Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RADANG


PANGGUL”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

1. Dian Andriani 1932311006


2. Audya Febriani 1932311012
3. Adila Indah Kirana 1932311022
4. Siti Haniva Destriani 1932311028
5. Putri Exa Lorenza 1932311034

S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

Jl. R. Syamsudin, S.H, No.50 Tlp. (0266) 218345 Fax: (0266) 218342 Sukabumi
43113
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat kesehatan

yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini bertujuan untuk

memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II “Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Radang Panggul”. Tak lupa sholawat serta salah tetap kami

curahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa

kita dari alam kebodohan menuju alam yang penuh barakah.

Kami sadar bahwa tugas ini masih belum sempurna dan masih banyak

kekurangan dalam penyusunan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang

dapat membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat lebih baik dari

sebelumnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Semoga

penugasan ini dapat membawa manfaat bagi kita semua. Aamiin ya Rabbal’alamin.

Sukabumi, April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan 7
BAB II LANDASSASN TEORI
A. Definsi 8
B. Etiologi 9
C. Jenis-jenis PID 9
D. Klasifikasi PID 10
E. Faktor resiko 10
F. Patofisiologi 11
G. Tanda dan gejala 14
H. Komplikasi 16
I. Pencegahan 18
BAB III PEMBAHASAN
A. Asuhan keperawatan 19
1. Konsep Pengkajian 19
Contoh kasus 23
1. Pengkajian kasus 24
2. Diagnosa keperawatan 31
3. Intervensi 32
4. Implementasi 37
5. Evaluasi 27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 44
B. Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital

yang telah menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat

reproduksi wanita seperti rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal

yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan

jiwa. Infeksi tersebut juga sangat umum. Satu dari 7 wanita Amerika telah

menjalani perawatan karena infeksi ini dan kurang lebih satu juta kasus baru

terjadi setiap tahun, demikian menurut Gay Benrubi, M.D., profesor pada

Division of Gynegology Oncology, University of Florida di Jacksonville.

Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup

beralasan untuk memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius.

Namun, ada pula kekhawatiran lainnya: Serangan infeksi ini diketahui sangat

meningkatkan resiko seorang wanita untuk menjadi mandul. Ketika bakteri-

bakteri yang menyerang menembus tuba falopi, mereka dapat menimbulkan

luka di sepanjang lapisan dalam yang lunak, menyebabkan sukarnya (atau

tidak memungkinkannya) sebuah telur masuk ke dalam rahim, demikian Dr.

Benrubi menerangkan. Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya

sperma yang sedang bergerak melakukan kontak dengan sel telur yang turun.

4
Akibatnya adalah perkiraan yang mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu

episode infeksi ini, resiko seorang wanita untuk menjadi mandul adalah 10%.

PID (pelvic inflammatory disease) atau penyakit radang panggul

adalah infeksi dan radang pada saluran genitalia bagian atas (uterus, tuba

falopi, ovarium, dan struktur-struktur sekitar panggul). Infeksi dan inflamasi

dapat menyebar ke abdomen (peritonitis) termasuk struktur perihepatik

(perihepatitis/Sindrom Fitz-Hugh – Curtis). Perempuan yang memiliki risiko

tinggi terkena PID adalah perempuan muda usia reproduktif (khususnya di

bawah 25 tahun) yang memiliki partner seksual lebih dari satu, melakukan

hubungan seksual yang tidak aman (tidak menggunakan kontrasepsi), dan

tinggal di area dengan  prevalensi infeksi menular seksual (IMS) yang tinggi.

Gambar 1.1 Pelvic inflammatory desease

PID biasanya diawali dengan infeksi di vagina dan serviks yang

kemudian naik ke saluran genitalia bagian atas. Chlamydia trachomatis dan

5
Neisseria gonorrhoeae gonorrhoeae adalah dua bakteri penyebab penyakit

menular seksual yang paling sering berkaitan dengan PID. Selain kedua

bakteri tersebut, bakteri yang juga dapat berperan pada patogenesis PID

adalah flora vaginalis seperti Gardnerella vaginalis, Haemophilus influenzae,

dan bakteri anaerob. Namun, tidak hanya bakteri, beberapa kasus PID juga

berkaitan dengan infeksi virus yakni CMV dan HSV-2. Sebanyak 30-40%

kasus PID adalah kasus polimikrobial. Oleh karena itu, terapi dengan

antibiotik spektrum luas dibutuhkan untuk mengobati PID.

Diagnosis PID umumnya ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit

dan temuan klinis. Namun, tanda dan gejala klinis PID sebetulnya sangat

beragam. Beberapa pasien tidak atau sedikit sekali menunjukkan gejala

sementara beberapa pasien lainnya menunjukan gejala akut yang cukup serius.

Keluhan tersering yang biasanya dialami oleh  pasien  pasien adalah nyeri

perut bagian bawah dan keputihan keputihan yang abnormal. PID dapat

menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti infertilitas, kehamilan

ektopik, dan nyeri  pelvis kronik.

Kekhawatiran besar lainnya mengenai infeksi ini adalah bahwa

gangguan medis ini dapat meningkatkan resiko seorang wanita mengalami

kehamilan di luar kandungan sebesar enam kali lipat. Alasannya: karena tuba

falopi sering mendapatkan parut (bekas luka) yang timbul karena infeksi ini,

telur yang turun mungkin akan macet dan hanya tertanam di dinding tuba.

Kurang lebih 30.000 kehamilan di luar kandungan per tahun dapat dipastikan

disebabkan oleh infeksi seperti ini, demikian kata Dr. Benrubi. Itu masalah

6
yang serius: Kehamilan di luar kandungan, demikian katanya, "dewasa ini

menjadi penyebab kematian ibu dengan prosentase sebesar 15% dan dengan

segera akan menjadi penyebab kematian ibu yang paling sering terjadi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian penyakit infeksi panggul ?

2. Bagaimana Etiologi penyakit infeksi panggul ?

3. Apa Faktor risiko penyakit infeksi panggul ?

4. Bagaimana Patofisiologi penyakit infeksi panggul ?

5. Apa Tanda dan gejala penyakit infeksi panggul ?

6. Bagaimana Asuhan Keperawatan infeksi pada panggul ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit infeksi panggul

2. Untuk mengetahui etiologi penyakit infeksi panggul

3. Untuk mengetahui faktor risiko dari penyakit infeksi panggul

4. Untuk mengetahui proses perjalanan penyakit infeksi panggul

5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari penyakit infeksi panggul

6. Untuk mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi

panggul

7
BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI

Penyakit radang panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah

infeksi pada alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium,

tuba fallopi, ovarium, myometrium, parametria, dan peritoneum panggul. PID

adalah infeksi yang paling penting dan merupakan komplikasi infeksi menular

seksual yang paling biasa. (Sarwono, 2011; h. 227)

Menurut (Yani, 2009; h. 45) Pelvic Inflammatory Disease adalah suatu

kumpulan radang pada saluran genital bagian atas oleh berbagai organisme,

yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi, ovarium maupun

myometrium secara perkontinuitatum maupun secara hematogen ataupun

sebagai akibat hubungan seksual.

Sedangkan menurut (Marmi, 2013; h. 198) Pelvic Inflammatory

Disease (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari uterus, tuba, ovarium,

parametrium, yang tidak berkaitan dengan pembedahan dan kehamilan. PID

mencakup spectrum luas kelainan inflamasi alat kandungan tinggi termasuk

kombinasi endometritis, salphingitis, abses tuba ovarian dan peritoritis pelvis.

8
Biasanya mempunyai morbiditas yang tinggi. Batas antara infeksi rendah dan

tinggi ialah ostium uteri internum.

B. ETIOLOGI

Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran

genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh

waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita

penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae

dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan

jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun

vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman

penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi

karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya

pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk

pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).

C. JENIS - JENIS PID

1. Salfingitis

Mikroorganisme yang menyebabkan salfingitis adalah N.

Gonorhea dan C. Trachomatis, salfingitis timbul pada remaja yang

memiliki pasangan seksual yang multiple dan tidak menggunakan

kontrasepsi.

2. Abses tuba ovarium

9
Abses ini sering muncul setelah salfingitis namun lebih sering

karena infeksi adnexa yang berulang, pasien dalam keadaan asimtomatik

atau dalam keadaan septic syok, ditemukan 2 minggu setelah menstruasi

sengan nyeri pelvis dan abdomen, mual, muntah, demam dan takikardi.

Seluruh abdomen tegang dan nyeri.

D. KLASIFIKASI PID

Berdasarkan rekomendasi “Infectious Disease Society For Obstetrics

& Gynecology”, USA, Hager membagi derajat radang panggul menjadi:

1. Derajat I : radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan

ovarium), dengan atau tanpa pelvio-peritonitis.

2. Derajat II : Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang,

atau abses pada kedua tuba ovarium) dengan atau tanpa pelvio-peritonitis.

3. Derajat III : Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ

pelvik, misal adanya abses tubo ovarial.

E. FAKTOR RESIKO

Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko

tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita

muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan

melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur.

Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher

rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui

10
serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki

lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor

risiko lainnya adalah:

1. Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya

2. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu

30 hari

3. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS

4. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam

sebulan

5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul.

Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah

pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran

reproduksi sebelumnya.

F. PATOFISIOLOGI

Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran

genital atas endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba

uterina (salpingitis), ovarium (ooforitis), ligamentum latum dan serosa uterina

(parametritis) dan peritoneum pelvis (peritonitis). Organisme dapat menyebar

ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima cara.

1. Interlumen

Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kira-kira

99%) terjadi akibat masuknya kuman patogen melalui serviks ke dalam

11
kavum uteri. Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterina, akhirnya pus

dari ostium masuk ke ruang peritoneum. Organisme yang diketahui

menyebar dengan mekanisme ini adalah N. gonorrhoeae, C. Tracomatis,

Streptococcus agalatiae, sitomegalovirus dan virus herpes simpleks.

2. Limfatik

Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang

berhubungan denngan IUD menyebar melalui sistem limfatik seperti

infeksi Myoplasma non purpuralis.

3. Hematogen

Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit

tertentu (misalnya tuberkulosis) dan jarang terjadi di Amerika Serikat.

4. Intraperitoneum

Infeksi intraabdomen (misalnya apndisitis, divertikulitis) dan

kecelakaan intra abdomen (misalnya virkus atau ulkus denganperforasi)

dapat menyebabkan infeksi yang mengenai sistem genetalia interna.

5. Kontak langsung

Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi akibat penyebaran infeksi

setempat dari daerah infeksi dan nekrosis jaringan.

Terjadinya radang panggul di pengaruhi beberapa faktor yang

memegang peranan, yaitu;

1. Terganggunya barier fisiologi

12
Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia

eksterna, akan mengalami hambatan.

a. Diostium uteri internum

b. Di kornu tuba

c. Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka

kuman-kuman pada endometrium turut terbuang.

Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman - kuman

dihambat secara: mekanik, biokemik dan imunologik.

Pada keadaan tertentu, barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada

saat persalinan, abortus, instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi

alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

2. Adanya organisme yang berperang sebagai vector

Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan

bergerak sampai tuba fallopi. Beberapa kuman pathogen misalnya E coli

dapat melekat pada trikomonas vaginalis yang berfungsi sebagai vektor

dan terbawa sampai tuba fallopi dan menimbulkan peradangan di tempat

tersebut. Spermatozoa juga terbukti berperan sebagai vektor untuk kuman-

kuman N. gonerea, ureaplasma ureolitik, C trakomatis dan banyak kuman-

kuman aerobik dan anaerobik lainnya.

3. Aktivitas seksual

13
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi

kontraksi utrerus yang dapat menarik spermatozoa dan kuman - kuman

memasuki kanalis servikalis.

4. Peristiwa Haid

Radang panggul akibat N gonorea mempunyai hubungan dengan

siklus haid. Peristiwa haid yang siklik, berperan pentig dalam terjadinya

radang panggul gonore.

Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada

minggu pertama setelah haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan

media yang sangat baik untuk tumbuhnya kuman-kuman N. gonore. Pada saat

itu penderita akan mengalami gejala - gejala salpingitis akut disertai panas

badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai ”Febril Menses”.

G. TANDA DAN GEJALA

Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul.

Nyeri ini umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari

setelah menstruasi terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau

sanggama. Nyeri karena radang panggul biasanya kurang dari 7 hari.

Beberapa wanita dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama

sekali. Keluhan lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak

14
pada vagina, demam, nyeri saat sanggama, menggigil, demam tinggi, sakit

kepala, malaise, nafsu makan berkurang, nyeri perut bagian bawah dan daerah

panggul, dan sekret vagina yang purulen.

Biasanya infeksi akan menyambut tuba fallopi. Tuba yang tersumbat

biasa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri

menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan. Infeksi

bisa menyebar ke strukstur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan

perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ perut

serta menyebabkan nyeri menahun. Di dalam tuba, ovarium – ovarium

panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah

masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa

mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam

darah sehingga terjadi sepsis.

Kriteria minimum untuk diagnosis klinis adalah sebagai berikut :

(ketiga tiganya harus ada)

1. Nyeri gerak serviks

2. Nyeri tekan uterus

3. Nyeri tekan adneksa

Kriteria tambahan seperti berikut adalah dapat di pakai untuk

menambah spesifisitas kriteria minimum dan mendukung diagnosis PID.

1. Suhu oral < 38,30C

2. Cairan serviks atau vagina tidak normal mukokurulen.

15
3. Leukosit dalam jumlah banyak pada pemeriksaan mikroskop sekter vagina

dengan salin

4. Kenaikan laju endap darah

5. Protein reaktif – C meningkat

6. Dokumentasi laboraturium infeksi serviks oleh N. gonorrhoeae atau C.

trachomatis

Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai:

1. Tegang di bagian bawah

2. Nyeri serta nyeri gerak pada serviks

3. Dapat teraba tumor karena pembentukan abses

4. Di bagian belakang Rahim terjadi penimbunan nanah

5. Dalam bentuk menahun mungkin teraba tumor, perasaan tidak enak

(Discomfort) di bagain bawah abdomen (Manuaba, 2010).

H. KOMPLIKASI

1. Infertilitas

Satu dari sepuluh wanita dengan PID mengalami infertilitas. PID

dapat menyebabkan perlukaan pada tuba fallopi. Luka yang kemudian

menjadi scar yang menghalangi tuba dan mencegah terjadinya fertilitas sel

telur.

2. Ektopik pregnancy

16
Scar yang terbentuk oleh PID juga dapat menghalangi telur yang

sudah difertilitasi berpindah ke uterus, sehingga telur tersebut justru

tumbuh dalam tuba fallopi. Tuba dapat mengalami rupture dan

menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa. Operasi darurat dapat

dilakukan bila kehamilan ektipik ini tidak terdiagnosa sebelumnya, rasio

kehamilan ektopik 12-15% lebih tinggi pada wanita yang menmpunya

episode PID.

3. Nyeri pelvis kronis

Radang panggul yang menginfeksi area yang sama membuat

kondisi organ reproduksi tersebut rentan terhadap bakteri. Inilah kenapa

penderita radang panggul harus menyelesaikan masa pengobatannya

hingga tuntas demi mengurangi resiko terjadi infertilitas dan sakit panggul

yang sangat mengganggu aktivitas.

4. PID berulang

Kondisi ini terjadi jika penyebab infeksi tidak seluruhnya teratasi

atau karena pasangan seksualnya belum mendapat perawtan yang sesuai.

Jika pada episode PID sebelumnya terjadi kerusakan servik, maka bakteri

akan lebih mudah untuk masuk ke dalam organ reproduksi lain dan

membuat wanita tersebut rentang terkena PID berulang. Episode PID

berulang ini seringkali dihubungkan dengan resiko infertilitas.

5. Abses

Terkadang PID menyebabkan abses pada bibir vagina, juga pada

tuba fallopi dan ovarium. Abses ini adalah kumpulan dari cairan yang

17
terinfeksi. Penggunaan antibiotik dibutuhkan untuk menangani abses ini,

jika tidak berhasil maka operasi biasanya merupakan pilihan yang

disarankan oleh dokter. Penanganan abses tersebut sangat penting karena

abses yang pecah dapat membahayakan.

I. PENCEGAHAN

Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pencegahan dapat di lakukan dengan mencegah terjadi infeksi yang di

sebabkan oleh kuman penyebab penyakit menular seksual. Terutama

chalamidya. Peningkatan edukasi masyarakat, penapisan rutin, diagnosis

dini, serta penanganan yang tepat terhadap infeksi chlamidya berpengaruh

besar dalam menurunkan angka PID. Edukasi hendaknya fokus pada

metode pencegahan penyakit menular seksual, termasuk setiap terhadap

satu pasangan, menghindari aktifitas seksual yang tidak aman, dan

menggunakan pengamanan secara rutin.

2. Adanya progam penapisan penyakit menular seksual dapat mencegah

terjadinya PID pada wamita. Mengadakan penapisan terhadap pria perlu di

lakukan untuk mencegah penularan kepada wanita.

3. Pasien yang telah di diagnosa dengan PID atau penyakit menular seksual

harus di terapi hingga tuntas, dan terapi juga di lkukan terhadap

pasangannya untuk mencegah penularan kembali.

4. Wanita usia remaja harus menghindari aktivitas seksual hingga usia 16

tahun atau lebih.

18
5. Kontrasepsi oral dilakukan dapat mengurangi resiko PID

6. Semua wanita berusia 25 tahun ke atas harus di lakukan penapisan

terhadap chlamidya tanpa memandang faktor resiko.

BAB III

PEMBAHASAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

b. Data Subyektif

1) Biodata

a) Umur : biasanya terjadi pada usia produktif yaitu pada

usia dibawah 16 tahun.

b) Pekerjaan : sering terjadi pada wanita yang berganti-ganti

pasangan (PSK).

2) Keluhan Utama: Demam, mual muntah, perdarahan menstruasi

yang tidak teratur, kram karena menstruasi, nyeri BAK, nyeri saat

hubungan, sakit pada perut bagian bawah, lelah, nyeri punggung

bagian bawah, nafsu makan berkurang.

19
3) Riwayat penyakit sekarang: Metroragia, Menoragia.Menderita

penyakit kelamin, keputihan, menggunakan alat kontrasepsi

spiral.

4) Riwayat penyakit dahulu: KET, Abortus Septikus,

Endometriosis.Pernah menderita penyakit kelamin, abortus,

pernah kuret, aktivitas seksual pada masa remaja, berganti-ganti

pasangan seksual, pernah mengunakan AKDR.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

6) Riwayat menstruasi: Perdarahan menstruasi yang tidak teratur,

Disminore, Fluor albus.

7) Riwayat obstetric dan KB: Pernah abortus, kuretase,

keguguran,Pernah atau sedang menggunakan AKDR.

8) Riwayat menstruasi :Kaji menarche, siklus haid, jumlah darah

yang keluar, dismenorea,dan HPHT.

9) Riwayat Ginekologi: Kaji keluhan yang pernah dirasakan

berkaitan dengan organ reproduksi, berapa lama keluhan ibu

rasakan, ada tidaknya upaya yang dilakukan untuk mengatasi

keluhan itu. Seperti menanyakan apakah ibu pernah mengalami

keputihan yang berbau dan gatal, operasi yang dialami.

10) Riwayat kesehatan: Kaji penyakit-penyakit yang pernah diderita

ibu, suami, dan keluarga baik dari ibu maupun suami seperti :

penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, asma dll. Kaji apakah ibu

pernah kontak dengan penderita HIV/AIDS, TBC, hepatitis.

20
c. Pemeriksaan fisik

1) Suhu tinggi disertai takikardia

2) Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol daripada nyeri di

kuadran atas abdomen. Rasa nyeri biasanya bilateral. Bila terasa

nyeri hanya uniteral, diagnosis radang panggul akan sulit

dirtegakkan.

3) Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi reburn

tenderness”, nyeri tekan dan kekakuan otot sebelah bawah.

4) Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul

dapat pula disertai gejala ileus paralitik.

5) Dapat disetai Manoragia, Metroragia.

6) Nyeri tekan dan nyeri goyang genitalia eksterna ( unilateral dan

bilateral)

7) Daerah adneksa teraba kaku

8) Teraba massa dengan fluktuasi

d. Data Obyektif

Pemeriksaan sistematis dan Ginekologis:

Didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan

oleh pemeriksa dan hasil pemeriksaan dengan tehnik palpasi, inspeksi,

auskultasi, dan perkusi . Pemeriksaan sistematis ini meliputi:

1) Pemeriksaan Kepala dan Wajah

Kaji keadaan mata, hidung, mulut dan bibir ibu

2) Pemeriksaan pada leher

21
Periksa apakah ada pembesaran kelenjar pada leher seperti

kelenjar limfe, tiroin atau pelebaran pembluh vena.

3) Pemeriksaan Dada dan Payudara

Inspeksi: lihat berntuk payudara (simetris/ asimetris), warna

(kemerahan atau normal), pengeluaran, puting susu (menonjol,

datar, masuk), retraksi.

4) Pemeriksaan Abdomen

Kaji adaya masa atau benjolan dan nyeri tekan pada

abdomen, jaringan parut, bekas luka operasi.

5) Pemeriksaan Anogenital

Kaji pengeluaran pervaginam: jumlah, warna, konsistensi

dan bau kaji adanya tanda-tanda infeksi pada daerah genital,

perhatikan ada tidaknya varises dan oedema pada genetalia,

inspikulo, dinding vagina (rugae vagina less), karsinoma.

Portio.Lakukan pemeriksaan adneksa dengan menekan daerah

shympisis , apakah terasa nyeri atau tidak .

6) Pemeriksaan Genitalia

a) Ada cairan flour albus yang berbau, dan berwarna kehijauan

b) Nyeri pada servik, uterus dan kedua adnexa saat pemeriksaan

bimanual.

c) Terdapat masa iflamatoris daerah pelvis

22
e. Pemeriksaan penunjang

1) Periksa darah lengkap: Hb, Ht, dan jenisnya, LED.

2) Urinalisis

3) USG panggul

CONTOH KASUS

Ny. Z datang ke al-insyirah international hospital, pasien mengeluh bahwa dirinya

kurang lebih sudah 4 hari smrs, pasien juga mengeluh nyeri pinggang belakang

bagian tengah, nyeri pinggang di rasakan terus menerus, nyeri dirasakan seperti

tertekan, nyeri tidak menghilang bila istirahat. Nyeri semakin dirasakan saat

berakivitas, pasien juga mengatakan belum mengobati keluhannya, serta BAK dan

BAB tidak ada keluhan. kemudian pasien juga mengatakan tidak ada baal, tidak ada

kelemahan, untuk kelemahan pasien mengatakan iya ada. Gerakan pasien juga

terbatas karena nyeri yang di rasakan. Pasien juga mengatakan mual dan tidak

muntah. setelah dikaji lebih dalam pasien mengatakan bahwa kurang lebih 2 tahun

yang lalu ia mengalamai keputihan yang terkadang gatal, berbau amis, dan berwarna

kekuningan, keputihan yang keluar tidak terlalu banyak, keputihan timbul tidak

menentu, sebulan 1-2 kali. Dan pasien pun belum pernah melakukan tindakan medis

serta berobat. Pasien tidak mengetahui kondisinya dikira hanya keputihan saja.

23
Pemerikaan TTV pasien di dapatkan TD : 120/90 mmHg, Suhu : 39 0C, Nadi : 100

x/menit, RR: 20 x/menit. Hasil Lab. Swab Vagina, Px. Gram: coccus gram positive

dan Diploccus gram negative : positive intracell dan extracel.

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien:

Nama : Ny. Z

Umur : 24 tahun

Alamat : Bukit mas , Pekanbaru

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Suku : Jawa

Tanggal periksa : 29 Maret 2021

No RM : 342 52

Dx medis : Pelvic inflammatory disease (PID)

b. Riwayat Pengkajian

1) Keluhan utama saat masuk rumah sakit

24
Pasien mengatakan ±4 hari smrs pasien mengeluhkan nyeri

pinggang belakang bagian tengah, nyeri pinggang di rasakan terus

menerus, nyeri dirasakan seperti tertekan, nyeri tidak menghilang

bila istirahat. Nyeri semakin dirasakan saat beraktivitas, pasien

belum mengobati keluhannya, BAK dan BAB tidak ada keluhan,

baal (-), kesemutan (-), kelemahan (+) gerakan pasien menjadi

terbatas karena nyeri yang di rasakan. Mual (+) muntah (-). Nyeri

dirasakan pada skala 7. Pasien masih mengalami keputihan.

2) Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan sakit nyeri pinggang bagian tengah

dirasakan semakin hebat, nyeri dirasakan seperti tertekan dan

seperti tertusuk-tusuk benda tajam, nyeri dirasakan terus menerus,

nyeri tidak mengilang dengan istirahat. Nyeri semakin dirasakan

saat bergerak. Nyeri dirasakan pada skala 7. Tidak ada rasa

kesemutan maupun baal pada kaki pasien, tidak ada keluhan pada

BAK dan BAB pada pasien. Pasien juga mengeluhkan mual dan

tidak ada muntah.

3) Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan ±2 tahun smrs pasien mengalami

keputihan yang terkadang gatal, berbau amis, dan berwarna

kekuningan, keputihan yang keluar tidak terlalu banyak, keputihan

25
timbul tidak menentu, sebulan bisa 1-2 kali. Dan pasien tidak ke

dokter atau pun minum obat, karena pasien beranggapan kalau

penyakitnya hanya keputihan biasa.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan, Suami pasien mengalami Nyeri saat

BAK, dan keluar nanah, pasien dan suami tidak tau penyebabnya

dan tidak mengobati penyakit suaminya.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak Meringis dan Lemas

Kesadaran : Compos Mentis/ GCS E4 V5 M6

Tanda Vital : TD : 120/90 mmHg Suhu : 390C Nadi : 100

x/menit RR : 20 x/menit

Kepala : Normocepal, rambut bersih dan panjang, kulit kepala

bersih

Mata : Konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pupil bulat

isokor 3 mm/3 mm

Telinga : Tidak ada kelainan dan tampak bersih Bersih

Hidung : Tidak ada kelainan dan tampak bersih Bersih

26
Mulut : Tampak bersih, dan mukos agak kering

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax : I = normochest, simetris

P = sonor seluruh lapang paru

P : nyeri tekan (-)

A : suara dasar vesicular (+), rhonki (-), wheezing (-),

cor S1 S2 normal, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : I = datar

P : timpani seluruh lapang abdomen

P : nyeri tekan (-)

A = BU(+)

Genetalia :Keputihan

Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), sianosis (-)

2) Status Neurologis

Sikap Tubuh : lurus dan simetris

Gerakan Abnormal : tidak ada

Sensibilitas : dalam batas normal

Vegetatif : BAK dan BAB normal Sistem

Urogenital : keputihan

d. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium: lab. darah

27
Pemeriksaan Nilai Nilai rujukan Satuan

Hematologi darah

rutin

Hemoglobin 11.1 11.7 – 15.5 g/dl

Leukosit 13.2 3.6 – 11 ribu

Eritrosit 4.07 3.8 – 5.2 juta

Hematokrit 34.4 35 – 47 %

MCV 84.3 82 – 98 fL

MCH 27.3 >27 pg

MCMH 32.4 32 – 37 g/dl

RDW 12.3 10 -16 %

Trombosit 189 150 – 400 Ribu

PDW 16.2 10 – 18 %

MPV 8.9 7 – 11 Mikro m3

Limfosit 1.7 1.0 – 4.5 103/mikro

Lab swab vagina

1) Bahan : secret vagina

2) Px. Gram : coccus gram positive

3) Diploccus gram negative : positive intracell dan extracell

28
e. Terapi medis

Farmakologis

1) Ketorolac

2) Ranitidine

3) Metocobalamin

4) Diazepam

5) Amitriptilin

6) Ceftriaxone

Non farmakologis

1) Tirah baring

f. Analisa data

No. Analisa data Etiologi Masalah keperawatan

1. Do: Agen cedera Nyeri akut

Pasien mengatakan nyeri biologis, proses

pinggang bagian tengah infeksi

dirasakan semakin berat,

nyeri dirasakan seperti

tertekan, nyeri dirasakan

terus-menerus, nyeri tidak

menghilang dengan

29
istirahat.

Ds:

TD: 120/90 mmHg

Suhu: 390C

Nadi: 100x/menit

P: nyeri saat istirahat dan

beraktivitas

Q: seperti tertekan

R: pinggang belakang

S: 7 (0-10)

T: nyeri berterus-terus

2. Do: Kurangnya Defisiensi pengetahuan

Pasien Nampak belum pengetahuan

begitu mengetahui tentang tentang penyakit

penyakitnya, karena pasien

sudah lama mengalami

keputihan yang berbau dan

suami passion mengalami

nyeri saat BAK dan keluar

nanah. Pasien dan suami

tidak tahu penyebabnya

30
dan tidak mengobatinya.

Ds:

Pasien mengatakan tidak

mengetahui apa penyakit

yang diderita

3. Do: Proses penyakit Hipertemi

Pasien mengatakan badan reaksi inflamasi

terasa lemas dan demam

beberapa hari terajhir ini.

Ds:

Akral teraba hangat

TD: 120/90 mmHg

Suhu: 390C

Nadi: 100x/menit

RR: 20x/menit

2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri akut b/d proses infeksi (D. 00077)

b. Defisiensi pengetahuan b/d kurangnya pengetahuan tentang penyakit


(D. 0111)
c. Hipertermi b/d proses penyakit reaksi inflamasi (D. 0130)

31
3. Intervensi

Dx Tujuan & kriteria Intervensi


SIKI
hasil

Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi

b/d proses tindakan - Identifikasi lokasi, karakteristik,

infeksi keperawatan 2x24 durasi, frekuensi, kualitas,

(D. 00077) jam diharapkan nyeri intensitas nyeri

klien berkurang - Identifikasi skala nyeri

dengan kriteria hasil: - Identifikasi respons nyeri non

- Nyeri berkurang verbal

- Skala nyeri - Identifikasi faktor yang

menurun memperberat dan memperingan

- Klien tidak nyeri

meringis - Identifikasi pengetahuan dan

keyakinan tentang nyeri

32
- Identifikasi pengaruh budaya

terhadap respons nyeri

- Identifikasi pengaruh nyeri pada

kualitas hidup

- Monitor keberhasilan terapi

komplementer yang sudah

diberikan

- Monitor efek samping penggunaan

analgetik

Terapeutik

- Berikan teknik nonfarmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri (mis.

TENS. hipnosis, akupresur, terapi

music, biofeedback, terapi pijat,

aromaterapi, teknik imajinasi

terbimbing, kompres

hangat/dingin, terapi bermain)

- Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri (mis. suhu

ruangan, pencahayaan, kebisingan)

- Fasilitasi istirahat dan tidur

- Pertimbangkan jenis dan sumber

33
nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode, dan

pemicu nyeri

- Jelaskan strategi meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor nyeri secara

mandiri

- Anjurkan menggunakan analgetik

secara tepat

- Ajarkan teknik nonfarmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik,

jika perlu

Defisiensi Setelah dilakukan Observasi

pengetahuan tindakan - Mengidentifikasi tingkat

b/d keperawatan 2x24 pemahaman pada penyakit,

kurangnya jam diharapkan komplikasi dan pengobatan yang

pengetahuan pengetahuan klien dianjurkan

tentang membaik dengan - Identifikasi perubahan kondisi

penyakit (D. kriteria hasil: kesehatan yang baru dialami

34
0111) - Perilaku sesuai Terapeutik

anjuran tenaga - Sediakan informasi tertulis tentang

kesehatan jadwal pengobatan pasien

- Libatkan keluarga sebagai

pengawas minum obat

- Atur jadwal minum obat dengan

menyesuaikan aktivitas sehari-hari

pasien, jika memungkinkan

Edukasi

- Jelaskan pentingnya mengikuti

pengobatan sesuai dengan program

- Jelaskan akibat yang mungkin

terjadi jika tidak mematuhi

pengobatan

- Jelaskan strategi memperoleh obat

secara kontinu

- Anjurkan menyediakan intruksi

penggunaan obat

- Ajarkan strategi untuk

mempertahankan atau

memperbaiki kepatuhan

pengobatan

35
Hipertermi Setelah dilakukan Obeservasi

b/d proses tindakan - Identifikasi penyebab hipertermia

penyakit keperawatan 2x24 (mis. dehidrasi, terpapar

reaksi jam diharapkan lingkungan panas, penggunaan

inflamasi (D. hipertermi menurun inkubator)

0130) dengan kriteria hasil: - Monitor suhu tubuh

- Suhu tubuh klien - Monitor kadar elektrolit

dalam rentang - Monitor haluaran urine

normal 370C - Monitor komplikasi akibat

- Klien merasa hipertermia

nyaman Terapeutik

- Sediakan lingkungan yang dingin

- Longgarkan atau lepaskan pakaian

- Basahi dan kipasi permukaan tubuh

- Berikan cairan oral

- Ganti linen setiap hari atau lebih

sering jika mengalami

hyperhidrosis (keringat berlebih)

- Lakukan pendinginan eksternal

(mis. selimut hipotermia atau

kompres dingin pada dahi, leher,

36
dada, abdomen, aksilia)

- Hindari pemberian antipiretik atau

aspirin

- Berikan oksigen jika perlu

Edukasi

- Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian cairan dan

elektrolit intravena, jika perlu

4. Implementasi

Dx. Waktu Implementasi Evaluasi TTD

(SOAP)

Nyeri akut 01 April 1. Mengidentifikasi S: klien

b/d proses 2021 lokasi nyeri, mengatakan

infeksi 08.00 WIB karakteristik,durasi, nyeri sudah

(D. 00077) frekuensi, berkurang.

kualitas,dan skala dari 7

intensitas nyeri turun menjadi


08.15 WIB
2. Mengidentifikasi 3

O: klien

37
08.25 WIB skala nyeri tampak lebih

3. Mengidentifikasi rileks, tidak

respon nyeri non meringis.


08.32 WIB verbal A: Masalah

4. Mengidentifikasi teratasi

faktor yang P: Intervensi

memperberat dan di hentikan

memperingan nyeri
08. 40 WIB
5. Mengidentifikasi

pengetahuan dan

keyakinan tentang

nyeri
08. 50 WIB
6. Mengidentifikasi

pengaruh budaya

08. 55 WIB terhadap nyeri

7. Mengidentifikasi

pengaruh nyeri pada

09.00 WIB kualitas hidup

8. Memonitor

keberhasilan terapi

komplementer yang
09. 30 WIB
sudah di berikan

38
9. Memonitor

penggunaan efek
09. 50 WIB samping analgetik

10. Memberikan teknik

non farmakologis

untuk mengurangi

rasa nyeri
10.00 WIB
11. Mengontrol

lingkungan yang

memperberat rasa

nyeri
10.20 WIB
12. Memfasilitasi

10.35 WIB istirahat dan tidur

13. Mempertimbangkan

jenis dan sumber

nyeri dalam

pemilihan strategi
10.40 WIB meredakan nyeri

14. Menjelaskan

penyebab,periode,da
10.50 WIB
n pemicu nyeri

15. Menjelaskan strategi

39
11.00 WIB meredakan nyeri

16. Menganjurkan

memonitor nyeri

secara mandiri
11.20 WIB
17. Menganjurkan

penggunaan analgetik

yang tepat
11.30 WIB
18. Mengajarkan teknik

non farmakologis

untuk mengurangi

rasa nyeri
12.05 WIB
19. Mengkolaborasikan

pemberian analgetic

Defisiensi 01 April 1. Mengidentifikasi S: klien

pengetahuan 2021 tingkat pemahaman mengatakan

b/d 13.00 WIB pada penyakit, sudah

kurangnya komplikasi dan mengetahui

pengetahuan pengobatan yang dan

tentang dianjurkan memahami


13.10 WIB
penyakit (D. 2. Mengidentifkasi tentang

0111) perubahan kondisi pentingnya

Kesehatan yang baru pengobatan

40
dialami sesuai

13.20 WIB 3. Menyediakan program

informasi tertulis O: klien

tentang jadwal terlihat

pengobatan pasien mematuhi

4. Melibatkan keluarga pentingnya


13.20 WIB
sebagai pengawas pengobatan

minum obat sesuai

5. Mengatur jadwal program


13.45 WIB
minum obat dengan A: Masalah

menyesuaikan teratasi

aktifitas sehari-hari P: intervensi

pasien, jika di hentikan

memungkinkan

13. 55 WIB 6. Menjelaskan

pentingnya mengikuti

pengobatan sesuai

dengan program
14. 00 WIB
7. Menjelaskan akibat

yang mungkin terjadi

jika tidak mematuhi

pengobatan

41
14.30 WIB 8. Menjelaskan sterategi

memperoleh obat

secara kontinu
14. 45 WIB 9. Menganjurkan

menyediakan

instruksi penggunaan

obat
14. 50 WIB
10. Mengajarkan strategi

untuk

mempertahankan

atau memperbaiki

kepatuhan

pengobatan

Hipertermi 02 April 1. Mengidentifikasi S: klien

b/d proses 2021 penyebab mengatakan

penyakit 08.00 WIB hipertermka sudah tidak

reaksi 08.10 WIB 2. Memonitor suhu lemas dan

inflamasi tubuh tidak demam

(D. 0130) 08.30 WIB 3. Memonitor kadar O: klien

elektrolit terlihat lebih


08.40 WIB 4. Memonitor haluaran segar, dan

urine suhu badan

42
08. 55 WIB 5. Memonitor klien turun

komplikasi akibat menjadi 36ºC

hipertermia A: Masalah
09.00 WIB 6. Menyediakan teratasi

lingkungan yang P: Intervensi

dingin di hentikan
09.20 WIB
7. Melonggarkan atau

melepaskan pakaian
09.30 WIB
8. Membasahi dan

mengkipasi

permukaan tubuh
10.0 WIB
9. Memberikan cairan

oral
10.20 WIB
10. Mengganti linen
10.40 WIB
11. Melakukan

pendinginan
10.55 WIB
eksternal

12. Menghindari

11.10 WIB pemberian antipiretik

11.30 WIB atau aspirin

13. Memberikan oksigen

14. Mengkolaborasikan

43
pemberian cairan

elektrolit dan

intravena

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah

infeksi pada alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium,

tubafalopi, ovarium, miometrium, parametria, dan peritonium panggul. PID

adalah infeksi yang paling peting dan merupakan komplikasi infeksi menular

seksual yang paling biasa. (Sarwono,2011; h.227).

Terdapat beberapa faktor resiko PID , namun yang utama adalah

aktivitas seksual. PID yang timbul setelah periode menstruasi pada wanita

dengan aktivitas seksual berjumlah sekitar 85% sedangkan 15% di sebabkan

karena luka pada mukosa misalnya AKDR atau kuretase

Resiko juga meningkat berkaitan dengan jumlah pasangan seksual.

Wanita dengan lebih banyak dari 10 pasangan seksual cenderung memiliki

pningkatan resiko sebesar 3 kali lipat.

44
Keluhan atau gejala yang paling sering di kemukakan adalah nyeri

abdominopelvik. Keluhan lain berfariasi, antar alin keluarnya cairan vagina,

atau perdarahan, demam, menggigil, serta mual dan dysuria. Demam terlihat

pada 60% – 80% kasus. Daignosis PID sulit karena kaluhan dan gejala-gejala

yang di kemukanan sangat berfariasi.Pada pasien dengan nyeri tekan serviks,

uterus, dan adneksa, PID di diagnosis dengan akurat hanya 65%. Karena kaibat

buruk PID terutama infertilitas dan nyeri panggul kronik, maka PID harus di

curigai pada perempuan beresiko dan diterapi secara agresif. Kriteria diagnosis

diagnostic dari CDC dapat membantu akurasi diagnosis dan ketepatan terapi.

Terapi PID harus ditujukan untuk mencegah kerusakan tuba yang

menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik, serta pencegahan ektopik

infeksi kronik.Banyak pasien yang berhasil di terapi dengan rawat jalan dan

terapi rawat jalan dini harus menjadi pendekatan terapiotik permulaan.

Pemilihan antibiotika harus ditujuakan pada organisme etiologi utama (N.

Gonorrhoeae atau C. Trachomatis) tetapi juga harus mengarah pada sifat

pilimik krobial PID.

Untuk pasien dengan PID ringan atau sedang terapi oral dan perenteral

mempunyai daya guna klinis yang sama. Sebagian besar klinis menganjurkan

terapi parenteral paling tidak selama 48 jam kemudian dilanjutkan dengan

terapi oral dengan 24 jam setelah ada perbaikan klinis.

B. SARAN

45
Jauhi seks bebas karena itu sangat berpotensi pada Penyakit Menular

Seksual (PMS). Jadi lindungi diri kita sendiri karena masa depan yang cerah

sedang menanti kita semua. Terapkan perilaku hidup bersih dna sehat untuk

mencegah penyakit PID ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/53420488/Pelvic-Inflammatory-Disease

https://etikdwiunipdu.blogspot.com/2017/04/makalahsistem-reproduksi.html?m=1

https://www.academia.edu/35281859/Makalah-radang-panggul

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT Bina Pustaka. Jakarta.

2011.

Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta :

EGC

Nugroho, t., & utama, b. i. (2014). masalah kesehatan reproduksi. yogyakarta: nuha

medika.

Taber, b.-z. (1994). kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. jakarta: buku

kedokteran EGC.

46
47

Anda mungkin juga menyukai