Anda di halaman 1dari 21

TUTORIAL STEP 1-7

KEPERAWATAN MATERNITAS 2

Disusun Oleh :

FIFI NDARI WIDIYANINGRUM


G2A021011

Dosen Pembimbing :

Ns. Machmudah., M.Kep., Sp.Kep.Mat

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2023
Kasus

Ny B (29 tahun) suku Jawa pendidikan S2, sudah 2 tahun menikah, G2POA! hamil 8 minggu. Saat
ini pasien dirawat di Ruang Ayub 1 karena mengalami perdarahan bercak (spotting). Pasien
mengeluh mules. Pasien mengatakan bahwa pada kehamilan yang pertama, pasien mengalami
keguguran pada usia kehamilan 10 minggu. Pasien mengatakan bahwa ia menyukai hewan
peliharaan (kucing dan burung). Dokter menyampaikan bahwa Ny B terkena infeksi
Toxoplasmosis. Hasil pemeriksaan USG : Abortus Inkompletus, pasien di jadwalkan untuk
dilakukan curettage.

STEP 1 (Klarfikasi istilah sesuai topik pembelajaran)

1. Apa yang dimaksud dengan G2P0A1


kehamilan kedua, belum pernah melahirkan, saat ini usia kehamilan cukup bulan, dan pernah
keguguran 1 kali.
2. Apa yang di maksud dengan aboertus inkon
abortus inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih
ada yang tertinggal dengan usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.
3. Apa itu curettage rina
curettage adalah prosedur dimana dilasi serviks digunakan untuk memungkinkan instrumen
masuk ke dalam uterus dan kavitas endometrium dikosongkan atau diambil sampelnya
menggunakan kuret
4. Apa itu infeksi toxoplasmosis
Toxoplasma (Toksoplasma) adalah penyakit yang diakibatkan oleh parasit Toksoplasma
Gondi, yang dapat ditularkan oleh kucing, namun tidak hanya kucing yang dapat menjadi
dalang penyebaran penyakit toksoplasma

STEP 2 (Definisi masalah)

1. Apa ds dan do dari scenario tersebut


2. Apa diagnose dari scenario diatas
3. Apa pengkajian dari scenario tersebut
4. Apa keluhan utama dari scenario tersebut
5. Apa hubungan infeksi toxoplasmosis dgn abortus
6. Apa masalah keperawatan dari scenario tersebut
7. Apa intervensi dari scenario tersebut
8. Apa yang dimaksud dengan perdarahan bercak dan kenapa bisa terjadi
9. Apa dampak memelihara hewan peliharaan terhadap kehamilan
10. Bagaimana cara penularan dari infeksi toxoplasmosis
11. Infeksi toxoplasmosis disebabkan oleh t.gondi, selain t.gondi apakah ada parasite lainnya?

STEP 3 (Brainstorming)

1. Apa ds dan do dari scenario tersebut


DS: Pasien mengeluh mules. Pasien mengatakan bahwa pada kehamilan yang pertama, pasien
mengalami keguguran pada usia kehamilan 10 minggu. Pasien mengatakan bahwa ia menyukai
hewan peliharaan (kucing dan burung)
DO: . Hasil pemeriksaan USG : Abortus Inkompletus
2. Apa diagnose dari scenario diatas
a. nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi
b. resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
c. ansietas b.d ancaman terhadap kematian
3. Apa pengkajian dari scenario tersebut
a. Identitas
1) Nama: Ny. B
2) Umur: 29 th
3) Jenis Kelamin: perempuan
4) Alamat:
5) Pekerjaan:
b. Keluhan Utama: pasien mengeluh mules
c. Riwayat Penyakit Dahulu: pasien mengatakan pada kehamilan pertamanya mengalami
keguguran pada usia 10 minggu
d. Riwayat Penyakit Sekarang: pasien mengalami perdarahan bercak (spotting)
e. Riwayat Penyakit Keluarga: -
f. Pola Kesehatan Fungsional:
1) Pola persepsi kesehatan
2) Pola nutrisi metabolic
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas – latihan
5) Pola istirahat dan tidur
6) Pola kongnitif perseptual
7) Pola persepsi diri
8) Pola peran – hubungan
9) Pola seksualitas – reproduksi
10) Pola koping – toleransi stress
11) pola nilai dan kepercayaan
4. Apa keluhan utama dari scenario tersebut
Pasien mengalami perdarahan bercak
5. Apa hubungan infeksi toxoplasmosis dgn abortus
Hubungan antara infeksi toxoplasmosis dengan abortus (keguguran) yaitu Infeksi Toxoplasma
gondii pada ibu hamil dapat menimbulkan risiko terjadinya abortus. Selama kehamilan, parasit
ini dapat menyebar melalui plasenta dan menginfeksi janin. Risiko keguguran lebih tinggi
terutama pada trimester pertama kehamilan. Selain itu, infeksi pada janin yang terinfeksi dalam
rahim juga dapat menyebabkan cacat bawaan, gangguan perkembangan, atau kelainan pada
bayi yang lahir.
Dalam kasus Ny. B, keguguran yang terjadi pada usia kehamilan 10 minggu dan hasil
pemeriksaan USG yang menunjukkan Abortus Inkompletus (produk konsepsi tidak keluar
sepenuhnya) mungkin berkaitan dengan infeksi toxoplasmosis yang diderita oleh pasien.
Sebagai penanganan, dilakukan curettage (pengangkatan jaringan yang masih tertinggal dalam
rahim) untuk memastikan produk konsepsi diangkat secara menyeluruh.
Dalam hal ini, penting untuk menjaga kebersihan dan menghindari paparan langsung dengan
kotoran kucing atau bahan makanan yang terkontaminasi agar dapat mencegah infeksi
toxoplasmosis selama kehamilan. Konsultasikan selalu dengan dokter untuk pemeriksaan dan
tindakan medis yang tepat dalam menghadapi kondisi seperti ini.
6. Apa masalah keperawatan dari scenario tersebut
a. Nyeri akut
b. Resiko infeksi
c. Ansietass intan
7. Apa intervensi dari scenario tersebut
a. Nyeri akut = manajemen nyeri
b. Resiko infeksi = pencegahan infeksi
c. Ansietas = reduksi ansietas
8. Apa yang dimaksud dengan perdarahan bercak dan kenapa bisa terjadi
darah diluar siklus haid yang disebabkan karena penipisan endometrium. Disebabkan oleh
embrio yang menempel pada dinding rahim.
9. Apa dampak memelihara hewan peliharaan terhadap kehamilan
dampak memelihara hewan pada ibu hamil bisa menyebabkan penyakit yang berbahaya
terutama bagi ibu hamil dan janin. berikut ini adalah beberapa penyakit 1. toksoplasmosis 2.
salmonellosis 3. lymphocytc choriomeningitis 4. rabies.
10. Bagaimana cara penularan dari infeksi toxoplasmosis
Manusia biasanya terinfeksi toksoplasmosis melalui benda, makanan, atau minuman yang
telah terkontaminasi parasit Toxoplasma gondii.
11. Infeksi toxoplasmosis disebabkan oleh t.gondi, selain t.gondi apakah ada parasite lainnya?
a. neospora canium
b. sarcocystis spp
c. hammondia spp

STEP 4 (Analisis masalah)

1. Apa ds dan do dari scenario tersebut


DS: Pasien mengeluh mules. Pasien mengatakan bahwa pada kehamilan yang pertama, pasien
mengalami keguguran pada usia kehamilan 10 minggu. Pasien mengatakan bahwa ia menyukai
hewan peliharaan (kucing dan burung)
DO: . Hasil pemeriksaan USG : Abortus Inkompletus
2. Apa diagnose dari scenario diatas
d. nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi
e. resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
f. ansietas b.d ancaman terhadap kematian
g. deficit pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi
3. Apa pengkajian dari scenario tersebut
Pengkajian
1) Identitas
Nama: Ny. B
Umur: 29 th
Jenis Kelamin: perempuan
Alamat:
Pekerjaan:
2) Keluhan Utama: pasien mengeluh mules
3) Riwayat Penyakit Dahulu: pasien mengatakan pada kehamilan pertamanya mengalami
keguguran pada usia 10 minggu
4) Riwayat Penyakit Sekarang: pasien mengalami perdarahan bercak (spotting)
5) Riwayat Penyakit Keluarga: -
6) Pola Kesehatan Fungsional:
a. Pola persepsi kesehatan
b. Pola nutrisi metabolic
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas – latihan
e. Pola istirahat dan tidur
f. Pola kongnitif perseptual
g. Pola persepsi diri
h. Pola peran – hubungan
i. Pola seksualitas – reproduksi
j. Pola koping – toleransi stress
k. pola nilai dan kepercayaan
4. Apa keluhan utama dari scenario tersebut
Pasien mengalami perdarahan bercak
5. Apa hubungan infeksi toxoplasmosis dgn abortus
Hubungan antara infeksi toxoplasmosis dengan abortus (keguguran) yaitu Infeksi Toxoplasma
gondii pada ibu hamil dapat menimbulkan risiko terjadinya abortus. Selama kehamilan, parasit
ini dapat menyebar melalui plasenta dan menginfeksi janin. Risiko keguguran lebih tinggi
terutama pada trimester pertama kehamilan. Selain itu, infeksi pada janin yang terinfeksi dalam
rahim juga dapat menyebabkan cacat bawaan, gangguan perkembangan, atau kelainan pada
bayi yang lahir.
Dalam kasus Ny. B, keguguran yang terjadi pada usia kehamilan 10 minggu dan hasil
pemeriksaan USG yang menunjukkan Abortus Inkompletus (produk konsepsi tidak keluar
sepenuhnya) mungkin berkaitan dengan infeksi toxoplasmosis yang diderita oleh pasien.
Sebagai penanganan, dilakukan curettage (pengangkatan jaringan yang masih tertinggal dalam
rahim) untuk memastikan produk konsepsi diangkat secara menyeluruh.
Dalam hal ini, penting untuk menjaga kebersihan dan menghindari paparan langsung dengan
kotoran kucing atau bahan makanan yang terkontaminasi agar dapat mencegah infeksi
toxoplasmosis selama kehamilan. Konsultasikan selalu dengan dokter untuk pemeriksaan dan
tindakan medis yang tepat dalam menghadapi kondisi seperti ini.
6. Apa masalah keperawatan dari scenario tersebut
d. Nyeri akut
e. Resiko infeksi
f. Ansietass intan
7. Apa intervensi dari scenario tersebut
d. Nyeri akut manajemen nyeri
e. Resiko infeksi pencegahan infeksi
f. Ansietas edukasi ansietas
g. Deficit pengetahuan edukasi pengetahuan
8. Apa yang dimaksud dengan perdarahan bercak dan kenapa bisa terjadi intan
darah diluar siklus haid yang disebabkan karena penipisan endometrium. Disebabkan oleh
embrio yang menempel pada dinding rahim.
9. Apa dampak memelihara hewan peliharaan terhadap kehamilan
dampak memelihara hewan pada ibu hamil bisa menyebabkan penyakit yang berbahaya
terutama bagi ibu hamil dan janin. berikut ini adalah beberapa penyakit 1. toksoplasmosis 2.
salmonellosis 3. lymphocytc choriomeningitis 4. rabies.
10. Bagaimana cara penularan dari infeksi toxoplasmosis
Manusia biasanya terinfeksi toksoplasmosis melalui benda, makanan, atau minuman yang
telah terkontaminasi parasit Toxoplasma gondii.
-melalui makanan yg terkontaminasi
- melalui kontak langsung dengan feses kucing yg terinfeksi
-melalui transfusi darah atau transplantasi organ
-transplasental (dari ibu ke janin)
-jarum suntik yg terkontaminasi
11. Infeksi toxoplasmosis disebabkan oleh t.gondi, selain t.gondi apakah ada parasite lainnya?
-neospora canium
-sarcocystis spp
-hammondia spp

STEP 5 (Merumuskan tujuan belajar)

Tujuan umum:

1. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan abortus inko

Tujuan khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari abortus


2. Mahasiswa mampu menyebutkan macam macam abortus
3. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dan factor resiko
4. Mahasiwa mampu menjelaskan patofisiologi
5. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klini
6. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi
7. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeeeriksaan penunjang
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan
9. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian focus
10. Mahasiswa mampu melakukan analisis data
11. Mahasiswa mampu merumuskan diagnose
12. Mahasiswa mampu merumuskan intervensi dan kriteria hasil

STEP 6 (Self Study : Mahasiswa belajar mandiri, mencari informasi berdasarkan tujuan
belajar yang sudah disepakati)

References

Anggraeni, D. D. (2022). Asuhan Kebidanan Kegawadaruratan Maternal Neonatal . Sumatra


Barat: PT Global Eksekutif Teknologi .

Asmarawati, T. (2013). Hukum & Abortus. Yogyakarta: Deepublish.

PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan
Edisi 1 . Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan
Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik
Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
STEP 7 (Reporting)

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari abortus


Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
badan janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Apabila janin
lahir sebelum usia 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka dinamakan kelahiran premature.
2. Mahasiswa mampu menyebutkan macam macam abortus
a. Abortus imminiens yiatu abortus tingkat permulaan, yang terjadi perdarahan pervaginam,
sedangkan jlana lahir maish tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam uterus.
b. Abortus insipiens yitu abortus yang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah
mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih didalam dengan keadaan lengkap
c. Abortus inkomplit yitu abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar dari Rahim dan
masih ada yang tertinggal
d. Abortus komplit adalah abortus yang dimana seluruh hasil konsepsi telah keluar dari uterus
pada kehamilan kurang dari 20 minggu
e. Missed abortion yaitu abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih
dalam kandungan
f. Abortus infeksius dan abortus septik yaitu abortus infeksius dan terdpaat abortus yang
disertai dengan infeksi genital
g. Abortus habitualis yaitu abortus yang terjadi sebnayak 3 kali berturut-turut atau lebih
3. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dan factor resiko
a. Etiologi
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
a) Kelainan kromosom, seperti trisomy 18, trisomy 12, dan poloploidi
b) Lingkungan kurang sempurna, bila lingkungan endometrium di sekitar implantasi
kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan hasil konsepsi terganggu
c) Pengaruh dari luar, seperti radiasi, obat-obatan dan lain sebagainya
2) Kelainan pada plasenta
Endareritis terjadi di vili koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu,
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
3) Penyakit ibu
Penyakit ibu secara mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria yang dapat menyebabkan abortus karena toksin, bakteri, virus atau
plasmodiummasuuk ke janin melalui plasenta, sehingga menyebabkan kematian janini
sehingga terjadi abortus.
4) Kelainan Traktus Genetalis
Restroversio uteri, mioma uteri atau kelainan bawaan uterus menyebabkan abortus.
b. Faktor Risiko
1) Usia ibu: Risiko abortus meningkat pada wanita yang berusia di bawah 20 tahun dan
di atas 35 tahun. Wanita yang lebih tua cenderung memiliki tingkat kesuburan yang
lebih rendah dan lebih berisiko mengalami masalah genetik pada embrio.
2) Riwayat abortus sebelumnya: Jika seorang wanita pernah mengalami abortus
sebelumnya, risiko mengalami keguguran kembali akan lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita yang belum pernah mengalami keguguran.
3) Kesehatan ibu: Gangguan kesehatan tertentu pada ibu seperti diabetes, gangguan tiroid,
obesitas, atau masalah kesehatan kronis lainnya dapat meningkatkan risiko keguguran.
4) Gangguan hormon: Ketidakseimbangan hormon, seperti kadar progesteron yang
rendah, dapat menyebabkan keguguran pada tahap awal kehamilan.
5) Infeksi: Infeksi tertentu pada ibu, seperti infeksi virus rubella, sitomegalovirus (CMV),
atau toksoplasma, dapat meningkatkan risiko abortus.
6) Faktor genetik: Ketika terjadi kelainan genetik pada embrio yang menyebabkan
perkembangan yang tidak normal, kehamilan dapat berakhir dengan keguguran.
7) Konsumsi zat tertentu: Penggunaan alkohol, nikotin, obat-obatan terlarang, atau
paparan bahan kimia tertentu selama kehamilan dapat meningkatkan risiko abortus.
8) Gangguan struktur rahim: Kelainan bawaan atau kelainan struktural pada rahim dapat
mempengaruhi kemampuan rahim untuk mendukung pertumbuhan janin dengan baik.
9) Trauma fisik atau emosional: Trauma fisik yang berat atau tekanan emosional yang
ekstrem juga dapat menyebabkan keguguran.
4. Mahasiwa mampu menjelaskan patofisiologi
Berawal dari perdarahan desidua basalis lalu diikuti oleh nekrosisi pada jaringan sekitarnya,
keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Pada usia kehamilan
kurang dari 8 minggu biasanya hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya karena vili koriales
belum menembus desidua secara mendalam. Kehamilan usia 8-14 minggu vili koriales
menembus desidua secara mendalam sehingga umumnya plasenta tidak akan lepas sempurna
dan dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas yang
dikeluarkan setelah pecah ketuban yaitu janin dan disusul oleh plasenta. Hasil konsepsi pada
abortus dapat berbagai bentuk ada yang kantong amnion kosong atau tampak benda kecil
didalamnya tanpa bentuk jelas mungkin iu adalah janin yang telah lama mati. Bentuk lain yaitu
mola tuberosa dalam hal ini amnion benjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion
korion, pada abrtus inkomplit masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis
a. Perdarahn sedikit atau banyak dan terdapat bekuan darah
b. Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat
c. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka
d. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau sudah menonjol
dari eksternum atau sebagai jaringan keluar
e. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok
6. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi
a. Perdarahan
b. Perforasi
c. infeksi
d. syok
7. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeeeriksaan penunjang
a. Tes kehamilan: bila positif janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
b. Pemeriksaan doppler atau usg untuk menentukan apakah janin masih hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan
a. Bila disertai dengan syok karena perdarahan diberikan infus cairan fisiologis NaCl atau RL
dan transfuse darah selekas mungkin
b. Setelah syok diatasi dilakukan kerokan dengan kuretase dan diberikan suntikan guna
mempertahanlan kontraksi otot uterus
c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, dilakukan pengeluaran plasenta
secara manual
d. Diberikan antibiotika untuk mencegah infeksi
9. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian focus
a. Sirkulasi
Adanya perdarahan pervaginam, amenorea < 20 minggu, terlambat
menstruasi, riwayat peningkatan tekanan darah, masalah jantung,
edema, penurunan pengisian vena, peningkatan nadi, penurunan
volume darah, riwayat penyakit vaskuler, hematokrit meningkat, suhu
20 badan meningkat (jika keadaan umum buruk, lakukan resusitasi dan
stabilisasi).
b. Eliminasi
Penurunan haluaran urine, konsentrasi urine meningkat, nyeri saat defekasi, darah merah
segar menyertai pengeluaran feses, penggunaan kateterisasi, penurunan volume feses,
penurunan frekuensi defekasi, pola defekasi menurun (konstipasi), mengejan saat defekasi,
tidak mampu mengeluarkan feses, penggunaan laksatif, karakter feses, defekasi terakhir,
adanya hemoroid, adanya perdarahan dalam pengeluaran feses, peningkatan frekuensi
perkemihan, karakter urine, riwayat penyakit ginjal, riwayat penyakit diuretik, perasaan
penuh pada rektum, peningkatan tekanan abdomen.
c. Makanan dan minuman
Penolakan makan dan minum, kebiasaan diet, frekuensi makanan dalam sehari, terjadi
mual muntah, penurunan berat badan, membran mukosa kering, adanya alergi, anoreksia,
adanya nyeri ulu hati, perubahan selera makan, merasa cepat kenyang, penurunan turgor
kulit dan lidah.
d. Aktivitas dan istirahat
Enggan untuk tidur, keterbatasan aktifitas, kebiasaan tidur, pembatasan
aktivitas karena tindakan kuretase, gangguan tidur (mata terlihat kuyu,
gerakan tidak teratur, dan menyeringai), kebiasaan aktivitas,
ketidaknyamanan / dispnea saat beraktivitas, kelemahan.
e. Nyeri/kenyamanan
adanya kontraksi uterus, rasa mules, kram perut atas simfisis, kram
kaki, adanya nyeri tekan dan bengkak pada payudara, nyeri abdomen,
nyeri tekan abdomen, nyeri punggung, lokasi nyeri, intensitas,
frekuensi, dan kualitas nyeri, faktor pencetus nyeri, ekspresi wajah,
posisi klien untuk menghindari nyeri, bukti nyeri dapat di amati, pucat.
f. Keamanan
Riwayat penyakit dan inflamasi pelvis, gerakan janin, keluarnya
jaringan hasil konsepsi.
g. Seksualitas
Perdarahan vagina, rentang dari bercak-bercak sampai perdarahan
nyata, riwayat abortus sebelumnya, catat perkiraan tanggal lahir
peningkatan progresif pada ukuran uterus missal TFU, posisi uterus,
perubahan payudara, pembesaran jaringan adiposa.
h. Intergritas Ego
Kehamilan mungkin sudah atau belum direncanakan, mungkin sangat
cemas/ketakutan akan kehilangan, menunjukan masalah keputusasaan,
ekonomi dan rencana individu untuk masa datang, kemungkinan
merasakan penolakan misal kehilangan kontak dengan pasangan pria,
perubahan status mental, ansietas, perilaku ekspresif (gelisah, merintih,
menangis, kewaspadaan berlebih, peka rangsangan, menghela nafas
panjang), afektif (gelisah, kesedihan yang mendalam, distress,
ketakutan, gugup, perasaan tiak adekuat, gembira berlebihan, marah, menyesal, perasaan
takut, ketidakpastian, dan khawatir); fisiologis
(wajah tegang, peningkatan keringat, peningkatan ketegangan,
terguncang, gemetar, dan suara bergetar), marah, menyalahkan, merasa
terpisah, putus asa, distress psikologis, memberi makna kehilangan,
perilaku panik, dan kepedihan.
i. Penyuluhan atau pembelajaran
Harapan individu terhadap tindakan abortus dan kehamilan
selanjutnya, tingkat pengetahuan, pengalaman, keinginan terhadap
anak, mengungkapkan masalah secara verbal, tidak mengikuti instruksi
yang diberikan secara akurat.
j. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan
ekstremitas, dan adanya keterbatasan fisik
2) Palpasi
a) Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
b) Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
c) Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan / tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal
3) Perkusi
a) Menggunakan jari: ketuk lutut, dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan
adanya cairan atau tidak, masa atau konsolidasi
b) Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks / gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut
apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.
4) Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/ paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin.
10. Mahasiswa mampu melakukan analisis data
No Data Masalah Etiologi
1. DS : Pasien mengeluh mules Risiko Ketidakseimbangan Trauma/Perdarahan
dan mengatakan keluar Cairan
perdarahan bercak (spotting),
Pasien mengatakan bahwa
pada kehamilan yang
pertama, pasien mengalami
keguguran pada usia
kehamilan 10 minggu
DO : Pasien tampak
mengalami perdarahan bercak
(spotting)
2. DS : Pasien mengatakan Risiko Infeksi Efek prosedur
bahwa ia menyukai hewan invasive
peliharaan (kucing dan
burung)
DO : Hasil pemeriksaan
dokter pasien terkena infeksi
Toxoplasmosis, hasil
pemeriksaan USG pasien
mengalami abortus
inkompletus dan pasien di
jadwalkan untuk
dilakukan curettage.
3. DS : Pasien mengeluh Ansietas Kekhawatiran
mengalami perdarahan bercak mengalami
(spotting). Pasien mengeluh kegagalan dan
mules. Pasien mengatakan ancaman terhadap
bahwa pada kehamilan yang kematian
pertama, pasien mengalami
keguguran pada usia
kehamilan 10 minggu.
DO : Hasil pemeriksaan
dokter pasien terkena infeksi
Toxoplasmosis, hasil
pemeriksaan USG pasien
mengalami abortus
inkompletus dan pasien di
jadwalkan untuk
dilakukan curettage.
4. DS : Pasien mengatakan Defisit Pengetahuan Kurang terpapar
bahwa ia menyukai hewan informasi
peliharaan (kucing dan
burung).
DO : Hasil pemeriksaan
dokter pasien terkena infeksi
Toxoplasmosis.

11. Mahasiswa mampu merumuskan diagnose


a. Risiko Ketidakseimbangan cairan b.d trauma/perdarahan (SDKI, D.0036)
b. Risiko infeksi b.d efek prosedur invasive (SDKI, D.0142)
c. Ansietas b.d Kekhawatiran mengalami kegagalan dan ancaman terhadap kematian d.d
mengalami perdarahan bercak (spotting), hasil USG mengalani abortus inkompletus
(SDKI, D.0080)
d. Deficit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d Pasien mengatakan bahwa ia
menyukai hewan peliharaan (kucing dan burung), Hasil pemeriksaan dokter pasien terkena
infeksi Toxoplasmosis. (SDKI, D.0111)
12. Mahasiswa mampu merumuskan intervensi dan kriteria hasil
Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Risiko Setalah dilakukan Tindakan Manajemen Ciran (SIKI, I.03098)
Ketidakseimbangan keperawatan selama 3x8 Tindakan:
cairan b.d jam, maka diharapkan a. Observasi
trauma/perdarahan Keseimbangan Cairan 1. Monitor status hidrasi
meningkat (SLKI, L.03020) 2. Monitor berat badan harian
Kriteria Hasil: 3. Monitor berat badan
a. Asupan cairan sesudah dan sebelum
meningkat dialysis
b. Asupan makanan 4. Monitor hasil pemeriksaan
meningkat laboratorium
c. Kelembapan membrane 5. Monitor status
mukosa meningkat hemodinamik
d. Dehidrasi menurun b. Terapeutik
e. Membrane mukosa 1. Catat intake-ouput cairan
membaik dan hitung balans cairan 24
jam
2. Barikan asupan cairan
sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intavena
jika perlu
c. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
diuretic jika perlu
Risiko infeksi b.d Setalah dilakukan Tindakan Pencegahan Infeksi (SIKI,
efek prosedur keperawatan selama 3x8 I.14539)
invasive jam, maka diharapkan Tindakan:
Tingkat Infeksi menurun a. Observasi
(SLKI, L.14137) 1. Monitor tanda dan gejala
Kriteria Hasil: infeksi local dan sistemik
a. Kebersihan tangan b. Terapeutik
meningkat 1. Batasi jumlah pengunjung
b. Kebersihan badan 2. Cuci tangan sebelum dan
meningkat sesudah kontak dengan
c. Nafsu makan meningkat pasien dan lingkungan
pasien
3. Pertahankan Teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi
c. Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
5. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi
Ansietas b.d Setalah dilakukan Tindakan Reduksi Ansietas (SIKI, I.09314)
Kekhawatiran keperawatan selama 3x8 Tindakan :
mengalami jam, maka diharapkan a. Observasi
kegagalan dan Tingkat Ansietas menurun 1. Identifikasi saat tingkat
ancaman terhadap (SLKI, L.09093) ansietas berubah
kematian d.d Kriteria Hasil: 2. Identifikasi kemampuan
mengalami a. Konsentrasi membaik mengambil keputusan
perdarahan bercak b. Perilaku gelisah 3. Monitor tanda-tanda
(spotting), hasil menurun ansietas
USG mengalani c. Perilaku tegang b. Terapeutik
abortus menurun 1. Ciptakan suasana
inkompletus d. Verbalisasi terapeutik untuk
kebingungan menurun menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
5. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memici
kecemasan
6. Diskusikan rencana
realistis yang akan datang
c. Edukasi
1. Jelaskan prosedur termasuk
sensasi yang dialami
2. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan, prognosis
3. Anjurkan keluarkan untuk
selalu Bersama pasien
4. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
5. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
6. Latih Teknik relaksasi
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas
Deficit Setalah dilakukan Tindakan Edukasi Kesehatan (SIKI, I.12383)
pengetahuan b.d keperawatan selama 3x8 Tindakan:
kurang terpapar jam, maka diharapkan a. Observasi
informasi d.d Tingkat Pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan
Pasien mengatakan meningkat (SLKI, L.12111) kemampuan menerima
bahwa ia menyukai Kriteria Hasil: informasi
hewan peliharaan a. Pertanyaan tentang 2. Identifikasi factor-faktor
(kucing dan masalah yang dihadapi yang dapat meningkatkan
burung), Hasil menurun dan menurunkan monivasi
pemeriksaan dokter b. Persepsi yang keliru perilaku hdup sehat dan
pasien terkena terhadap masalah bersih
infeksi menurun b. Terapeutik
Toxoplasmosis. c. Perilaku sesuai anjurran 1. Sediakan materi dan media
meningkat Pendidikan Kesehatan
d. Perilaku sesuai dengan 2. Jadwalkan Pendidikan
mengetahuan meningkat Kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
c. Edukasi
1. Jelaskan factor risiko yang
mempengaruhi Kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untyk
meningkatkan perilaku
gaya hidup bersih dan sehat

Anda mungkin juga menyukai