel-sel killer uterine uterine (NK)
di antarmuka ibu-janin [6,7]. Metabolisme hCG oleh plasenta, hati, darah, dan
ginjal menentukan tingkat mapannya (Sefa Arlier 2017).
2.3.3. Prolaktin

Hormon prolaktin merangsang pengeluaran ASI setelah


melahirkan.Selama kehamilan prolaktin hanya disekresikan dan dipengaruhi
hormone lain seperti estrogen,progesteron untuk merangsang pertumbuhan
kelenjar mamae atau kelenjar payudara. Setelah melahirkan estrogen dan
progesteron akan menurun dan hormon prolaktin akan meningkat dan merangsang
payudara untuk mengeluarkan ASI (Soraya Rahmanisa 2014).

2.3.4. Progesteron
Progesteron adalah hormon penting pada awal kehamilan. Progesteron
serum tingkat rendah dapat dikaitkan dengan ancaman keguguran (Chee Wai Ku
et al 2018).
Progesteron merupakan hormon steroid penting untuk pembentukan dan
pemeliharaan kehamilan dan penarikan fungsinya dalam jaringan reproduksi
dikaitka dan kelahiran (Nishel M 2018).
2.3.5. Oksitosin
Oksitosin adalah rangsangan yang disintesis secara terpusat di inti
paraventrikular dan supraoptik hipotalamus dan dilepaskan ke aliran darah
melalui hipofisis posterior selama persalinan, laktasi, dilatasi uterus, stres, setelah
stimulasi seksual, dan mungkin selama berbagai jenis interaksi sosial. Oksitosin
juga dilepaskan secara terpusat di bagian lain otak dan disintesis secara perifer
dalam ovarium, testis, adrenal, timus, dan pankreas.

2.4. Beberapa Penyakit Yang Dapat Menyerang Ibu Hamil


2.4.1. Preeklamsia
Preeklamsia merupakan penyakit dengan tanda-tanda seperti hipertensi
(teknan darah ≥140/90) ,proteinuria,dan edema yana muncul pada saat
kehamilan.penyakit ini terjadi pada trimester ketiga pada kehamilan dan dapat
terjadi sebelumnya misalnya pada saat hamil anggur (Chahyani erlita,Katarina Lit
2017).
Eklamsia dibagi menjadi tiga yaitu eklamsia antepartum,eklamsia
intrapartum dan eklamsia postpartum. Eklamsia dapat terjadi sebelum
persalinan,dan sekitar 40-50% terjadi saat persalinan( Mohd Andalas et all 2017 ).
Teori penyebab preeklamsia diantaranya berkurangnya aliran darah
terhadap plasenta ,factor ibu yang menderita diabetes mellitus,obesitas dan gemeli
atau kehamilan kembar. (Bernika Mutiara et all 2018 ).

2.2.2. Anemia
Anemia merupakan penurunan kadar hemoglobin hitung eritrosit dan
hematocrit yang menyebabkan jumlah eritrosit dan hemoglobin yang beredar tidak
dapat menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Kadar hemoglobin pada penderita
anemia kurang dari 13,5 g/dL pada laki laki dewasa dan 11,5 g/dL pada wanita
dewasa. Anemia terjadi akibat asupan zat besi yang tidak tercukupi,berkurangnya
sel darah merah dan kelainan dalam pembentukan sel

(Istia putri lestari et all 2017 )

2.2.3. Malaria
Infeksi malaria pada kehamilan sangat merugikan bagi ibu dan janin yang
dikandungnya, karena infeksi ini dapat meningkatkan kejadian morbiditas dan
mortalitas ibu maupun janin. Pada ibu menyebabkan anemia, malaria serebral,
edema paru, gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada janin
menyebabkan abortus, persainan prematur, berat badan lahir rendah, dan kematian
janin. Infeksi pada wanita hamil oleh parasit malaria ini sangat mudah terjadi, hal
ini disebabkan oleh adanya perubahan sistim imunitas ibu selama kehamilan, baik
imunitas seluler maupun imunitas humoral, serta diduga juga sebagai akibat
peningkatan horman kortisol pada wanita selama kehamilan. (Eddy Suparman et
all).

