Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MATERNITAS

TENTANG INFEKSI TRAKTUS GENETALIS

KELOMPOK 4 S1 KEPERAWATAN 4A :

Agma Nusa Pratama 201802002


Christina Eka Marianita 201802013

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT dimana berkat limpahan taufik dan
hidayahnya kami  dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta Salam kita panjatkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya semoga kita mendapat safaat di Yaumil Akhir,
aamiin.
Kami berharap dengan di buatnya makalah ini dapat menyampaikan sedikit tentang “ INFEKSI
TRAKTUS GENETALIS”.
Ucapan terima kasih kami sampaikan pada ibu Mega Arianti P. S.Kep, Ns., M.Kep. selaku
Kaprodi S1 Keperawatan, dan ibu Kartika.,S.Kep.,Ns.,M.K.M selaku dosen maternitas II di Stikes Bakti
Husada Mulia Madiun yang telah membimbing kami, dan kepada semua pihak yang telah mendukung
kegiatan ini sehingga kelak akan mendorong kemampuan dan skill mahasiswa dalam bidang akademik
serta keilmuan. Serta mampu mendorong kemajuan dunia pendidikan dan kesehatan di Indonesia.

Madiun, 10 Maret 2020

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangusng kira-kira
6 minggu. Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan (Saifuddin,
2006).
Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit seorang perempuan
meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan,dan nifas. Dengan kata lain,
1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun
karena kehamilan, persalinan, dan nifas ( Riswandi, 2005 ).
Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin. Derajat komplikasi masa
nifas bervariasi. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan (Saifuddin,
2006).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Definisi Infeksi Traktus Genetalia?
2. Bagaimana prevalensi / insidensi Infeksi Traktus Genetalia?
3. Bagaimana etiologi Infeksi Traktus Genetalia?
4. Bagaimana tanda genjala Infeksi Traktus Genetalia?
5. Bagaimana Patofisiologi/ WOC Infeksi Traktus Genetalia?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang Infeksi Traktus Genetalia?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Infeksi Traktus Genetalia?
8. Bagaimana Asuhan Infeksi Traktus Genetalia?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi dari Infeksi Traktus Genetalia
2. Untuk mengetahui prevalensi / insidensi Infeksi Traktus Genetalia
3. Untuk mengetahui etiologi dari Infeksi Traktus Genetalia
4. Untuk mengetahui tanda genjala dari Infeksi Traktus Genetalia
5. Untuk mengetahui Patofisiologi/ WOC dari Infeksi Traktus Genetalia
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Infeksi Traktus Genetalia
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Infeksi Traktus Genetalia

D. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin. Derajat komplikasi
masa nifas bervariasi. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan
(Saifuddin, 2006).

B. Prevalensi / insidensi
IMS selama dekade terakhir ini mengalami peningkatan insidensi yang cukup pesat di berbagai
negara di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, telah banyak laporan mengenai prevalensi infeksi
menular seksual ini. Beberapa laporan yang ada dari beberapa lokasi antara tahun 1999 sampai
2001 menunjukkan prevalensi infeksi gonore dan klamidia yang tinggi antara 20%-35%. Prevalensi
IMS tertinggi terdapat di daerah DKI Jakarta yakni klamidia 6,0 persen; gonore 1,3 persen dan
sifilis 0,8 persen. Kemudian, Surabaya 5,7 persen klamidia; 1,2 persen gonore, 1,6 persen sifilis.
Sedangkan Medan memiliki prevalensi klamidia 5,3 persen dan sifilis 2,4 persen5.
IMS adalah infeksi yang penularannya terutama melalui hubungan seksual yang mencakup
infeksi yang disertai gejala-gejala klinis maupun asimptomatis. Penyebab infeksi menular seksual
ini sangat beragam dan setiap penyebab tersebut akan menimbulkan gejala klinis atau penyakit
spesifik yang beragam pula1. Infeksi menular seksual dapat diklasifikasikan menurut agen
penyebabnya, yaitu dari golongan bakteri, yakni Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum,
Chlamydia trachomatis, Haemophilus ducreyi, Calymmatobacterium granulomatis, Ureaplasma
urealyticum, Mycoplasma hominis, Gardnerella vaginalis, Salmonella sp, Shigella sp,
Campylobacter sp, Streptococcus grup B, Mobiluncus sp. Dari golongan protozoa, yakni
Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan protozoa enterik lainnya. Dari
golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus (tipe 1 dan 2), Herpes Simplex Virus (tipe 1
dan 2), Human Papiloma Virus (banyak tipe), Cytomegalovirus, Epstein-Barr Virus, Molluscum
contagiosum virus, dan virus-virus enterik lainnya. Dari golongan ekoparasit, yakni Pthirus pubis,
Sarcoptes scabei. Dari golongan jamur Candida albican6.
C. Etiologi

infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan maupun kuman
dari luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan
terbagi menjadi:

1. Ektogen (kuman datang dari luar)


2. Autogen (kuman dari tempat lain)
3. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)

Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:

1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic


2. Staphylococcus Aerus
3. Escheria Coli
4. Clostridium Welchii

 Streptococcus Haemolyticus Aerobic

Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling berat. Infeksi ini
bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril, tangan penolong, infeksi tenggorokan
orang lain).

 Staphylococcus Aerus

Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab infeksi sedang. Sering
ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampak sehat.

Escheria Coli

Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria Coli dapat menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini merupakan penyebab dari infeksi traktus
urinarius.

 Clostridium Welchii

Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini
lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan persalinan ditolong dukun.

D. Tanda gejala

Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam, sakit di daerah infeksi, warna
kemerahan, fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas adalah sebagai berikut:

 Infeksi lokal

Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia bercampur nanah, mobilitas terbatas,
suhu badan meningkat.

 Infeksi umum

Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat, pernafasan
meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan koma, gangguan involusi uteri, lokia
berbau, bernanah dan kotor.
E. Patofisiologi / WHO
Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas
insersio (pelekatan) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang
ditutupi oleh trombus. Selain itu, kuman dapat masuk melalui servik, vulva, vagina dan
perineum.

F. Pemeriksaan penunjang
 Pengobatan Infeksi Nifas
Pengobatan infeksi pada masa nifas antara lain:

1. Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka operasi dan darah,
serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
2. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
3. Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.
4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan yang
mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang
dijumpai.

 Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas


Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:

1. Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 gr, sulfamerazin
130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian peroral.
2. Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin G 500.000
satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM ditambah ampisilin kapsul 4×250 gr
peroral.
3. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
4. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
5. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.

G. Penatalaksanaan
1. Pengobatan infeksi nifas
a. Sebaiknya segera dilakukan pembiakan ( kultur) dan sekret vagina dari luka
operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendaptkan antibiotik yang tepat
dalam pengobatan.

6
b. Lalu berikan dosis yang cukup dan adekuat.
c. Karena pemeriksa memberikan waktu lama berikan antibiotika spektrum luas
( blood spectrum )
d. Pengobatan yang dapat mempertinggi daya tahan tubuh penderita (infus, transfusi
darah).

2. Pengobatan kemoterapi dan antibiotic


a. Kemasan sulfonamide
b. Trisulfa merupakan kombinasi dari suldizim 185, sulfa metazin 130 mg dan sulfa
tiozol 183 mg.
c. Dosis insial 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian per oral.
d. Kemasan penisilin
e. Prokain-penisilin 1,2-2,4 juta im. Penisilin 6.500 satuan setiap 6 jam atau
metasilin 1 gr setiap 6 jam im ditambah dengan ampisilin kapsul 4x250 mg/oral.
f. Tetrasiklin, entromisin dan khlorampenikol

3. Pencegahan
a. selama kehamilan
pencegahan infeksi selama kehamilan antara lain :

a) Perbaikan Gizi
b) Koitus pada kehamilan tua sebaiknya di larang karena dapat menyebabkan
pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi
c) Personal Hygine

b. Selama persalinan
a) Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan
sterilisasi yang baik
b) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama
c) Jagalah sterilisasi kamar bersalin dan pakai masker, alat-alat harus suci hama
d) Perlukaan jalan lahir karena tindakan pervaginam maupun perabdominan di
bersihkan, dijahit sebaik-baiknya supaya terjaga sterilisasi selama masa nifas
e) Luka di rawat dengan baik, jangan sampai terkena infeksi, begitupula alat-alat
dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril
f) Penderita dengan infeksi nifas sebaliknya di isolasi dalam ruangan khusus,
tidak tercampur dengan ibu sehat
g) Tamu yang berkunjung harus di batasi.

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1 Pengkajian

1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
a) Kemungkinan klien pernah menderita infeksi tenggorokan

2. Riwayat kesehatan sekarang


b) Biasanya klien mengeluh badan lemah, demam, nadi cepat, nafas sesak,
badan menggigil, gelisah, nyeri pada daerah luka operasi
3. Riwayat kesehatan keluarga
c) Kemungkinan salah satu anggota keluarga ada yang menderita Infeksi
tenggorokan.

4.     Data Dasar Pengkajian

b. Aktivitas/istirahat

Biasanya klien mengeluh malaise, letargi, kelelahan/keletihan yang terus menerus


(persalinan lama, stressor pasca partum multiple)

c. Sirkulasi
Biasanya takikardi dari berat sampai bervariasi.

d. Eliminasi
Biasanya BAB klien diare/konstipasi

e. Nyeri/Keamanan
Biasanya nyeri abdomen bawah / uteri, nyeri tekan / nyeri lokal, disuria,
ketidaknyamanan abdomen, sakit kepala.

f. Pernapasan
Biasanya pernapasan cepat/dangkal.
g. Integritas Ego
Biasanya klien gelisah/anxietas
h. Hygiene

8
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kemampuan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari.
Tanda : Kebersihan kurang
i. Keamanan
Biasanya terjadi peningkatan suhu tubuh yang merupakan tanda infeksi dan dapat
pula menggigil berat atau berulang
j. Seksualitas

Biasanya pecah ketuban dini / lama, persalinan lama, subinvolusi uterus mungkin ada,
lochea bau busuk dan banyak/berlebihan, tepi insisi kemerahan, edema, keras, nyeri
tekan/mimisan dengan drainasi purulen.

k. Pemeriksaan diagnostik :
a) Sel darah putih : Normal/tinggi dengan pergeseran difrensiasi ke kiri
b) LED dan SDM : sangat meningkat
c) HB / HT : penurunan adanya anemia
d) Kultur dari bahan intra uterus / intra servikal / drainase luka / perawatan
gram dari lochea servik dan uterus : mengidentifikasi organisme penyebab
e) Urinaritis dan kultur : mengesampingkan infeksi saluran kemih
f) Ultra sonografi : menentukan adanya fregmen-fregmen placenta yang
tertahan, melokalisasi abses peritonium
g) pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis, masa/
pembentukan abses, atau adanya vena-vena dengan trombosis.

3.2 Diagnosa keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman nyeri b / d respon tubuh pada agen tidak efektif
2. Resiko tinggi penyebaran infeksi b /d infeksi kerusakan kulit
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d intake yang tidak adekuat

3.3 perencanaan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b / d respon tubuh pada agen tidak efektif
Intervensi Rasional

  1.Kaji lokasi dan sifat ketidaknyamanan /   1.Membantu dalam diagnosa


nyeri banding keterlibatan jaringan
  2.berikan instruksi mengenal, membantu, pada proses infeksi
mempertahankan kebersihan dan   2.Meningkatkan kesejahteraan
kehangatan umum dan pemulihan,
  3.Instruksikan klien dalam melakukan menghilangkan ketidaknyamanan
teknik relaksasi, memberikan aktivitas berkenaan dengan menggigil

9
pengalihan seperti : radio, televisi,  3.-Memfokuskan kembali perhatian
membaca klien, meningkatkan prilaku
positif dengan ketidaknyamanan

  4.Anjurkan kesinambungan menyusui saat  4.Mencegah ketidaknyamanan dari


kondisi klien memungkinkan karenanya pembesaran payudara,
anjurkan dan berikan instruksi dalam meningkatkan keadekuatan suplai
penggunaan pompa payudara listrik / ASI pada klien menyusui
manual
  5.Kolaborasi :   5.Menurunkan ketidaknyamanan
a. Berikan analgetik / antipiretik dari infeksi

b.    Berikan kompres panas local dengan


menggunakan lampu pemanas / rendam
duduk sesuai indikasi

2. Resiko tinggi penyebaran infeksi b /d infeksi kerusakan kulit

Intervensi Rasional

  1.Tinjau ulang catatan prenatal, intra   1.Mengidentifikasi factor-faktor


partum dan pasca partum yang menempatkan klien pada
  2.Pertahankan kebijakan mencuci tangan kategori resti terhadap terjadinya
dengan ketat untuk staf, klien dan penyebaran infeksi pasca partum
pengunjung   2.Membantu mencegah
  3.Anjurkan/ demonstrasikan pembersihan kontaminasi silang
perineum yang benar setelah berkemih,   3.pembersihan melepaskan
defekasi dan sering ganti kontaminasi urinarius/ fekal
balutan.Anjurkan/ demonstrasikan   Meningkatkan kontraktilitas uterus
pembersihan perineum yang benar dan involusi
setelah berkemih, defekasi dan sering   Peningkatan TTV menyertai
ganti balutan infeksi, fluktuasi
  4.Demonstrasikan masase fundus yang   4.Memungkinkan identifikasi awal
tepat dan tindakan, meningkatkan
  resolusi infeksi

10
  Meningkatkan aliran lochea dan
drainase uterus
  Sariawan oral pada bayi baru lahir
adalah efek samping umum dari
terapi antibiotic

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d intake yang tidak adekuat
Intervensi Rasional
  1.Anjurkan pilihan makanan tinggi   1.Protein membantu meningkatkan
protein, zat besi dan vitamin C bila pemulihan dan regenerasi jaringan
masukan oral dibatasi baru. Zat besi untuk sintesis Hb,
  2.Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 vitamin.C memudahkan absorbsi zat
ml/ hari jus, sup dan cairan nutrisi besi dan untuk sintesis dinding sel
  3.Anjurkan tidur/ istirahat adekuat   2.Memberikan kalori dan nutrien
  untuk memenuhi kebutuhan
metabolic, mengganti kehilangan
cairan

  3.Menurunkan laju metabolisme,


memungkinkan nutrient dan O2
untuk digunakan dalam proses
pemulihan

 

BAB IV
PENUTUP

11
A. Kesimpulan
Infeksi nifas adalah Infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari
endometrium, bekas insersi plasenta dan juga Infeksi nifas adalah infeksi bakteri
pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai
38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan,
dengan mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebakan oleh kuman aerob juga
kuman anaerob. Infeksi bisa terjadi melalui tangan penderita, droplet infeksion,
infeksi rumah sakit (hospital infection), dalam rumah sakit, dan Koitus karena
ketuban pecah. Manifestasi yang muncul bergantung pada tempat-tempat infeksi,
ada infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium
kemudian bisa menyebar dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan
limfe dan permukaan endometrium. Bila menyebar maka manifestasi yang muncul
juga dapat memperburuk keadaan penderita.

DAFTAR PUSTAKA

12
Saifuddin, Bari. (2006). “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal”.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. (2006). “Ilmu Kebidanan”. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Marlyn E. Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Hudono, S.T, 1994. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Farrer H. Prawatan Maternitas. Jakarta. EGC, 1999. hal 231-232


 

13

Anda mungkin juga menyukai