Anda di halaman 1dari 25

Refleksi Kasus Desember 2019

“KEHAMILAN DENGAN MIOPIA ”

Disusun Oleh :

Susi Irmawati

N 111 18 007

PembimbingKlinik :

dr. John Abas Kaput, Sp. OG

BAGIAN ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang


bersangkutan sebagai berikut:

Nama : Susi Irmawati

Stambuk : N 111 18 007

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Pendidikan Dokter

Perguruan Tinggi : Universitas Tadulako

Judul Refleksi Kasus : Kehamilan dengan Miopia

Bagian : Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian


Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSU Undata Palu, Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako

Palu, Desember 2019

Mengetahui

Pembimbing Dokter Muda

dr. John Abas Kaput, Sp. OG Susi Irmawati

2
BAB 1

PENDAHULUAN

Berbagai perubahan yang timbul pada tubuh kita selama hamil dan
melahirkan, termasuk pada mata. Ada berbagai macam perubahan fisiologis dan
patologis yang terjadipada mata yang dapat timbul selama kehamilan dan
melahirkan.1
Berdasarkan hasil penelitian Jain dan Singh, insiden miopia pada klinik mata
di India sekitar 15%, dan 1 dari 200 kasus miopia adalah penderita myopia berat,
sehingga hal ini penting untuk dideteksi.2 Prevalensi miopia bervariasi antar negara
dan etnis, tampak memiliki predileksi lebih tinggi pada keturunan Cina,dan Jepang.
Angka kejadiannya 2 kali lipat pada perempuan dibanding laki-laki. Keturunan kulit
hitam biasanya bebas dari kelainan ini. Angka kejadian rabun jauh meningkat sesuai
dengan pertambahan usia. Studi nasional Taiwan menemukan sebanyak 12% usia 6
tahun, dan 84% usia 16-18 tahun. Angka yang sama juga dijumpai di Singapura,
Jepang, dan dibeberapa negara Asia. Di Jepang diperkirakan lebih satu juta penduduk
mengalami gangguan penglihatan yang terkait dengan miopia tinggi. Selain
mengganggu penglihatan, miopia juga membebani ekonomi. Karena tidak ada terapi
dapat menormalkan perubahan struktural pada miopia patologis, pencegahan miopia
telah lama menjadi tujuan penelitian para ahli.2,3
Wanita dengan miopi diatas -4 memiliki risiko yang lebih besar untuk
mengalami ablasio retina saat persalinan. Ablasio retina disebabkan tekanan pada
retina mata saat proses mengejan jika pengejanan terlalu keras.3 Insiden ablasio retina
adalah 1 dari 15.000 orang, dengan insiden pertahun rata-rata 1 dari 10.000 atau
sekitar 1 dari 300 dari populasi pernah mengalaminya. Sumber lain mengatakan
bahwa insidennya sekitar 12,5 kasus per 100.000 orang pertahun atau28.000 kasus
pertahun di Amerika Serikat.3

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar
dari objek pada jarak tak terhingga akan berkonvergensi dan berfokus di depan
retina pada mata tanpa akomodasi sehingga menghasilkan bayangan yang tidak
fokus. Akomodasi adalah kemampuan mata untuk mengubah daya bias lensa
dengan kontraksi otot siliar yang menyebabkan penambahan tebal dan
kecembungan lensa sehingga bayangan pada jarak yang berbeda-beda akan
terfokus di retina.4

Gambar 1. Bola mata, bulbus okuli, potongan skematik secara horizontal setinggi
nervus optic.4

Peningkatan miopia pada kehamilan dapat bersifat de novo atau dapat


merupakan manifestasi sebagai perubahan kelainan refraktif subklinis, misalnya
peningkatan miopia atau penurunan hipermetropia.5

4
2. Epidemiologi
Berdasarkan hasil penelitian Jain dan Singh, insiden miopia pada klinik mata
di India sekitar 15%, dan 1 dari 200 kasus miopia adalah penderita myopia berat,
sehingga hal ini penting untuk dideteksi.2 Prevalensi miopia bervariasi antar
negara dan etnis, tampak memiliki predileksi lebih tinggi pada keturunan Cina,
dan Jepang. Angka kejadiannya 2 kali lipat pada perempuan dibanding laki-laki.
Keturunan kulit hitam biasanya bebas dari kelainan ini. Sekitar 148 juta atau 51%
penduduk di Amerika Serikat mengalami gangguan refraksi, dengan penggunaan
lensa kontak mencapai 34 juta orang. Angka kejadian rabun jauh meningkat
sesuai dengan pertambahan usia. Jumlah penderita rabun jauh di Amerika Serikat
berkisar 3% usia 5-7 tahun, 8% usia 8-10 tahun, 14% usia 11-12 tahun, dan 25%
usia 12-17 tahun. Studi nasional Taiwan menemukan sebanyak 12% usia 6 tahun,
dan 84 % usia 16-18 tahun. Angka yang sama juga dijumpai di Singapura,
Jepang, dan di beberapa negara Asia.5,6
Wanita dengan miopi diatas -4 memiliki risiko yang lebih besar untuk
mengalami ablasio retina saat persalinan. Ablasio retina disebabkan tekanan pada
retina mata saatproses mengejan jika pengejanan terlalu keras.Insiden ablasio
retina adalah 1 dari 15.000 orang, dengan insiden pertahun rata-rata 1 dari 10.000
atau sekitar 1 dari 300 dari populasi pernah mengalaminya. Sumber lain
mengatakan bahwa insidennya sekitar 12,5 kasus per 100.000 orang pertahun
atau28.000 kasus pertahun di Amerika Serikat.7

3. Etiologi
Etiologi miopia belum diketahui, diduga dipengaruhi oleh faktor lingkungan
dan faktor genetika. Dari beberapa studi penelitian genetik di Eropa didapatkan
bahwa faktor genetik mempengaruhi 80% untuk terjadinya kelainan refraksi.8
Miopia yang diperoleh seperti miopia fisiologis dan kongenital, disebabkan
oleh kelainan refraksi dimana cahaya yang paralel (berasal dari jarak tak

5
terhingga) difokuskan didepan retina dan cahaya yang bersudut (sumber cahaya
dekat) difokuskan tepat di retina sehingga menghasilkan penglihatan jauh yang
buram dan penglihatan dekat yang jelas.6
Miopia dapat disebabkan oleh panjang bola mata anteroposterior yang terlalu
besar atau kekuatan pembiasan pada media refraksi terlalu kuat.5 Dikenal dua
bentuk miopia, yaitu:9
a. Miopia refraktif, yang disebabkan oleh pertambahan indeks bias atau
kekuatan pembiasan pada media penglihatan.
b. Miopia aksial, yang disebabkan oleh pertambahan panjang sumbu
anteroposterior mata.

4. Patofisiologi
Ablasio retina adalah pemisahan antara lapisan retina dan koroid. Koroid
adalah membran yang mengandung pembuluh darah dan sel pigmen yang berada
diantara retina dan sklera. Pemisahan antara retina dan koroid timbul melalui 4
mekanisme dasar:9,10
a. Lubang, robekan, atau kerusakan lapisan retina yang memungkinkan cairan
vitreus masuk dan memisahkan retina dan koroid.
b. Tarikan pada retina karena membrane fibrotik inflamatorik yang terbentuk di
vitreus.
c. Eksudasi cairan (darah, lemak, cairan serous) yang terakumulasi ke celah
subretinal dari pembuluh darah retina karena hipertensi, oklusi vena retina
sentral, vaskulitis, edema papil atau coat’s disease.
d. Ablasio retina karena tumor mata
Dari 4 jenis ablasio retina, jenis ablasio retina robekan (rhegmatogenous)
yang paling sering, dimana cairan vitreus masuk ke antara retina dan koroid
melalui robekan dan memisahkannya.11

6
Ablasio retina dapat dihubungkan dengan malformasi congenital, sindrom
metabolik, trauma mata (termasuk riwayat operasi mata), penyakit vaskuler, tumor
koroid, miopia yang berat, kelainan pada vitreus, atau degenerasi pada mata.9

5. Klasifikasi
Menurut derajat beratnya, myopia dapat dibagi menjadi 3 stadium, yaitu:12
a. Miopia ringan, dengan ukuran lebih kecil dari 3 dioptri.
b. Miopia sedang, dengan ukuran antara 3-6 dioptri.
c. Miopia berat, dengan ukuran lebih besar dari 6 dioptri.
Menurut perjalanannya, miopia dikenal dalam 3 bentuk:5
a. Miopia stasioner/simpleks, miopia yang menetap setelah dewasa.
b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa karena
pertambahan panjang bola mata.
c. Miopia maligna/progresif/degeneratif/patologik, miopia yang berjalan secara
progresif, dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.
Miopia degeneratif atau miopia maligna apabila miopia lebih dari 6 dioptri
disertai kelainan pada fundus okuli (penipisan epitel pigmen retina dan koroid)
dan panjangnya bola mata (umumnya > 26,5 cm).13,14,15

6. Manifestasi klinik
Selain miopia, terdapat berbagai perubahan secara fisiologis dan patologis
pada mata karena kehamilan, yaitu:1
a. Perubahan fisiologis:
- Kornea: sensitifitas kornea menurun dan peningkatan kelengkungan
kornea pada kebanyakan ibu hamil trimester ketiga dan kembali normal
setelah melahirkan, yang berhubungan dengan penebalan ringan pada
kornea karena edema kornea.
- Tekanan intraokuler: penurunan tekanan intraokuler dapat timbul selama
kehamilan dan kadang bertahan hingga beberapa bulan setelah

7
melahirkan. Berbagai teori telah dikemukakan untuk menjelaskan
mekanisme ini, tapi sampai sekarang masih belum ada yang memuaskan.
Penurunan tekanan intraokuler inilah yang dipercaya meningkatkan
insiden ablasio retina pada persalinan ibu hamil pervaginam yang
menderita miopia sedang-berat.
- Perubahan lapangan pandang: terdapat spekulasi yang meluas mengenai
stadium dan mekanisme defek lapangan pandang yang dapat timbul pada
ibu hamil. Defek lapangan pandang ini dapat berupa defek bitemporal,
konsentrik, atau pembesaran bintik buta. Apabila defek lapangan pandang
menjadi berat, dibutuhkan pemeriksaan yang lebih lanjut dan teliti.
b. Perubahan patologis:
- Pada pre-eklampsia: pada satu dari tiga kasus, terdapat kelainan pada
mata, dimana pasien dapat mengeluhkan pandangan buram, silau,
skotoma, dan penglihatan ganda. Kelainan ini dapat bermanifestasi
menjadi retinopati hipertensi, neuropati optik, ablasio retina, perubahan
kortikooccipital, dan kebutaan kortikal.
- Retinopati sentral berat: kebanyakan timbul pada trimester ketiga, dan
sembuhpada beberapa bulan setelah melahirkan dan akan kambuh kembali
pada kehamilan berikutnya, pada mata yang sama, dimana mekanisme
penyebabnya masih tidak jelas.
- Peningkatan tekanan intrakranial: umumnya timbul pada ibu hamil yang
obese dan berumur 30-an tahun, tapi dapat pula timbul pada wanita yang
tidak hamil.
- Kelainan vaskuler oklusif: disebabkan oleh keadaan darah ibu hamil yang
hiperkoagulasi, yang mencakup berbagai perubahan pada platelet, faktor
pembekuan, dinamika aliran darah pada arteriovena. Kelainan tersebut
dapat menyebabkan sumbatan pada arteri dan vena retina, Disseminated
Intravascular Coagulation, purpura trombositopenik trombotik, emboli
cairan ketuban, dan trombosis vena cerebral.3

8
7. Penegakan Diagnosis
Berikut ini adalah apa yang dapat ditemukan pada pemeriksaan mata miopia
patologik:12
a. Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks
b. Gambaran yang ditemukan pada semen posterior berupa kelainan-kelainan
pada :
- Badan kaca: dapat ditemukan pendarahan atau degenerasi yang terlihat
sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca.
- Kadang-kadang ditemukan ablasio badan kaca yang dianggap belum jelas
hubungannya dengan keadaan miopia.
- Papil saraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, cresent miopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Cresent
miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi
oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.
- Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
perdarahan subretina pada daerah makula.
- Retina bagian perifer: berupa degenerasi kista retina bagian perifer.

9
Gambar 2. Miopia patologik dengan disk yang miring, atrofi epitel pigmen retina
dan koroid peripapiler. Lacquer’s crack terlihat di makula. Hal lain yang dapat dilihat
adalah scleral crescent dan fundus yang berwarna kekuningan yang memungkinkan
terlihatnya pembuluh darah koroid.1
8. Penatalaksanaan
Apabila pasien telah datang dengan ablasio retina, pasien ini dapat ditangani
dengan laser atau cryopexy disekeliling ablasio retinanya untuk menginduksi
adhesi retina disekeliling robekan. Selain itu, ablasio retina juga dapat ditangani
secara bedah dengan vitrectomy dan scleralbuckling.8Penanggulangan:7,8,12
a. