Anda di halaman 1dari 32

RESUME MK GENEKOLOGI

Radang pada Genetalia Eksterna Vaginitis dan Vulvo Vaginitis


Disusun untuk memenuhi tugas individu yang diampu oleh DR. Ni Nyoman
Budiani, S.SiT.,M. Biomed

Oleh :

Ni Putu Diah Ananda Saputri


NIM P07124018 017

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D III KEBIDANAN
2020
TINJAUAN PUSTAKA
.
A. Vaginitis
1. Definisi
Vaginitis adalah suatu inflamasi pada vagina yang mengubah
lingkungan pada vagina. Vaginitis disebabkan oleh bakterial vaginosis,
trikomoniasis, dan kandidiasis. Gejala vaginitis yang paling sering
ditemukan yaitu keluarnya sekret yang abnormal dari vagina, dikatakan
abnormal jika jumlahnya sangat banyak, bau menyengat atau disertai
gatal-gatal atau nyeri. Cairan yang abnormal tampak lebih kental
dibanding dengan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam,
misalnya seperti keju, kuning kehijauan atau kemerahan. Vaginitis yang
disebabkan oleh bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih,
abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan
hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya
semakin menyengat karena penurunan keasaaman vagina sehingga bakteri
semakin banyak tumbuh (Irianto, 2014).
Vaginitis adalah peradangan dari vagina. Vaginitis sangat umum dan
dilaporkan oleh sebanyak 75% dari wanita-wanita pada beberapa titik dari
kehidupan-kehidupan mereka. Vaginitis dapat disebabkan oleh sejumlah
infeksi-infeksi, termasuk bakteri-bakteri (seperti Gardnerella dan
gonorrhea), protozoan-protozoan (seperti trichomonas), dan ragi
(Candida). Infeksi ragi vagina adalah bentuk paling umum dari vaginitis,
sering dirujuk sebagai vaginal Candidiasis.
Rata-rata wanita pernah mengalami vaginitis, baik pada remaja
maupun wanita yang sudah menikah. Secara fisiologi vagina
mengeluarkan sekret, pH normal pada vagina berkisar 3,5 – 4,5 pada
keadaan patologis pH diatas 4,5 akibatnya mudah terkena infeksi pada
vagina yang disebut vaginitis (Yuli, 2010).
Infeksi vagina merupakan masalah yang penting bagi kesehatan
wanita karena akan berdampak negatif bagi hubungan seksual dan
keluarga (Sevil et al, 2013). Menurut World Health Association (WHO),
setiap tahunnya sebanyak 10-15% wanita didunia mengalami vaginits,
angka prevalensi di tahun 2006 mencapai 25- 50% untuk kandidiasis, 20-
40% untuk bakterial vaginosis, dan 15-51% untuk trikomoniasis. Di
Indonesia pada Tahun 2007 angka prevalensi bakterial vaginosis mencapai
53% serta kandidiasis 3% ( Kent, 1991). Salah satu akibat dari kejadian
vaginitis yang terjadi pada usia remaja adalah tingginya angka tidak masuk
sekolah yang akan berdampak pada proses belajar mengajar ( Kartika,
2015).
Infeksi-infeksi bakteri vagina terjadi ketika bakteri baru
diperkenalkan kedalam area vagina, atau ketika ada peningkatan dalam
jumlah bakteri yang sudah hadir di vagina relatif pada jumlah dari bakteri
yang normal. Contohnya, ketika bakteri yang normal dan melindungi
dihapus oleh antibiotik-antibiotik (diminum untuk merawat infeksi saluran
kencing, pernapasan dan tipe-tipe lain) atau oleh obat-obat penekan imun
(immunosuppressive drugs), bakteri dapat berlipat ganda, menyerang
jaringan-jaringan, dan menyebabkan iritasi dari lapisan vagina (vaginitis)
(Istikomah, 2010).
Infeksi-infeksi bakteri vagina dapat juga terjadi sebagai akibat dari
luka pada vagina bagian dalam, seperti setelah kemoterapi. Juga, wanita-
wanita dengan sistim imun yang ditekan (contohnya, yang memakai obat-
obat yang berhubungan dengan cortisone seperti prednisone)
mengembangkan infeksi-infeksi bakterii vagina lebih seringkali daripada
wanita-wanita dengan imunitas yang normal. Kondisi-kondisi lain yang
mungkin memberi wanita-wanita kecenderungan mengembangkan infeksi-
infeksi ragi vagina termasuk diabetes militus kehamilan, dan memakai
obat-obat kontrasepsi oral. Pengunaan pancuran-pancuran atau spray-spray
kesehatan vagina yang diberi minyak wangi mungkin juga meningkatkan
risiko seorang wanita mengembangkan infeksi bakteri vagina.
Infeksi bakteri vagina tidak dipertimbangkan sebagai infeksi yang
ditularkan secara seksual atau sexually transmitted infection (STD), karena
Candida mungkin hadir pada vagina yang normal, dan kondisi terjadi pada
wanita-wanita yang tidak kawin. Bagaimanapun, adalah mungkin untuk
pria-pria mengembangkan gejala-gejala dari iritasi kulit penis dari infeksi
bakteri setelah hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi.
2. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi Vagina
Vagina merupakan kanal fibromuskular yang elastis dan
mengarah ke atas dan ke belakang dari vulva ke uterus, paralel
dengan permukaan pintu atas panggul. Dinding vagina saling
berdempetan, kecuali pada bagian atasnya tempat serviks
menyembul ke vagina. Dinding posterior vagina panjangnya 9 cm,
dan dinding anterior vagina panjangnya sekitar 7,5 cm karena
posisi serviks yang demikian. Tonjolan serviks ke vagina memiliki
empat resesus atau fornices (bentuk tunggalnya forniks), yaitu
forniks anterior, posterior, dan lateral.
Dinding vagina terdiri atas empat lapisan :
1) Lapisan dalam epitel skuamosa, membentuk lipatan atau rugae
yang memungkinkan vagina menggembang luas sehingga janin
dapat lewat
2)  Lapisan jaringan ikat yang berisi pembuluh darah
3)  Lapisan otot yang terdiri atas lapisan otot longitudinal di luar
dan lapisan otot sirkuler di sebelah dalam
4) Lapisan luar jaringan ikat, berhubungna dengan organ-organ
lain dalam panggul, termasuk pembuluh darah, pembuluh
limfe, dan serabut saraf
Dinding vagina tidak memiliki kelenjar, namun
kelembapannya di jaga oleh sekret kelenjar servikal dan adanya
rembesan cairan dari kapiler darah. pH cairan ini asam yaitu 3,8 -
4,5, dan berfungsi untuk menjagakuman komensal vagina yaitu
basil Doderlein. Kuman komensal ini memakan glikogen, yang
terdapat di dinding vagina, dan mengubahnya menjadi asam
laktatsehingga melindungi vagina dan genitalia in ternal lainnya
dari infeksi. Kadar glikogen juga turut berubah mengikuti kadar
hormon ovarium. Keseimbangna asam ini dapat terganggu saat
kehamilan, sebelum pubertas, selama dan setelah menepous,
sehingga menyebabkan mikroorganisme patogen berkembang
dengan mudah dan meningkatkan  kemungkinan infeksi vagina.
Di depan vagina,  terdapat kandung kemih dan uretra. Di
belakang vagina setinggi serviks, terdapat ruang peritonium, di
sebut kavum Douglas. Di belakang dinding posterior vagina juga
terdapat rektum. Korpus perineal, yang menyangga organ
panggul, terletak di bawah introitus vagina.
Suplai darah vagina berasal dari arterihemoroidales media,
arteri uterina, dan arteri vaginalis, yang semuanya ini merupakan
cabang arteri iliaka internal. Aliran vena berjalan menuju vena
iliaka internal. Persarafan vagina berasal dari pleksus sekral dan
saraf  pudendal. Aliran limfe berjalan menuju nodus limfe ilaka
dan nodus limfe inguinal.
b. Fisiologi vagina
Fungsi vagina yaitu :
1) Sebagai tempat tumpahan dan jalan lintasan spermatozooa
selama senggama
2) Sebagai jalan keluar bagi janin dan produk konsepsi
lainnya
3) Menjadi jalan keluar aliran menstruasi
4) Sebagai sawar terhadap infeksi asendens
Orifisium Vagina
Orifisium vagina, atau introitus, terletak anatara dua pasang labia
yang biasanya disebut dengan vestibulum. Orifisium vagina terletak di
belakang orifisium uretra bagian dari sistem perkemihan. Orifisium vagina
di tutupi oleh membran kulit yang di sebut himen, yang memberikan
perlindungan untuk vagina dan organ internal lainnya pada sistem
reproduksi. Himen ruptur saat kejadian koitus pertama kali, walaupun
mungkin juga ruptur sebelumnya karena aktifitas fisik (seperti
menunggang kuda), atau menggunakan tampon. Sisa himen biasanya dapat
dilihat sebagai jaringan kecil, yang di sebut carunculae myrtiformes.
Saat memasuki orifisium vagina, terdapat sepasang kelenjar duktus
bartholini. Kelenjar ini bermuara ke vagina  dan menyekresi mucus untuk
melembabkan genetalia eksternal. Di vestibulum, disamping orisium
uretra, juga terdapat kelenjar lain, kelenjar Skene, yang juga menyekresi
mucus untuk melembabkan genetalia eksternal.
3. Penyebab
Banyak faktor yang bisa menyebabkan vaginitis. Tetapi pada sebagian
besar kasus, vaginitis disebabkan oleh infeksi baktersi. Keberadaan bakteri
di vagina sebenarnya adalah hal yang normal, selama jumlahnya
seimbang. Vaginitis terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara jumlah
bakteri ‘baik’ dan bakteri ‘jahat’ di vagina (alodokter. 2019).
Selain karena infeksi bakteri, penyebab lain vaginitis adalah:
a. Infeksi jamur, akibat perkembangan jamur yang berlebihan di vagina.
b. Iritasi atau reaksi alergi pada vagina, misalnya akibat penggunaan
pembersih kewanitaan.
c. Penyakit menular seksual, seperti trikomoniasis, klamidia, dan herpes
genital.
d. Penipisan dinding vagina akibat penurunan kadar estrogen, misalnya
setelah menopause atau setelah operasi pengangkatan rahim
(histerektomi).
4. Gejala

Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan


abnormal dari vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak,
baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang
abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan
warnanya bermacam-macam. Misalnya bisa seperti keju, atau kuning
kehijauan atau kemerahan.
Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan
berwarna putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis.
Setelah melakukan hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun,
bau cairannya semakin menyengat karena terjadi penurunan keasaman
vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh.
Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi.
Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan
rasa terbakar pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar.
Dari vagina keluar cairan kental seperti keju. Infeksi ini cenderung
berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita yang mengkonsumsi
antibiotik.
Infeksi karena Trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa
yang berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang
tidak sedap. Gatal-gatalnya sangat hebat.
Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa
disebakan oleh kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium.
Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah
melakukan hubungan seksual.
Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh
infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker stadium
awal yang belum menyebar ke daerah lain).
Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan
oleh infeksi herpes atau abses. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa
disebabkan ole kanker atau sifilis. Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa
menyebabkan gatal-gatal di daerah vulva. Vulvitis dapat juga
menyebabkan nyeri lokal sebagai tambahan pada gejala-gejala diatas.
Nyeri pada area vulvar dirujuk sebagai vulvodynia.
Pada sampai dengan 5% dari wanita-wanita, vulvovaginitis bakteri
mungkin menyebabkan persoalan kekambuhan. Infeksi bakteri yang
kambuh terjadi ketika seorang wanita mempunyai empat atau lebih
infeksi-infeksi dalam satu tahun yang tidak berhubungan dengan
penggunaan antibiotik. Infeksi-infeksi bakteri yang kembuh mungkin
dihubungkan pada kondisi medik yang mendasarinya dan mungkin
memerlukan perawatan yang lebih agresif.
5. Patofisiologi
Bila keseimbangan mikroorganisme berubah, maka organisme
yang berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal, misalnya
C. albicans pada kasus infeksi monolia serta G. vaginalis dan bakteri
anaerob pada kasus vaginitis non spesifik berproliferasi sampai suatu
konsentrasi yang berhubungan dengan gejala. Pada mekanisme lainnya,
organisme ditularkan melalui hubungan seksual dan bukan merupakan
bagian flora normal seperti Trichomonas vaginalis dan Nisseria
gonorrhoea dapat menimbulkan gejala . Gejala yang timbul bila hospes
meningkatkan respon peradangan terhadap organisme yang menginfeksi
dengan menarik leukosit serta melepaskan prostaglandin dan komponen
respon peradangan lainnya.
Gejala ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari respon
peradangan vagina lokal terhadap infeksi T. vaginalis atau C. albicans.
Organisme tertentu yang menarik leukosit, termasuk T. vaginalis,
menghasilkan secret purulen. Diantara wanita dengan vaginitis non
spesifik. Baunya disebabkan oleh terdapatnya amina dibentuk sebagai
hasil metabolisme bakteri anaerob. Histamin dapat menimbulkan
ketidaknyamanan oleh efek vasodilatasi local. Produk lainnya dapat
merusak sel-sel epitel dengan cara sama dengan infeksi lainnya.
6. Diagnosa
Infeksi ragi vagina disarankan ketika kotoran putih yang seperti keju
dicatat pada dinding-dinding dari vagina, namun gejala-gejala dari infeksi
ragi vagina adalah tidak spesifik dan mungkin adalah akibat dari kondisi-
kondisi lain.
Untuk menegakan diagnosis secara pasti dan menyampingkan
penyebab-penyebab lain apa saja dari gejala-gejala, dokter anda mungkin
mengambil specimen yang digores dari area yang terpengaruh untuk
analisa mikroskopik atau untuk pembiakan dalam laboratorium.
Identifikasi dari ragi dibawah mikroskop, jika memungkinkan, adalah cara
yang paling murah dan paling cepat dan akurat untuk menegakan
diagnosis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan
karakteristik cairan yang keluar dari vagina. Contoh cairan juga diperiksa
dengan mikroskop dan dibiakkan untuk mengetahui organisme
penyebabnya. Untuk mengetahui adanya keganasan, dilakukan
pemeriksaan Pap smear. Pada vulvitis menahun yang tidak memberikan
respon terhadap pengobatan biasanya dilakukan pemeriksaan biopsi
jaringan.
7. Pengobatan
Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan
dengan air bisa membantu mengurangi jumlah cairan.
Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai dengan
penyebabnya.
Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur
atau anti-virus, tergantung kepada organisme penyebabnya.
Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina dengan
campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu
lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko terjadinya
peradangan panggul. Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar
vagina dan uretra) menjadi menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim
estrogen selama 7-10 hari.
Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam
propionat agar cairan vagina lebih asam sehingga mengurangi
pertumbuhan bakteri. Pada infeksi menular seksual, untuk mencegah
berulangnya infeksi, kedua pasangan seksual diobati pada saat yang sama.
Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi
sulih estrogen. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit
maupun krim yang dioleskan langsung ke vulva dan vagina.
8. Pencegahan
Kebersihan yang baik dapat mencegah beberapa jenis vaginitis dari
berulang dan dapat meredakan beberapa gejala:
a. Hindari bathtub dan pusaran air panas spa. Bilas sabun dari luar daerah
genital Anda setelah mandi, dan keringkan area itu dengan baik untuk
mencegah iritasi. Jangan gunakan sabun wangi atau kasar, seperti yang
dengan deodoran atau antibakteri.
b. Hindari iritasi. Ini termasuk tampon dan bantalan berparfum.
c. Usap dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet. Hindari
penyebaran bakteri dari tinja ke vagina. Hal-hal lain yang dapat
membantu mencegah vaginitis meliputi:
1) Jangan gunakan douche. Vagina anda tidak memerlukan
pembersihan lain dari mandi biasa. Berulang menggunakan
douche mengganggu organisme normal yang berada di vagina
dan dapat benar-benar meningkatkan risiko infeksi vagina.
Douche tidak menghilangkan sebuah infeksi vagina.
2) Gunakan kondom lateks laki-laki. Ini membantu mencegah
infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.
3) Pakailah pakaian katun dan stoking dengan pembalut di
selangkangannya. Jika Anda merasa nyaman tanpa itu, langsung
mengenakan pakaian tidur. Ragi tumbuh subur di lingkungan
lembab.
B. Vulvo Vaginitis
1. Pengertian
Vulvovaginitis adalah peradangan pada vulva dan vagina.
Vulvovaginal kandidiasis adalah nama yang sering diberikan untuk
Candida albicans vagina infeksi berhubungan dengan dermatitis dari vulva
(gatal ruam). 'Vaginal thrush', dan 'monilia' juga nama-nama untuk
Candida albicans infeksi. Candida albicans adalah jamur ragi biasanya
bertanggung jawab atas vulva gatal dan pengosongan. Hal ini umumnya
pelaku bahwa perempuan selalu merujuk pada setiap Vulvovaginal gatal
sebagai "infeksi jamur," tapi perlu diketahui bahwa semua tidak selalu
gatal disebabkan oleh ragi.
2. Etiologi
a. Vulvovaginitis dapat mempengaruhi perempuan dari segala usia dan
sangat umum. Hal ini dapat disebabkan oleh bakteri, ragi, virus, dan
parasit lain. Beberapa penyakit menular seksual juga dapat
menyebabkan vulvovaginitis, seperti yang bisa ditemukan berbagai
bahan kimia gelembung mandi, sabun, dan parfum. Faktor-faktor
lingkungan seperti kebersihan yang buruk dan alergen juga dapat
menyebabkan kondisi ini.
Candida albicans, yang menyebabkan infeksi jamur, adalah salah
satu penyebab paling umum vulvovaginitis perempuan dari segala usia.
Penggunaan antibiotik dapat menyebabkan infeksi jamur dengan
membunuh antijamur normal bakteri yang hidup di vagina. Infeksi
jamur kelamin biasanya menyebabkan gatalgatal dan tebal, putih
discharg vagina, dan gejala lain.
Penyebab lain adalah vulvovaginitis bakteri vaginosis, suatu
pertumbuhan berlebih dari jenis bakteri tertentu dalam vagina. Bakteri
vaginosis dapat menyebabkan tipis, warna abu-abu vagina dan bau
amis.
Sebuah penyakit menular seksual yang disebut Trichomonas
vaginitis infeksi adalah penyebab umum lain. Infeksi ini mengarah ke
kelamin gatal, bau vagina, dan vagina yang berat, yang mungkin
kuning-abu atau warna hijau.
Gelembung mandi, sabun, vagina kontrasepsi, feminin semprotan,
dan parfum dapat menyebabkan iritasi ruam gatal di daerah genital,
sedangkan nonabsorbent ketat atau pakaian kadang-kadang
menyebabkan ruam panas.
b. Jaringan lebih rentan terhadap infeksi daripada jaringan normal, dan
banyak organisme penyebab infeksi berkembang dalam lingkungan
yang hangat, lembab, dan gelap. Tidak hanya faktor-faktor ini dapat
berkontribusi pada penyebab vulvovaginitis, mereka sering
memperpanjang periode pemulihan.
c. Kurangnya estrogen pada wanita postmenopause dapat menyebabkan
kekeringan vagina dan penipisan kulit vagina dan vulva, yang juga
dapat menyebabkan atau memperburuk kelamin gatal dan terbakar.
d. Nonspesifik vulvovaginitis (di mana penyebab dapat diidentifikasi)
dapat dilihat dalam semua kelompok usia, tetapi paling sering terjadi
pada anak gadis sebelum pubertas. Setelah pubertas dimulai, vagina
menjadi lebih asam, yang cenderung untuk membantu mencegah
infeksi.
e. Vulvovaginitis nonspesifik dapat terjadi pada anak perempuan dengan
genital miskin kebersihan dan ditandai oleh berbau busuk, coklat-hijau
pelepasan dan iritasi labia dan vagina. Kondisi ini sering dikaitkan
dengan pertumbuhan berlebih dari suatu jenis bakteri yang biasanya
ditemukan di dalam tinja. Bakteri ini kadang-kadang menyebar dari
anus ke area vagina dengan mengusap dari belakang ke depan setelah
menggunakan kamar mandi.
Pelecehan seksual harus dipertimbangkan pada anak-anak dengan
infeksi yang tidak biasa dan berulang episode dijelaskan vulvovaginitis.
Neisseria gonorrhoeae, organisme yang menyebabkan gonore,
menghasilkan gonokokkal vulvovaginitis di gadis-gadis muda.
Gonocorrhea vaginitis terkait dianggap sebagai penyakit menular
seksual. Jika tes laboratorium mengkonfirmasi diagnosis ini, gadis-
gadis muda harus dievaluasi untuk pelecehan seksual.
f. Sekitar 20% dari non-hamil wanita usai 15-55 pelabuhan Candida
Alicans dalam vagina. Sebagian besar tidak mempunyai gejala dan itu
berbahaya bagi mereka. Pertumbuhan yang berlebihan dari Candida
Albicans menyebabkan berat dadih putih seperti vagina, rasa panas di
vagina dan vulva dan / atau ruam gatal di vulva dan kulit di sekitarnya.
g. Estrogen menyebabkan lapisan vagina untuk dewasa dan mengandung
glikogen, sebuah substrat yang Candida Albicans berkembang.
Kurangnya estrogen pada wanita yang lebih muda dan lebih tua
membuat kandidiasis Vulvovaginal jarang terjadi. Pertumbuhan yang
berlebihan dari Candida albicans terjadi paling sering dengan :
1) Kehamilan
2) Dosis tinggi pil KB kombinasi dan estrogen berbasis terapi
penggantian hormon
3) Sebuah rangkaian antibiotik spektrum luas seperti tetracycline atau
amoxiclav
4) Diabetes mellitus
5) Anemia kekurangan zat besi
6) Defisiensi imunologis misalnya, infeksi HIV
7) Di atas kondisi kulit yang lain, sering psorias, planus lumut atau
lumut sclerosus
8) Penyakit lain
3. Manifestasi Klinis
Keluarnya cairan abnormal dari vagina dalam jumlah yang banyak,
mengeluarkan bau yang menyengat, serta disertai adanya rasa gatal dan
nyeri pada vagina. Cairan yang keluar teksturnya lebih kental dari
biasanya dan bisa saja berwarna kuning kehijauan atau kemerahan. Infeksi
vagina yang disebabkan oleh bakteri cenderung menyebabkan keluarnya
cairan berwarna putih, abu-abu, keruh, dan berbau amis. Bau tersebut akan
semakin menyengat seusai berhubungan seksual atau ketika mencuci
vagina dengan sabun. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan keasaman
vagina sehingga bakteri lebih mudah tumbuh di sana.
Vulva terasa gatal dan mengalami iritasi. Pada infeksi jamur yang
parah, vulva dan vagina terasa amat gatal dan seperti terbakar. Kulit
tampak merah dan terasa kasar.
Dari vagina keluar cairan seperti keju cair. Infeksi yang disebabkan
oleh Trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang berwarna
putih, hijau keabuan, atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap.
Keluarnya cairan tersebut juga disertai denga serangan rasa gatal yang
sangat hebat. Jika cairan yang keluar dari vagina encer dan mengandung
darah hal tersebut mungkin disebabkan oleh adanya kankervagina, serviks
(leher rahim), atau endometrium.
Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh
infeksi virus papiloma manusia (Human Papilloma Virus/HPV)
maupunkarsinoma in situ (kanker stadium awal yang belum menyebar ke
daerah lain). Adanya luka terbuka pada bagian vulva. Luka yang
menimbulkan rasanyeri bisa disebabkan oleh infeksi herpes atau abses,
sedangkan jika luka tersebut tidak menimbulkan nyeri maka bisa
disebabkan oleh kanker atau sifilis.

4. Pencegahan
a. Selalu menjaga kebersihan diri dan wilayah genital
b. Menggunakan pakaian dalam yang bersih dan kering
c. Tidak berganti-ganti pasangan atau setia pada pasangan hidup
d. Mengonsumsi makanan yang bergizi dan menerapkan pola hidup yang
sehat
e. Memperkuat daya tahan tubuh
f. Menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya vaginitis dan
vulvitis
5. Penatalaksanaan
Perempuan yang mengalami berulang Vulvovaginal Candida
albicans melakukannya karena infeksi persisten, daripada infeksi ulang.
Tujuan dari perawatan dalam situasi ini adalah untuk menghindari
pertumbuhan berlebih dari kandida yang mengarah ke gejala, daripada
harus mampu mencapai pemberantasan menyelesaikan atau
menyembuhkan.
Ada beberapa bukti bahwa langkah-langkah berikut dapat
membantu:
a. Kapas atau uap air-wicking pakaian dalam dan pakaian longgar,
menghindari stoking nilon.
b. Perendaman dalam garam mandi. Hindari sabun
c. Menggunakan pembersih non-sabun atau krim untuk mencuci
berair.
d. Terapkan hidrokortison krim untuk mengurangi gatal dan
mengobati sekunder dermatitis mempengaruhi vulva.
e. Perlakukan dengan krim anti jamur sebelum setiap periode
menstruasi dan sebelum terapi antibiotik untuk mencegah kambuh.
Sebuah perjalanan panjang sebuah antijamur topikal agen kadang-
kadang diperlukan (tapi hal ini mungkin sendiri menyebabkan
dermatitis atau hasil dalam non-proliferasi candida albicans).
f. Anti jamur oral obat-obatan (itrakonazol atau flukonazol) dapat
diambil secara teratur dan sebentar-sebentar (misalnya sekali
sebulan). Dosis dan frekuensi yang cukup bervariasi, tergantung
pada keparahan gejala. Oral agen antijamur mungkin tidak sesuai
pada kehamilan. Mereka membutuhkan resep.
g. Asam borat (boraks) 600mg sebagai supositoria pada malam hari
dapat membantu untuk mengasamkan vagina dan mengurangi
kehadiran khamir (albicans dan non-candida albicans).
Langkah-langkah berikut belum ditunjukkan untuk membantu :
a. Perawatan pasangan seksual - laki-laki mungkin mendapatkan
singkat reaksi kulit pada penis, yang membersihkan cepat
dengan krim antijamur. Memperlakukan laki-laki tidak
mengurangi jumlah episode kandidiasis pada pasangan wanita
mereka.
b. Khusus gula rendah, rendah ragi atau yoghurt tinggi diet
c. Menempatkan yoghurt dalam vagina
d. Obat alami (dengan pengecualian asam borat)
PENGKAJIAN
ASUHAN KEBIDANAN VAGINITIS /VULVOVAGINITIS

A. Pengkajian Asuhan Kebidanan (SOAP)


1. Anamnesa Data Subjektif
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
Keluhan utama Berisi tentang keluhan yang dirasakan klien saat
pengkajian atau alasan klien datang ke petugas kesehatan yang
diungkapkan dengan bahasa sendiri. Keluhan-keluhan yang mungkin
dirasakan pada ibu dengan vulvovaginitis diantaranya :
1) Terdapat leukorea yang encer sampai kental, bewarna kekuning-
kuningan dan agak berbau, keputihan yang meyebabkan rasa
gatal yang membakar pada vulva dan vagina, kadang-kadang
sering sakit saat BAK. (Terjadi pada usia reproduksi dengan
pola seksual yang sering) → Trikomonas
2) Terdapat leukorea berwarna keputih-putihan dan vulva sangat
gatal, pada dinding vulva dan vagina juga terdapat membran-
membran kecil berwarna putih (Terjadi pada anak/pubertas dan
juga pada masa reproduksi) → Kandida albicans
3) Terdapat leukorea berwana putih bersemu kelabu, kadang-
kadang kekuningan dengan bau yang kurang sedap, terasa gatal
→ Hemofilus vaginalis vaginitis
4) Terdapat leukorea dan rasa gatal hingga pedih, disuria dan
sering kencing (Terjadi pada masa menopuose) →
Vulvovaginitis atrofikans
c. Riwayat kesehatan sekarang
Ditanyakan apakah klien mengalami diabetes melitus atau tidak.
Prevalensi terjadinya vaginitis atau vulvovaginitis pada klien diabetes
wanita. Hal ini di duga karena pada diabetes sudah terjadi kelainan
fungsional pada hormon estrogen maupun fungsi leukosit sebagai
pertahanan tubuh.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Dapat terjadi pada ibu yang pernah memiliki riwayat penyakit PMS
sebelumnya, DM.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Ditanyakan apakah suami menderita PMS atau tidak. PMS dapat
ditularkan melalui hubungan seksual dan riwayat keluarga dengan DM.
f. Riwayat menstruasi
Ditanyakan apakah ibu juga sudah mengalami menopause, karena
pada wanita menopause, hormon estrogen yang berkurang
menyebabkan tipisnya dinding vagina, uretra, dan kandung kemih,
sehingga mudah terinfeksi.
g. Riwayat perkawinan
Bergonta-ganti pasangan seksual cenderung menjadi penyebab
vaginitis dan vulvovaginitis pada usia reproduksi.
h. Riwayat obstetric
Umumnya pada paritas tinggi dapat menyebabkan vaginitis
maupun vulvovagintis.
i. Riwayat penggunaan kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pil KB kombinasi dan estrogen berbasis
terapi pengganti hormon.
j. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola istirahat
Beberapa klien dengan vulvovaginitis mengalami gangguan
pola tidur/istirahat karena rasa gatal pada vulvovaginitis.
2) Pola Nutrisi
Nutrisi jelek menyebabkan ketahanan tubuh menurun
memudahkan bakteri/jamur penyebab infeksi masuk ke tubuh.
3) Pola aktivitas
Beberapa klien dengan vaginitis dan vulvovaginitis
mengalami gangguan dalam beraktivitas karena rasa gatal pada
vulva.
4) Pola eliminasi
a) Sering berkemih
b) Disuria/rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih.
5) Pola Personal hygiene
a) Cara cebok yang salah, dari belakang ke depan, dari arah anus
ke vagina memungkinkan masuknya bakteri ke dalam vagina
b) Pemakaian bahan bahan pewangi alat reproduksi
c) Sering menggunakan celana dalam yang mengakibatkan
genetalia lembab dan panas hingga membuat bakteri tumbuh
subur
d) Kurang memperhatikan kebersihan celana dalam, jarang
mengganti celana dalam.
k. Hubungan seksual
Hubungan seksual dapat menyebabkan masuknya bakteri kedalam
alat genitalia.
1) Bergonta-ganti pasangan seksual (memiliki > 1 pasangan)
cenderung menjadi penyebab vaginitis/ vulvovaginitis pada usia
reproduksi.
2) Pada masa menopuse dengan dinding vagina yang tipis dan
berkurangnya lendir dapat menyebabkan mudah masuknya
bakteri/jamur pada wanita menopuse dengan pola seksual yang
tinggi.
l. Riwayat Psikososial
1) Komunikasi
Untuk mengetahui komunikasi kilen dengan keluarga dan
masyarakat sekitar dan untuk mengetahui bahasa sehari – hari yang
digunakan ibu untuk berkomunikasi.
2) Psikologi / keadaan Emosional
Untuk mengetahui apakah ada gangguan psikologis pada klien,
mengalami gangguan rasa nyaman karena keputihan yang berbau,
dan rasa gatal.
3) Sosial / hubungan keluarga
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga.
4) Pengambil keputusan
Untuk mengetahui siapa pengambil keputusan Untuk setiap
tindakan yang diperlukan dan bila terjadi kegawatdaruratan.

2. Data Objektif
Data yang menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik, laborat, test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung diagnosa yang ditegakkan.
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik / lemah
Kesadaran : Composmentis
TD : Normalnya 100/60 s/d 130/90 mmHg
N : Normalnya 70 – 90 x/menit
RR : Normalnya 16 – 24 x/menit
S : Suhu badan klien vulvavaginitis mungkin normal (36-
37ºC)/meningkat
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Mata : bagaimana keadaan dari dan konjungtiva (anemis/tidak)
Leher : apakah ada pembesaran kelenjar vena jugularis dan
kelenjar limphe
Genetalia :
a) Terdapat leukorea yang encer sampai kental, bewarna
kekuningkuningan dan agak berbau. (Terjadi pada usia
reproduksi dengan pola seksual yang sering) →
Trikomonas
b) Terdapat leukorea berwarna keputih-putihan dan vulva,
pada dinding vulva dan vagina juga terdapat membran-
membran kecil berwarna putih (Terjadi pada
anak/pubertas dan juga pada masa reproduksi) → Kandida
albicans
c) Terdapat leukorea berwana putih bersemu kelabu,
kadangkadang kekuningan dengan bau yang kurang sedap
→ Hemofilus vaginalis vaginitis
d) Terdapat leukorea dan terlihat vulva dan vagina kering
(Terjadi pada masa menopuose) → Vulvovaginitis
atrofikans
e) Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia
perkembangan klien
f) Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura,
leokoplakia dan eksoria
g) Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap
pemebengkakan ulkus, keluaran dan nodul
2) Palpasi
Leher : apakah ada pembesaran kelenjar vena jugularis, ataupun
pembesaran kelenjar lymphe.
- Raba dinding vagina: Nyeri tekan dan nodula
- Serviks: posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan
nyeri tekan
- Uterus: ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas
- Ovarium: ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi dan nyeri
tekan
c. Pemeriksaan Bimanual
Pemeriksaan dilakukan dalam posisi litotomi, tangan kiri
menekan abdomen bagian bawah. Pada pemeriksaan dalam
dapat ditemukan duh tubuh vagina kental berwarna keabuan.
Bila terjadi penyakit radang panggul, dapat ditemukan nyeri
goyang porsio.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada seluruh wanita di
atas 12 tahun dengan gejala vulvavagina atau dengan indikasi:
1) Kegagalan terapi empiris fluor albus
2) Gejala vulvavagina rekuren
3) Wanita hamil
4) Pasangan seksual positif infeksi menular seksual lain
5) Pasangan seksual sesama wanita
Pemeriksaan penunjang baku emas untuk diagnosis
bakterial vaginosis adalah pemeriksaan duh tubuh vagina dengan
pewarnaan Gram. Hasil pemeriksaan disesuaikan dengan Kriteria
Nugent ataupun Kriteria Hay-Ison. Pemeriksaan lain dapat
dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding atau mendeteksi
adanya infeksi menular seksual penyerta (Alomedika, 2017).
Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada duh tubuh vagina.


Swab duh tubuh vagina dapat dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan dalam. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:

a) Pewarnaan Gram: ditemukan bakteri vaginalis atau bakteri


anaerob lain. Lactobacillus bisa ditemukan dalam jumlah
sedikit atau tidak ada sama sekali. Interpretasi dilakukan
berdasarkan Kriteria Nugent atau Kriteria Hay/Ison.
b) Tes saline: Dilakukan pada duh vagina yang diberikan air
saline normal dan diperiksa di bawah mikroskop. Umumnya
ditemukan clue cells, yaitu sel epitel yang dikelilingi oleh
bakteri
c) Tes Whiff: Dilakukan dengan memberikan cairan KOH 10%
pada speculum setelah pemeriksaan dalam. Hasil positif adalah
ditemukannya bau amis (fishy odor).

3. Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding bakterial vaginosis antara lain
vaginitis inflamasi deskuamatif, kandidiasis vulvovagina, trikomoniasis,
klamidia, gonorrhea, dan servisitis.
1) Vaginitis Inflamasi Deskuamatif
Vaginitis inflamasi deskuamatif atau Desquamative
Inflammatory Vaginitis ditandai duh vagina yang purulen. Pada
pemeriksaan akan ditemukan eritema vagina dan petekie submukosa
pada serviks dan vagina. Pada pemeriksaan penunjang, pH >4,7, tidak
ditemukan clue cell,  terdapat sel epitel imatur, serta ditemukan
dominasi basil dan kokus pada pewarnaan Gram.
2) Kandidiasis Vulvovagina
Pada kandidiasis vulvovagina pasien akan mengeluhkan rasa
gatal yang berat dan keluar duh tubuh vagina putih kental seperti susu
atau keju, tidak berbau, dan terasa panas. Pada pemeriksaan
ditemukan eritema vulvovagina dengan sel satelit, edema vulva, dan
pH < 4,5.
3) Trikomoniasis
Pada trikomoniasis, warna duh tubuh kuning atau kehijauan,
berbuih, berbau, disertai nyeri vagina dan terkadang disuria. Pada
pemeriksaan akan didapatkan pH >4,5. Pada pemeriksaan dalam
tampak strawberry cervix appearance.
4) Klamidia
Pasien klamidia sering kali asimtomatik. Klamidia biasanya
terjadi bersamaan dengan infeksi menular seksual lain. Dapat
ditemukan duh tubuh mukopurulen warna kekuningan, dispareunia,
dan dapat disertai demam atau radang panggul.
5) Gonorrhea
Pada gonorrhea, pasien dapat mengeluhkan duh vagina purulen,
tidak berbau, dan dapat disertai perdarahan, dispareunia, atau gejala
traktus urinarius bawah. Pada pemeriksaan duh tubuh vagina akan
didapatkan diplococcus gram negatif.
6) Servisitis
Pada servisitis didapatkan duh mukopurulen. Pada pemeriksaan
dalam akan tampak serviks mudah berdarah, nyeri angkat serviks, dan
adneksa kaku
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bisa dilakukan dengan cara seperti berikut:
a. Menjelaskan pada klien tentang beberapa penyebab terjadinya
keputihan adalah jamur/bakteri (karena kurang bersih dalam menjaga
kebersihan daerah kelamin), atau adanya penyakit lain (tumor).
b. Menjelaskan kepada klien bahwa keputihan dapat terjadi itu secara
normal atau tidak normal. Keputihan yang normal yaitu keputihan
yang terjadi pada saat sebelum menstruasi, pada saat hamil, tetapi
menjadi tidak normal jika pengeluaran lendir secara berlebihan dan
terus menerus, berbau dan biasanya menimbulkan rasa gatal.
c. Menjelaskan kepada klien tentang beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya kekambuhan dari keputihan adalah:
a) Menjaga kebersihan daerah genitalia dengan baik (cebok dari arah
depan kebelakang dengan menggunakan sabun).
b) Mengganti celana dalam, gunakan celana dalam yang katun dan
tipis serta mudah menyerap keringat.
c) Anjurkan kepada suami untuk ikut kontrol serta meminum obat
yang diberikan dokter agar tidak terjadi saling menularkan
penyakit.
d. Menganjurkan kepada klien untuk kontrol secara rutin dan
menghabiskan obat yang diberikan dokter meskipun keluhan sudah
berkurang.
e. Menganjurkan pada klien untuk menjelaskan kembali apa yang telah
dijelaskan oleh petugas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama masa pengobatan
vaginitis dan vulvo viginitis antara lain:
a. Menjaga area kewanitaan agar bersih dan kering. Selalu gunakan sabun
tanpa pewangi untuk membersihkan area kewanitaan.
b. Hindari melakukan vaginal douche (menyemprot vagina dengan air
atau cairan pembersih).
c. Hindari menggunakan produk pembersih area kewanitaan.
d. Kenakan pakaian dalam berbahan katun dan hindari pakaian dalam
terlalu ketat.
e. Jika pengobatan dilakukan menggunakan krim, sebaiknya gunakan
pembalut dan hindari penggunaan tampon saat haid.
f. Bersihkan vagina dari arah depan ke belakang.
g. Hindari menggunakan bahan yang mungkin mengiritasi atau
menyebabkan alergi pada vagina. Misalnya pewangi, panty-liner,
sabun, dan sebagainya.
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Hari/tanggal : Senin, 21 Maret 2016


Pukul : 09.40 WIB
Tempat :-
1. Data Subjektif
a. Identitas
Ibu Suami
Nama : Ny. N Nama : Tn. K
Umur : 29 th Umur : 30 th
Suku/bangsa : indonesia suku/bangsa : indonesia
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Dukuh waluh Alamat :Dukuh waluh
b. Alasan Datang : Ibu mengatakan ingin memeriksaan keadaannya.
c. Keluhan Utama :
- Ibu mengatakan ibu mengalami keputihan yang sangat banyak
dan merasa gatal di daerah vaginanya dan di sertai nyeri perut
bagian bawah.
d. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti
tekanan darah tinggi, jantung, kencing manis, asma dan tidak pernah
menderita penyakit menular seperti penyakit kuning, TBC, diabetes,
serta tidak pernah melakukan operasi
e. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan mengalami keputihan dalam jumlah banyak,
hampir setiap hari sudah lama dan merasa gatal di daerah vaginanya
dan disertai nyeri perut bagian bawah
f. Riwayat Kesehatan keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarganya dan keluarga
suaminya  tidak ada yang menderita penyakit menular maupun
menurun. Di dalam silsilah keluarga tidak ada keturunan kembar.
g. Riwayat Haid
- Menarche     : 12 tahun
- Siklus           : 28 hari
- Lama            :  5 hari
- Jumlah          :  2-3 tella / hari
- Bau               :  anyir
- Fluor albus   :  ada dalam jumlah banyak
- Keluhan        :  tidak ada keluhan saat haid
h. Riwayat pernikahan
Ibu menikah 1 kali selama 1 tahun
i. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
Ibu pernah melahirkan anak pertama 4 bulan yang lalu
Ibu tidak ada keluhan saat masa nifas
j. Riwayat KB
Ibu belum pernah memakai alat kontrasepsi
k. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola istirahat
- Tidur siang ± 2 jam, mulai pukul 13.00 – 15.00 WIB
(Terkadang)
- Tidur malam ± 7 jam, mulai pukul 22.00 – 05.00 WIB
2) Pola Nutrisi
- Makan 3x/hari, komposisi nasi, lauk, sayur, terkadang buah.
- Minum air putih ± 7 - 8 gelas/hari
- Tidak ada pantangan, tidak alergi
3) Pola aktivitas
Aktivitas ibu sedang, karena ibu mengurus rumah tangga dan
mengurus bayinya

4) Pola eliminasi
- BAB 1 x/hari, konsistensi lunak.
- BAK 5 – 6 /hari, warna kuning jernih.
- Saat BAB dan BAK ibu merasa nyeri
5) Pola Personal hygiene
- Mandi dan gosok gigi 2 x/hari
- Ganti baju dan celana dalam tiap habis mandi, kotor atau basah,
keramas 3 x/minggu
l. Data Psikososial
- Psikologi     :   Ibu merasa cemas dengan penyakitnya sekarang.
- Sosial          :   Hubungan ibu dengan keluarga harmonis
- Budaya       :   Ibu   mengatakan dalam keluarganya tidak ada
larangan tidak percaya mitos – mitos, jika ada anggota keluarga
yang sakit berobat ke tenaga kesehatan
2. Data Obyektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentiis
Tekanan darah : 120/80 MmHg
Suhu tubuh : 37 C
Nadi : 88X/menit
Genetalia : Terlihat keluar keputihan/cairan kental,berbau,berwarna
kuning kehijauan dan vagina berwarna merah
menyala,vagina iritasi.
3. Analisi
Diagnosa : Ny.N umur 29 tahun PIA0AhI dengan Vaginitis
Masalah : Keputihan banyak kental berwarna kuning kehijauan berbau
dan gatal serta nyeri perut bagian bawah
4. Penatalaksanaa
a. Memberikan privasi selama pemeriksaan ibu sudah merasa aman dan
nyaman
b. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan Memberitahukan hasil
diagnosa pemeriksaan kepada ibu, ibu menerima hasil pemeriksaan dan
tahu bahwa ia terkena vaginitis
c. Menjelaskan tentang penyakit vaginitis yang di derita oleh ibu, ibu
sudah paham bahwa penyakit yang di deritanya di sebabkan oleh
bakteri,jamur dan virus
d. Menjelaskan kepada ibu tentang penyebab dari Vaginitis, ibu sudah tau
dan paham bahwa penyakitnya ini di sebabkan karena infeksi bakteri
sehingga timbul peradangan
e. Memberitahu kepada ibu resiko-resiko penularan terhadap penyakit
vaginitis, ibu sudah paham dan tau bahwa penyakitnya dapat menular
melalui hubungan sexsual
f. Memberikan Motivasi kepada ibu dan harapan masa depan bahwa
penyakit ini masih bisa sembuh dan ada obatnya, ibu mengerti dan
paham apa yang di jelaskan oleh bidan
g. Memberikan terapi obat-obatan pada ibu dan memberi nasehat agar
obatnya di minum, ibu sudah mendapatkan obat dan bersedia untuk
mengkonsumsinya
h. Memberitahu kepada ibu untuk menjaga kebersihan daerah genetalia
karena ini merupakan faktor terpenting, ibu sudah tau dan mau menjaga
kebersihan daerah genetalianya.
PENUTUP

KESIMPULAN
Vaginitas adalah peradangan yang terjadi karena perubahan
keseimbangan normal bakteri yang hidup disana. Tanda atau gejala paling
umum adalah munculnya cairan yang berwarna putih keruh keabuan dan
berbusa serta menimbulkan bau kurang sedap. Vulvitis adalah suatu
peradangan pada vulva ( organ kelamin luar wanita ). Sedang vulvovaginitis
adalah peradangan pada vulva dan vagina. Vagina dikatakan tidak normal
apabila jumlah cairan yang keluar sangat banyak, baunya menyengat atau
disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang keluar secara tidak normal memiliki
tekstur lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan cairan vagina atau
keputihan yang tidak normal cenderung berwarna kuning seperti warna keju,
kuning kehijauan bahkan kemerahan.
Rata-rata wanita pernah mengalami vaginitis, baik pada remaja maupun
wanita yang sudah menikah. Secara fisiologi vagina mengeluarkan sekret, pH
normal pada vagina berkisar 3,5 – 4,5 pada keadaan patologis pH diatas 4,5
akibatnya mudah terkena infeksi pada vagina yang disebut vaginitis.
Vulvovaginitis dapat mempengaruhi perempuan dari segala usia dan
sangat umum. Hal ini dapat disebabkan oleh bakteri, ragi, virus, dan parasit
lain.
DAFTAR PUSTAKA

Irianto, Koes 2014. Kesehatan Reproduksi. Bandung : Alfaebeta.hal. 10-12.


Irianto, Koes 2014. Kesehatan Reproduksi. Bandung : Alfaebeta.hal. 326-330.
Juniawati, Monica, T., & Kurniasih. 2011. Makalah Askeb IV Vaginitis. STIKES
Harapan Bangsa. Purwokerto,
https://www.academia.edu/7497765/Makalah-vaginitis. Diakses pada
tanggal 5 Maret 2020.
Tjin Willy. 2019. Vaginitis. Alodokter https://www.alodokter.com/vaginitis.
Diakses pada tanggal 5 Maret 2020.
Armelia Libriantari. 2016. Makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien
Vulvovaginitis, https://id.scribd.com/document/329752031/makalah-
vulvovaginitis. diakses pada tanggal 6 Maret 2020.
Windy Ulfa. 2019. Hubungan Vaginal Hygiene Dengan Kejadian Vaginitis Pada
Siswi SMA Muhammadiyah 1 Palembang. Skripsi thesis. Universitas
Muhammadiyah Palembang http://repository.um-
palembang.ac.id/id/eprint/2796 . Diakses pada tanggal 8 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai