DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
Jl. R. Syamsudin, S.H, No.50 Tlp. (0266) 218345 Fax: (0266) 218342 Sukabumi
43113
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat kesehatan
yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini bertujuan untuk
Keperawatan Pada Pasien Radang Panggul”. Tak lupa sholawat serta salah tetap kami
curahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
Kami sadar bahwa tugas ini masih belum sempurna dan masih banyak
kekurangan dalam penyusunan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang
dapat membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat lebih baik dari
penugasan ini dapat membawa manfaat bagi kita semua. Aamiin ya Rabbal’alamin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan 7
BAB II LANDASSASN TEORI
A. Definsi 8
B. Etiologi 9
C. Jenis-jenis PID 9
D. Klasifikasi PID 10
E. Faktor resiko 10
F. Patofisiologi 11
G. Tanda dan gejala 14
H. Komplikasi 16
I. Pencegahan 18
BAB III PEMBAHASAN
A. Asuhan keperawatan 19
1. Konsep Pengkajian 19
Contoh kasus 23
1. Pengkajian kasus 24
2. Diagnosa keperawatan 31
3. Intervensi 32
4. Implementasi 37
5. Evaluasi 27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 44
B. Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital
yang telah menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat
reproduksi wanita seperti rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal
jiwa. Infeksi tersebut juga sangat umum. Satu dari 7 wanita Amerika telah
menjalani perawatan karena infeksi ini dan kurang lebih satu juta kasus baru
terjadi setiap tahun, demikian menurut Gay Benrubi, M.D., profesor pada
Namun, ada pula kekhawatiran lainnya: Serangan infeksi ini diketahui sangat
sperma yang sedang bergerak melakukan kontak dengan sel telur yang turun.
4
Akibatnya adalah perkiraan yang mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu
episode infeksi ini, resiko seorang wanita untuk menjadi mandul adalah 10%.
adalah infeksi dan radang pada saluran genitalia bagian atas (uterus, tuba
bawah 25 tahun) yang memiliki partner seksual lebih dari satu, melakukan
tinggal di area dengan prevalensi infeksi menular seksual (IMS) yang tinggi.
5
Neisseria gonorrhoeae gonorrhoeae adalah dua bakteri penyebab penyakit
menular seksual yang paling sering berkaitan dengan PID. Selain kedua
bakteri tersebut, bakteri yang juga dapat berperan pada patogenesis PID
dan bakteri anaerob. Namun, tidak hanya bakteri, beberapa kasus PID juga
berkaitan dengan infeksi virus yakni CMV dan HSV-2. Sebanyak 30-40%
kasus PID adalah kasus polimikrobial. Oleh karena itu, terapi dengan
dan temuan klinis. Namun, tanda dan gejala klinis PID sebetulnya sangat
sementara beberapa pasien lainnya menunjukan gejala akut yang cukup serius.
Keluhan tersering yang biasanya dialami oleh pasien pasien adalah nyeri
perut bagian bawah dan keputihan keputihan yang abnormal. PID dapat
kehamilan di luar kandungan sebesar enam kali lipat. Alasannya: karena tuba
falopi sering mendapatkan parut (bekas luka) yang timbul karena infeksi ini,
telur yang turun mungkin akan macet dan hanya tertanam di dinding tuba.
Kurang lebih 30.000 kehamilan di luar kandungan per tahun dapat dipastikan
disebabkan oleh infeksi seperti ini, demikian kata Dr. Benrubi. Itu masalah
6
yang serius: Kehamilan di luar kandungan, demikian katanya, "dewasa ini
menjadi penyebab kematian ibu dengan prosentase sebesar 15% dan dengan
segera akan menjadi penyebab kematian ibu yang paling sering terjadi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
panggul
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
infeksi pada alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium,
adalah infeksi yang paling penting dan merupakan komplikasi infeksi menular
kumpulan radang pada saluran genital bagian atas oleh berbagai organisme,
Disease (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari uterus, tuba, ovarium,
8
Biasanya mempunyai morbiditas yang tinggi. Batas antara infeksi rendah dan
B. ETIOLOGI
genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh
waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita
1. Salfingitis
kontrasepsi.
9
Abses ini sering muncul setelah salfingitis namun lebih sering
sengan nyeri pelvis dan abdomen, mual, muntah, demam dan takikardi.
D. KLASIFIKASI PID
atau abses pada kedua tuba ovarium) dengan atau tanpa pelvio-peritonitis.
E. FAKTOR RESIKO
tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita
Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher
rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui
10
serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki
lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor
30 hari
sebulan
reproduksi sebelumnya.
F. PATOFISIOLOGI
Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran
1. Interlumen
11
kavum uteri. Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterina, akhirnya pus
2. Limfatik
3. Hematogen
4. Intraperitoneum
5. Kontak langsung
12
Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia
b. Di kornu tuba
Pada keadaan tertentu, barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada
3. Aktivitas seksual
13
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi
4. Peristiwa Haid
siklus haid. Peristiwa haid yang siklik, berperan pentig dalam terjadinya
minggu pertama setelah haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan
media yang sangat baik untuk tumbuhnya kuman-kuman N. gonore. Pada saat
itu penderita akan mengalami gejala - gejala salpingitis akut disertai panas
badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai ”Febril Menses”.
Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul.
Nyeri ini umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari
Beberapa wanita dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama
sekali. Keluhan lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak
14
pada vagina, demam, nyeri saat sanggama, menggigil, demam tinggi, sakit
kepala, malaise, nafsu makan berkurang, nyeri perut bagian bawah dan daerah
biasa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri
perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ perut
panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah
mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam
15
3. Leukosit dalam jumlah banyak pada pemeriksaan mikroskop sekter vagina
dengan salin
trachomatis
H. KOMPLIKASI
1. Infertilitas
menjadi scar yang menghalangi tuba dan mencegah terjadinya fertilitas sel
telur.
2. Ektopik pregnancy
16
Scar yang terbentuk oleh PID juga dapat menghalangi telur yang
episode PID.
hingga tuntas demi mengurangi resiko terjadi infertilitas dan sakit panggul
4. PID berulang
Jika pada episode PID sebelumnya terjadi kerusakan servik, maka bakteri
akan lebih mudah untuk masuk ke dalam organ reproduksi lain dan
5. Abses
tuba fallopi dan ovarium. Abses ini adalah kumpulan dari cairan yang
17
terinfeksi. Penggunaan antibiotik dibutuhkan untuk menangani abses ini,
I. PENCEGAHAN
3. Pasien yang telah di diagnosa dengan PID atau penyakit menular seksual
18
5. Kontrasepsi oral dilakukan dapat mengurangi resiko PID
BAB III
PEMBAHASAN
A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
b. Data Subyektif
1) Biodata
pasangan (PSK).
yang tidak teratur, kram karena menstruasi, nyeri BAK, nyeri saat
19
3) Riwayat penyakit sekarang: Metroragia, Menoragia.Menderita
spiral.
ibu, suami, dan keluarga baik dari ibu maupun suami seperti :
penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, asma dll. Kaji apakah ibu
20
c. Pemeriksaan fisik
dirtegakkan.
bilateral)
d. Data Obyektif
21
Periksa apakah ada pembesaran kelenjar pada leher seperti
4) Pemeriksaan Abdomen
5) Pemeriksaan Anogenital
6) Pemeriksaan Genitalia
bimanual.
22
e. Pemeriksaan penunjang
2) Urinalisis
3) USG panggul
CONTOH KASUS
kurang lebih sudah 4 hari smrs, pasien juga mengeluh nyeri pinggang belakang
bagian tengah, nyeri pinggang di rasakan terus menerus, nyeri dirasakan seperti
tertekan, nyeri tidak menghilang bila istirahat. Nyeri semakin dirasakan saat
berakivitas, pasien juga mengatakan belum mengobati keluhannya, serta BAK dan
BAB tidak ada keluhan. kemudian pasien juga mengatakan tidak ada baal, tidak ada
kelemahan, untuk kelemahan pasien mengatakan iya ada. Gerakan pasien juga
terbatas karena nyeri yang di rasakan. Pasien juga mengatakan mual dan tidak
muntah. setelah dikaji lebih dalam pasien mengatakan bahwa kurang lebih 2 tahun
yang lalu ia mengalamai keputihan yang terkadang gatal, berbau amis, dan berwarna
kekuningan, keputihan yang keluar tidak terlalu banyak, keputihan timbul tidak
menentu, sebulan 1-2 kali. Dan pasien pun belum pernah melakukan tindakan medis
serta berobat. Pasien tidak mengetahui kondisinya dikira hanya keputihan saja.
23
Pemerikaan TTV pasien di dapatkan TD : 120/90 mmHg, Suhu : 39 0C, Nadi : 100
x/menit, RR: 20 x/menit. Hasil Lab. Swab Vagina, Px. Gram: coccus gram positive
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien:
Nama : Ny. Z
Umur : 24 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
No RM : 342 52
b. Riwayat Pengkajian
24
Pasien mengatakan ±4 hari smrs pasien mengeluhkan nyeri
terbatas karena nyeri yang di rasakan. Mual (+) muntah (-). Nyeri
kesemutan maupun baal pada kaki pasien, tidak ada keluhan pada
BAK dan BAB pada pasien. Pasien juga mengeluhkan mual dan
25
timbul tidak menentu, sebulan bisa 1-2 kali. Dan pasien tidak ke
BAK, dan keluar nanah, pasien dan suami tidak tau penyebabnya
c. Pemeriksaan Fisik
1) Status Generalis
x/menit RR : 20 x/menit
bersih
isokor 3 mm/3 mm
26
Mulut : Tampak bersih, dan mukos agak kering
Abdomen : I = datar
A = BU(+)
Genetalia :Keputihan
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), sianosis (-)
2) Status Neurologis
Urogenital : keputihan
d. Pemeriksaan penunjang
27
Pemeriksaan Nilai Nilai rujukan Satuan
Hematologi darah
rutin
Hematokrit 34.4 35 – 47 %
MCV 84.3 82 – 98 fL
PDW 16.2 10 – 18 %
28
e. Terapi medis
Farmakologis
1) Ketorolac
2) Ranitidine
3) Metocobalamin
4) Diazepam
5) Amitriptilin
6) Ceftriaxone
Non farmakologis
1) Tirah baring
f. Analisa data
menghilang dengan
29
istirahat.
Ds:
Suhu: 390C
Nadi: 100x/menit
beraktivitas
Q: seperti tertekan
R: pinggang belakang
S: 7 (0-10)
T: nyeri berterus-terus
30
dan tidak mengobatinya.
Ds:
yang diderita
Ds:
Suhu: 390C
Nadi: 100x/menit
RR: 20x/menit
2. Diagnosa keperawatan
31
3. Intervensi
32
- Identifikasi pengaruh budaya
kualitas hidup
diberikan
analgetik
Terapeutik
terbimbing, kompres
33
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
pemicu nyeri
mandiri
secara tepat
Kolaborasi
jika perlu
34
0111) - Perilaku sesuai Terapeutik
Edukasi
pengobatan
secara kontinu
penggunaan obat
mempertahankan atau
memperbaiki kepatuhan
pengobatan
35
Hipertermi Setelah dilakukan Obeservasi
nyaman Terapeutik
36
dada, abdomen, aksilia)
aspirin
Edukasi
Kolaborasi
4. Implementasi
(SOAP)
O: klien
37
08.25 WIB skala nyeri tampak lebih
4. Mengidentifikasi teratasi
memperingan nyeri
08. 40 WIB
5. Mengidentifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
08. 50 WIB
6. Mengidentifikasi
pengaruh budaya
7. Mengidentifikasi
8. Memonitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
09. 30 WIB
sudah di berikan
38
9. Memonitor
penggunaan efek
09. 50 WIB samping analgetik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
10.00 WIB
11. Mengontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
10.20 WIB
12. Memfasilitasi
13. Mempertimbangkan
nyeri dalam
pemilihan strategi
10.40 WIB meredakan nyeri
14. Menjelaskan
penyebab,periode,da
10.50 WIB
n pemicu nyeri
39
11.00 WIB meredakan nyeri
16. Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
11.20 WIB
17. Menganjurkan
penggunaan analgetik
yang tepat
11.30 WIB
18. Mengajarkan teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
12.05 WIB
19. Mengkolaborasikan
pemberian analgetic
40
dialami sesuai
menyesuaikan teratasi
memungkinkan
pentingnya mengikuti
pengobatan sesuai
dengan program
14. 00 WIB
7. Menjelaskan akibat
pengobatan
41
14.30 WIB 8. Menjelaskan sterategi
memperoleh obat
secara kontinu
14. 45 WIB 9. Menganjurkan
menyediakan
instruksi penggunaan
obat
14. 50 WIB
10. Mengajarkan strategi
untuk
mempertahankan
atau memperbaiki
kepatuhan
pengobatan
42
08. 55 WIB 5. Memonitor klien turun
hipertermia A: Masalah
09.00 WIB 6. Menyediakan teratasi
dingin di hentikan
09.20 WIB
7. Melonggarkan atau
melepaskan pakaian
09.30 WIB
8. Membasahi dan
mengkipasi
permukaan tubuh
10.0 WIB
9. Memberikan cairan
oral
10.20 WIB
10. Mengganti linen
10.40 WIB
11. Melakukan
pendinginan
10.55 WIB
eksternal
12. Menghindari
14. Mengkolaborasikan
43
pemberian cairan
elektrolit dan
intravena
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
infeksi pada alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium,
adalah infeksi yang paling peting dan merupakan komplikasi infeksi menular
aktivitas seksual. PID yang timbul setelah periode menstruasi pada wanita
44
Keluhan atau gejala yang paling sering di kemukakan adalah nyeri
atau perdarahan, demam, menggigil, serta mual dan dysuria. Demam terlihat
pada 60% – 80% kasus. Daignosis PID sulit karena kaluhan dan gejala-gejala
uterus, dan adneksa, PID di diagnosis dengan akurat hanya 65%. Karena kaibat
buruk PID terutama infertilitas dan nyeri panggul kronik, maka PID harus di
curigai pada perempuan beresiko dan diterapi secara agresif. Kriteria diagnosis
diagnostic dari CDC dapat membantu akurasi diagnosis dan ketepatan terapi.
infeksi kronik.Banyak pasien yang berhasil di terapi dengan rawat jalan dan
Untuk pasien dengan PID ringan atau sedang terapi oral dan perenteral
mempunyai daya guna klinis yang sama. Sebagian besar klinis menganjurkan
B. SARAN
45
Jauhi seks bebas karena itu sangat berpotensi pada Penyakit Menular
Seksual (PMS). Jadi lindungi diri kita sendiri karena masa depan yang cerah
sedang menanti kita semua. Terapkan perilaku hidup bersih dna sehat untuk
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/53420488/Pelvic-Inflammatory-Disease
https://etikdwiunipdu.blogspot.com/2017/04/makalahsistem-reproduksi.html?m=1
https://www.academia.edu/35281859/Makalah-radang-panggul
2011.
Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta :
EGC
Nugroho, t., & utama, b. i. (2014). masalah kesehatan reproduksi. yogyakarta: nuha
medika.
Taber, b.-z. (1994). kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. jakarta: buku
kedokteran EGC.
46
47