Anda di halaman 1dari 31

 

MAKALAH MENGENAI

INFEKSI TRAKTUS GENETALIS

OLEH KELOMPOK I:

1.  FAJERIA FITRI

2.  LESTARI

3.  SRI DEWI

4.  RISDAYASARI

5.  PUPUT PURNAMASARI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSAYA PALOPO

TAHUN AJARAN 2018/2019


 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah

“INFEKSI TRAKTUS GENETALIS”, 


GENETALIS”, dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan

dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan
dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga

kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya makalah ini di harapkan

dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para

 pembaca. Penulis juga tidak


ti dak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa.Tidak lupa pula kami mengharap kritik

dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini, di karenakan banyak kekurangan dalam

mengerjakan makalah ini.

Palopo,20 Juni 2019

 penulis
 

BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat

meluas ke berbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan

 bangsa dalam pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran

hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar

(Wiknjosastro, 2007). Dalam persalinan sering terjadi perlukaan pada perineum baik

itu karena robekan spontan maupun episiotomi. Di Indonesia laserasi perineum

dialami oleh 75% ibu melahirkan pervaginam. Pada tahun 2013 menemukan bahwa

dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57% ibu mendapat jahitan perineum

(28% karena episiotomi dan 29% karena robekan spontan) (Depkes RI, 2013).

Infeksi post partum terjadi di traktus genetalia setelah kelahiran yang diakibatkan

oleh bakteri, hal ini akan meningkatkan resiko infeksi post partum yang salah satunya

disebabkan oleh penyembuhan luka laserasi perineum yang tidak optimal dan dapat

menyebabkan syok septic.Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

(2012) angka kejadian infeksi karena ruptur perineum di Jawa Timur masih tinggi,

trauma perineum atau ruptur perineum dialami 70% wanita yang melahirkan

 pervagina sedikit banyak mengalami trauma perineal. Kebanyakan morbiditas

maternal setelah trauma perineal tetap tidak terlapor ke professional kesehatan.jumlah

kematian maternal pada tahun 2012, menunjukan bahwa tercatat sebesar 116/100.000

kelahiran hidup(Cuningham, 2010). 

B.  RUMUSAN MASALAH 

a.  Apa definisi infeksi traktus genetalia?

 b.  Bagaimana etiologi infeksi traktus genetalia?  

c.  Bagaimana klasifikasi infeksi traktus genetalia?

d.  Bagaimana manifestasi klinis infeksi traktus genetalia?  

e.  Bagaimana pencegahan infeksi traktus genetalia? 


 

f.  Bagaimana penatalaksanaan infeksi traktus genetalia?

g.  Bagaimana asuhankeperawatan pasien dengan infeksi traktus genetalis.  

C.  TUJUAN

a.  untuk dapat menjelaskan tentang definisi infeksi traktus genetalia

 b.  untuk dapat mengetahui tentang etiologi infeksi traktus genetalia  

c.  untuk dapat mengetahui tentang klasifikasi infeksi traktus genetalia

d.  Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis infeksi traktus genetalia.  

e.  untuk dapat mengetahui cara pencegahan infeksi traktus genetalia  

f.  untuk dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan infeksi traktus genetalia.  


 

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.  DEFINISI

Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan akibat

meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau dapat

meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga menahun

atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah

 pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis.Infeksi nifas adalah infeksi bakteri

 pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38

derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan.

B.  MACAM-MACAM INFEKS TRAKTUS GENETALIA


GENETALIA  

1.  Servisitis 

a.  Pengertian Servisitis

Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri. Infeksi uteri sering terjadi

karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena

hubungan seks. Servisitis yang akut sering dijumpai pada sebagian besar

wanita yang pernah melahirkan. Servisitis ialah radang dari selaput lendir

canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu

lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput

lendir vagina.

 b.  Etiologi 

Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis,

kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen

vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . Dapat juga

disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-

alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.

c.  Manifestasi klinis 

1)  terdapatnya keputihan (leukorea)


 

2)  mungkin terjadi kontak berdarah (saat hubungan seks terjadi perdarahan) 

3)   pada pemeriksaan terdapat perlukaan serviks yang berwarna merah 

4)   pada umur diatas 40 tahun perlu waspada


waspada terhadap keganasan serviks. 

d.   patifisiologi 

Proses inflamasi atau peradangan merupakan bagian dari respons imun untuk

melawan agen penyebab infeksi atau zat berbahaya yang masuk ke dalam

tubuh. Proses ini melibatkan sel leukosit dan produk darah lain seperti protein

 plasma. Migrasi sel leukosit ke tempat inflamasi diikuti dengan vasodilatasi

 pembuluh darah serta peningkatan aliran darah.Aktivasi proses inflamasi

dimulai ketika reseptor yang berada di sel imun mendeteksi molekul patogen

yang diikuti dengan produksi mediator inflamasi seperti sitokin Interferon

(IFN)-tipe I. Setelah respon imun alamiah muncul, tubuh akan membentuk

respon imun adaptif yang lebih spesifik dengan melibatkan sel limfosit T dan

sel limfosit B. Berdasarkan jenis antigennya, limfosit T yang naif akan

 berubah menjadi sel limfosit T helper (Th)-1,2 dan 17 atau sel limfosit T

sitotoksik. Sedangkan sel limfosit B akan membentuk antibodi yang dapat

melawan patogen atau zat berbahaya tersebut.Proses inflamasi akan mereda

setelah patogen atau zat berbahaya hilang. Namun, bila stimulus menetap,

 proses inflamasi akan terjadi terus-menerus dan bersifat kronis.

e.  Penatalaksanaan

Kauterisasi radial. Jaringan yang meradang dalam dua mingguan diganti

dengan jaringan sehat. Jika laserasi serviks agak luas perlu dilakukan

trakhelorania. Pinggir sobekan dan endoserviks diangkat, lalu luka baru

dijahit. Jika robekan dan infeksi sangat luas perlu dilakukan amputasi serviks

f.  Faktor Resiko

Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:

1)  Usia 

2)  Jumlah perkawinan 


 

3)  Hygiene dan sirkumsisi

4)  Status sosial ekonomi

5)  Pola seksual 

6)  Terpajan virus terutama virus HIV

7)  Merokok  

g.  Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program

skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini

sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap smear.

Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui

suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam(Sarwono,

2012) 

h.  Komplikasi 

1)  Radang pinggul

2)  Infertilitas

3)  Kehamilan ektopik

4)   Nyeri panggul kronik

2.  Adnexitis 

a.  Pengertian adnexitis 

Adnexitis adalah radang pada tuba fallopi dan ovarium yang biasanya

terjadi bersamaan.Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang

ovarium yang biasanya terjadi bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat

infeksi yang menjalar keatas dari uterus, walaupun infeksi ini bisa datang dari

tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari jaringan

sekitarnya.Adnex tumor ini dapat berupa pyosalpinx atau hidrosalpinx karena

 perisalpingitis dapat terjadi pelekatan dengan alat alat disekitarnya.


 

 b.  Etiologi

Peradangan pada adneksa rahim hampir 90 persen disebabkan oleh infeksi

 beberapa organisme, biasanya adalah Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia

trachomatis. Melakukan aktifitas seks tanpa menggunakan kondom.

1)  Ganti-ganti pasangan seks.

2)  Pasangan seksnya menderita infeksi Chlamidia ataupun gonorrhea

(kencing nanah).

3)  Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflammatory disease.

4)  Dengan demikian penyakit ini termasuk penyakit yang ditularkan melalui

aktifitas seksual. Meskipun tidak tertutup kemungkinan penderitanya

terinfeksi lewat cara lain.

c.  Manifestasi Klinis.

1)  Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan

haid(bukan pre menstrual syndrome)

2)  Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina.

3)   Nyeri saat berhubungan intim

4)  Demam

5)   Nyeri punggung.


punggung.

6)  Keluhan saat buang air kecil

d.  Patofisiologi

Organisme Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis naik ke rahim,

tuba fallopi, atau ovarium sebagai akibat dari hubungan seksual, melahirkan,

masa nifas, pemasangan IUD (alat KB), aborsi, kerokan, laparatomi dan

 perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.

Sehingga menyebabkan infeksi atau radang pada adneksa rahim. Adneksa

adalah jaringan yang berada di sekitar rahim. Ini termasuk tuba fallopi dan

ovarium alias indung telur, tempat dimana sel telur diproduksi.


 

e.  Penatalaksanaan

Pengobatan penyakit ini disesuaikan dengan penyebabnya. Misalnya akibat

chlamydia, maka pengobatannya pun ditujukan untuk membasmi chlamydia.

Secara umum, pengobatan adnexitis ini umumnya berupa terapi antibiotik.

Jika dengan terapi ini tidak terjadi kemajuan, maka penderita perlu dibawa ke

rumah sakit untuk diberikan terapi lainnya. Rawat inap menjadi sangat

diperlukan apabila: a. keluar nanah dari tuba fallopi b. kesakitan yang amat

sangat (seperti: mual, muntah, dan demam tinggi) c. penurunan daya tahan

tubuh.

f.  Komplikasi

1)  Radang panggul berulang

2)  Abses

3)   Nyeri panggul jangka panjang

4)  Kehamilan ektopik

5)  inertilitas

g.  Pencegahan

Pencegahan tidak hanya dari pihak wanita saja, pihak laki - laki juga perlu

membantu agar pasangan tidak tertular. Penangan ini antara lain dapat

dilakukan dengan :

1)  Setia pada pasangan, penyakit ini sebagian besar ditularkan melalui

hubungan seks bebas.

2)  Segera hubungi dokter apabila gejala - gejala penyakit ini muncul.

3)  Rutin memriksakan diri dan pasangan ke dokter ahli kandungan

4)  Penggunaan kondom saat berhubungan seksual.

5)  Menjaga kebersihan organ genital(Sarwono, 2012).

3.  Endometrisis 

a.  Pengertian endometrisis 


 

Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).

Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi

tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim. Endometritis adalah

 peradangan pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh partus.

Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari

endometrium.

 b.  Etiologi 

Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio

 plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.

Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas

 pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah

menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-

keping nekrotis serta cairan Terjadinya infeksi endometrium pada saat

1)  Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada

 persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan. 

2)  Pada saat terjadi keguguran. 

3)  Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis. 

c.  Manifestasi Klinis 

1)  Endometritis akut. 

a)  Demam. 

b)  Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar

fluor yang purulent. 

c)  Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.

d)  Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada

nyeri. 

e)   Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.


sekitarnya.  

2)  Endometritis Kronik  

a)   pada tuberkulosis. 


 

 b)   jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus 

c)   jika terdapat korpus alienum di kavum uteri. 

d)   pada polip uterus dengan infeksi. 

e)   pada tumor ganas uterus. 

f)   pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik. 

g)  Fluor albus yang keluar dari ostium 

h)  Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi  

d.  Patofiologi 

Pada keadaan normal, kavum uterus dalam kondisi steril. Mekanisme alamiah

yang melindungi kavum uteri di antaranya adalah adanya sumbatan mukus

 pada mulut rahim, komponen sistem imun alamiah (sel neutrofil, makrofag

dan sel natural kliller ) dan peptida antimikrobial pada endometrium.Gangguan

 pada sistem imun serta invasi bakteri patogen dapat menyebabkan

endometritis.

e.  Komplikasi 

1)  Infertilitas  

2)  Kanker ovarium 

3)  Adhesi 

4)  Kista ovarium 

f.  Penatalaksanaan 

1)  Endometritis Akut

Terapi:

a)  Pemberian uterotonika

b)  Istirahat, posisi/letak Fowler  

c)  Pemberian antibiotika. 

d)  Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan diagnosa

corpus carcinoma. Dapat diberi estrogen.


 

2)  Endometritis Kronik Terapi: Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial

diagnosa dengan carcinoma corpus uteri, polyp atau myoma submucosa.

Kadang-kadang dengan kuretase ditemukan emndometritis tuberkulosa.

Kuretase juga bersifat terapeutik(Sarwono, 2012). 

4.  Parametritis

a.  Pengertian parametritis

Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig.latum. Radang

ini biasanya unilatelar. Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat

terjadi beberapa jalan.Secara rinci penyebaran infeksi sampai ke parametrium

memalui 3 cara yaitu:

1)  Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari

endometritis.

2)  Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar

ligamentum.

3)  Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika. Proses ini dapat tinggal

terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke

semua jurusan. Jika menjalar ke atas , dapat diraba pada dinding perut

sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.

b.  Etiologi

Parametritis dapat terjadi:

1)  Dari endometritis dengan 3 cara :

a)  Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis.

 b)  Lymphogen.

c)  Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis.


parametritis.  

2)  Dari robekan serviks.

3)  Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD)

c.  Manifestasi klinik

1)  Suhu tinggi dengan demam tinggi.


 

2)  Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.

3)   Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah.

d.  Patofisiologi

Endometritis → Infeksi meluas → Lewat jalan limfe atau tromboflebitis →

Infeksi menyebar ke miometrium → Miometritis → Inf eksi


eksi meluas lewat jalan

limfe/tromboflebitis → Parametritis 
Parametritis  

e.  Komplikasi

1)  Parametritis akut dapat menjadi kronis dengan eksa serbasi yang akut,

terjadi paritenitis ke rectum / ke kencing.

2)  Dapat terjadi tromboflebitis pelvika dapat menimbulkan Emboli

3)  Dapat timbul abses dalam parametrium

4)  Kalau infeksi tidak segera diketahui bisa menyebabkan bertambah.

f.  Penatalaksanaan.

1)  Pencegahan

a)  Selama kehamilan

Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus

diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan

factor penting, karenanya diet yang baik harusdiperhatikan. Coitus

 pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan

 pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.

 b)  Selama persalinan Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi

sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya

 persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan

trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak.

Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut

dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan

harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu,
 

terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi

darah harus diberikan menurut keperluan.

c)  Selama nifas Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat

 pada jalan lahir. Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar
a gar luka-
luka -

luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan

tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita

dalam nifas sehat.

2)  Pengobatan Antibiotika (antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah

gentamisin dan metronidazol) memegang peranan yang sangat penting

dalam pengobatan infeksi nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini

memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu

hasilnya. Terapi pada parametritis yaitu dengan memberika antibiotika

 berspektrum luas. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis

tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-

lain.

C.  PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.  Sel darah putih

2.  LED dan SDM

3.  HB / HT 
HT 

4.  Kultur dari bahan intra uterus / intra servikal / drainase luka / perawatan gram dari

lochea servik dan uterus

5.  Ultra sonografi

6.  pemeriksaan biomanual
 

BAB III

ASKEP TEORI

A.  PENGKAJIAN

1.  Identitas

 Nama :

Umur :

Jenis kelamin:

Alamat :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

2.  Keluhan Utama :Nyeri,Luka,Perubahan fungsi seksual

3.  Riwayat Penyakit

a.  Sekarang :Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin

 b.  Dahulu :Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan

reproduksii

Riwayat Penyakit :

1)  Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang

 pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah

ginekologi/urinaria, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.

2)  Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan

dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan

dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

3)  Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus

menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya

dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan

yang menyertainya.
 

4)  Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak

klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan

kesehatan anaknya.

5)  Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi

yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.

6)  Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatan

kontrasepsi oral, obat digitalis, dan jenis obat lainnya.

7)  Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,

eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik

sebelum dan saat sakit.

4.  Pemeriksaan Fisik

a.  Head to Toe

1.  Kepala

  Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi

atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut,

 jumlah dan distribusi rambut. Normal: simetris, bersih, tidak ada

lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung

dan kering)

  Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.

 Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan

kuat/tidak rapuh.

2.  Wajah

  Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.

 Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik,

simetris.

  Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang

 Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.


 

3.  Mata

  Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak

mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera

(anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon

terhadap cahaya. Normal: simetris mata kika, simetris bola mata

kika, warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih

4.  Telinga

  Inspeksi : bentuk dan


dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi

telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat

 bantu dengar. Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas

kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda

infeksi, dan alat bantu dengar.

  Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus Normal: tidak

ada nyeri tekan.

5.  Hidung

  Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan),

rongga, hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung

internal (kemerahan, lesi, tanda2 infeksi). Normal: simetris kika,

warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada

sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.

  Palpasi : frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum

deviasi). Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.

6.  Mulut

  Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir,

tekstur , lesi, dan stomatitis. Normal: warna mukosa mulut dan bibir

 pink, lembab, tidak ada lesi dan stomatitis.


  Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan
lengkap/penggunaan gigi

 palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah,


 

dan keadaan langit2. Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda


tanda-tanda

gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau

radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada

tanda infeksi

7.  Leher

  Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris. Normal: warna

sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak

ada pembesaran kelenjer gondok.

  Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas,

konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe

(letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak,

terlihat/ teraba). Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak

ada nyeri, tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.

8.  Thorax

  Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas

(frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan

otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema,

 pembengkakan/ penonjolan. Normal: simetris, bentuk dan postur

normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit sama

dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada

 pembengkakan/penonjolan/edema

  Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile

fremitus. Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri

tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil

vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.

 
Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu
sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola

 berjenjang sisi ke sisi)


 

  Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan

menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas

manubrium dan di atas trachea) Normal: bunyi napas vesikuler,

 bronchovesikuler, brochial, tracheal.

9.  abdomen

  Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar,

ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan

gerakan dinding perut. Normal: simetris kika, warna dengan warna

kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan,

 pelebaran vena, kelainan umbilicus.

  Auskultasi : suara peristaltik


peri staltik (bising usus) di semua kuadran

(bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh

darah.Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk,

terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.

  Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak

searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman

kualitas bunyinya.Perkusi hepar: Batas. Perkusi Limfa: ukuran dan

 batas. Perkusi ginjal: nyeri. Normal: timpani, bila hepar dan limfa

membesar=redup dan apabila banyak cairan = hipertimpani.

  Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa,

karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan

nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu.

 Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada

massa dan penumpukan cairan.

10. Eksremitas

 
Inspeksi struktur muskuloskletal atas : simetris dan pergerakan,
Integritas ROM, kekuatan dan tonus otot. Normal: simetris kika,

integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.


 

  Palapasi: denyutan a.brachialis dan a. Radialis. Normal: teraba jelas

  Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis. Normal: reflek

 bisep dan trisep positif

  Inspeksi struktur muskuloskletal bawah : simetris dan pergerakan,

integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot.

 Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan

otot penuh

  Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis:

denyutan.Normal: teraba jelas

  Tes reflex :tendon patella dan archilles.Normal: reflex patella dan

archiles positif

B.  DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.  Dx : hipertermia
hipertermia yang berhubungan dengan penyakit ditandai oleh

kulit kemerahan
kemerahan

Tujuan : Suhu tubuh normal

Kriteria : a. Tidak ada tanda – 


tanda –  tanda
 tanda peningkatan suhu tubuh

 b. TTV dalam batas normal

Intervensi :

a.  Monitor suhu sesering mungkin

 b.  Monitor warna dan suhu kulit

c.  Monitor TTV

d.  Monitor penurunan tingkat kesadaran

e.  Monitor intake dan output

f.  Kompres hangat

g.  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik dan antibiotic

h.  Tingkatkan sirkulasi udara


 

i.  Anjurkan untuk banyak minum air putih

2.  Dx :Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera

biologis(mis.,infeksi,iskemia,neop
biologis(mis.,infeksi,iskemia,neoplasma)
lasma) yang ditandai oleh mengekspresikan

perilaku(mis.,gelisah,merengek,menangis,waspada),keluhan tentang

intensitas menggunakan skala nyeri(mis.,skala Wong-baker FACES,skala

analog visual,skala penilaian numerik)

Tujuan : Rasa nyaman nyeri dapat teratasi

Kriteria : - Mampu mengontrol nyeri

-  Mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi

nyeri

-  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi :

a.  Kaji lokasi dan sifat ketidaknyamanan / nyeri

 b.  Berikan instruksi mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi)

c.  Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi, memberikan aktivitas

 pengalihan seperti : radio, televisi, membaca

d.  Kurangi faktor presipitasi nyeri

e.  Kolaborasi :

1)  Berikan analgetik / antipiretik

2)  Berikan kompres panas local

3)  Jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

4)  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

5)  Tingkatkan istirahat

f.  Monitor penerimaan pasien tetang manjemen nyeri

3.  Dx :risiko infeksi yang berhubungan dengan kurang pengetahuan

untuk menghindri pemajanan patogen.


 

Tujuan : Klien akan mengambil tindakan untuk mencegah / menurunkan

resiko penyebaran infeksi

Kriteria :

a.  Suhu tubuh dalam batas normal

 b.  Lekosit dalam batas normal

c.   pengetahuan meningkat mengenai resiko infeksi dan pencegahannya

Intervensi :

a.  Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi

 b.  Awasi suhu sesuai indikasi

c.  Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf, klien dan

 pengunjung

d.  Anjurkan/ demonstrasikan pembersihan perineum yang benar setelah berkemih,

defekasi dan sering ganti balutan

e.  Demonstrasikan masase fundus yang tepat

f.  Monitor TTV

g.  Observasi tanda infeksi lain

h.  Kolaborasi : Pantau pemeriksaan laboraturium

4.  Dx :ansietas berhubungan dengan penularan interpersonal


interpersonal ditandai

oleh gelisah,nyeri abdomen,dorongan


abdomen,dorongan sering berkemih.

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan

mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang

Kriteria :

a.  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk

mengontrol cemas

 b.  Vital sign normal

c.  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh menunjukkan berkurangnya

kecemasan
 

Intervensi :

a.  Gunakan pendekatan yang menyenangkan

 b.  Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan

c.  Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea,


ta kipnea, gemetar )

d.  Perlakukan pasien secara lembut, empati, serta sikap mendukung

e.  Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan

f.  Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya

g.  Kaji mekanisme koping yang digunakan klien

h.  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

i.  Dorong keluarga untuk menemani anak

 j.  Dengarkan dengan penuh perhatian

k.  Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

l.  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

m. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

n.  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat untuk mengurangi kecemasan
 

BAB IV

ASKEP KASUS

 Ny. P berumur 28 masuk ke RS ditemani suaminya


s uaminya dengan keluhan n
nyeri
yeri pada parenium

 pasca bersalin karena adanya laserasi pada jalan lahir.Pasien mengatakan nyeri pada saat

 bergerak dan berdenyut-denyut pada luka jahitan bekas melahirkan,skala 4.Pasien

mengatakan kurang tidur,dan pasien juga merasa khawatir dengan kondisinya.Hasil

 pemeriksaan fisik TTV = TD : 120/80 , Suhu : 380C , Pernapasan : 24x/mnt , Nadi :

80x/mnt .Nampak disekitar kulit area perenium memerah kadang disertai gatal.Diberikan

obat Ampichilin 500mg,antalgin 500mg.

A. PENGKAJIAN

1.  Identitas

 Nama :Ny. P

Umur :28 Tahun

Jenis kelamin:Perempuan

Alamat :Jl. Dr. Ratulangi,Palopo,SulawesiSelatan

Agama :Islam

Pendidikan :S1 

Pekerjaan :IRT

2.  Keluhan utama :nyeri pada luka jahitan pasca persalinan

3.  Riwayat penyakit

a.  Sekarang : keluhan klien menderita infeksi alat kelamin

 b.  Dahulu :riwayat keluarga tidak mempunyai penyakit

serupa,gangguan reproduksi

c.  Riwayat penyakit yang


yang pernah dialami : tidak ada riwayat penyakit

d.  Riwayat kesehatan keluarga :tidak ada penyakit turunan dan

 penyakit menular dalam keluarga

e.  Riwayat reproduksi :

1)  Menache : 14 tahun


 

2)  Siklus haid : 28-30 hari

3)  Lamanya haid :5-7 hari

4)  Keluhan haid :ada nyeri tap tidak mengganggu

f.  Riwayat seksual :tidak ada hbungan seksual selama kehamilan

g.  Riwayat pemakaian obat : tidak ada riwayat pemakaian obat-obatan.

h.  Pola aktivitas sehari-hari :

1)   Nutrisi :pasien makan 3x sehari dan minum air ±7-8 gelas

 perhari

2)  Eliminasi : pasien BAK 3-4x dalam sehari,berwarna kuning

muda dan bau khas amoniak

3)  Istirahat :pasien beristirahat ±7-8 jam perhari,setelah

 persalinan beristirahat 5-7 jam

4)  Personal higine :pasien mandi 2x sehari

B.  PEMERIKSAA
PEMERIKSAAN
N FISIK

a.  Keadaan umum :pasien nampak lemah

 b.  TTV :

Tekanan Darah :120/80mmHg

Suhu tubuh :380C

 Nadi :80x/mnt

Pernapasan :24x/mnt

c.  Kesadaran :compos mentis

Pemeriksaan head to toe

a.  Kepala :

Inspeksi :bentuk Mesochepal,tidak ada luka,warna rambut

hitam,lurus,pendek,bersih

Palpasi :tidak ada nyeri tekan.


 

 b.  Mata :

Inspeksi :simetris,kunjungtiv tidak anemis,sklera tidak ikterik,refleks

cahaya(isokor)

c.  Hidung :

Inspeksi :simestris,fungsi penciuman baik,terdapat sedikit sekret.

d.  Telinga :

Inspeksi :simetrsi kanan dan kiri,fungsi pendengaran baik,terdapat sedikit

sekret

e.  Mulut :

Inspeksi :mukosa bibir lembab,tidak ada stomatitis

f.  Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

g.  Paru-paru:

I :dada kanan dan kiri pasien simetris

P : gerakan dada simetris

P :sonor

A :vesikuler normal

h.  Jantung :

I :ictus cordis tidak tmpak

P : iktus ordis ICV IV MSL, sinistra, kuat angat (-)

P :pekak

A : bronchovesikuler

i.  Abdomen :

I :tidak terdapat kolostomi diperut kiri,sekitar stoma tidak berwarna

kemerahan

A :peristaltik (+) 18x/mnt

P :terdapat nyeri tekan,tidak terdapat gangguan pada hepar

P :timpani

 j.  mammae :areola berwarna hitam,bentuk simetris,tidak ada benjolan


 

k.  Genitalia :bentuk normal,kulit perenium


perenium memerah kadang disertai nyeri akibat

luka bekas jahitan.

l.  Ekstremitas

Atas :tidak ada oedem

 bawah : tidak ada oedem,reflex patella (+) ki/ka

DS DO

Pasien mengeluh nyeri pada parenium Tidak ada riwayat penyakit

 pasca bersalin karena adanya laterasi DM,jantung,hipertensi dan masalah

 pada jalan lahir ginekologi

Pasien mengatakan pada saat bergerak ia Tidak ada anggota keluarga mempunyai

nyeri dan berdenyut-denyut


berdenyut-denyut pada luka  peyakit turunan

 bekas jahitan.

 Nyeri skala 4 Hasil TTV

P : Dirasakan seperti berdenyut-denyut TD : 120/80mmHg

Q : nyeri pada saat bergerak Suhu : 380C

R : nyeri pada luka jahitan Pernapasan : 24x/menit

S : skala 4 nyeri  Nadi : 80x/mnt

T : nyeri sering timbul pada saat bergerak Obat:

Ampichilin : 500mg

Antalgin : 500mg

C.  DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.  Dx : hiperterm
hipertermia
ia yang berhubungan dengan penyakit ditandai oleh

kulit kemerahan
kemerahan

Tujuan : Suhu tubuh normal


 

Kriteria : a. Tidak ada tanda – 


tanda –  tanda
 tanda peningkatan suhu tubuh

 b. TTV dalam batas normal

Intervensi :

a.  Monitor suhu sesering mungkin

 b.  Monitor warna dan suhu kulit

c.  Monitor TTV

d.  Monitor penurunan tingkat kesadaran

e.  Monitor intake dan output

f.  Kompres hangat

g.  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik dan antibiotic

h.  Tingkatkan sirkulasi udara

i.  Anjurkan untuk banyak minum air putih

2.  Dx :Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera

biologis(mis.,infeksi,iskemia,neop
biologis(mis.,infeksi,iskemia,neoplasma)
lasma) yang ditandai oleh mengekspresikan
mengekspresikan

perilaku(mis.,gelisah,mereng
perilaku(mis.,gelisah,merengek,menangis,was
ek,menangis,waspada),keluhan
pada),keluhan tentang

intensitas menggunakan skala nyeri(mis.,skala


nyeri(mis.,skala Wong-baker FACES,skala

analog visual,skala penilaian numerik) 

Tujuan : Rasa nyaman nyeri dapat teratasi

Kriteria : - Mampu mengontrol nyeri

-  Mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi

nyeri

-  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi :

a.  Kaji lokasi dan sifat ketidaknyamanan / nyeri

 b.  Berikan instruksi mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi)


 

c.  Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi, memberikan aktivitas

 pengalihan seperti : radio, televisi, membaca

d.  Kurangi faktor presipitasi nyeri

e.  Kolaborasi :

1)  Berikan analgetik / antipiretik

2)  Berikan kompres panas local

3)  Jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

4)  Evaluasi keefektifan kontrol nyeriTingkatkan istirahat

5)  Monitor penerimaan pasien tetang manjemen nyeri

3.  Dx :gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit

yang ditandai oleh gangguan pola tidur,ansieta


tidur,ansietas.
s.

Tujuan :gangguan pola tidur dapat diatasi

Kriteria:

Intervensi

a.  Kaji untuk tanda versal dan non verbal kecemasan

 b.  Guanakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

c.  Jelaskan semua prosedur termsuk sensasi yang akan di rasakan yang mungkin

akan di alami klien selama prosedur di lakukan

d.  Berikan informasi faktual terkait diagnosis , prawatan dan prognosis

e.  Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu ecemasan

f.  Intruksikan klien untuk mengunakan teknik relaksasi


 

BAB IV

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan akibat

meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau dapat

meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga menahun

atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah

 pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis Pada umumnya penyakit penyakit

yang terjadi memiliki tanda dan gejala serta penanganan masing masing , untuk

mencegahnya diperlukan kebersihan diri dari setiap masing masing individu.

B.  SARAN

Demi kesempurnaan makalah kami, maka kami meminta saran serta kritik yang

mendukung demi kesempurnaan makalah ini. 


 

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo,Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan.


Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Prof.Dr.I.B.G Manuaba, S.p.O.G (k), dr.I.A Chandranita Manuaba,S.p.O.G dkk. Pengantar

Kuliah Obtetri.2010.Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Lilis Lisnawati, S.ST.,M.Keb. Asuhan kebidanan terkini kegawatdaruratan maternal dan

neonatal. 2014. Jakarta : CV. Trans info Media

Prof.Dr. Hanifah Wikjoksastro Sp.OG, Prof.Dr. Sarwono Prawirohardjo Sp.OG. Ilmu

Kandungan. 2010.
2010. Jakarta : Yayasan
Ya yasan bina pustaka sarwono

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-masrikhahr-5415-3-

 babii.pdf  

http://eprints.umm.ac.id/23438/1/jiptummpp-gdl-dwimirayun-42754-2-babi.pdf  

Anda mungkin juga menyukai