Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, metal, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi-fungsinya dan prosesnya
(Widyastuti, 2009).
Kesehatan reproduksi pada wanita tidak terlepas pada kesehatan organ intimnya.
Tentu kita perlu sadari bahwa menjaga kesehatan reproduksi sangat penting. Salah satu
hal yang dapat kita lakukan adalah menjaga kebersihan atau higienitas, terutama pada
daerah sekitar vagina. Dalam vagina terdapat mikroorganisme (flora normal) yang bila
tidak dijaga dapat terganggu keseimbangannya. Bila hal ini terjadi, maka akan timbul
gangguan dan keluhan pada daerah tersebut, salah satu gejala adanya gangguan adalah
timbulnya keputihan (Manuaba, 2009).
Keputihan merupakan istilah lazim digunakan oleh masyarakat untuk menyebut
penyakit kandidiasis vaginal yang terjadi pada daerah kewanitaan. Penyakit keputihan
merupakan masalah kesehatan yang spesifik pada wanita. Sebanyak 505 pelajar putrid
disekolah menengah dan perguruan tinggi pernah mengalami keputihan ketika berusia
kurang dari 25 tahun (Nenk, 2009).
Keputihan bisa dikategorikan normal yaitu berkaitan dengan siklus menstruasi, yang
terjadi menjelang ataupun setelah menstruasi atau bisa juga keluar saat kita sedang
mengalami stress atau kelelahan. Tetapi ada juga jenis keputihan akibat suatu gangguan
seperti infeksi parasit, bakteri, jamur atau virus pada vagina. Biasanya keputihan jenis
ini bisa bervariasi dalam warna, berbau, dan disertai keluhan seperti gatal, nyeri atau
terbakar disekitar vagina (Manuaba, 2009).

B. Tujuan
Untuk mengetahui secara umum tentang kesehatan reproduksi pada daerah organ intim
wanita, sehingga dapat mengetahui tindakan atau pencegahan apa yang sebaiknya
dilakukan untuk menjaganya dari berbagai infeksi penyakit seperti leukorea.
A. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi pada By. Ny. L
umur 25 t P1A0 dengan Flouro Albus ( Keputihan).
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian/pengumpulan data dasar pada By. Ny. L
umur 25 t P1A0 dengan Flouro Albus ( Keputihan) baik data subyektif
maupun data obyektif.
b. Mampu merumuskan diagnose dan atau masalah pada pada By. Ny. L
umur 25 P1A0 dengan Flouro Albus ( Keputihan).
c. Mampu mengidentifikasi diagnos/masalah potensial pada pada By. Ny. L
umur 25 P1A0 dengan Flouro Albus ( Keputihan).
d. Mampu mengidentifikasi /menetapkan kebutuhan yang memerlukan
tindakan penanganan segera pada By. Ny. L umur 25 P1A0 dengan
Flouro Albus ( Keputihan)..
e. Mampu menentuan perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada By.
Ny. L umur 25 P1A0 dengan Flouro Albus ( Keputihan)..
f. Mampu melakukan tindakan yang telah direncanakan untuk bayi baru
lahir pada By. Ny. L umur 25 P1A0 dengan Flouro Albus ( Keputihan)..
g. Mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah pada By. Ny. L umur 25
P1A0 dengan Flouro Albus ( Keputihan).
C. Manfaat
Dapat menerapkanilmu yang telah didapat dimeja perkuliahan, terutama yang
berhubungan dengan asuhan kebidanan pada Ibu Usia Reproduksi dengan Leukorea
Abnormal, Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi
dengan pendokumentasian SOAP dengan benar. Memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menerapkan ilmu pengetehuan yang diperoleh dari institusi yang
berkaitan dengan manajemen kebidanan khususnya dengan dokumentasi SOAP.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI LEUKHOREA


1. DEFINISI
Keputihan merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan
yang disebabkan infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan
disekitar bibir vagina bagian luar. Jika dibiarkan dan tidak ditangani sedini
mungkin infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran
kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil
(Nenk, 2009).
Keputihan/Leukhorea adalah semacam silim yang keluar terlalu banyak,
warnanya putih seperti sagu kental dan agak kekuning- kuningan
(Handayani,2008). Keputihan cairan putih yang keluar dari liang senggama
secara berlebihan (Manuaba,2009).
Keputihan dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu :
a. Keputihan fisiologis
Dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase
sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi dan juga melalui rangsangan seksual.
Menurut Wiknjosastro(2006), dalam keadaan normal ada sejumlah secret
yang mempertahankan kelembaban vagina yang banyak mengandung epitel
dan sedikit leukosit dengan warna jernih. Tanda– tanda keputihan normal
adalah jika cairan yang keluar tidak terlalu kental, jernih, warna putih atau
kekuningan jika terkontaminasi oleh udara, tidak disertai rasa nyeri, dan
tidak timbul rasa gatal yang berlebih.
Hal–hal yang dapat menyebabkan terjadinya keputihan fisiologis antara
lain:
1) Bayi baru lahir hingga berusia 10 hari yang disebabkan oleh
pengaruh hormon estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin.
2) Waktu sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang, karena
mulai terdapat pengaruh estrogen.
3) Wanita dewasa apabila dirangsang dan waktu koitus, disebabkan
oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
4) Waktu sekitar ovulasi karena adanya produksi kelenjar-kelenjar
pada mulut serviks uteri menjadi lebih encer.
5) Pada wanita hamil disebabkan karena meningkatnya suplai darah
kevagina dan mulut rahim sehingga terjadi penebalan dan
melunaknya selaput lender vagina.
6) Akseptor kontrasepsi Pil dan IUD serta seorang wanita yang
menderita penyakit kronik atau pada wanita yang mengalami stres.
b. Keputihan patologis
Dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang
senggama, mulut rahim, dan jaringan penyangga juga penyakit karena
hubungan kelamin) (Manuaba,2009).
2. PENYEBAB
Gangguan yang dapat menimbulkan masalah, yaitu :
a. Candidiasis
Adalah penyebab paling umum pada gatal-gatal pada vagina. Jamur
menyerang sel pada saluran vagina dan sel-sel kulit vulva. Pada beberapa
wanita, jamur masuk ke lapisan sel yang lebih dalam dan beristirahat disana
sampai diaktifkan karena satu alasan. Sel-sel yang terinfeksi tidak terlalu
parah gugur ke dalam vagina sehingga menyebabkan keputihan. Candida
masuk ke vagina dari infeksi jamur pada jalur khusus tetapi mungkin
menyebar oleh hubungan seksual kelamin. Candida tumbuh lebih cepat jika
lingkungan mengandung glukosa dan lebih umum terjadi dalam kehamilan
atau pada wanita penderita diabetes. Namun tidak tertutup kemungkinan
dapat terjadi pada wanita lain (Llewellyn,2005).
b. Trichomoniasis
Cairannya banyak, kental, berbuih seperti sabun, bau, gatal, vulva kemerahan,
nyeri bila ditekan atau perih saat buang air kecil (Nenk, 2009).
Infeksi vagina terjadi ketika organism hidup sangat kecil (disebut
trichomonad) masuk kedalam vagina, biasanya setelah hubungan kelamin
dengan pria yang terinfeksi. Trichomonas menginfeksi sekitar 1 dalam 10
wanita. Organisme ini seukuran dengan sel darah putih dan mempunyai “bulu
getar” serta sebuah ekor yang sangat kuat. Pada kebanyakan wanita jamur ini
hidup dalam saluran vagina yang seperti beledu dan tidak menimbulkan
gejala. Pada kebanyakan pria hidupnya dalam saluran kencing di penis.
Tetapi pada beberapa wanita karena sejumlah alasan yang tidak diketahui, ini
menyebabkan gatal-gatal di vagina dan vulva yang cukup parah (Llewellyn,
2005).
c. Bacterial vaginosis
Infeksi oleh Gardnerella yang berinteraksi dengan hasil baksil anaerobic yang
biasanya terdapat divagina. Keputihan itu encer, mempunyai bau amis yang
tajam, dan berwarna abu-abu kotor, inidisebut “amine vaginosis” karena
amine diproduksidan menghasilkan bau amis.
d. Virus HPV (Human Papiloma Virus) dan Herpes Simpleks
Sering ditandai dengan kondiloma akumminato atau tumbuh seperti jengger
ayam, cairanberbautanpadisertairsagatal (Llewellyn,2005).
Menurut Stiaputri (2009), Leukhorea patologis juga dapat timbul
karena:
1) Radang yang disebabkan oleh: trikomoniasis, kandidiasis, gonore,
vaginitissenilis, endoservitis akut atau kronis,vaginitis hemofilus
vaginalis.
2) Iritasi benda asing yang disebabkan oleh iritasi vagina
(vaginajelly), adanya benda asing (tampon,IUD)
3) Tumor yang berupa tumor jinak, seperti polip, mioma uteri, kista
atau dapat berupa tumor ganas (kankerserviks).
Biasanya keputihan dapat terjadi pada :
1) Wanita usia subur
2) Wanita yang sedang hamil
3) Wanita dengan berat badan yang berlebih
4) Wanita yang terkena penyakit kencing manis
5) Wanita yang mengidap penyakit kelainan kelamin
6) Para pengguna obat KB dan obat-obatan tertentu
Menurut penelitian tentang Hubungan Pemakaian KB suntik dengan
Kejadian Leukorea di puskesma Duren Semarang pelh Yuni rahayu tahun
2018 di STIKES Anur Purwodadi hasil menunjukan bahwa mayoritas
penggunaa KB suntik >3 bulan adalah mengalami leuokere fifiologi dan
hasil perhitungan menggunakan chi-square diperleh p value 0,009 dimana
0,010 < 0,05 berarti ada hubungan lama pemakaian KB I suntik dengan
kejadian leukorea.
7) Sering berbusana dengan busana sangat ketat
8) Sering memakai atau menggunakan obat pembuilas vagina (kimia)
(Nenk,2009).
3. TANDA DAN GEJALA
Pada keputihan normal gejala dan tandanya sebagian besar berkaitan dengan
siklus menstruasi. Biasanya berupa cairan lengket berwarna kekuningan atau
putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer ataupun kental dan
biasanya pada keputihan yang normal tidak disertai gatal serta akan menghilang
dengan sendirinya.
Sedangkan pada keputihan abnormal gejala dan tandanya biasanya bisa
bervariasi dalam warna, berbau dan disertai keluhan sepertigatal, nyeriatau rasa
terbakardisekitar vagina. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan
pada saluran kencing (Sallika, 2010).
Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau daya tahan
tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim,
walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksiataualatkelaminluar (Nenk,
2009).
4. FAKTOR PENYEBAB
Menurut Purwantyastuti (2004), adapun beberapa penyebab keputihan
antara lain:
a. Infeksi vagina oleh jamur (candida albicans) atau parasite (tricomonas).
Jenis infeksi yang terjadi pada vagina yakni, bacterial vaginosis,
trikomonas, dan Candidiasis. Bacterial vaginosis merupakan gangguan
vagina yang sering ditandai dengan keputihan dan bau tak sedap. Hal ini
disebabkan oleh Lactobacillus menurun, bakteri pathogen (penyebab
infeksi) meningkat, dan PH vagina meningkat.
b. Faktor hygiene yang jelek. Kebersihan daerah vagina yang jelek dapat
menyebabkan timbulnya keputihan. Hal ini terjadi karena kelembaban
vagina yang meningkat sehingga bakteri patogen penyebab infeksi
mudah menyebar.
c. Pemakaian obat-obatan (antibiotik, kortikosteroid, dan pil KB) dalam
waktu yang lama, karena pemakaian obat-obatan khususnya antibiotik
yang terlalu lama dapat menimbulkan sistem imunitas dalam tubuh.
Sedangkan penggunaan KB mempengaruhi keseimbangan hormonal
wanita. Biasanya pada wanita yang mengkonsumsi antibiotic timbul
keputihan.
d. Stres, otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi jika reseptor
otak mengalami stress maka hormonal di dalam tubuh mengalami
perubahan keseimbangan dan dapat menyebabkan timbulnya keputihan.
e. Penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang
dimasukan secara sengaja atau tidak sengaja kedalam vagina, seperti
tampon, obat, kontrasepsi, rambut kemaluan, benang yang berasal dari
selimut, celana dan lainnya. Bisa juga karena luka seperti tusukan,
benturan, tekanan, iritasi yang berlangsung lama. Karena keputihan
seorang ibu bahkan bias kehilangan bayinya. (Suryana,2011).
5. PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
Keputihan dapat dicegah dengan :
a. Selalu cuci daerah kewanitaan dengan air bersih setelah buang air, jangan
hanya menyekanya dengan tisu.
b. Jaga daerah kewanitaan tetap kering.
c. Hindari bertukar celana dalam dengan teman atau saudara.
d. Potonglah secara berkala bulu disekitar kemaluan (Sallika, 2010).
Dalam kasus keputihan pencegahan bisa dilakukan dengan berbagai cara
seperti menggunakan alat pelindung (kondom), pemakaian obat atau cara
profilaksis (pemakaian obat antibiotika disertai dengan pengobatan terhadap jasad
renik penyebab penyakit), dan melakukan pemeriksaan dini (Nenk, 2009).
Penanganan yang dapat dilakukan adalah :
a. Melakukan pemeriksaan dengan alat tertentu untuk mendapatkan gambaran
alat kelamin yang lebih baik, seperti melakukkan pemeriksaan kolposkopi
yang berupa alat optik untuk memperbesar gambaran leher rahim, liang
senggama dan bibir kemaluan.
b. Merencanakan pengobatan setelah melihat kelainan yang ditemukan.
c. Beberapa cara dapat dilakukan, yaitu sebagai penawar saja, obat pemusnah
atau pemungkas, dan melakukan penghancuran lokal pada kutil leher rahim,
liang senggama, bibir kemaluan, atau melakukan pembedahan.
d. Obat-obat penawar misalnya betadine vaginal kit, intima, dettol, yang sekadar
membersihkan cairan keputihan dari liang senggama, tidak membunuh
kuman penyebabnya. Selain itu dapat dilakukan penyinaran dengan radioaktif
atau penyuntikan sitostatiska, sedangkan obat pemusnah misalnya vaksinasi,
tetrasiklin, penisilin, thiamfenikol, doksisiklin, eritromisin, flukoonazole,
metronidazoole, enystatin dan sebagainya. Karena itu, lebih baik mencegah
dari pada mengobati (Nenk, 2009).
Sering kali wanita merasa mampu mengenali sendiri bahwa sedang menderita
keputihan tanpa merasa perlu memeriksakan diri ke dokter untuk memperoleh
pemeriksaan secara lebih detail, namun langsung diobati sendiri dengan obat-
obatan keputihan yang dijual bebas. Pada kasus ini, tindakan tersebut cukup
beresiko, karena apabila kurang tepat dalam pengenalan penyakitnya dapat
menyebabkan kurang tepat pula obat yang dipilih, sehingga selain efektifitas
terapi tidak tercapai juga akan beresiko pada munculnya resistensi sehingga jamur
semakin kebal dengan obat.
B. TINJAUAN TEORI KEBIDANAN
1. PENGERTIAN
Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai dari pengumpulan data, analisadata, diagnose kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Essawibawa,2011).
2. DATA SUBYEKTIF
Data subyektif adalah informasiyang dicatat mencakup identitas, keluhan
yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien
(anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (alloanamnesis)
(Hidayat,2008). Pada data subyektif meliputi :
1. Biodata pasien
Nama Untuk mengenal dan mengetahui pasien
(Nursalam, 2009).
Umur Untuk mengetahui adanya factor resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikisnya belum siap.
Ditulis dalam tahun. Pada kasus gangguan
system reproduksi ibu dengan Leukhorea ini
biasanya dialami oleh wanita menarche hingga
masa premenopouse (Varney, 2006).
Agama Untuk memberikan motivasi dan dorongan moril
sesuaiapa yang dialami (Ety, 2011).
Suku/ Untuk mengetahui factor bawaan atau Ras
bangsa (Nursalam, 2009).
Pendidikan Untuk mengetahui latar belakang, tingkat
pendidikan dan pengetahuan (Ety, 2011). Pada
kasus gangguan system reproduksi Leukhorea
biasanya ditemukan pada ibu yang memiliki
tingkat pendidikan rendah (Ety, 2011).
Pekerjaan Untuk mengetahui status sosial ekonomi (Ety,
2011).
Alamat : Untuk mengetahui lingkungan, tempat tinggal dan
karakteristik masyarakat (Ety, 2011).
2. Keluhan utama
Alasan wanita tersebut mengunjungi tenaga kesehatan di klinik, kantor,
kamar gawat darurat, pusat pelayanan persalinan, rumah sakit atau
rumahnya, seperti yang di ungkapkan dengan kata – katanya sendiri (dapat
berhubungan dengan system tubuh) (Essawibawa, 2011).Padakasus
Leukhorea keluhan utamanya ibu merasa tidak nyaman sehubungan celana
dalamnya selalu basah dan keluarnya cairan berupa lender yang kental,
berwarna kuning hingga keabu-abuan, gatal dan berbau dari kemaluanya
dalam jumlah yang banyak, ruam pada kulit dan merasa sakit dan panas saat
berkemih (manuaba,2009).
3. Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi meliputi umur menarche, frekuensi menstruasi,
lama menstruasi, banyaknya darah yang keluar, gangguansewaktu
menstruasi (Essawibawa, 2011).
4. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan, berapa kali
menikah, dan pernikahan pertama pada usia berapa apakah merupakan
faktor predisposisi (Imamah, 2012).
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Disajikan dalam bentuk table yang berisi tentang berapa kali ibu
hamil, umur kehamilan selama hamil, tanggal lahir bayi, jenis
persalinan, tempat persalinan, penolong persalinan dan penyulit.
Keadaan anak dan nifas yang lalu berisi mengenai jenis kelamin putra
putri ibu, berat badan waktu lahir, panjang badan waktu lahir, keadaan
anak sekarang, riwayat laktasi, perdarahandanlamanyaibunifas
(Essawibawa, 2011).
6. Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah alat kontrasepsi yang pernah digunakan ibu
yang mungkin berpengaruh terhadap penyakitnya (imamah, 2012).
Padakasus Leukhorea ini biasanya terjadi pada ibu yang menggunakan
alat kontrasepsi Pil atau IUD (Wiknjosastro, 2006).
7. Riwayat kesehatan menurut Essa wibawa (2011), yang meliputi :
Untuk mengetahui apakah ibu menderita penyakit jantung, ginjal,
asma/TBC, hepatitis, DM, hipertensi, dan epilepsy serta penyakit
sistemik lain seperti penyakit kelamin diantaranya bacterial vaginosis,
trikomonas, dan candidiasis (Purwantyastuti, 2004).
8. Pola kebiasaansehari-hari
Pola nutrisi : mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi
pada pasien dengan mengamati adakah
penurunan berat badan atau tidak pada pasien
(Susilawati, 2008).
Pola eliminasi : Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu
BAK dan BAB (Varney, 2007). Pada Kasus
Leukhorea terkadang ibu merasa panas saat
kencing (Abidin, 2009).
Pola istirahat : Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur
siang dan berapa lama ibu tidur malam
(Essawibawa, 2011).
Aktifitas : Untuk mengetahui aktifitas ibu sehari- Hari
(Ety, 2011).
Personal hygiene : Untuk mengetahui kebersihan tubuh yang
meliputi frekuensi mandi, gosok gigi, ganti baju
atau pakaian dalam, keramas, dan cara
membersihkan alat genetalianya (Essawibawa,
2011). Pada kasus gangguan reproduksi
Leukhorea biasanya sering ditemui pada ibu
yang memiliki kebiasaan personal hygiene
yang jelek (Purwantyastuti, 2004).
Pola hubungan seksual : Untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan
hubungan seksual dalam seminggu dan ada
atau tidaknya keluhan (Essawibawa, 2011).
Pada kasus gangguan reproduksi Flour
Albus biasanya ibu merasa tidak
nyaman dengan keadaannya karena cairan
yang keluar dari vaginanya berlebihan dan
terasa gatal (Abidin,2009).
9. Data psikologis
Digunakan untuk mengetahui perasaan ibu menghadapi gangguan reproduksi
dengan keputihan sekarang ini (Nursalam, 2008). Pada kasus gangguan
reproduksi Leukhorea ini biasanya didapatkan data psikologisnya adalah ibu
merasa cemas dengan keadaannya (Abidin,2009).
3. DATA OBYEKTIF
Data obyektif adalah pencatatan yang dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus kebidanan, dan data penunjang(Hidayat, 2008).
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik,
sedang, buruk, kemudian tingkat kesadaran dan
keadaan emosional (Nursalam, 2009). Pada kasus
gangguan reproduksi Leukhorea didapatkan keadaan
umum ibu sedang.
Kesadaran : Untuk mengetahui tingkatan Kesadaran ibu yang
terdiri dari kesadaran composmentis (yaitu kesadaran
normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya), kesadaran
apatis yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak
acuh), kesadaran delirium (yaitu gelisah, disorientasi
(orang, tempat,tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal) (Rizky, 2010). Pada kasus
gangguan reproduksi Flour Albus didapatkan
kesadaran ibu composmentis. waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal),
kesadaran somnolen (yaitu kesadaran menurun,
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan)
Tanda vital :
Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor risiko hipertensi
/hipotensi dengan satuan mmHg. Tekanan darah
normal 110/80 sampai 140/90 mmHg (Saifuddin,
2002).
Suhu : Untuk mengetahui suhu badan apakah ada
peningkatan atau tidak. Suhu tubuh normal 35,6º C
sampai 37,6º C (Wiknjosastro, 2006).
Nadi : Untuk mengetahui denyut nadi pasien dengan
menghitung dalam 1 menit adalah 60 – 100x /
menit (Saifuddin, 2002).
Respirasi : Untuk mengetahui pernafasan pasien dalam waktu
1 menit. Sedangkan normalnya pernafasan dalam 1
menit adalah 20-24 x / menit (Saifuddin, 2002).
Pemeriksaan Sistematis:
a) Kepala
Rambut : Untuk mengetahui rambut bersih tidak rontok atau tidak,
berketombe tidak (Ety, 2011).
Muka : Untuk mengetahui ada oedema apa tidak, anemis atau tidak,
pucat atau tidak (Ety, 2011).
Mata : Untuk mengetahui apakah ada konjungtiva warna merah muda
atau anemis dan sklera warna putih atau ikterik (Ety, 2011).
Hidung : Untuk mengetahui ada polip atau tidak, ada lendir atau tidak
(Ety, 2011).
Telinga : Untuk mengetahui adanya serumen atau Tidak (Ety, 2011).
Mulut dan gigi : Untuk mengetahui lidah bersih atau kotor, ada stomatitis
atau tidak, apakah gigi bersih atau ada caries (Nursalam, 2009).
b) Leher : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjarthyroid dan
pembesaran kelenjar getah bening (Nursalam, 2008).
c) Dada : Untuk mengetahui apakah ada retraksi dada kanan, kiri saat bernafas
sama dan apakah payudara kanan dan kiri simetris atau tidak (Nursalam,
2008).
d) Abdomen : Apakah ada jaringan parut atau bekas operasi, dan adanya nyeri
tekan (Wiknojosastro, 2006).
e) Anogenital
Vulvadanvagina : bentukgenetalia,pengeluaran (warna, bau, jumlah
dan karakter) ada tidaknya varices, ada atau idaknya
kemerahan, nyeri tekan, dan pembesaran kelenjar
bartholini (Essawibawa,2011). Pada kasus Leukhorea
didapatkan hasil pemeriksaan terlihat secret vagina
berwarna putih menggumpal, berwarna kuning hingga
putih keabu-abuan (Abidin, 2009).
Inspeculo : Pemeriksaan dalam yang dilakukan untuk
mengetahui keadaan portio dan servik serta
pengeluaran pervaginam (Widjanarko, 2011).
Pemeriksaan dalam : Pemeriksaan dalam (vagina toucher dan inspekulo)
dikaji untuk mengetahui kondisi vagina urethra,
dinding vagina, portio, Orifisium urethra eksterna,
korpus uteri, pengeluaran, dan discharge (Essawibawa,
2011).
Anus : Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak (Nursalam,
2008).
Ekstremitas : Apakah ada varices atau Tidak, Apakah ada oedema atau
tidak (Nursalam, 2008).
Pemeriksaan penunjang : Data penunjang diperlukan sebagai pendukung
diagnosa, apabila diperlukan misalnya pemeriksaan
laboratorium (Varney, 2007)
4. ANALISA
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan
(Essawibawa, 2011). Diagnosa kebidanan sendiri didapat dari Data dasar yang
terdiriatas Data subyektifdan Data obyektif. Diagnosa yang dapat ditegakkan
adalah ”Ny ... P ... A umur... tahun dengan gangguan system reproduksi dengan
Leukhorea”.
5. PENATALAKSANAN
Menurut Abidin (2009), rencana asuhan yang diberikan pada gangguan
reproduksi dengan Leukhorea diantaranya:
1. Jelaskan pada klien tentang kondisinya. Ibu dalam kondisi normal dengan TD
120/80mmHg. Nadi 80x/menit, Suhu 36,5◦C, Pernafasan 24x/menit, dengan
keputihan yang tidak berbau.
Hasil : Ibu merasa lega mengetahui keadaanya.
2. Beri KIE tentang Leukhorea, Keputihan/Leukhorea adalah semacam silim yang
keluar terlalu banyak, warnanya putih seperti sagu kental dan agak kekuning-
kuningan. Keputihan bisa dikategorikan normal yaitu berkaitan dengan siklus
menstruasi, yang terjadi menjelang ataupun setelah menstruasi atau bisa juga
keluar saat kita sedang mengalami stress atau kelelahan.
Tanda dan Gejalanya biasanya berupa cairan lengket berwarna kekuningan
atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer ataupun kental dan
biasanya pada keputihan yang normal tidak disertai gatal serta akan menghilang
dengan sendirinya. Sedangkan pada keputihan abnormal gejala dan tandanya
biasanya bisa bervariasi dalam warna, berbau dan disertai keluhan seperti gatal,
nyeri atau rasa terbakar disekitar vagina. Infeksi ini dapat menjalar dan
menimbulkan peradangan pada saluran kencing.
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
3. Jelaskan bagaimana cara membersihkan daerah pribadi dan genitalnya agar tetap
bersih dan kering, yaitu dengan cara :
1) Menggunakan pakaian longgar dan berbahan katun, karena pakaian
yang longgar dan berbahan katun dapat menyerap keringat dan
menjaga sirkulasi udara di area vagina. Sehingga vagina tetap kering
sepanjang hari dan jauh dari lembab yang dapat menyebabkan iritasi.
2) Mengganti pakaian setelah olahraga, pakaian yang tidak diganti akan
menyebabkan infeksi jamur.
3) Membersihkan alat genitalia dengan tepat, yaitu dari depan ke
belakang, bukan sebaliknya karena untuk mencegah bakteri sisa
kotoran didubur menempel divagina.
4) Rutin memotong rambut vagina, semakin pendek rambut vagina,
semakin kecil kemungkinanya berbau dan terjangkit infeksi.
5) Konsumsi makanan tertentu, makanlah buah yang tepat, terutama
yang kaya akan gula alami seperti apel, manga, dan lainnya, Karena
mereka memiliki efek positif pada aroma vagina. Kurangi
mengonsumsi buah dan sayuran yang dapat menyebabkan bau,
seperti bawang bombai dan bawang putih.
6) Perhatikan kebersihan saat menstruasi,pastikan anda sering
mengganti pembalut saat sedang menstruasi setidaknya ganti 3x
sehari untuk mencegah bakteri dan rasa gatal yang timbul pada
vagina. Hindari menggunakan pembalut atau pantyliner lebih dari 6
jam untuk mencegah iritasi kulit.
7) Hindari mencuci vagina dengan sabun, sebab penggunaan sabun
dapat mengganggu keseimbangan yang bias menyebabkan infeksi,
iritasi, dan bau tak sedap divagina.
Hasil : Ibu mengerti, dan dapat menyebutkan kembali 3 dari 7 cara
membersihkan vagina.
4. Berikan terapi pada keputihannya. Obat untuk Leukhorea karena iritasi vagina
:Antibiotik (Amoxilin500mg), estrogen (premarin50mg).
Amoxilin digunakan untuk meredakan infeksi yang terjadi karena bakter dan
jamur.
Premarin digunakan untuk terapi penyembuhan luka yang menyebabkan rasa
gatal akibat keputihan.
Hasil : Diharapkan terapi tersebut dapat meredakan rasa tidak nyaman
yang dialami ibu.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini diperoleh data NY L umur 25 tahun P1A0.ibu mengatakan


menalami keputihan agak gatal, bau khas berwarna putih kental, menurut Handayani,
2008 Keputihan/Leukhorea adalah semacam silim yang keluar terlalu banyak, warnanya
putih seperti sagu kental dan agak kekuning- kuningan Keputihan cairan putih yang keluar
dari liang senggama secara berlebihan. Tanda– tanda keputihan normal adalah jika cairan
yang keluar tidak terlalu kental, jernih, warna putih atau kekuningan jika terkontaminasi
oleh udara, tidak disertai rasa nyeri, dan tidak timbul rasa gatal yang berlebih dan
Keputihan patologis dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan,
liang senggama, mulut rahim, dan jaringan penyangga juga penyakit karena hubungan
kelamin) (Manuaba,2009 dari hal tersebut NY L masih dalam kategori keputihan fisiologis
karena NY L keputihan nya masih berwarna puti belum berubah menjadi warna kunging
kental atau hijau kental.
NY L mengatakan dahulu haid nya teratur 28 hari siklusnya dan merasa nyeri saat
hari pertamanamun saat ini tidak haid karena menggunakan KB suntik 3 bulan sudah 1 tahun
dan nyaman menggunakan KB suntik ini menurut Nenk,2009.keputihan bisa terjadi pada,
wanita usia subur, wanita yang sedang hamil, wanita dengan berat badan yang berlebih,
wanita yang terkena penyakit kencing manis, wanita yang mengidap penyakit kelainan
kelamin, para pengguna obat KB dan obat-obatan tertentu. Dan menurut penelitian tentang
Hubungan Pemakaian KB suntik dengan Kejadian Leukorea di puskesma Duren Semarang
pelh Yuni rahayu tahun 2018 di STIKES Anur Purwodadi hasil menunjukan bahwa
mayoritas penggunaa KB suntik >3 bulan adalah mengalami leuokere fisiologi dan hasil
perhitungan menggunakan chi-square diperleh p value 0,009 dimana 0,010 < 0,05 berarti ada
hubungan lama pemakaian KB suntik dengan kejadian leukorea. Dari hal tersebut sesuai
denganteori danjurnal bahwa NY L sedang menggunakan KB Hormonal yaitu suntik jadi
tidak ada kesenjangan antara teori tersebut
NY mengatakan menikah 1 kali tidak berganti ganti pasangan dan pada pola
pemenuhan kebutuhan seahri hari untuk pola makan NYL tidak ada masalah sauran nasi
proein terpenuhi, dan ibu mengatakan ganti celana dalam 1 kali sehari. Menurut
(Suryana,2011) faktor penyebab keputihan antara lain: Infeksi vagina oleh jamur (candida
albicans) atau parasite (tricomonas). Jenis infeksi yang terjadi pada vagina yakni, bacterial
vaginosis, trikomonas, dan Candidiasis. Bacterial vaginosis., faktor hygiene yang jelek,
pemakaian obat-obatan (antibiotik, kortikosteroid, dan pil KB) Stres, otak mempengaruhi
kerja semua organ tubuh, penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang
dimasukan secara sengaja atau tidak sengaja kedalam vagina. Hal tersebut NY L hanya
meganti celana dalam 1 kali sehari hal tersebut merupakan factor hygiene yang jelek diman
normalnya ganti celana dalam adalh 3-4 kali sehari atau ketika basah dan kotor.NY L
perlunya pendidikan kesehtan tentang kebersihan alat kelamin.
Pada pemeriksaan obyektif TD 100/80 nadi 87 x/m, R 24 kali permenit, 36,7 C,
pada pemeriksan vulva ditemukan secret yang berwanra putih kental agak bau namun
sekarang ibu tidak merasakan gatal. menurut Abidin, 2009 Pada kasus Leukhorea
didapatkan hasil pemeriksaan terlihat secret vagina berwarna putih menggumpal, berwarna
kuning hingga putih keabu-abuan. Hal Tersebut seuai teori ditemukanya secret pada vulva
berwarna putih tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
Pada analisa NY L P1A0 dengan flouro albus dilakukan pemeriksaan penunjang
yaitu pemeriksan pap smear dengan hasil dengan hasil iva negative. Hal tersebut dilakukan
karena NY L juga ingin mengetahui apakah mulut Rahim NYL bermasalah atau tidak dan
hasilnya adalah negate berarti NYL mulut Rahim dalam keadaan sehat. Kepuihan terjadi
karena berbagai factor penyebab sehingga ibu harus lebih sensitive terhadap pengetahuan
tentang keputihan dan bagaimana cara mengatasinya .
Pada analisa NY L P1A0 mengalami flouro albus atau keputihan dengan keluhan
aga gatal dan berwarna putih kebutuhan yang perlu di berikan adalah pendidikan kesehatan
tentang keputihan dan bagaimana cara mengatasinya
Pada penatalaksanan dari analisa tersebut adalah dengan meberitahu hasil
pemeriksaan memeberitahu tentang keputihan cara mengatasinya , pola makan yang baik,
dan kebersihan yang perlu di perhatikan untuk mengganti celana dalam 3-4 kalli sehari agar
tidak lembab tetap kering dan tidak usahmenggunakan obat pencuci vagina karena dapat
membunuh bakteri baik di alat kelamin dan dikeringkan menggunakan tissue. Disini belum
diberikan obat karena bidan harus melihat perkembangan pola ssehari hari terlebih dahulu
jika kebiasaan sehari hari yang berubah menjadi baik maka keputihan akan normal dengan
sendiri nya. Jika belum membaik maka NYL segerak kepelayanan kesehatan untuk mendapat
kan penangan.
Pada catatan perkembangan dilakukan 3 hari setelah pemeriksaan awal .
Didapatkan data bahwa NYL msih menegluh mengeluarkan cairan lender berwarna
putih agak bau, dan gatal, dari hal tersebut NYL diberikan obat sesuai anjuran bidan
senior yaitu diberikan terapi keputihan. Antibiotik (Amoxilin500mg), estrogen
(premarin50mg).Amoxilin digunakan untuk meredakan infeksi yang terjadi karena bakter
dan jamur.Premarin digunakan untuk terapi penyembuhan luka yang menyebabkan rasa
gatal akibat keputihan. Dan mengingatkan kembali mengenai keersihan yang harus di
lakukan untuk kesembuhannya.dan menganjurkan kunjungan ulang jika ada masalah atau
keluhan ke tenaga kesehatan.
.
Pada catatan perkembangan\ kedua dilakukan 4 hari setelah pemeriksaan
kedua. Didapatkan data bahwa NYL sudah tidak mengalami keutihan . dan bidan
hanya mengingtakan kembaliuntuk tetap menjaga kebersihan agar tidak keputihan yang parah.
Dan pola makan yang baik bergizi akan membantu mengurangi keputihan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. L P1A0 umur 25
tahun dengan gangguan system reproduksi Leukhorea, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Pada pengkajian Ny.L dengan gangguan system reproduksi Leukhorea
didapatkan data subyektif dan obyektif. Data subyektif diperoleh dari hasil
wawancara pasien, dimana keluhan utama adalah ibu datang ke Puskesmas
dengan keluhan mengalami keputihan sering keluar lender dan merasa sedikit
gatal pada alat kelaminnya, sedangkan data obyektif diperoleh dari pemeriksaan
fisik yaitu keadaan umum baik, Tekanandarah 120/80 mmHg, Nadi 80 x/menit,
Respirasi 24 x/menit, Suhu 36,5°C, pada pemeriksaan fisik didapat tidak ada
kemerahan, lembab, cairan berwarna putih, tidak ada erosi, tidak ada benjolan,
berbau khas.
Dalam analisa data didapatkan diagnose pada Ny. Ny. L P1A0 umur 25 tahun
dengan leukhore fisiologis.
Pada kasus Ny. L dengan keputihan fisiologis, tidak ditemukan diagnosa
potensial berupa infeksi vagina karena tidak ada gejala yang mengarah pada
infeksi vagina seperti adanya nyeri, panas, merah, bengkak dan kerusakan
jaringan pada vagina.
Pelaksanaan dalam asuhan kebidanan pada kasus Ny. L dengan keputihan
fisiologis ini dapat dilakukan sesuai dengan perencanaan.

B. Saran
Pasien diharapkan setelah ini bisa lebih mengerti tentang kesehatan
reproduksi dan mengenali adanya tanda – tanda infeksi khususnya pada daerah
kewanitaannya. Pasien mempunyai hak untuk menanyakan sejelas jelasnya
tentang hal-hal yang berhubungan dengan keadaan keputihan yang
dialaminya sekarang kepada tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.
Sebaiknya profesi bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
khususnya dalam asuhan kebidanan ibu dengan gangguan sistemr eproduksi
Leukhorea lebih difokuskan lagi karena masih banyak kasus Leukhorea yang
dianggap sepele, yang bahkan hal tersebut sebenarnya memberikan gambaran
mengenai gejala penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Ety, Sukaryati. Dkk. 2011. Senam Hamil, Senam Nifas dan Terapi. Jakarta: Trans Info
Media
Handayani, Tri Asih. (2008). Memberantas dan mengobati keputihan,
http://sangwanita.blogspot.com. Di akses 28 Juli 2016
Hidayat, A.A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Cetakan Ketiga. Jakarta:
SalembaMedika
Imamah, S.N. 2012. Asuhan Kebidanan Suspect Karsinoma Uteri. Jakarta
Manuaba, I.B.G. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawiroharjo. Sianturi, M.H. 2004.
Keputihan. Jakarta : FKUI
Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam.2009. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Purwantiastuti, (2004). Penyakit terapi dan obatnya. Intisari Mediatama.
Sallika,NS. 2010. Serba-serbi Kesehatan Perempuan. Cetakan ke-2.
Tana, Susilawati. 2008. Infeksi Menular Seksual. Yogyakarta: Pusat Stud Kependudukan
Dan Kebijakan UGM KerjaSamaDengan Ford Foundation
Varney, H. 2009. Manajemen Kebidanan. Jakarta: EGC
2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
2006. Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Widyastuti, yani dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya
Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo

Anda mungkin juga menyukai