STUDI KASUS :
Disusun oleh:
KELOMPOK 8
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia-
Nya yang tak terhitung banyaknya sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan makalah
ini. Makalah yang berjudul “IMUN PADA IBU HAMIL DAN PASCA MELAHIRKAN”
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunologi.
Makalah ini berisikan tentang bagaimana sistem imun yang bekerja pada ibu hamil dan
pasca melahirkan. Berisi juga tentang penyakit-penyakit yang menyerang sistem imun pada
ibu hamil.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempuran dan masih terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Sistem imun adalah sistem perlindungan tubuh dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh
sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem imun bekerja dengan benar, maka tubuh
akan terlindungi dari infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasite yang dapat menghancurkan sistem
pertahanan tubuh. Namun, jika sistem imun melemah, maka kemampuannya dalam melindungi
tubuh pun menjadi berkurang. Sistem imun yang terdapat pada tubuh yaitu sistem imun non
spesifik. Sistem imun tersebut akan melawan semua virus/bakteri yang masuk kedalam tubuh
dengan cepat. Ketika sistem imun lemah dan gagal melawan ancaman penyakit yang akan masuk,
maka tubuh akan jatuh sakit. Contoh penyakit yang dapat menyerang ibu hamil yaitu penyakit
rubella dan toksoplasmosis.
PENDAHULUAN
Setiap hari tubuh kita menghadapi berbagai ancaman datang dari luar yang
berupaya untuk memasuki tubuh kita dengan berbagai cara. Jutaan bakteri, virus, pathogen
dan berbagai mikroogranisme yang lainnya berupaya memasuki tubuh kita melalui sistem
pernapasan, sistem pencernaan dan melalui permukaan kulit (Ipin, A, 2019).
Sistem imun adalah daya tahan tubuh yang berfungsi untuk mencegah dan
melawan zat asing yang dapat membahayakan tubuh. Peran sistem imun dalam tubuh
penting untuk menjaga kesehatan dan memberikan perlindungan dari pengaruh zat
yang berbahaya dari luar. Sistem imun yang melemah akan menyebabkan bakteri dan
virus sangat mudah untuk menginfeksi tubuh sehingga dapat menimbulkan penyakit
(Noya CA et all,2019).
Ada dua jenis imunitas, imunitas bawaan dan adaptif. Imunitas bawaan merupakan
pertahanan yang telah ada sejak lahir. Imunitas ini berfungsi sebagai respon cepat dalam
mencegah penyakit. Imunitas bawaan tidak mengenali mikroba secara jelas dan melawan
semua mikroba dengan cara yang identik. Selain itu, imunitas bawaan tidak memiliki
komponen memori sehingga tidak dapat mengenali kontak yang dulu pernah terjadi. kulit
dan membran mukus dan lini kedua yaitu substansi antimikroba, sel natural killer, dan
fagosit merupakan komponen dari imunitas bawaan. Sedangkan Imunitas adaptif
merupakan imunitas yang melibatkan mekanisme pengenalan spesifik dari patogen atau
antigen ketika berhubungan dengan sistem imun. Tidak seperti imuitas bawaan, imunitas
adaptif memiliki respon yang lambat, tetapi memiliki komponen memori, sehingga dapat
langsung mengenali kontak selanjutnya. Limfosit merupakan komponen dari imunnitas
adaptif (Ipin, A, 2019)
2.2 Kehamilan
Pada setiap perempuan pasti mengalami fase kehamilan yang merupakan masa-
masa terjadinya perubahan yang besar. Perubahan ini tidak hanya berhubungan dengan
perubahan fisik, namun juga perubahan fisologis, bahkan psikologis yang merupakan
tanggungan dari pertumbuhan janin yang ada dalam rahim. Terjadinya perubahan pada
ibu hamil ini untuk menjaga metabolisme tubuh, mendukung pertumbuhan janin, serta
untuk persiapan persalinan dan menyusui dengan tingkatan yang bervariasi di setiap
trisemesternya (Sukorini,MU, 2017)
Kehamilan adalah suatu proses yang terjadi karena pertemuan sel sperma dan ovum
didalam indung telur hingga tumbuh menjadi zigot lalu menempel didinding rahim,
pembentukan plasenta, hingga hasil konsepsi tumbuh dan berkembang sampai lahirnya
janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari),
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Namun kehamilan dapat menjadi masalah atau
komplikasi setiap saat (Damayanti, IΡ, 2019).
Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester. Ketika memasuki umur kehamilan
semakin bertambah, maka akan banyak keluhan yang dirasakan oleh ibu baik keluhan
batin maupun fisik dan memiliki dampak pada kualitas tidur ibu hamil. Beberapa faktor
seperti semakin membesarnya ukuran perut ibu, gerakan janin di dalam kandungan yang
semakin aktif, yang dapat membuat ibu hamil kesulitan untuk tidur di malam hari
(Sukorini,MU, 2017).
Sekarang secara umum telah diterima bahwa setiap saat kehamilan membawa risiko
bagi ibu. WHO atau World Health organization memperkirakan bahwa sekitar 15% dari
seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan
kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Pemeriksaan kehamilan pada trimester III
sangat penting dan wajib dilakukan oleh para ibu hamil minimal 2 kali pada trimester III,
pemeriksaan kehamilan yang ketiga yaitu pemeriksaan yang dilakukan saat usia
kehamilan mencapai 32 minggu. Pemeriksaan kehamilan yang kedua pada Trimester III
ini adalah pemeriksaan kehamilan terakhir yang dilakukan pada usia kehamilan antara 32-
36 minggu. Saat pemeriksaan ini biasanya ibu akan mulai membicarakan pilihan
persalinan yang aman sesuai dengan kondisi kehamilan. Berdasarkan penelitian tentang
ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu hamil trimester III diantaranya adalah kualitas
tidur yang buruk,mengalami pegal-pegal, gangguan nafas, oedema dan salah satu
diantaranya adalah sering buang air kecil (Damayanti, IΡ, 2019).
2.3.4. Progesteron
Progesteron adalah hormon penting pada awal kehamilan. Progesteron
serum tingkat rendah dapat dikaitkan dengan ancaman keguguran (Chee Wai Ku
et al 2018).
Progesteron merupakan hormon steroid penting untuk pembentukan dan
pemeliharaan kehamilan dan penarikan fungsinya dalam jaringan reproduksi
dikaitka dan kelahiran (Nishel M 2018).
2.3.5. Oksitosin
Oksitosin adalah rangsangan yang disintesis secara terpusat di inti
paraventrikular dan supraoptik hipotalamus dan dilepaskan ke aliran darah
melalui hipofisis posterior selama persalinan, laktasi, dilatasi uterus, stres, setelah
stimulasi seksual, dan mungkin selama berbagai jenis interaksi sosial. Oksitosin
juga dilepaskan secara terpusat di bagian lain otak dan disintesis secara perifer
dalam ovarium, testis, adrenal, timus, dan pankreas.
2.2.2. Anemia
Anemia merupakan penurunan kadar hemoglobin hitung eritrosit dan
hematocrit yang menyebabkan jumlah eritrosit dan hemoglobin yang beredar tidak
dapat menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Kadar hemoglobin pada penderita
anemia kurang dari 13,5 g/dL pada laki laki dewasa dan 11,5 g/dL pada wanita
dewasa. Anemia terjadi akibat asupan zat besi yang tidak tercukupi,berkurangnya
sel darah merah dan kelainan dalam pembentukan sel
2.2.3. Malaria
Infeksi malaria pada kehamilan sangat merugikan bagi ibu dan janin yang
dikandungnya, karena infeksi ini dapat meningkatkan kejadian morbiditas dan
mortalitas ibu maupun janin. Pada ibu menyebabkan anemia, malaria serebral,
edema paru, gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada janin
menyebabkan abortus, persainan prematur, berat badan lahir rendah, dan kematian
janin. Infeksi pada wanita hamil oleh parasit malaria ini sangat mudah terjadi, hal
ini disebabkan oleh adanya perubahan sistim imunitas ibu selama kehamilan, baik
imunitas seluler maupun imunitas humoral, serta diduga juga sebagai akibat
peningkatan horman kortisol pada wanita selama kehamilan. (Eddy Suparman et
all).
2.2.4. Rubella
Sindrom kongenital rubella (CRS) dapat bermanifestasi dengan beragam
gejala, termasuk katarak kongenital, glaukoma, dan cacat jantung, serta cacat
pendengaran dan intelektual. Usia kehamilan janin pada saat infeksi maternal
rubella dapat berdampak pada probabilitas dan tingkat keparahan hasil, dengan
infeksi pada awal kehamilan meningkatkan risiko penghentian spontan
(keguguran), kematian janin (lahir dan mati), cacat lahir, dan penurunan
kelangsungan hidup untuk bayi yang lahir dan hidup. (Kimberly 2016)
Gambar 1
Sumber : Google.com
2.2.5. HIV/AIDS
HIV( Human Immunodefisiensy Virus ) merupakan suatu virus yang
menyebabkan penyakit AIDS ( Acquired Immunodefisiency Syndrom ) dengan
cara menyerang sel darah putih yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh
(Lenny Octavianty et al 2015 ).
Di Indonesia jumlah kasus HIV/AIDS pada tahun 2012 mencapai 21,511
kasus HIV dan 5,686 kasus AIDS ( Lydia Melisa Bukit, Drs. Mube Simanuhuruk,
M.Si 2015 ).
Jumlah kasus AIDS pada laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan
kebanyakan pada usia produktif. Sedangkan faktor resiko utama adalah pasangan
seksual multiple, diikuti pengguna narkoba jarum suntik , pelaku homoseksual serta
transfusi darah tanpa mengganti jarum suntiknya (Ρuspitasari, E, et al 2016 ).
Gambar 2
Sumber : Google.com
Sumber : Google.com
2.2.7. Herpes
Infeksi virus herpes simplex tipe 1 (HSV-1) atau tipe 2 (HSV-2), keduanya
merupakan virus herpes alfa, sangat lazim di seluruh dunia. Kedua jenis HSV secara
umum menyebabkan infeksi genital, yang ketika didapat atau diaktifkan kembali
selama kehamilan, dapat membawa risiko penularan ke janin atau neonatus. Wanita
eyang mendapatkan herpes genital primer pada trimester pertama selama kehamilan
memiliki risiko lebih besar untuk menularkan infeksi daripada wanita dengan
herpes genital rekuren. Karena infeksi dan reaktivasi virus sering terjadi tanpa
gejala, banyak wanita yang terkena tidak menyadari infeksi mereka dan risiko
penularan kepada bayi mereka. Infeksi HSV neonatal dapat memiliki konsekuensi
jangka panjang yang menghancurkan terutama ketika sistem saraf pusat (SSP)
terlibat. (Scott H James 2014)
Gambar 4
Sumber : Google.com
2.2.8. Asfiksia
Asfiksia dapat menyebabkan kerusakan organ berat badan dan dapat
berakibat fatal pada bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisis lanjut Riskesdas
2007, asfiksia merupakan penyebab kematian kedua pada bayi setelah infeksi.
(Cicih Opitasari 2015)
Gambar 5
Sumber : Google.com
2.2.9. Lupus
Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang sering
menyerang wanita pada usia reproduksi. Contohnya pada saat kehamilan dan dapat
menimbulkan masalah utama bagi sebagian besar pasien SLE. Risiko penyakit jika
terjadi selama kehamilan maka akan menyebabkan keguguran pada janin. (R.W.S
Wong. et al 2015)
Gambar 6
Sumber : Google.com
ANALISIS DATA
1. Analisis Univariat
Total 60 100,0
Rendah 12 19,7
Total 60 100,0
Total 60 100,0
(Sumber : data primer, 2017)
Diketahui bahwa distribusi pada data responden berdasarkan pendidikan ibu di dapatkan
pendidikan tinggi sebesar 44 responden (73,3%) dan pendidikan rendah sebesar 16 responden
(26,7%).
Minat 43 70,5
Total 60 100,0
2. Analisis Bivariat
Bahwa pengetahuan tinggi mempengaruhi minat dengan jumlah sebesar 38 responden, dan
terdapat 7 responden dengan pengetahuan rendah dan tidak minat MR. Uji statistik
menggunakan uji Fisher mendapatkan hasil nilai yang signifikan yaitu p sebesar 0,016. Nilai p
<0,05 menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibutentang vaksin MR dengan
minat keikutsertaan vaksinasi MR.
Bahwa pendidikan tinggi mempengaruhi minat dengan jumlah sebesar 33 responden, dan
terdapat 6 responden dengan pendidikan rendah dan tidak minat vaksinasi MR. Uji statistik
menggunakan uji Fisher mendapatkan hasil signifikasi p sebesar 0,262. Nilai p <0,05
menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan minat keikutsertaan
vaksinasi MR.
Karakteristik Responden
17-21 20 40 42-46 2 10
22-26 8 16 47-51 7 8
27-31 3 6 52-56 2 4
32-36 6 12
37-41 2 4
Menikah 17 34 SMP 9 18
Total 50 100 D3 8 16
S1 8 16
Total 50 100
Baik 22 44 Baik 22 44
Sedang 14 28 Sedang 14 28
Kurang 14 28 Kurang 14 28
Trimester I 25 60 40
Trimester II 54 30 70
Trimester III 65 0 100
Persentase 59 34 30 47 48
BAB IV
STUDI KASUS
TORCH merupakan kelompok kelainan yang diakibatkan oleh infeksi. Pada wanita hamil
infeksi TORCH seringkali tidak menimbulkan gejala tetapi menimbulkan dampak serius bagi
janin yang dikandungnya seperti abortus,kematian janin,Hidrosefalus,tuli sensoneural,dan
gangguan jantung ( Magdalena CM Cristin et al 2015 ).
Torch dapat menyebabkan konsekuensi parah pada anak atau janin dalam kehamilan yang
sedang berlangsung. (Anup Poudial 2018)
Kelompok infeksi ini adalah ancaman utama dari infeksi bawaan yang serius selama
kehamilan, yang akhirnya dapat menyebabkan kerusakan janin. Dalam kebanyakan kasus, infeksi
ini bisa cukup parah menyebabkan kerusakan serius pada janin dibandingkan ibunya. Usia
kehamilan janin mempengaruhi tingkat keparahan. Meskipun janin mendapat kekebalan dari Ibu,
mereka terinfeksi serius oleh virus ini karena kurangnya kekebalan setelah trimester pertama
kehamilan. (Sadipta Saha et al 2014)
Infeksi TORCH dapat menyebabkan CRS (Congenital Rubella Syndrom) yang merupakan
gabungan dari beberapa ketidaknormalan fisik yang berkembang pada bayi (Ratna Dewi Puspita
Sari 2019).
TORCH biasanya disebabkan oleh virus dan bakteri bawaan misalnya pada makanan yang
belum matang atau belum di olah seperti daging,telur,susu hewani. Selain itu TORCH juga dapat
disebabkan oleh bakteri virus dari kotoran binatang (Magdalena Pratiwi 2018).
Peran tenaga kesehatan sangat penting untuk sebelum dan sesudah kehamilan untuk
pencegahan dan deteksi dini penyakit TORCH. Peran yang diberikan seperti bimbingan konseling
,penyuluhan kesehatan,pendidikan tanda bahaya penyakit TORCH pada kehamilan,gaya hidup
sehat,informasi tentang pemeriksaan diri ke laboratorium dan menghindari kontak langsung
dengan hewan-hewan peliharaan yang berpotensi menularkan atau memiliki penyakit tersebut
(Rizky sagita Puspita Sari et al 2017).
Torch
Sumber : Google.com
4.2. Rubella
4.2.1. Definisi
Menurut Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO),
Rubella adalah infeksi virus akut dan menular yang umumya memiliki efek samping
ringan pada anak-anak, hal ini memiliki konsekuensi serius pada wanita hamil yang
menyebabkan kematian janin atau cacat bawaaan yang dikenal CRS. Ketika seorang
wanita terinfeksi virus rubella di awal kehamilan, dia memiliki kemungkinan 90%
untuk menyebarkan virus ke janinnya. Hal ini dapat menyebabkan keguguran, lahir
mati atau cacat lahir parah yang dikenal dengan CRS. Resiko CRS tertinggi adalah di
Negara-negara dimana Wanita Usia Subur (WUS) tidak memiliki kekebalan terhadap
penyakit ini (baik melalui vaksinasi atau karena pernah mengalami penyakit rubella).
Penyakit Measles dan Rubella (MR) merupakan penyakit yang kembali
muncul dan menjadi perhatian dunia. Campak merupakan penyakit yang sangat
mudah menular karena disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui batuk dan
bersin. Rubella adalah penyakit yang juga disebabkan oleh virus yang muncul dengan
ditandai demam ringan dan bahkan penyakit ini muncul tanpa gejala (Kemenkes;
WHO; & UNICEF, 2018).
Rubella pda awal kehamilan dapat menyebabkan anomali kongenital
berat.sindrom rubella kongenital adalah penyakit menular aktif dengan keterlibatan
multisistem, spektrum ekspresi klinis luas, dan periode infeksi aktif pasca melahirkan
dengan pelepasan virus yang lama. (Ainni Ankas,2014)
Virus Rubella terdiri atas dua subunit struktur besar, satu berkaitan dengan
envelope virus dan yang lainnya berkaitan dengan nucleoprotein core Virus Rubella
terdiri dari lapisan glycoprotein, lemak & inti dengan RNA.
4.2.3. Etiologi
Penyebab rubella adalah virus golongan RNA yang cepat mati oleh sinar
ultraviolet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Virus tersebut dapat menular
melalui sawar plasenta sehingga menginfeksi janin dan dapat mengakibatkan
abortus atau CRS. Infeksi rubella yang terjadi sebelum pembuahan dan selama awal
kehamilan dapat menyebabkan keguguran, kematian janin atau sindrom rubella
konginetal (CRS) pada bayi yang dilahirkan. Dampaknya adalah dapat
menyebabkan cacat seumur hidup seperti sindrom rubella kongenital. Kecacatan
ini bisa berupa katarak pada mata, tuli serta kelainan jantung bahkan kematian.
(Ratna Wulandari dan Astrid Novita, 2019)
Selain itu, penyakit tersebut juga dapat menimbulkan efek teratogenik
apabila virus rubella menyerang wanita hamil pada trimester pertama (Kemenkes,
2017)
Virus ini ditularkan melalui jalur pernapasan dan bereplikasi dalam
nasofaring dan kelenjar getah bening . virus ini ditemukan dalam darah 5- 7
hari setelah injeksi dan menyebar ke seluruh tubuh. virus ini memiliki teratogenik
sifat dan mampu melintasi plasenta dan menginjeksi janin mana berhenti sel dari
berkembang atau menghancurkan mereka. selama periode inkubasi ini, pasien
menular biasanya selama sekitar satu minggu sebelum ia mengembangkan ruam
dan selama sekitar satu minggu setelahnya. Peningkatan kerentanan terhadap
injeksi mungkin diwariskan karena ada beberapa indikasi bahya HLA-A1
atau faktor sekitarnya A1 pada haplotipe diperpanjang terlibat dalam infeksi virus
atau non-resolusi penyakit. (Ratna Wulandari dan Astrid Novita, 2019)
4.2.4. Ρatofisiologi
4.2.5. Gejala
Gejala campak muncul sekitar 10 hari setelah infeksi. Gejala penyakit
campak diantaranya demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) dapat
disertai batuk dan atau pilek maupun konjungtivitis serta dapat mengakibatkan
kematian apabila terdapat komplikasi penyerta seperti pneumonia, diare dan
meningitis (Desi Ulandari dkk, 2019).
Secara umum gejala penyakit campak rubella adalah ruam pada kulit,
demam, sakit kepala, mata merah dan berair, sakit pada persendian, serta hilangnya
nafsu makan, gejala-gejala tersebut dapat menyerang anak-anak, usia dewasa, dan
ibu hamil. Infeksi rubella pada anak-anak ditandai dengan adanya ruam pada kulit
disertai dengan sakit demam. Pada usia dewasa penyakit ini dapat ditandai dengan
gejala sakit kepala, mata merah dan berair, sakit pada persendian dan nafsu makan
hilang. Gejala rubella pada wanita hamil muncul pada saat usia kehamilan kurang
lebih 13 hingga 20 minggu, sehingga dapat berakibat abortus atau keguguran,
kematian janin dan sindroma rubella kongeltial, serta dapat menjadikan bayi cacat
tuli, kebutaan, cacat jantung, dan cacat intelektual (Sitti Zuhriyah dan Ρujiyanti
Wahyuningsih,2019)
4.2.6. Ρenularan
Penularan pada penyakit rubella ialah melalui droplet(percikan dahak)
dengan kontak langsung atau bersentuhan dengan lendir dari saluran pernafasan,
dan ditularkan dari wanita hamil ke janinnya lewat aliran darah.(MagdalenaCorry
Mega Christin 2015).
4.2.7. Ρencegahan
Salah satu upaya pencegahan rubella adalah dengan imunisasi. Program
imunisasi merupakan salah stu program yang berupaya untuk memberantas
penyakit dengan cara memberikan kekebalan untuk tubuh.(Dwi Wahyu
Ningtyas,Arief Wibowo 2015).
Melakukan pemeriksaan virus rubella dengan mengidentifiasi ciran tubuh
seperti saliva atau air liur,urin hapus tenggorok.(Acep T. Hardiana et al 2015).
Rubella
Sumber : Google.com
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
2.3. KESIMPULAN
Saat antigen terdeteksi, serangkaian respon imun akan terjadi untuk melindungi tubuh dari
infeksi. Pada proses tersebut, beberapa macam sel bekerja sama untuk mengenali antigen dan
memberikan respon. Sel-sel ini kemudian merangsang limfosit B untuk menghasilkan
antibodi. Antibodi adalah protein yang didesain khusus untuk menempel pada antigen
tertentu. Setelah itu, sel T mencari antigen yang telah ditumpangi dan menghancurkannya.
Sel T juga membantu memberi sinyal pada sel-sel lain (seperti fagosit) untuk melakukan
tugasnya. Begitu dihasilkan, antibodi akan berada dalam tubuh seseorang selama beberapa
waktu, sehingga apabila antigen atau bibit penyakit kembali, antibodi sudah tersedia untuk
melakukan misinya. Antibodi juga dapat menetralkan racun yang dihasilkan oleh organisme
dan mengaktifkan sekelompok protein yang disebut komplemen. Komplemen adalah bagian
dari sistem imun yang membantu membunuh bakteri, virus atau sel-sel yang terinfeksi.
Semua sel-sel khusus dan bagian sistem imun menghasilkan perlindungan bagi tubuh
terhadap penyakit. Proteksi inilah yang disebut imunitas.
Kehamilan merupakan suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan adanya pembuahan
dan diakhiri dengan proses persalinan. Selama kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi
yang tak terpisahkan. Meskipun terlihat dengan kondisi kehamilan yang sehat bukan berarti
ibu dan janin dalam keadaan baik-baik saja. Namun kurangnya informasi atau sosialisasi
tentang penyakit kehamilan akan menyebabakan mereka baru mengetahui adanya penyakit
yang menyertai kehamilannya setelah stadium lanjut.
Contoh penyakit yang dapat menyerang ibu hamil yaitu : rubella, TORCH, HIV/AIDS,
preeklamsia, anemia, asfiksia, plasenta previa, malaria, herpes, lupus dan cacar air.
Hormon yang mempengaruhi ibu hamil dan pasca melahirkan yaitu estrogen, HCG,
prolaktin, progesteron, dan oksitosin.
2.4 SARAN
Daya tahan tubuh memiliki peranan penting bagi tubuh, yakni untuk menjaga agar tetap
sehat dan mencegah terjadinya infeksi. Mengonsumsi makanan sehat seperti buah dan sayur,
rutin berolahraga, mencukupi kebutuhan tidur, serta mengonsumsi suplemen rupanya
dipercaya mampu meningkatkan daya tubuh untuk menghalau pilek dan infeksi yang mudah
menular. Penambahan suplemen dalam bentuk vitamin dan mineral dibutuhkan agar sistem
kekebalan tubuh bisa berfungsi dengan normal. Suplemen atau multivitamin cukup berperan
untuk daya tahan tubuh dan disertai dengan olahraga yang teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Puspita Sagita Rizky, Febrina Suci Hati, Arantika Meisya Pratiwi.2017.Gambaran Peran
Tenaga Kesehatan Terhadap Deteksi Dini TORCH Pada Masa Kehamilan.
Nirmala Ayuti Sefita,Sri Astuti,Pradhika Kalembha.2017.Gambaran sikap ibu hamil yang bekerja
mengenai pemberian ASI ekslusif di PT Changsin Reksa Jaya Garut.
Ku Chee Wai, John C. Allen, and Thiam Chye Tan.2018.Serum progesterone distribution in
normal pregnancies compared to pregnancies complicated by threatened miscarriage from 5 from 13
weeks gestation : a prospective cohort study.
Nwabuobi Chinedu, Sefa Arlier and Umit Ali Kayisli.
Opitasari Cicih, Lely Andayasari.2015.Maternal education, prematurity and the risk of birth
asphyxia in selected hospitals in Jakarta.