Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH INFEKSI TRAKTUR GENETALIA

Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Endvrico diotrefes fuah (211111089)
2. Yohana Kalistia Abon Matarau (211111115)
3. Zefania A.G Ndoloe (211111096)
4. Yulia Clarita Bano (211111119)
5. Yoanita Matias (211111117)

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

PRODI KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah keperawatan Maternitas 2.
Kami menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum
seberapa dan masih banyak belajar dalam membuat makalah. Oleh karena itu,
saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini
menjadi lebih baik dan berdaya guna. Harapan saya, mudah-mudahan makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................
BAB I............................................................................................................Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN.........................................................................................Error! Bookmark not defined.
A. LATAR BELAKANG.......................................................................Error! Bookmark not defined.
B. TUJUAN...........................................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB II...........................................................................................................Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................Error! Bookmark not defined.
A. DEFINISI INFEKSI TRAKTUS GENETALIA..............................Error! Bookmark not
defined.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI ..........................................Error! Bookmark not defined.
C. KLASIFIKASI INFEKSI TRAKTUS GENETALIA ……………………..5
D. ETIOLOGI…………………………………………………………………6
E. MANIFESTASI KLINIS INFEKSI TRAKTUS GENETALIA…………...6
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG…………………………………………..7
G. KOMPLIKASI INFEKSI TRAKTUS……………………………………..8
H. PENATALAKSANAAN INFEKSI TRAKTUS GENETALIA………...…6
F. PENCEGAHAN INFEKSI TRAKTUS GENETALIA ……………………6
BAB III..........................................................................................................Error! Bookmark not defined.
PENUTUP.....................................................................................................Error! Bookmark not defined.
A. KESIMPULAN.................................................................................Error! Bookmark not defined.
B. SARAN.............................................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut
denganakibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali
tanpa bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba.
Penyakit ini bisa juga menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu
dari infeksitersebut adalah pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis
Sebagian besarwa nita tidak menyadari bahwa dirinya menderita infeksi
tersebut. Biasanyasebagian besar wanita menyadari apabila infeksi telah
menyebar danmenimbulkan berbagai gejala yang mengganggu.Keterlambatan
wanita memeriksakan dirinya menyebabkan infeksi inimenyebar lebih luas dan
akan sulit dalam penanganannya.Denganmemperlihatkan saluran yang
berkelanjutan, alat genetalia wanita berhubunganlangsung dengan dunia luar
melalui saluran tuba menuju peritonieum, saluran dankavum uteri, kanalis
servikal dan vagina dan vulva . Melalui saluran tersebutdiperkirakaan infeksi
pada bagian luar vulva dan vagina dapat berkelanjutkanmenuju kavum
peritoneum, sehingga terjadilah peritonitis local maupun umum.Infeksi
perkontinuitatum dapat dicegah karena adanya mekanisme pertahanan.Vulva
dengan kulit dan epitel yang berlapis merupakan hambatan utama
untukterjadinya infeksi vulvitis. Vagina dengan bakteri doderleinyang
mampumembuat suasana asam dapat menghindari terjadinya infeksi vaginitis.
Serviksuteri yang selalu mengeluarkan lendir dan dapat mengental dibagian
bawah,menghalangi masuknya bakteri menuju kavum uteri. Akhirnya saluran
telurwanita dengan rambut silianya dapat mengalirkan cairan menuju kavum
uteriyang merupakan upaya untuk menghalangi infeksi.
2. Rumusan Masalah.
1. Apa definisi infeksi traktus genetalia ?
2. Bagaimana etiologi infeksi traktus genetalia ?
3. Bagaimana klasifikasi infeksi traktus genetalia ?
4. Bagaimana manifestasi klinis infeksi traktus genetalia ?
5. Bagaimana pencegahan infeksi traktus genetalia ?
6. Bagaimana penatalaksanaan infeksi traktus genetalia ?

3. Tujuan.

1. untuk dapat menjelaskan tentang definisi infeksi traktus genetalia .

2. untuk dapat mengetahui tentang etiologi infeksi traktus genetalia.

3. untuk dapat mengetahui tentang klasifikasi infeksi traktus genetalia.

4.Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis infeksi traktus genetalia.

5.untuk dapat mengetahui cara pencegahan infeksi traktus genetalia

6. untuk dapat mengetahu bagaimana penatalaksanaan infeksi


traktusgenetalia
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI INFEKSI TRAKTUS GENETALIA


Infeksi traktus genetalis adalah infeksi yang terjadi di saluran reproduksi yang
disebabkan berbagai microorganisme seperti bakteri, jamur, virus, dan
protozoa). Infeksi pada vagina paling sering adalah bacterial vaginosis (BV),
Kandidiasis dan trikomoniasis. Vulvovaginitis berupa inflamasi pada vulva dan
vagina disebabkan oleh infeksi vagina ditunjukkan dengan keputihan dalam
jumlah banyak yang dapat menyebabkan maserasi jaringan. Bahan kimia yang
bersifat iritatif, allergen dan benda asing yang dapat menyebabkan reaksi
inflamasi dapat menyebabkan vulvovaginitis (Lowdermilk, Perry &
Cashion,2013).
B. KLASIFIKASI INFEKSI TRAKTUS GENETALIA
a) Radang panggul bawah
1. INFEKSI VULVITIS
 Pengertian
Vulvitis adalah suatu kondisi peradangan pada vulva yangdapat
menyerang wanita dalam rentang usia berapa pun. Vulvamerupakan
lipatan kulit yang terletak di bagian paling luar dariorgan intim
wanita, namun sering kali disalahartikan orang awam sebagai
vagina. Padahal vagina merupakan liang atau saluran yang terletak
lebih dalam setelah melewati vulva. Vulva terdiri dari 2labia (bibir)
mayora, 2 labia minora, dan klitoris.Kulit vulva rentan mengalami
iritasi karena suhu di daerahvulva lembab dan hangat. Anak-anak
perempuan yang belummengalami pubertas dan wanita
postmenopause berisiko tinggi mengalami kondisi ini. Dalam usia
tersebut, wanita cenderung memiliki kadar hormon estrogen yang
rendah sehingga jaringanvulva menjadi lebih kering dan lebih tipis.
 Etiologi
Peradangan pada vulva bisa disebabkan oleh sejumlah
kondisi,seperti:
 Infeksi.
Tidak hanya vagina, vulva juga dapat terinfeksi bakteri, virus,
atau jamur. Contoh-contoh penyebab infeksi pada vulva adalah
herpes genital, jamur candida, infeksi HPV, kutu kemaluan,
dan skabies.
 Iritasi.
Beberapa produk rumah tangga dapat menyebabkaniritasi,
seperti tisu toilet, sabun mandi, sampo, dan kondisioneryang
mengandung parfum, deodoran, bedak, semprotan organintim,
spermisida, serta pakaian dalam yang bukan berbahankatun.
Iritasi juga dapat terjadi setelah berenang atau berendamdi
fasilitas umum, bersepeda, serta menunggang kuda
 Penyakit kulit.
Beberapa penyakit kulit yang dapatmemengaruhi kesehatan
vulva, di antaranya adalah psoriasis, lichen planus, danlichen
sclerosus.
 Estrogen rendah.
Vulvitis dapat terjadi akibat kadar estrogenyang rendah, seperti
saat menopause. Vulvitis yang terjadi dikaitkan dengan
peradangan vagina akibat vagina menjadi kering.
 Vulvodynia
Seseorang yang menderita vulvodynia akan mengalami rasa
tidak nyaman atau nyeri, seperti tersengat atauterbakar, yang
bersifat kronis pada area vagina dan vulva,tanpa adanya
penyebab yang jelas.
 Kanker vulva.
Kanker vulva jarang terjadi, dan umumnyamenyerang wanita
berusia di atas 60 tahun. Tandanya diawalidengan benjolan
atau luka pada vulva.
 Patofisiologi
Patofisiologi vulvitis tergantung dari penyebab yang mendasari.
Vulva merupakan pertahanan pertama untuk melindungi daerah
genitalia dari infeksi. Area vulva dibatasi di bagian anterior oleh
mons pubis, di bagian posterior oleh perineum, di bagian lateral
oleh lipatan inguinal, dan di bagian medial oleh cincin hymen.
Daerah vulva memiliki banyak kelenjar sebasea, kelenjar
keringat, dan juga folikel rambut di beberapa area. Hal tersebut
membuat vulva memiliki kondisi yang lebih lembap dan koloni
bakteri lebih tinggi dibandingkan area kulit lainnya. Daerah
vulva juga lebih rentan mengalami gesekan dan oklusi. Interaksi
antara perubahan hormon, paparan kontaminan, dan infeksi
dapat mengubah keseimbangan bakteri normal vulva dan
meningkatkan risiko peradangan di area tersebut.
 Manifestasi Klinis
Vulvitis menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung dari
penyebab peradangan pada vulva.Sangat disarankan untuk
tidakmenggaruk alat kelamin apabila muncul rasa gatal, karena
berisikomenyebabkan iritasi berkembang menjadi
infeksi.Gejala-gejala vulvitis di antaranya adalah:
 Rasa sangat gatal di alat kelamin, terutama pada malamhari.
 Keputihan.
 Rasa panas seperti terbakar dan kulit pecah-pecah di
sekitarvulva.
 Kulit bersisik dan area putih yang menebal di vulva.
 Bengkak dan merah di labia dan vulva.
 Benjolan berisi cairan (blister) pada vulva.
Perlu diingat bahwa gejala. Gejala di atas bisa saja
disebabkanoleh penyakit lain,
 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopik dari hasil apusan lesi
kulit(mikrobiologi) atau kerokan kulit untuk mengeksklusi
vulvitis infeksi dan membedakan pathogen penyebab vulvitis.
 Komplikasi
 Gangguan tidur akibat rasa gatal di organ intim Wanita
pada malam hari
 Gangguan psikosekssual akibat rasa cemas dan
gangguan psikologis lainnya.
 Nyeri Ketika berhubungan seksual.
 Penatalaksanaan Pengobatan
Pengobatan vulvitis bergantung pada kondisi
yangmenyebabkannya. Jika vulvitis disebabkan oleh infeksi,
maka pemakaian obat antibiotik atau anti jamur menjadi
langkah pengobatan yang tepat. Dokter dapat meresepkansalep
kortikosteroiduntuk digunakan beberapa kali dalam
sehari.Salep ini dapat membantu mengurangi rasa gatal dan
iritasi padavulva. Selain kortikosteroid, krim emolien dantablet
antihistamin juga dapat digunakan untuk mengurangi
gatal.Dokter juga dapat menyarankan pemakaian krim,
pessarium,atau tablet vagina yang mengandung hormon
estrogen, bila vulvitisdisebabkan oleh kadar hormon estrogen
yang rendah. Bagi penderita vulvodynia, krim anestesi lokal
dan tindakan operasi bisa juga menjadi bentuk penanganan
yang disarankan oleh dokter Selain lewat metode pengobatan
vulvitis di atas, langkah-langkah berikut ini juga bisa
diterapkan untuk membantumempercepat penyembuhan
sekaligus mencegah terjadinya vulvitis. Di antaranya adalah:
1. Segera menghentikan kebiasaan yang dapat
menyebabkaniritasi, misalnya memakai pakaian yang
terlalu ketat. Sebagaigantinya gunakan pakaian yang agak
longgar atau berbahankatun untuk memberikan udara pada
organ intim.
2. Segera mengganti pakaian dan celana dalam yang basah,
baik setelahberolahraga ataupun berenang.
3. Hindari mencuci organ intim dengan sabun atau larutan
yang mengandung tambahan parfum.
4. Membersihkan organ intim sekali dalam satu hari dengan
airhangat.
5. Untuk pemilihan alat kontrasepsi, hindari penggunaan
kondom yang dilumasi dengan spermisida.
 Pencegahan
 Membersihkan dan mengeringkan area disekittar vagina
dan perianal ( disekitar anus) dengan cara mentepuk
tepuknya secara lembut menggunakan handuk bersih dan
tidak mengosoknya.
 Mengenakan pakaian dalam berbahan katun dan tidak
mengenakan celana yang berbahan kasar dan ketat.

2. INFEKSI KELENJAR BARTHOLINIA


 Definisi Bartolinitis
Merupakan kondisi peradangan pada kelenjar bartolin yang
disebabkan oleh infeksi. Kondisi ini ditandai dengan adanya
benjolan pada area kelenjar bartolin yang normalnya
tidakteraba. Tetapi, kondisi ini harus dibedakan dengan kista
bartolin,yang umumnya terjadi akibat penyumbatan pada
kelenjar tersebut. Namun, bila kista bartolin terinfeksi, dapat
menyebabkanterjadinya abses bartolin (bartolinitis).
 Etiologi
Penyebab dari bartolinitis adalah infeksi. Beberapa studi
menunjukkan mayoritas bakteri penyebabnya ialah Neisseria
gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis. Hal ini yang
menyebabkan penyakit ini sering dikaitkan dengan infeksi
menular seksual. Namun, belakangan ini bakteri lain yang bukan
berasal dari penularan seksual,misalnya Staphylococcus species,
Streptococcus species,serta yang paling sering saat ini ialah
Escherichia coli diduga dapat jugamenyebabkan penyakit ini.
Terdapat juga etiologi lain seperti virus(HPV) dan jamur
(Candida albican).Selain itu, saat ini perlu juga dipertimbangkan
faktor higienitas dari area kemaluan dan anus sebagaifaktor
risiko terjadinya infeksi di kelenjar bartolin.
 Patofisiologi
Obstruksi duktus utama pada kelenjar bartolini distal
diakibatkan karena retensi, sekresi dan dilatasi kistik. Lama-
lama pada kelenjar bartholini terjadinya penumpukan sekret
mukus. Kelenjar bartolini kemudian membesar menjadi kista
bartolini. Kista kemudian mengalami peradangan dengan tanda-
tanda memerah, nyeri serta lebih panas dari daerah sekitarnya
(bartolinitis). Isi di dalam kelenjar bartholini berubah dan nanah
dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat (biasanya akibat
infeksi). Radang pada kelenjar bartolini juga dapat terjadi
berulang-ulang dan akhirnya dapat menahun dalam bentuk yang
kita sebut sebagai kista Bartolini.
 Manifestasi klinis
(1) Nyeri dan bengkak pada salah satu kelenjar.
(2). Nyeri berhubungan seksual(dispareunia)
(3) Nyeri ketika duduk dan berjalan.
(4)Rasa nyeri yang tiba-tiba hilang tetapi diikuti keluarnya
cairan(nanah atau darah dari abses).
Berdasarkan pemeriksaan fisik umumnya juga ditemukan
beberapahal berikut seperti : benjolan yang merah, bengkak, dan
fluktuatif.Pada beberapa kasus, terdapat selulitisdi sekitar abses,
demam,serta keluarnya cairan purulen.
 Pemeriksaan penunjang
 Kultur swab cairan dari kista atau leher Rahim (serviks)
untuk mengetahui apakah ada infeksi menular seksual.
 Pengambilan sampel jaringan (biopsy) kelenjar bartolin
untuk mendeteksi sel-sel abnormal termaksud sel kanker.
 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin disebabkan oleh kista Bartholin
adalah kambuhnya kista atau infeksi. Jika tidak ditangani,
infeksi bisa masuk ke dalam aliran darah dan menyebar ke
seluruh tubuh sehingga menyebabkan sepsis. Meski begitu,
kondisi ini jarang terjadi.
 Penatalaksanaan Pengobatan
Pada pasien dengan gejala ringan -misalnya tidak ada
demamatau tidak terdapat abses, dapat dilakukan rawat jalan
dengankonsumsi antibiotik serta edukasi melakukan sitz bath.
Sitz bath ialah kegiatan berendam dengan cara duduk
menggunakan air hangat. Hal ini bisa dilakukan 3-4x sehari
selama 15menit. Hal ini dapat menurunkan rasa nyeri dan
membantumeringankan bengkak akibat bartolinitis.Penanganan
farmakologi yang digunakan untuk bartolinitisialah
menggunakan antibiotik. Jenis antibiotik yang digunakan
dapatdisesuaikan dengan bakteri penyebab yang sering
ditemukan, misalnyagolongan sefalosporin, floroquinolon, atau
beta laktam dengan anti beta laktamase. Selain obat antibiotik,
untuk meredakan gejala nyeridan peradangan dapat
menggunakan analgesik seperti asammefenamat 3×500 mg.
 Pencegahan
Karena penyebabnya belum diketahui secara pasti, kista
Bartholin sulit untuk dicegah. Namun, ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya abses atau
infeksi pada kista, yaitu :
 Jaga kebersihan area sekitar organ intim, dan biasakan
untuk membersihkan organ intim dengan arah depan ke
belakang.
 Hindari aktivitas yang bisa menyebabkan area di sekitar
vagina cedera.
 Gunakan kondom saat berhubungan intim untuk
mencegah infeksi menular seksual.
3. VAGINITISA
 Definisi Vaginitis
Adalah suatu peradangan pada vagina yang dapat
mengakibatkan gatal, nyeri dan keluarnya cairan dari
vagina.Penyebabnya biasanya karena terdapat perubahan dalam
keseimbangan normal bakteri pada vagina atau infeksi. Vaginitis
juga dapat disebabkan oleh kadar estrogen yang berkurang
setelahmenopause.
 Etiologi
 Bakteri vaginosis
Vaginosis oleh karena bakteri biasanya terjadi karena
pertumbuhan berlebihan dari salah satu beberapa organis
meyang ada dalam vagina. Normalnya jumlah bakteri
'baik'(lactobacillus) melebihi bakteri bakteri 'buruk' (anaerob)
dalam vagina. Tetapi jika bakteri anaerob menjadi terlalu
banyak,akan mengganggu keseimbangan dan menyebabkan
vaginitis bakteri. Wanita yang berganti-ganti pasangan, serta
wanitayang menggunakan alat kontrasepsi (IUD) memiliki
risikolebih tinggi terkena vaginosis bakteri.
 Infeksi jamur
Infeksi jamur terjadi ketika lingkungan yang normal
dalamvagina mengalami beberapa perubahan yang memicu
pertumbuhan berlebihan dari jamur (Candida albicans). Infeksi
jamur tidak dianggap sebagai infeksi menular seksual.
MenurutCenters for Disease Control and Prevention, sekitar 3
dari 4 perempuan diperkirakan akan mengalami infeksi jamur
pada beberapa waktu selama hidup mereka. Faktor-faktor
yangmeningkatkan risiko infeksi jamur meliputi:
 Obat-obatan, seperti antibiotik dan steroid
 Diabetes yang tidak terkontrol
 Perubahan hormonal, seperti yang terkait dengankehamilan,
pil KB atau menopause
 Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual umum
yangdisebabkan oleh parasit, dan biasa disebut
Trichomonasvaginalis. Organisme ini menyebar selama
hubungan seksualdengan seseorang yang sudah memiliki
infeksi. Organisme ini biasanya menginfeksi saluran kemih
pada pria, dimana seringtidak menimbulkan gejala.
Trikomoniasis biasanyamenginfeksi vagina pada Wanita
 Non-infectious vaginitis
Semprotan vagina, douche, sabun wangi, deterjen wangidan
produk spermisida dapat menyebabkan reaksi alergi
ataumengiritasi jaringan vulva dan vagina. Penipisan
lapisanvagina, akibat hilangnya hormon oleh karena
menopause atau pengangkatan indung telur, juga dapat
menyebabkan gatal dansensasi terbakar pada vagina.
 Patofisiologi
Ekosistem seimbang pada vagina didominasi oleh bakteri
Lactobacillus yang menghasilkan asam organik, seperti :
a. Asam laktat, seperti organic acid lanilla
Berfungsi untuk memelihara pH dibawah 4,5 (antara 3,8 - 4,2),
dimana merupakan tempat yang tidak sesuai bagi pertumbuhan
bakteri khususnya mikroorganisme yang patogen bagi vagina.
b. Peroksida (H2O2)
Merupakan mekanisme Lactobacillus untuk hidup dominan
daripada bakteri obligat anaerob.
c. Bakteriosin
Suatu protein dengan berat molekul rendah yang menghambat
pertumbuhan banyak bakteri khususnya Gardnerella vaginalis.
 Manifestasi klinis Gejala vaginitis antara lain:
 Perubahan warna, bau dan jumlah cairan dari vagina
 Vagina gatal atau iritasi
 Nyeri saat berhubungan seksual
 Nyeri saat buang air kecil
 Vagina mengalami perdarahan atau bercak
 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan kadar asam dan basa vagina atau disebut
juga Ph vagina
 Pemeriksaan bagian didalam vagina untuk melihat tanda
peradangan .
 Pemeriksaan sempel cairan vagina dilaboratorium untuk
mengetahui penyebab vaginitis.
 Komplikasi
Memang tidak berakibat fatal meski begitu vaginitis yang
dibiarkan dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi tertentu
misalnnya lenih rentan terinfeksi penyakit menular seksual
seperti klanmidia dan HIV.
 Penatalaksanaan Pengobatan
Vaginitis disesuaikan dengan penyebabnya, antara lain:
 Vaginitis bakteri Dokter biasanya akan meresepkan tablet
metronidazole (Flagyl)melalui mulut (per oral),
metronidazol gel(MetroGel) yangdioleskan pada vagina,
atau krim klindamisin (Cleocin) yangdioleskan pada vagina.
Obat biasanya digunakan 1 atau 2 kalisehari selama 5-7 hari.
 Infeksi jamur Infeksi jamur biasanya diobati dengan krim
antijamur atausupositoria, seperti mikonazol (Monistat),
clotrimazole (Gyne-Lotrimin) dan tioconazole (Vagistat).
Infeksi jamur juga dapatdiobati dengan obat antijamur,
seperti flukonazol (Diflucan).
 TrikomoniasisDokter biasanya akan meresepkan
metronidazole (Flagyl) atau(Tindamax) tinidazol tablet.
 Penipisan lapisan vagina (atrofi vagina)Estrogen vagina
dalam bentuk tablet atau krim, secara efektif
dapatmengobati vaginitis atrofik. Obat ini hanya dapat
diperoleh denganresep dokter
 Non-infeksius vaginitisUntuk mengobati jenis vaginitis
ini, perlu diketahui sumberiritasinya dan kemudian
menghindarinya. Sumber yang mungkindapat
menyebabkan vaginitis jenis ini, antara lain sabun
baru,deterjen, pembalut, atau tampon.
 Pencegahan
 Vaginosis Bakteri. Terjadi akibat perubahan bakteri yang
ditemukan di vagina. Sayangnya pemicu kondisi ini
tidak diketahui secara pasti.
 Infeksi Ragi. Ini terjadi ketika ada pertumbuhan
organisme jamur berlebih di vagina, biasanya Candida
albicans. Jamur ini juga menyebabkan infeksi di area
lembap lainnya di tubuh, seperti di mulut (sariawan),
lipatan kulit, dan dasar kuku.
 Trikomoniasis. Infeksi menular seksual yang umum ini
disebabkan oleh parasit bersel satu mikroskopis Bernama
Trichomonas vaginalis. Organisme ini menyebar saat
berhubungan seks dengan seseorang yang sudah
terinfeksi sebelumnya.
 Vaginitis Tidak Menular. Semprotan vagina, douche,
sabun wangi, deterjen wangi dan produk spermisida
dapat menyebabkan reaksi alergi atau mengiritasi
jaringan vulva dan vagina. Benda asing, seperti tisu toilet
atau tampon yang terlupakan atau tertinggal di vagina
juga dapat mengiritasi jaringan vagina.
 Sindrom Genitourinari Menopause (Atrofi Vagina).
Penurunan kadar estrogen setelah menopause atau
operasi pengangkatan indung telur dapat menyebabkan
lapisan vagina menipis, terkadang menyebabkan iritasi,
rasa terbakar, dan kekeringan pada vagina.
4. SERVISITIS
 Definisi Servisitis
Merupakan infeksi pada serviks uteri. Infeksi uterisering terjad
karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawatdan infeksi
karena hubungan seks. Servisitis yang akut seringdijumpai pada
sebagian besar wanita yang pernah melahirkan.Servisitis ialah
radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karenaepitel
selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan
selsilindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan
selaputlendir vagina (Sarwono, 2008).

 Etiologi
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas
vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme
aerobdan anaerob endogen vagina seperti streptococcus,
enterococus,e.coli, dan stapilococus . Dapat juga disebabkan
oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion,
alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti
dilatasi, dan lain-lain.
 Patofisiologi
Peradangan terjadi pada serviks akibat kuman pathogen aerob
dan anaerob, peradangan ini terjadi Karena luka bekas
persalinan yang tidak di rawat serta infeksikarena hubungan
seksual. Proses peradangan melibatkan epitel serviks dan stoma
yangmendasarinya. Inflamasi serviks ini bisa menjadi akut atau
kronik (Manuaba, 2010).
Masuknya infeksi dapat terjadi melalui perlukaan yang menjadi
pintu masuksaluran genetalia, yang terjadi pada waktu
persalinan atau tindakan medis yangmenimbulkan perlukaan,
atau terjadi karena hubungan seksual (Manuaba, 2009).
 Manifestasi klinis
 Terdapatnya keputihan (leukorea)
 Mungkin terjadi kontak berdarah (saat hubungan seks terjadi
perdarahan)
 Pada pemeriksaan terdapat perlukaan serviks yang berwarna
merah
 Pada umur diatas 40 tahun perlu waspada terhadap keganasan
serviks.
 Gatal-gatal pada area serviks
 Pemeriksaan Penunjang
 Pap smear untuk mendeteksi sel-sel abnormal dengan
mengambil sampel cairan dari serviks dan vagina.
 Kolposkopi, untuk memeriksa kondisi tidak normal
didalam vagian dengan bantuan alat teropong kolposkop.
 Komplikasi
Servisitis dapat berlangsung selama berbulan-bulan hingga
bertahun-tahun. Servisitis dapat menyebabkan rasa sakit saat
berhubungan. Servisitis yang tidak diobati dapat menyebakakn
peradangan yang melibabtkan organ panggul Wanita ,
menyebabkan komplikasi radang panggul (PID).
 Penatalaksanaan Pengobatan
Jaringan yang meradang dalam dua mingguan diganti dengan
jaringan sehat.Jika laserasi serviks agakluas perlu dilakukan
trakhelorania. Pinggir sobekan danendoserviks diangkat, lalu
luka baru dijahit. Jika robekan daninfeksi sangat luas perlu
dilakukan amputasi serviks.
 Pencegahan
 Hindari iritasi seperti douche dan tampon deodorant
 Pastikan benda asing yang dimasukan kedalam vagina
seperti (tampon) ditempatkan dengan benar.
 Pastikan diri sendiri dan pasangan seks bebas dari IMS
 Gunakan kondom setiap kali berhubungan seks untuk
menurunkan resiko terkena IMS.
b) Radang panggul bawah
1. SALPINGITISA
 Definisi Radang saluran telur atau salpingitis merupakan radang
pada tuba fallopi, yaitusaluran yang menghubungkan
ovariumdengan rahim. Radangsaluran telur terjadi karena tuba
fallopimengalami infeksioleh bakteriyang berasal dari darah,
vagina, atau rahim.
 Etiologi
Mikroorganisme yang paling sering didapati sebagai penyebab
radang saluran telur adalah bakteri Chlamydiatrachomatis dan
Neisseria gonorrhoeae. Bakteri masuk melalui vagina, lalu
menuju rahim dan akhirnya sampai ke tuba fallopi.
 Patofisiologi
Infeksi biasanya berawal pada bagian vagina, dan menyebar ke
bagian tuba fallopi. Infeksi dapat menyebar melalui pembuluh
getah bening, infeksi pada salah satu tuba fallopi biasanya
menyebabkan infeksi yang lain. Pada beberapa kasus, salpingitis
disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Mycoplasma,
Staphylococcus, dan Streptococcus. Selain itu salpingitis dapat
disebabkan oleh penyakit menular seksual seperti gonore dan
kalmidia (Prawirohardjo, 2007).
 Manifestasi klinis
 Nyeri abdomen di kedua sisi
 Sakit punggung
 Sering buang air kecil
 Gejala-gejala biasanya muncul setelah periode menstruasi
 Demam tinggi dengan menggigil
 Nyeri perut
 Abnormal discharge vagina, seperti warna yang tidak biasa
atau bau
 Dismenorea
 Tidak nyaman atau hubungan seksual yang terasa nyeri
 Mual dan muntah, ada gejala abdomen akut karena terjadi
rangsangan peritoneum
 Kadang-kadang ada tendensi pada anus karena proses dekat
pada rektum dan sigmoid
 Pada periksa dalam nyeri kalau portio digoyangkan, nyeri
kiri dan kanan uterus, kadang-kandang ada penebalan dari
tuba.
 Nyeri saat ovulasi
 Pemeriksan Penunjang
Pemeriksaan laporskopi merupakan pemeriksan diagnostic
untuk menegakan diagnosis salpingitis namum pemeriksaan ini
jarang dilakukan karena bersifat invasive. Tes laboratorium pada
pasien bertujuan untuk menyingkirkan diagnosis banding dan
mendukung diagnosis.
 Komplikasi
Dapat menyebabkan infertilitas,abses tuborvarium, dan
kehamilan ektopik.
 Penatalaksanaan Pengobatan

1. Anjurkan tirah baring

2. Pemberian antibiotic

 Pencegahan
 Menggunakan kondom setiap kali berhubungan intim
untuk mencegah infeksi menular seksual.
 Kondom tetap digunakan meski sudah menggunakan
metode kontrasepsi lainnya hnya berhubungan intim
dengan pasangan yang tidak memiliki infeksi menular
seksual atau hanya berhubungan intim dengan anda.
2. ADNEXITIS
 Definisi Adnexitis
Adalah radang pada tuba fallopi dan ovarium yang biasanya
terjadi bersamaan. (Sarwono, 1999:287). Adnexitis adalah
suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang
biasanya terjadi bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat
infeksi yang menjalar keatas dari uterus, walaupun infeksi ini
bisa dating dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau
menjalar dari jaringan sekitarnya. Adnex tumor ini dapat
berupa pyosalpinx atauhidrosalpinx karena perisalpingitis dapat
terjadi pelekatan denganalat alat disekitarnya. ( ginekologi
unpad bandung).
 Etiologi
Peradangan pada adneksa rahim hampir 90 persen disebabkan
oleh infeksi beberapa organisme, biasanya adalah
Neisseriagonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis.
 Melakukan aktifitas seks tanpa menggunakan kondom
 Ganti-ganti pasangan seks
 Pasangan seksnya menderita infeksi Chlamidia
ataupungonorrhea (kencing nanah)
 Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflammatory
disease
 Dengan demikian penyakit ini termasuk penyakit
yangditularkan melalui aktifitas seksual. Meskipun tidak
tertutupkemungkinan penderitanya terinfeksi lewat cara
lain.
 Patofisiologi
Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi
bersamaan. Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang
menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa
datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau
menjalar dari jaringan – jaringan sekitarnya.
Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus
melalui mukosa. Pada endosalping tampak edema serta
hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan epitel
masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan
degenarasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang
agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam
hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar
melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan
di sekitarnya.
Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan
jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat
pula ke peritonium pelvik. Disini timbul salpingitis interstialis
akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan
infiltrasi leukosit, tetapi mukosa seringkali normal.
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 287. 2007).
 Manifestasi Klinis
 Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak
berhubungan dengan haid (bukan premenstrual syndrome)
 Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina
 Nyeri saat berhubungan intim
 Demam
 Nyeri punggung
 Keluhan saat buang air kecil
 Pemeriksan Penunjang
 Pemeriksaan kehamilan atau ultrasonogravi untuk
menyingkirnkan kehamilan ektopik
 Uji serologi untuk mengetahui adanya kelamidia atau
gonorrhea.
 Komplikasi
 Intertilitas atau kemandulan
 Kehamilan ektopik
 Nyeri panggul kronis
 Abses pada ovarium pada tuba falopi
 sepsis
 Penatalaksanaan Pengobatan
Penyakit ini disesuaikan dengan penyebabnya.Misalnya
akibat chlamydia, maka pengobatannya pun
ditujukanuntuk membasmi chlamydia. Secara umum,
pengobatan adnexitisini umumnya berupa terapi antibiotik.
Jika dengan terapi ini tidakterjadi kemajuan,maka
penderita perlu dibawa ke rumah sakituntuk diberikan
terapi lainnya. Rawat inap menjadi sangatdiperlukan
apabila:
 keluar nanah dari tuba fallopi
 kesakitan yang amat sangat (seperti: mual, muntah, dan
demamtinggi)
 penurunan daya tahan tubuhPencegahanPencegahan tidak
hanya dari pihak wanita saja, pihak laki -laki juga perlu
membantu agar pasangan tidak tertular.Penanganan ini
antara lain dapat dilakukan dengan :
 Setia pada pasangan, penyakit ini sebagian besar
ditularkanmelalui hubungan seks bebas.
 Segera hubungi dokter apabila gejala - gejala penyakit ini
muncul
 Rutin memeriksakan diri dan pasangan ke dokter ahli
kandungan
 Penggunaan kondom saat berhubungan seksual
 Menjaga kebersihan organ genital.
 Pencegahan
 Jangan berganti-ganti pasangan
 Gunakan kondom saat berhubungan seksual
 Periksa Kesehatan secara rutin jika memiliki resiko tertular
infeksi menular seksual.
 Konsultasikan pilihan dan rencana penggunakan alat
kontrasepsi dengan dokter.
 Bersihkan area kemaluan dari depan ke belakang dan
jangan sebaliknnya.
C. ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI TRAKTUR GENETALIA
A. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
 Gatal
 Nyeri
 Perubahan fungsi seksual
c. Riwayat Penyakit
 Sekarang : Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin
 Dahulu : Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa,
gangguan reproduksi
Riwayat Penyakit
1. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit
yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung,
hipertensi, masalah ginekologi/urinaria, penyakit endokrin, dan
penyakit-penyakit lainnya.
2. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui
genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.
3. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan
adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala
serta keluahan yang menyertainya.
4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas : Kaji bagaimana
keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat
ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
5. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis
kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.
6. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatan
kontrasepsi oral, obat digitalis, dan jenis obat lainnya.
7. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan
elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
d. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan Bagian Luar
a. Inspeksi
 Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia
perkembangan klien
 Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema,
visura, leokoplakia dan eksoria
 Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra
terhadap pemebengkakan ulkus, keluaran dan
nodul.

2. Pemeriksaan Bagian Dalam


a. Inspeksi
 Serviks: ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa,
keluaran dan warnanya
b. Palpasi
 Raba dinding vagina: Nyeri tekan dan nodula,
 Serviks: posisi, ukuran, konsistensi, regularitas,
mobilitas dan nyeri tekan.
 Uterus: ukuran, bentuk, konsistensi dan
mobilitas
 Ovarium: ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi
dan nyeri tekan.
B. DIAGNOSA
1. Gangguan Rasa Nyaman yang berhubungan dengan gejala penyakit
yang ditandai dengan gatal, panas dan mual.
2. Disfungsi Seksual yang berhubungan dengan proses penyakit yang
ditandai dengan nyeri saat berhubungan seksual.
3. Nyeri akut berhububungan dengan agen pencedera fisiologis yang
ditandai dengan nyeri pada abdomen,uterus dan pada saat ovulasi.
C. INTERVENSI
Gangguan rasa nyaman
1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
2. Indetifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri , berpakaian, berhias
dan makan.
3. Sediakan Lingkungan yang terapeutik (privasi,rileks).
4. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten.

Disfungsi Seksual

1. Indentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.


2. Berikan kesemapatan untuk bertanya.
3. Jelaskan resiko tertular penyakit menular seksual dan AIDS akibat
seks bebas.
Nyeri Akut
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/ dingin.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan
akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali
tanpa bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba.
Penyakit ini bisa juga menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah
satu dari infeksitersebut adalah pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan
salpingitisPada umumnya penyakit penyakit yang terjadi memiliki tanda
dan gejala serta penanganan masing masing , untuk mencegahnya
diperlukan kebersihan diri darisetiap masing masing individu.
2. Saran

Demi kesempurnaan makalah kami, maka kami meminta saran


serta kritik yang mendukung demi kesempurnaan makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.I.B.G Manuaba, S.p.O.G (k), dr.I.A Chandranita Manuaba,S.p.O.G


dkk.”Pengantar Kuliah Obtetri”.2003.Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Lilis Lisnawati, S.ST.,M.Keb. “Asuhan kebidanan terkini gawat darurat maternal


dan neonatal”. 2013. Jakarta : CV. Trans info MediaProf.

Dr. Hanifah Wikjoksastro Sp.OG, Prof.Dr. Sarwono Prawirohardjo Sp.OG. “Ilmu


Kandungan”. 2005. Jakarta : Yayasan bina pustaka sarwono

Anda mungkin juga menyukai