Oleh :
a. Anatomi Vagina
Vagina merupakan kanal fibromuskular yang elastis dan
mengarah ke atas dan ke belakang dari vulva ke uterus, paralel
dengan permukaan pintu atas panggul. Dinding vagina saling
berdempetan, kecuali pada bagian atasnya tempat serviks
menyembul ke vagina. Dinding posterior vagina panjangnya 9 cm,
dan dinding anterior vagina panjangnya sekitar 7,5 cm karena
posisi serviks yang demikian. Tonjolan serviks ke vagina memiliki
empat resesus atau fornices (bentuk tunggalnya forniks), yaitu
forniks anterior, posterior, dan lateral.
Dinding vagina terdiri atas empat lapisan :
1) Lapisan dalam epitel skuamosa, membentuk lipatan atau rugae
yang memungkinkan vagina menggembang luas sehingga janin
dapat lewat
2) Lapisan jaringan ikat yang berisi pembuluh darah
3) Lapisan otot yang terdiri atas lapisan otot longitudinal di luar
dan lapisan otot sirkuler di sebelah dalam
4) Lapisan luar jaringan ikat, berhubungna dengan organ-organ
lain dalam panggul, termasuk pembuluh darah, pembuluh
limfe, dan serabut saraf
Dinding vagina tidak memiliki kelenjar, namun
kelembapannya di jaga oleh sekret kelenjar servikal dan adanya
rembesan cairan dari kapiler darah. pH cairan ini asam yaitu 3,8 -
4,5, dan berfungsi untuk menjagakuman komensal vagina yaitu
basil Doderlein. Kuman komensal ini memakan glikogen, yang
terdapat di dinding vagina, dan mengubahnya menjadi asam
laktatsehingga melindungi vagina dan genitalia in ternal lainnya
dari infeksi. Kadar glikogen juga turut berubah mengikuti kadar
hormon ovarium. Keseimbangna asam ini dapat terganggu saat
kehamilan, sebelum pubertas, selama dan setelah menepous,
sehingga menyebabkan mikroorganisme patogen berkembang
dengan mudah dan meningkatkan kemungkinan infeksi vagina.
Di depan vagina, terdapat kandung kemih dan uretra. Di
belakang vagina setinggi serviks, terdapat ruang peritonium, di
sebut kavum Douglas. Di belakang dinding posterior vagina juga
terdapat rektum. Korpus perineal, yang menyangga organ
panggul, terletak di bawah introitus vagina.
Suplai darah vagina berasal dari arterihemoroidales media,
arteri uterina, dan arteri vaginalis, yang semuanya ini merupakan
cabang arteri iliaka internal. Aliran vena berjalan menuju vena
iliaka internal. Persarafan vagina berasal dari pleksus sekral dan
saraf pudendal. Aliran limfe berjalan menuju nodus limfe ilaka
dan nodus limfe inguinal.
b. Fisiologi vagina
Fungsi vagina yaitu :
1) Sebagai tempat tumpahan dan jalan lintasan spermatozooa
selama senggama
2) Sebagai jalan keluar bagi janin dan produk konsepsi
lainnya
3) Menjadi jalan keluar aliran menstruasi
4) Sebagai sawar terhadap infeksi asendens
Orifisium Vagina
Orifisium vagina, atau introitus, terletak anatara dua pasang labia
yang biasanya disebut dengan vestibulum. Orifisium vagina terletak di
belakang orifisium uretra bagian dari sistem perkemihan. Orifisium vagina
di tutupi oleh membran kulit yang di sebut himen, yang memberikan
perlindungan untuk vagina dan organ internal lainnya pada sistem
reproduksi. Himen ruptur saat kejadian koitus pertama kali, walaupun
mungkin juga ruptur sebelumnya karena aktifitas fisik (seperti
menunggang kuda), atau menggunakan tampon. Sisa himen biasanya dapat
dilihat sebagai jaringan kecil, yang di sebut carunculae myrtiformes.
Saat memasuki orifisium vagina, terdapat sepasang kelenjar duktus
bartholini. Kelenjar ini bermuara ke vagina dan menyekresi mucus untuk
melembabkan genetalia eksternal. Di vestibulum, disamping orisium
uretra, juga terdapat kelenjar lain, kelenjar Skene, yang juga menyekresi
mucus untuk melembabkan genetalia eksternal.
3. Penyebab
Banyak faktor yang bisa menyebabkan vaginitis. Tetapi pada sebagian
besar kasus, vaginitis disebabkan oleh infeksi baktersi. Keberadaan bakteri
di vagina sebenarnya adalah hal yang normal, selama jumlahnya
seimbang. Vaginitis terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara jumlah
bakteri ‘baik’ dan bakteri ‘jahat’ di vagina (alodokter. 2019).
Selain karena infeksi bakteri, penyebab lain vaginitis adalah:
a. Infeksi jamur, akibat perkembangan jamur yang berlebihan di vagina.
b. Iritasi atau reaksi alergi pada vagina, misalnya akibat penggunaan
pembersih kewanitaan.
c. Penyakit menular seksual, seperti trikomoniasis, klamidia, dan herpes
genital.
d. Penipisan dinding vagina akibat penurunan kadar estrogen, misalnya
setelah menopause atau setelah operasi pengangkatan rahim
(histerektomi).
4. Gejala
4. Pencegahan
a. Selalu menjaga kebersihan diri dan wilayah genital
b. Menggunakan pakaian dalam yang bersih dan kering
c. Tidak berganti-ganti pasangan atau setia pada pasangan hidup
d. Mengonsumsi makanan yang bergizi dan menerapkan pola hidup yang
sehat
e. Memperkuat daya tahan tubuh
f. Menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya vaginitis dan
vulvitis
5. Penatalaksanaan
Perempuan yang mengalami berulang Vulvovaginal Candida
albicans melakukannya karena infeksi persisten, daripada infeksi ulang.
Tujuan dari perawatan dalam situasi ini adalah untuk menghindari
pertumbuhan berlebih dari kandida yang mengarah ke gejala, daripada
harus mampu mencapai pemberantasan menyelesaikan atau
menyembuhkan.
Ada beberapa bukti bahwa langkah-langkah berikut dapat
membantu:
a. Kapas atau uap air-wicking pakaian dalam dan pakaian longgar,
menghindari stoking nilon.
b. Perendaman dalam garam mandi. Hindari sabun
c. Menggunakan pembersih non-sabun atau krim untuk mencuci
berair.
d. Terapkan hidrokortison krim untuk mengurangi gatal dan
mengobati sekunder dermatitis mempengaruhi vulva.
e. Perlakukan dengan krim anti jamur sebelum setiap periode
menstruasi dan sebelum terapi antibiotik untuk mencegah kambuh.
Sebuah perjalanan panjang sebuah antijamur topikal agen kadang-
kadang diperlukan (tapi hal ini mungkin sendiri menyebabkan
dermatitis atau hasil dalam non-proliferasi candida albicans).
f. Anti jamur oral obat-obatan (itrakonazol atau flukonazol) dapat
diambil secara teratur dan sebentar-sebentar (misalnya sekali
sebulan). Dosis dan frekuensi yang cukup bervariasi, tergantung
pada keparahan gejala. Oral agen antijamur mungkin tidak sesuai
pada kehamilan. Mereka membutuhkan resep.
g. Asam borat (boraks) 600mg sebagai supositoria pada malam hari
dapat membantu untuk mengasamkan vagina dan mengurangi
kehadiran khamir (albicans dan non-candida albicans).
Langkah-langkah berikut belum ditunjukkan untuk membantu :
a. Perawatan pasangan seksual - laki-laki mungkin mendapatkan
singkat reaksi kulit pada penis, yang membersihkan cepat
dengan krim antijamur. Memperlakukan laki-laki tidak
mengurangi jumlah episode kandidiasis pada pasangan wanita
mereka.
b. Khusus gula rendah, rendah ragi atau yoghurt tinggi diet
c. Menempatkan yoghurt dalam vagina
d. Obat alami (dengan pengecualian asam borat)
PENGKAJIAN
ASUHAN KEBIDANAN VAGINITIS /VULVOVAGINITIS
2. Data Objektif
Data yang menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik, laborat, test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung diagnosa yang ditegakkan.
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik / lemah
Kesadaran : Composmentis
TD : Normalnya 100/60 s/d 130/90 mmHg
N : Normalnya 70 – 90 x/menit
RR : Normalnya 16 – 24 x/menit
S : Suhu badan klien vulvavaginitis mungkin normal (36-
37ºC)/meningkat
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Mata : bagaimana keadaan dari dan konjungtiva (anemis/tidak)
Leher : apakah ada pembesaran kelenjar vena jugularis dan
kelenjar limphe
Genetalia :
a) Terdapat leukorea yang encer sampai kental, bewarna
kekuningkuningan dan agak berbau. (Terjadi pada usia
reproduksi dengan pola seksual yang sering) →
Trikomonas
b) Terdapat leukorea berwarna keputih-putihan dan vulva,
pada dinding vulva dan vagina juga terdapat membran-
membran kecil berwarna putih (Terjadi pada
anak/pubertas dan juga pada masa reproduksi) → Kandida
albicans
c) Terdapat leukorea berwana putih bersemu kelabu,
kadangkadang kekuningan dengan bau yang kurang sedap
→ Hemofilus vaginalis vaginitis
d) Terdapat leukorea dan terlihat vulva dan vagina kering
(Terjadi pada masa menopuose) → Vulvovaginitis
atrofikans
e) Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia
perkembangan klien
f) Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura,
leokoplakia dan eksoria
g) Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap
pemebengkakan ulkus, keluaran dan nodul
2) Palpasi
Leher : apakah ada pembesaran kelenjar vena jugularis, ataupun
pembesaran kelenjar lymphe.
- Raba dinding vagina: Nyeri tekan dan nodula
- Serviks: posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan
nyeri tekan
- Uterus: ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas
- Ovarium: ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi dan nyeri
tekan
c. Pemeriksaan Bimanual
Pemeriksaan dilakukan dalam posisi litotomi, tangan kiri
menekan abdomen bagian bawah. Pada pemeriksaan dalam
dapat ditemukan duh tubuh vagina kental berwarna keabuan.
Bila terjadi penyakit radang panggul, dapat ditemukan nyeri
goyang porsio.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada seluruh wanita di
atas 12 tahun dengan gejala vulvavagina atau dengan indikasi:
1) Kegagalan terapi empiris fluor albus
2) Gejala vulvavagina rekuren
3) Wanita hamil
4) Pasangan seksual positif infeksi menular seksual lain
5) Pasangan seksual sesama wanita
Pemeriksaan penunjang baku emas untuk diagnosis
bakterial vaginosis adalah pemeriksaan duh tubuh vagina dengan
pewarnaan Gram. Hasil pemeriksaan disesuaikan dengan Kriteria
Nugent ataupun Kriteria Hay-Ison. Pemeriksaan lain dapat
dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding atau mendeteksi
adanya infeksi menular seksual penyerta (Alomedika, 2017).
Laboratorium
3. Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding bakterial vaginosis antara lain
vaginitis inflamasi deskuamatif, kandidiasis vulvovagina, trikomoniasis,
klamidia, gonorrhea, dan servisitis.
1) Vaginitis Inflamasi Deskuamatif
Vaginitis inflamasi deskuamatif atau Desquamative
Inflammatory Vaginitis ditandai duh vagina yang purulen. Pada
pemeriksaan akan ditemukan eritema vagina dan petekie submukosa
pada serviks dan vagina. Pada pemeriksaan penunjang, pH >4,7, tidak
ditemukan clue cell, terdapat sel epitel imatur, serta ditemukan
dominasi basil dan kokus pada pewarnaan Gram.
2) Kandidiasis Vulvovagina
Pada kandidiasis vulvovagina pasien akan mengeluhkan rasa
gatal yang berat dan keluar duh tubuh vagina putih kental seperti susu
atau keju, tidak berbau, dan terasa panas. Pada pemeriksaan
ditemukan eritema vulvovagina dengan sel satelit, edema vulva, dan
pH < 4,5.
3) Trikomoniasis
Pada trikomoniasis, warna duh tubuh kuning atau kehijauan,
berbuih, berbau, disertai nyeri vagina dan terkadang disuria. Pada
pemeriksaan akan didapatkan pH >4,5. Pada pemeriksaan dalam
tampak strawberry cervix appearance.
4) Klamidia
Pasien klamidia sering kali asimtomatik. Klamidia biasanya
terjadi bersamaan dengan infeksi menular seksual lain. Dapat
ditemukan duh tubuh mukopurulen warna kekuningan, dispareunia,
dan dapat disertai demam atau radang panggul.
5) Gonorrhea
Pada gonorrhea, pasien dapat mengeluhkan duh vagina purulen,
tidak berbau, dan dapat disertai perdarahan, dispareunia, atau gejala
traktus urinarius bawah. Pada pemeriksaan duh tubuh vagina akan
didapatkan diplococcus gram negatif.
6) Servisitis
Pada servisitis didapatkan duh mukopurulen. Pada pemeriksaan
dalam akan tampak serviks mudah berdarah, nyeri angkat serviks, dan
adneksa kaku
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bisa dilakukan dengan cara seperti berikut:
a. Menjelaskan pada klien tentang beberapa penyebab terjadinya
keputihan adalah jamur/bakteri (karena kurang bersih dalam menjaga
kebersihan daerah kelamin), atau adanya penyakit lain (tumor).
b. Menjelaskan kepada klien bahwa keputihan dapat terjadi itu secara
normal atau tidak normal. Keputihan yang normal yaitu keputihan
yang terjadi pada saat sebelum menstruasi, pada saat hamil, tetapi
menjadi tidak normal jika pengeluaran lendir secara berlebihan dan
terus menerus, berbau dan biasanya menimbulkan rasa gatal.
c. Menjelaskan kepada klien tentang beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya kekambuhan dari keputihan adalah:
a) Menjaga kebersihan daerah genitalia dengan baik (cebok dari arah
depan kebelakang dengan menggunakan sabun).
b) Mengganti celana dalam, gunakan celana dalam yang katun dan
tipis serta mudah menyerap keringat.
c) Anjurkan kepada suami untuk ikut kontrol serta meminum obat
yang diberikan dokter agar tidak terjadi saling menularkan
penyakit.
d. Menganjurkan kepada klien untuk kontrol secara rutin dan
menghabiskan obat yang diberikan dokter meskipun keluhan sudah
berkurang.
e. Menganjurkan pada klien untuk menjelaskan kembali apa yang telah
dijelaskan oleh petugas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama masa pengobatan
vaginitis dan vulvo viginitis antara lain:
a. Menjaga area kewanitaan agar bersih dan kering. Selalu gunakan sabun
tanpa pewangi untuk membersihkan area kewanitaan.
b. Hindari melakukan vaginal douche (menyemprot vagina dengan air
atau cairan pembersih).
c. Hindari menggunakan produk pembersih area kewanitaan.
d. Kenakan pakaian dalam berbahan katun dan hindari pakaian dalam
terlalu ketat.
e. Jika pengobatan dilakukan menggunakan krim, sebaiknya gunakan
pembalut dan hindari penggunaan tampon saat haid.
f. Bersihkan vagina dari arah depan ke belakang.
g. Hindari menggunakan bahan yang mungkin mengiritasi atau
menyebabkan alergi pada vagina. Misalnya pewangi, panty-liner,
sabun, dan sebagainya.
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
4) Pola eliminasi
- BAB 1 x/hari, konsistensi lunak.
- BAK 5 – 6 /hari, warna kuning jernih.
- Saat BAB dan BAK ibu merasa nyeri
5) Pola Personal hygiene
- Mandi dan gosok gigi 2 x/hari
- Ganti baju dan celana dalam tiap habis mandi, kotor atau basah,
keramas 3 x/minggu
l. Data Psikososial
- Psikologi : Ibu merasa cemas dengan penyakitnya sekarang.
- Sosial : Hubungan ibu dengan keluarga harmonis
- Budaya : Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada
larangan tidak percaya mitos – mitos, jika ada anggota keluarga
yang sakit berobat ke tenaga kesehatan
2. Data Obyektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentiis
Tekanan darah : 120/80 MmHg
Suhu tubuh : 37 C
Nadi : 88X/menit
Genetalia : Terlihat keluar keputihan/cairan kental,berbau,berwarna
kuning kehijauan dan vagina berwarna merah
menyala,vagina iritasi.
3. Analisi
Diagnosa : Ny.N umur 29 tahun PIA0AhI dengan Vaginitis
Masalah : Keputihan banyak kental berwarna kuning kehijauan berbau
dan gatal serta nyeri perut bagian bawah
4. Penatalaksanaa
a. Memberikan privasi selama pemeriksaan ibu sudah merasa aman dan
nyaman
b. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan Memberitahukan hasil
diagnosa pemeriksaan kepada ibu, ibu menerima hasil pemeriksaan dan
tahu bahwa ia terkena vaginitis
c. Menjelaskan tentang penyakit vaginitis yang di derita oleh ibu, ibu
sudah paham bahwa penyakit yang di deritanya di sebabkan oleh
bakteri,jamur dan virus
d. Menjelaskan kepada ibu tentang penyebab dari Vaginitis, ibu sudah tau
dan paham bahwa penyakitnya ini di sebabkan karena infeksi bakteri
sehingga timbul peradangan
e. Memberitahu kepada ibu resiko-resiko penularan terhadap penyakit
vaginitis, ibu sudah paham dan tau bahwa penyakitnya dapat menular
melalui hubungan sexsual
f. Memberikan Motivasi kepada ibu dan harapan masa depan bahwa
penyakit ini masih bisa sembuh dan ada obatnya, ibu mengerti dan
paham apa yang di jelaskan oleh bidan
g. Memberikan terapi obat-obatan pada ibu dan memberi nasehat agar
obatnya di minum, ibu sudah mendapatkan obat dan bersedia untuk
mengkonsumsinya
h. Memberitahu kepada ibu untuk menjaga kebersihan daerah genetalia
karena ini merupakan faktor terpenting, ibu sudah tau dan mau menjaga
kebersihan daerah genetalianya.
PENUTUP
KESIMPULAN
Vaginitas adalah peradangan yang terjadi karena perubahan
keseimbangan normal bakteri yang hidup disana. Tanda atau gejala paling
umum adalah munculnya cairan yang berwarna putih keruh keabuan dan
berbusa serta menimbulkan bau kurang sedap. Vulvitis adalah suatu
peradangan pada vulva ( organ kelamin luar wanita ). Sedang vulvovaginitis
adalah peradangan pada vulva dan vagina. Vagina dikatakan tidak normal
apabila jumlah cairan yang keluar sangat banyak, baunya menyengat atau
disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang keluar secara tidak normal memiliki
tekstur lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan cairan vagina atau
keputihan yang tidak normal cenderung berwarna kuning seperti warna keju,
kuning kehijauan bahkan kemerahan.
Rata-rata wanita pernah mengalami vaginitis, baik pada remaja maupun
wanita yang sudah menikah. Secara fisiologi vagina mengeluarkan sekret, pH
normal pada vagina berkisar 3,5 – 4,5 pada keadaan patologis pH diatas 4,5
akibatnya mudah terkena infeksi pada vagina yang disebut vaginitis.
Vulvovaginitis dapat mempengaruhi perempuan dari segala usia dan
sangat umum. Hal ini dapat disebabkan oleh bakteri, ragi, virus, dan parasit
lain.
DAFTAR PUSTAKA