2.2.4. Rubella
Sindrom kongenital rubella (CRS) dapat bermanifestasi dengan beragam
gejala, termasuk katarak kongenital, glaukoma, dan cacat jantung, serta cacat
pendengaran dan intelektual. Usia kehamilan janin pada saat infeksi maternal
rubella dapat berdampak pada probabilitas dan tingkat keparahan hasil, dengan
infeksi pada awal kehamilan meningkatkan risiko penghentian spontan
(keguguran), kematian janin (lahir dan mati), cacat lahir, dan penurunan
kelangsungan hidup untuk bayi yang lahir dan hidup. (Kimberly 2016)
Gambar 1
Sumber : Google.com

2.2.5. HIV/AIDS
HIV( Human Immunodefisiensy Virus ) merupakan suatu virus yang
menyebabkan penyakit AIDS ( Acquired Immunodefisiency Syndrom ) dengan
cara menyerang sel darah putih yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh
(Lenny Octavianty et al 2015 ).
Di Indonesia jumlah kasus HIV/AIDS pada tahun 2012 mencapai 21,511
kasus HIV dan 5,686 kasus AIDS ( Lydia Melisa Bukit, Drs. Mube Simanuhuruk,
M.Si 2015 ).
Jumlah kasus AIDS pada laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan
kebanyakan pada usia produktif. Sedangkan faktor resiko utama adalah pasangan
seksual multiple, diikuti pengguna narkoba jarum suntik , pelaku homoseksual serta
transfusi darah tanpa mengganti jarum suntiknya (Ρuspitasari, E, et al 2016 ).
Gambar 2

Sumber : Google.com

2.2.6. Plasenta Previa


Plasenta Previa merupakan salah satu perdarahan yang terjadi pada usia
kehamilan sekitar 24 minggu (antepartum). Faktor yang mempengaruhi terjadinya
perdarahan antepartum adalah usia ibu saat kehamilan, ibu yang hamil pada usia
lebih dari 35 tahun berpotensi besar mengalami perdarahan antepartum (Mustika
Ratnaningsih Purbowati, Setya Dian Kartika 2017).
Gambar 3

Sumber : Google.com

2.2.7. Herpes
Infeksi virus herpes simplex tipe 1 (HSV-1) atau tipe 2 (HSV-2), keduanya
merupakan virus herpes alfa, sangat lazim di seluruh dunia. Kedua jenis HSV secara
umum menyebabkan infeksi genital, yang ketika didapat atau diaktifkan kembali
selama kehamilan, dapat membawa risiko penularan ke janin atau neonatus. Wanita
eyang mendapatkan herpes genital primer pada trimester pertama selama kehamilan
memiliki risiko lebih besar untuk menularkan infeksi daripada wanita dengan
herpes genital rekuren. Karena infeksi dan reaktivasi virus sering terjadi tanpa
gejala, banyak wanita yang terkena tidak menyadari infeksi mereka dan risiko
penularan kepada bayi mereka. Infeksi HSV neonatal dapat memiliki konsekuensi
jangka panjang yang menghancurkan terutama ketika sistem saraf pusat (SSP)
terlibat. (Scott H James 2014)
Gambar 4

Sumber : Google.com

2.2.8. Asfiksia
Asfiksia dapat menyebabkan kerusakan organ berat badan dan dapat
berakibat fatal pada bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisis lanjut Riskesdas
2007, asfiksia merupakan penyebab kematian kedua pada bayi setelah infeksi.
(Cicih Opitasari 2015)
Gambar 5

Sumber : Google.com

2.2.9. Lupus
Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang sering
menyerang wanita pada usia reproduksi. Contohnya pada saat kehamilan dan dapat
menimbulkan masalah utama bagi sebagian besar pasien SLE. Risiko penyakit jika
terjadi selama kehamilan maka akan menyebabkan keguguran pada janin. (R.W.S
Wong. et al 2015)

Gambar 6

Sumber : Google.com

2.2.10. Cacar Air


Biasanya akan muncul di negara-negara tropis sebesar 85-90%. Wanita
hamil telah terkena cacar air akan memiliki kekebalan. Namun ada kekhawatiran
pula bahwa 10% yang rentan harus diidentifikasi. dan ada antusiasme untuk diuji
secara serologis pada trimester pertama kehamilan sehingga mereka yang rentan
dapat diidentifikasi dan diberikan instruksi untuk langkah yang akan diambil setelah
paparan cacar air.(Nathwani et al 2014).

2.3. PASCA MELAHIRKAN


Masa nifas merupakan hal penting untuk mengetahui dan memantau kondisi ibu
terutama 2 jam setelah persalinan ( Ummu Qonitun, Fitri Novitasari 2018).
Masa nifas atau peurperium berasal dari kata pier yang artinya bayi dan paraous
yang artinya melahirkan atau masa-masa setelah melahirkan.pada masa ini terjadi
perubahan-perubahan fisiologis pada ibu ( Devi Elvira ,Arip Ambulan Panjaitan 2017).
Masa postpartum adalah periode enam Minggu sejak bayi lahir sampai organ- organ
reproduksi kembali ke keadaan normal seperti sebelum hamil (Andeka Lisni et al 2015).
Perdarahan Postpartum menjadi salah satu penyebab angka Kematian ibu
meningkat, jika tidak ditangani dengan tepat akan menyebabkan syok terhadap sang ibu
karena banyaknya darah yang keluar.( Umu Qonitun ,Fitri Novitasari 2018).
Perdarahan pada pasca persalinan pada wanita usia dibawah 20 tahun lebih
memiliki resiko tinggi mengakibatkan kematian dibandingkan dengan usia diatas 20
tahun. (Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang 2015).
Frekuensi yang dapat menyebabkan perdarahan pada saat Postpartum berdasarkan
laporan-laporan baik dinegara maju maupun negara berkembang diperoleh antara lain
atonia uteri (50-60%) sisa plasenta (23-24%) retensio plasenta (16-17%) laserasi jalan
lahir (4-5%) dan kelainan darah (0,5-0,8%). (Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum
Jombang 2015).
Salah satu program kesehatan yang diharapkan berperan dalam menurunkan angka
kematian ibu akibat perdarahan postpartum adalah dengan mengadakan bimbingan
konseling,penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan ibu tentang perdarahan saat
setelah persalinan dan tentang bahaya bahaya yang kemungkinan terjadi saat pasca
persalinan. Memberikan bimbingan kepada ibu tentang hal hal apa saja yang harus
dilakukan pada saat pasca persalinan agar tidak terjadi perdarahan. (Universitas Pesantren
Tinggi Darul Ulum Jombang 2015).
Selain perdarahan pada masa postpartum hal yang terjadi adalah proses laktasi yaitu
pengeluaran air susu ibu. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi dari segi kandungan
nutrisi,kebaikan untuk sistem percernaan,sistem imun dan perkembangan fisik,psikis serta
interaksi antara ibu dan anak. (Farida Juanita ,Suratmi 2016).
ASI mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi yang berfungsi untuk
proses pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal. ASI mengandung
karbohidrat,vitamin,mineral,hormon,enzim dan zat zat lainnya yang berguna untuk proses
perkembangan dan pertumbuhan bayi. Selain itu pada ASI terdapat kolostrum yang
berfungsi sebagai zat pelindung bagi bayi ,memiliki protein tinggi dan zat pencahar yang
ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai didalam usus bayi yang baru
lahir.(Najmawati ,Azizah Nurdin ,Asryany 2014) juga memperoleh efek positif pada
ibu.keluarga dan pencapaian kesehatan masyarakat melalui nutrisi,imunologi,psikologi
,tumbuh kembang dan lingkungannya baik sosial maupun ekonomi pemberian ASI
terhadap anak membuat anak menjadi lebih sehat dan meningkatkan ikatan naluri antara
ibu dan anak.( Farida Juanita,Suratmi 2016).
BAB III

ANALISIS DATA

1. Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan umur ibu

Umur Frekuensi Persentase


(%)
Muda <20 tahun 1 1,6

Tua > 21 tahun 59 96,7

Total 60 100,0

(Sumber : data primer, 2017)


Diketahui bahwa distribusi data responden berdasarkan pengetahuan tentang vaksin MR di dapatkan ibu
pada berumur muda sebesar 1 responden (1,6%) dan pada ibu berumur tua sebesar 59 responden (96,7%).
Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan pengetahuan tentang vaksin MR

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


Tinggi 48 78,7

Rendah 12 19,7

Total 60 100,0

(Sumber : data primer, 2017)


Diketahui bahwa distribusi data responden berdasarkan pengetahuan tentang vaksin MR di dapatkan
pengetahuan tinggi sebesar 48 responden (78,7%) dan pengetahuan rendah sebesar 12 responden (19,7%).
Tabel 3. Distribusi Responden berdasarkan pendidikan ibu
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
(%)
Tinggi 44 73,3
Rendah 16 26,7

Total 60 100,0
(Sumber : data primer, 2017)

Diketahui bahwa distribusi pada data responden berdasarkan pendidikan ibu di dapatkan
pendidikan tinggi sebesar 44 responden (73,3%) dan pendidikan rendah sebesar 16 responden
(26,7%).

Tabel 4. Distribusi Responden berdasarkan minat keikutsertaan vaksinasi MR

Minat Frekuensi Persentase (%)

Minat 43 70,5

Tidak Minat 17 27,9

Total 60 100,0

(Sumber : data primer, 2017)

Diketahui bahwa distribusi data responden berdasarkan minat keikutsertaan vaksinasi MR di


dapatkan minat sebesar 43 responden (70,5%) dan tidak minat sebesar 17 responden (27,9).

2. Analisis Bivariat

Tabel 5. Distribusi analisis bivariat pengetahuan dengan minat vaksinasi MR

Pengetahuan Minat Nilai Odds


p Ratio
Minat Tidak Minat
(OR)

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Tinggi 38 79,2 10 58,3 0,016 5.320

Rendah 5 41,7 7 20,8


Total 43 71,7 17 28,3

(Sumber : data primer, 2017)

Bahwa pengetahuan tinggi mempengaruhi minat dengan jumlah sebesar 38 responden, dan
terdapat 7 responden dengan pengetahuan rendah dan tidak minat MR. Uji statistik
menggunakan uji Fisher mendapatkan hasil nilai yang signifikan yaitu p sebesar 0,016. Nilai p
<0,05 menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibutentang vaksin MR dengan
minat keikutsertaan vaksinasi MR.

Pendidikan Minat Nilai Odds


p Ratio
Minat Tidak Minat
(OR)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Tinggi 33 75,0 11 25,0 0,262 1,800

Rendah 10 62,5 6 37,5

Total 43 71,7 17 28,3

(Sumber : data primer, 2017)

Bahwa pendidikan tinggi mempengaruhi minat dengan jumlah sebesar 33 responden, dan
terdapat 6 responden dengan pendidikan rendah dan tidak minat vaksinasi MR. Uji statistik
menggunakan uji Fisher mendapatkan hasil signifikasi p sebesar 0,262. Nilai p <0,05
menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan minat keikutsertaan
vaksinasi MR.

Karakteristik Responden

Kelompok Frekuensi Persentase Usia Frekuensi Persentase


usia

17-21 20 40 42-46 2 10

22-26 8 16 47-51 7 8
27-31 3 6 52-56 2 4

32-36 6 12

37-41 2 4

Total Frekuensi : 50 Persentase : 100

Status Frekuensi Persentase Status Pendidikan Frekuensi Persentase


Pernikahan

Menikah 17 34 SMP 9 18

Belum Menikah 33 66 SMA 25 50

Total 50 100 D3 8 16

S1 8 16

Total 50 100

Pengetahuan Frekuensi Persentase Upaya Pencegahan Frekuensi Persentase

Baik 22 44 Baik 22 44

Sedang 14 28 Sedang 14 28

Kurang 14 28 Kurang 14 28

Total 50 100 Total 50 100

Saat infeksi Bayi Toxoplasmosis


Terinfeksi
Berat Ringan/Asimtomatik

Trimester I 25 60 40

Trimester II 54 30 70
Trimester III 65 0 100

Hewan yang Anjing Kucing Babi Sapi Kambing


terinfeksi

Persentase 59 34 30 47 48

BAB IV

STUDI KASUS

4.1.1 TORCH (Toksoplasmosis, Rubella, ciytonegalovirus and herpes simpleks virus)

TORCH merupakan kelompok kelainan yang diakibatkan oleh infeksi. Pada wanita hamil
infeksi TORCH seringkali tidak menimbulkan gejala tetapi menimbulkan dampak serius bagi
janin yang dikandungnya seperti abortus,kematian janin,Hidrosefalus,tuli sensoneural,dan
gangguan jantung ( Magdalena CM Cristin et al 2015 ).

Torch dapat menyebabkan konsekuensi parah pada anak atau janin dalam kehamilan yang
sedang berlangsung. (Anup Poudial 2018)

Kelompok infeksi ini adalah ancaman utama dari infeksi bawaan yang serius selama
kehamilan, yang akhirnya dapat menyebabkan kerusakan janin. Dalam kebanyakan kasus, infeksi
ini bisa cukup parah menyebabkan kerusakan serius pada janin dibandingkan ibunya. Usia
kehamilan janin mempengaruhi tingkat keparahan. Meskipun janin mendapat kekebalan dari Ibu,
mereka terinfeksi serius oleh virus ini karena kurangnya kekebalan setelah trimester pertama
kehamilan. (Sadipta Saha et al 2014)

Infeksi TORCH dapat menyebabkan CRS (Congenital Rubella Syndrom) yang merupakan
gabungan dari beberapa ketidaknormalan fisik yang berkembang pada bayi (Ratna Dewi Puspita
Sari 2019).

TORCH biasanya disebabkan oleh virus dan bakteri bawaan misalnya pada makanan yang
belum matang atau belum di olah seperti daging,telur,susu hewani. Selain itu TORCH juga dapat
disebabkan oleh bakteri virus dari kotoran binatang (Magdalena Pratiwi 2018).
Peran tenaga kesehatan sangat penting untuk sebelum dan sesudah kehamilan untuk
pencegahan dan deteksi dini penyakit TORCH. Peran yang diberikan seperti bimbingan konseling
,penyuluhan kesehatan,pendidikan tanda bahaya penyakit TORCH pada kehamilan,gaya hidup
sehat,informasi tentang pemeriksaan diri ke laboratorium dan menghindari kontak langsung
dengan hewan-hewan peliharaan yang berpotensi menularkan atau memiliki penyakit tersebut
(Rizky sagita Puspita Sari et al 2017).

Torch

Sumber : Google.com

4.2. Rubella
4.2.1. Definisi
Menurut Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO),
Rubella adalah infeksi virus akut dan menular yang umumya memiliki efek samping
ringan pada anak-anak, hal ini memiliki konsekuensi serius pada wanita hamil yang
menyebabkan kematian janin atau cacat bawaaan yang dikenal CRS. Ketika seorang
wanita terinfeksi virus rubella di awal kehamilan, dia memiliki kemungkinan 90%
untuk menyebarkan virus ke janinnya. Hal ini dapat menyebabkan keguguran, lahir
mati atau cacat lahir parah yang dikenal dengan CRS. Resiko CRS tertinggi adalah di
Negara-negara dimana Wanita Usia Subur (WUS) tidak memiliki kekebalan terhadap
penyakit ini (baik melalui vaksinasi atau karena pernah mengalami penyakit rubella).
Penyakit Measles dan Rubella (MR) merupakan penyakit yang kembali
muncul dan menjadi perhatian dunia. Campak merupakan penyakit yang sangat
mudah menular karena disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui batuk dan
bersin. Rubella adalah penyakit yang juga disebabkan oleh virus yang muncul dengan
ditandai demam ringan dan bahkan penyakit ini muncul tanpa gejala (Kemenkes;
WHO; & UNICEF, 2018).
Rubella pda awal kehamilan dapat menyebabkan anomali kongenital
berat.sindrom rubella kongenital adalah penyakit menular aktif dengan keterlibatan
multisistem, spektrum ekspresi klinis luas, dan periode infeksi aktif pasca melahirkan
dengan pelepasan virus yang lama. (Ainni Ankas,2014)

4.2.2. Struktur virus


Virus rubella diisolasi pertamakali pada tahun 1962 oleh Parkman dan
Weller. Rubella merupakan virus RNA yang termasuk dalam genus Rubivirus,
famili Togaviridae, dengan jenis antigen tunggal yang tidak dapat bereaksi silang
dengan sejumlah grup Togavirus lainnya. Virus rubella memiliki 3 protein
struktural utama yaitu 2 glycoprotein envelope, E1 dan E2 dan 1 protein
nukleokapsid. Secara morfologi, virus rubella berbentuk bulat (sferis) dengan
diameter 50–70 mm dan memiliki inti (core) nukleoprotein padat, dikelilingi oleh
dua lapis lipid yang mengandung glycoprotein E1 dan E2. Virus rubella dapat
dihancurkan oleh proteinase, pelarut lemak, formalin, sinar ultraviolet, PH rendah,
panas dan amantadine tetapi relatif rentan terhadap pembekuan, pencairan atau
sonikasi.
Gambar 1
Sumber : google.com

Virus Rubella terdiri atas dua subunit struktur besar, satu berkaitan dengan
envelope virus dan yang lainnya berkaitan dengan nucleoprotein core Virus Rubella
terdiri dari lapisan glycoprotein, lemak & inti dengan RNA.

4.2.3. Etiologi
Penyebab rubella adalah virus golongan RNA yang cepat mati oleh sinar
ultraviolet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Virus tersebut dapat menular
melalui sawar plasenta sehingga menginfeksi janin dan dapat mengakibatkan
abortus atau CRS. Infeksi rubella yang terjadi sebelum pembuahan dan selama awal
kehamilan dapat menyebabkan keguguran, kematian janin atau sindrom rubella
konginetal (CRS) pada bayi yang dilahirkan. Dampaknya adalah dapat
menyebabkan cacat seumur hidup seperti sindrom rubella kongenital. Kecacatan
ini bisa berupa katarak pada mata, tuli serta kelainan jantung bahkan kematian.
(Ratna Wulandari dan Astrid Novita, 2019)
Selain itu, penyakit tersebut juga dapat menimbulkan efek teratogenik
apabila virus rubella menyerang wanita hamil pada trimester pertama (Kemenkes,
2017)
Virus ini ditularkan melalui jalur pernapasan dan bereplikasi dalam
nasofaring dan kelenjar getah bening . virus ini ditemukan dalam darah 5- 7
hari setelah injeksi dan menyebar ke seluruh tubuh. virus ini memiliki teratogenik
sifat dan mampu melintasi plasenta dan menginjeksi janin mana berhenti sel dari
berkembang atau menghancurkan mereka. selama periode inkubasi ini, pasien
menular biasanya selama sekitar satu minggu sebelum ia mengembangkan ruam
dan selama sekitar satu minggu setelahnya. Peningkatan kerentanan terhadap
injeksi mungkin diwariskan karena ada beberapa indikasi bahya HLA-A1
atau faktor sekitarnya A1 pada haplotipe diperpanjang terlibat dalam infeksi virus
atau non-resolusi penyakit. (Ratna Wulandari dan Astrid Novita, 2019)

4.2.4. Ρatofisiologi

Daerah utama yang terinfeksi oleh rubella adalah nasofaring kemudian


menyebar ke kelenjar getah bening secara cepat dan viremia atau virus sudah
berada di dalam darah. Terlihat ruam pada tubuh akibat titer serum antibody
meningkat dan mempengaruhi antigen-antibodi dan berinteraksi di kulit. virus telah
dapat ditemukan diseluruh kulit baik yang terlibat maupun yang tidak selama masa
injksi dan penyebarannya karena faktor lain yang mungkin berperan dalam
patogenesis eksantem atau infeksi virus yang menyerang. Antibody HAI
mencapai puncaknya pada hari ke 12-14
setelah timbulnya ruam dan akan kembali stabil setelah kira-kira 2 minggu
kemudian. Virus rubella mempunyai 3 polipeptida mayor yang mencakup 1
kapsid protein dan 2 amplop glikoprotein E1 dan E2. (Ratna Wulandari dan Astrid
Novita, 2019)
Antibodi anti-E1 mungkin memegang peranan utama dalam respon
serologik atau reaksi antigen-antibody secara in vitro atau kultrul sel, jaringan, atau
bagian-bagian tertentu. (Ratna Wulandari dan Astrid Novita, 2019).

4.2.5. Gejala
Gejala campak muncul sekitar 10 hari setelah infeksi. Gejala penyakit
campak diantaranya demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) dapat
disertai batuk dan atau pilek maupun konjungtivitis serta dapat mengakibatkan
kematian apabila terdapat komplikasi penyerta seperti pneumonia, diare dan
meningitis (Desi Ulandari dkk, 2019).
Secara umum gejala penyakit campak rubella adalah ruam pada kulit,
demam, sakit kepala, mata merah dan berair, sakit pada persendian, serta hilangnya
nafsu makan, gejala-gejala tersebut dapat menyerang anak-anak, usia dewasa, dan
ibu hamil. Infeksi rubella pada anak-anak ditandai dengan adanya ruam pada kulit
disertai dengan sakit demam. Pada usia dewasa penyakit ini dapat ditandai dengan
gejala sakit kepala, mata merah dan berair, sakit pada persendian dan nafsu makan
hilang. Gejala rubella pada wanita hamil muncul pada saat usia kehamilan kurang
lebih 13 hingga 20 minggu, sehingga dapat berakibat abortus atau keguguran,
kematian janin dan sindroma rubella kongeltial, serta dapat menjadikan bayi cacat
tuli, kebutaan, cacat jantung, dan cacat intelektual (Sitti Zuhriyah dan Ρujiyanti
Wahyuningsih,2019)

4.2.6. Ρenularan
Penularan pada penyakit rubella ialah melalui droplet(percikan dahak)
dengan kontak langsung atau bersentuhan dengan lendir dari saluran pernafasan,
dan ditularkan dari wanita hamil ke janinnya lewat aliran darah.(MagdalenaCorry
Mega Christin 2015).

4.2.7. Ρencegahan
Salah satu upaya pencegahan rubella adalah dengan imunisasi. Program
imunisasi merupakan salah stu program yang berupaya untuk memberantas
penyakit dengan cara memberikan kekebalan untuk tubuh.(Dwi Wahyu
Ningtyas,Arief Wibowo 2015).
Melakukan pemeriksaan virus rubella dengan mengidentifiasi ciran tubuh
seperti saliva atau air liur,urin hapus tenggorok.(Acep T. Hardiana et al 2015).

Rubella
Sumber : Google.com

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

2.3. KESIMPULAN

Sistem imun merupakan sistem perlindungan tubuh dari pengaruh luar


biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika
sistem imun bekerja dengan benar, maka tubuh akan terlindungi dari infeksi
bakteri, virus, jamur, dan parasite yang dapat menghancurkan sistem pertahanan
tubuh. Namun, jika sistem imun melemah, maka kemampuannya dalam
melindungi tubuh pun menjadi berkurang. Sistem imun yang terdapat pada tubuh
yaitu sistem imun non spesifik. Sistem imun tersebut akan melawan semua
virus/bakteri yang masuk kedalam tubuh dengan cepat. Ketika sistem imun lemah
dan gagal melawan ancaman penyakit yang akan masuk, maka tubuh akan jatuh
sakit.

Saat antigen terdeteksi, serangkaian respon imun akan terjadi untuk melindungi tubuh dari
infeksi. Pada proses tersebut, beberapa macam sel bekerja sama untuk mengenali antigen dan
memberikan respon. Sel-sel ini kemudian merangsang limfosit B untuk menghasilkan
antibodi. Antibodi adalah protein yang didesain khusus untuk menempel pada antigen
tertentu. Setelah itu, sel T mencari antigen yang telah ditumpangi dan menghancurkannya.
Sel T juga membantu memberi sinyal pada sel-sel lain (seperti fagosit) untuk melakukan
tugasnya. Begitu dihasilkan, antibodi akan berada dalam tubuh seseorang selama beberapa
waktu, sehingga apabila antigen atau bibit penyakit kembali, antibodi sudah tersedia untuk
melakukan misinya. Antibodi juga dapat menetralkan racun yang dihasilkan oleh organisme
dan mengaktifkan sekelompok protein yang disebut komplemen. Komplemen adalah bagian
dari sistem imun yang membantu membunuh bakteri, virus atau sel-sel yang terinfeksi.
Semua sel-sel khusus dan bagian sistem imun menghasilkan perlindungan bagi tubuh
terhadap penyakit. Proteksi inilah yang disebut imunitas.

Kehamilan merupakan suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan adanya pembuahan
dan diakhiri dengan proses persalinan. Selama kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi
yang tak terpisahkan. Meskipun terlihat dengan kondisi kehamilan yang sehat bukan berarti
ibu dan janin dalam keadaan baik-baik saja. Namun kurangnya informasi atau sosialisasi
tentang penyakit kehamilan akan menyebabakan mereka baru mengetahui adanya penyakit
yang menyertai kehamilannya setelah stadium lanjut.

Contoh penyakit yang dapat menyerang ibu hamil yaitu : rubella, TORCH, HIV/AIDS,
preeklamsia, anemia, asfiksia, plasenta previa, malaria, herpes, lupus dan cacar air.

Hormon yang mempengaruhi ibu hamil dan pasca melahirkan yaitu estrogen, HCG,
prolaktin, progesteron, dan oksitosin.

2.4 SARAN
Daya tahan tubuh memiliki peranan penting bagi tubuh, yakni untuk menjaga agar tetap
sehat dan mencegah terjadinya infeksi. Mengonsumsi makanan sehat seperti buah dan sayur,
rutin berolahraga, mencukupi kebutuhan tidur, serta mengonsumsi suplemen rupanya
dipercaya mampu meningkatkan daya tubuh untuk menghalau pilek dan infeksi yang mudah
menular. Penambahan suplemen dalam bentuk vitamin dan mineral dibutuhkan agar sistem
kekebalan tubuh bisa berfungsi dengan normal. Suplemen atau multivitamin cukup berperan
untuk daya tahan tubuh dan disertai dengan olahraga yang teratur.

DAFTAR PUSTAKA

Coyne B Carolyn, Helen M Lazear.2016.nature reviews microbiology.

Puspita Sagita Rizky, Febrina Suci Hati, Arantika Meisya Pratiwi.2017.Gambaran Peran
Tenaga Kesehatan Terhadap Deteksi Dini TORCH Pada Masa Kehamilan.

Lisni Andeka, Misrawati, Gamya Tri Utami.2015.PerbandinganEfektifias Senam Nifas Pijat


Oksitosin Terhadap Involusi Pada Ibu Post Partum 2(2)

Elvira Devi, Arip Ambulan Panjaitan.2017.Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Nifas


Dengan sikap Dalam Melakukan Perawatan Payudara Dirumah Sakit Kartika Husada
Kabupaten Kebun Raya.7
Jurnal Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang.2015.Faktor Resiko Yang
berpengaruh Terhadap Kejadian PostPartum.

Ratri Galuh,Audi Indah,Wafiqoh Amirah,Ahmad El Faris,Sri Wahyuni,Tegar Khadijah,Dian


Fajrianti,Reza Fajar,Shalsha Faunia,Debi Ambarwati,Desy Dianing,Revalida
Ainun.2014.Pengetahuan ibu tentang pengobatan selama mas kehamilan.

Purbowati Ratnaningsih Mustika,Setya Din Kartika.2017.Hubungan antara usia kehamilan


terhadapkejadian plasenta previa di RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO.

Puspitasari Estie,Evy Yunihastuti,Iris Renggaris,Cleopas Martin Rumende 2016.Prediktas


mortalitas pasien HIV/AIDS Rawat Inap.

Najmawati,Azizah Nurdin,Asriany.2014.Factors affecting on baby’s sucking for secretion of


breast milk at the health center Batua Makassar.

Nirmala Ayuti Sefita,Sri Astuti,Pradhika Kalembha.2017.Gambaran sikap ibu hamil yang bekerja
mengenai pemberian ASI ekslusif di PT Changsin Reksa Jaya Garut.

Sari Puspita Ratna Dewi.2019.Kehamilan dengan infeksi TORCH.

Muti Aprilica manggalaning.2016.Pengatahuan ibu menyusui tentang ASI ekslusif.

Hanifah Silva Agustini,Sri Astuti,Ari Indra Susanti.2017.Gambaran karakteristik ibu menyusui


tidak memberikan ASI ekslusif di des cikeruh kecamatan Jatinangor kabupaten sumedang tahun 2015.

Ningtyas Dwi Wahyu,Arief Wibowo.2015.Pengaruh kualitas vaksin campak terhadap kejadian


campak dikabupaten pasuruan.

Pattilouw Jaty,Muh Syafar,Hasanuddin Ishak.2016.Perilaku pencarian pengobatan terhadap


penyakit campak pada masyarakat waeula kecamatan Ambalau Kabupaten Buru Selatan Provinsi
Maluku.

Ku Chee Wai, John C. Allen, and Thiam Chye Tan.2018.Serum progesterone distribution in
normal pregnancies compared to pregnancies complicated by threatened miscarriage from 5 from 13
weeks gestation : a prospective cohort study.
Nwabuobi Chinedu, Sefa Arlier and Umit Ali Kayisli.

Shah Nishel M, Nesrina Imami, and Mark R. Johnson.2018.Progesterone Modulation of


Pregnancy-Related Immune Responses.

Poudyal Anup, Nimesh Poudyal, Basudha Khanal.2018.Seroprevalance of TORCH Infection A


Laboratory Profile.

James Scott H, Jeanne S.Sheffield, and David W.Kimberlin.2014.Mother-to-Child Transmission


of Herpes Simplex Virus.

Opitasari Cicih, Lely Andayasari.2015.Maternal education, prematurity and the risk of birth
asphyxia in selected hospitals in Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai