Disusun oleh :
Nama : Muhammad Triza Sevidirgo
NPM : 20142013012
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Sutrisari Sabrina Nainggolan, S.Kep, M.Kes, M.Kep
Alhamdulillah, puji syukur penulis atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalahnya pada tepat waktu. Shalawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah yang berjudul “Penyakit Radang Panggul” ini
bertujuan untuk memenuhi tugas Ibu Ns. Sutrisari Sabrina Nainggolan, S.Kep,
M.Kes, M.Kep mata kuliah Keperawatan Maternitas 2 Program Studi
Keperawatan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran
yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
PENDAHULUAN
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah
menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita seperti rahim, tuba
falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat
membahayakan jiwa. Infeksi tersebut juga sangat umum. Satu dari 7 wanita Amerika telah
menjalani perawatan karena infeksi ini dan kurang lebih satu juta kasus baru terjadi setiap tahun,
demikian menurut Gay Benrubi, M.D., profesor pada Division of Gynegology Oncology, University of
Florida di Jacksonville. Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan
untuk memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula kekhawatiran
lainnya: Serangan infeksi ini diketahui sangat meningkatkan resiko seorang wanita untuk menjadi
mandul. Ketika bakteri-bakteri yang menyerang menembus tuba falopi, mereka dapat
menimbulkan luka di sepanjang lapisan dalam yang lunak, menyebabkan sukarnya (atau tidak
memungkinkannya) sebuah telur masuk ke dalam rahim, demikian Dr. Benrubi menerangkan.
Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya sperma yang sedang bergerak melakukan
kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya adalah perkiraan yang mengkhawatirkan berikut ini:
Setelah satu episode infeksi ini, resiko seorang wanita untuk menjadi mandul adalah 10%
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Radang Panggul atau pelvic inflammatoty disease (PID) merupakan infeksi apa
pun yang akut, subakut, rekuren, atau kronis di oviduk dan ovarium, dengan melibatkan
jaringan yang berdekatan.
2.2 Etiologi
Penyebab penyakit radang panggul adalah infeksi ascending dari serviks. Sekitar
85% kasus infeksi disebabkan oleh bakteri menular seperti Neisseria gonorrhoeae atau
Chlamydia trachomatis. Sekitar 10% sampai 15% wanita dengan endoserviks N.
gonorrhoeae atau C. trachomatis akan berkembang menjadi penyakit radang panggul.
Biasanya, penyakit radang panggul akibat gonore lebih parah daripada penyebab
lain. Radang panggul karena klamidia cenderung tidak menimbulkan gejala, dan sering
menyebabkan gejala subklinis. Radang panggul subklinis memang memilki sedikit gejala
bahkan tidak ada gejala sama sekali, tetapi dapat memiliki konsekuensi jangka panjang
yang merugikan. Mikroba serviks lainnya seperti Mycoplasma genitalium, diduga juga
berkontribusi terhadap penyakit ini. Selain itu, patogen yang bertanggung jawab untuk
vaginosis bakteri seperti spesies Peptostreptococcus, spesies Bacteroides. Patogen
pernapasan seperti Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus
aureus. Dan patogen enterik seperti Escherichia coli, Bacteroides fragilis, grup B
Streptococci, diduga juga terlibat dalam Penyakit radang panggul akut. Jenis bateri ini
menyumbang sekitar 15% dari kasus secara keseluruhan.
2.3 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada penyakit radang panggul tergantung
pada tingkat keparahan infeksi, pasien bisa menunjukkan gejala demam, mual
muntah, dan nyeri panggul serta perut yang parah.
a. Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal.
b. Demam
c. Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan
di celana dalam)
d. Kram Karena menstruasi
e. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
f. Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
g. Nyeri punggung bagian bawah
h. Kelelahan
i. Nafsu makan berkurang
j. Sering berkemih
k. Nyeri ketika berkemih
2.4 Patofisiologi
A.Data Subyektif
1. Biodata :
a. Umur : biasanyaa terjadi pada usia produktif yaitu pada usia dibawah 16
tahun
b. Pekerjaan : sering terjadi pada wanita yang berganti-ganti pasangan (PSK)
2. Keluhan Utama : Demam, mual muntah, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur, kram karena menstruasi, nyeri BAK, nyeri saat hubungan, sakit pada perut
bagian bawah, lelah, nyeri punggung bagian bawah, nafsu makan berkurang.
3. Riwayat penyakit sekarang : Metroragia, Menoragia.Menderita penyakit
kelamin, keputihan, menggunakan alat kontrasepsi spiral.
4. Riwayat penyakit dahulu : KET, Abortus Septikus, Endometriosis.Pernah
menderita penyakit kelamin, abortus, pernah kuret, aktivitas seksual pada masa
remaja, berganti-ganti pasangan seksual, pernah mengunakan AKDR.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Riwayat menstruasi: Perdarahan menstruasi yang tidak teratur, Disminore, Fluor
albus.
7. Riwayat obstetric dan KB: Pernah abortus, kuretase, keguguran,Pernah atau
sedang menggunakan AKDR
8. Riwayat menstruasi :Kaji menarche, siklus haid, jumlah darah yang keluar,
dismenorea,dan HPHT.
9. Riwayat Ginekologi: Kaji keluhan yang pernah dirasakan berkaitan dengan
organ reproduksi, berapa lama keluhan ibu rasakan, ada tidaknya upaya yang
dilakukan untuk mengatasi keluhan itu. Seperti menanyakan apakah ibu pernah
mengalami keputihan yang berbau dan gatal, operasi yang dialami.
10. Riwayat kesehatan: Kaji penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu, suami, dan
keluarga baik dari ibu maupun suami seperti : penyakit jantung, hipertensi, DM,
TBC, asma dll. Kaji apakah ibu pernah kontak dengan penderita HIV/AIDS, TBC,
hepatitis.
B. Data Obyektif
Pemeriksaan sistematis dan Ginekologis
Didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa dan
hasil pemeriksaan dengan tehnik palpasi, inspeksi, auskultasi, dan perkusi .
Pemeriksaan sistematis ini meliputi:
1. Pemeriksaan Kepala dan Wajah
Kaji keadaan mata, hidung, mulut dan bibir ibu
2. Pemeriksaan pada leher
Periksa apakah ada pembesaran kelenjar pada leher seperti kelenjar limfe,
tiroin atau pelebaran pembluh vena.
3. Pemeriksaan Dada dan Payudara:
Inspeksi: lihat berntuk payudara (simetris/ asimetris), warna (kemerahan atau
normal), pengeluaran, puting susu (menonjol, datar, masuk), retraksi.
4. Pemeriksaan Abdomen:
Kaji adaya masa atau benjolan dan nyeri tekan pada abdomen, jaringan
parut , bekas luka operasi.
5. Pemeriksaan Anogenital
Kaji pengeluaran pervaginam : jumlah, warna, konsistensi dan bau kaji
adanya tanda-tanda infeksi pada daerah genital, perhatikan ada tidaknya
varises dan oedema pada genetalia, inspikulo, dinding vagina (rugae vagina
less), karsinoma. Portio.Lakukan pemeriksaan adneksa dengan menekan
daerah shympisis , apakah terasa nyeri atau tidak .
6. Pemeriksaan Genitalia
1) Ada cairan flour albus yang berbau, dan berwarna kehijauan
2) Nyeri pada servik, uterus dan kedua adnexa saat pemeriksaan bimanual.
3) Terdapat masa iflamatoris daerah pelvis
Diagnosa Implementasi
1. Nyeri berhubungan 1. Melakukan pengkajian nyeri secara
dengan infeksi pada pelvis. komprehensif.
2. Mengobservasi reaksi non verbal
dari ketidaknyamanan
3. Mengajarkan teknik non
farmakologi : napas dalam, distraksi
dan kompres hangat
4. Berkolaborasi pemberian obat
analgetik sesuai indikasi
5. Memonitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgetic
2. Hipertermia berhubungan 1. Memonitor suhu minimal setiap 2 jam.
dengan efek langsung dari
2. Memonitor intake dan output.
sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus, perubahan 3. Memberikan pengobatan untuk mengatasi
pada reagulasi temperatur.
demam.
4. Mengkompres pasien pada lipat paha dan
aksila.
5. Berkolaborasi pemberian cairan intravena
dan anti piretik
3. Ansietas berhubungan 1. Melibatkan pasien/ orang terdekat dalam
dengan ketidaktahuan rencana perawatan.
penyebab nyeri panggul 2. Memberikan lingkungan tenang dan
istirahat.
3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi/
memerlukan perilaku koping yang
digunakan pada masa lalu.
4. Membantu pasien belajar mekanisme koping
baru, misalnya teknik mengatasi stres.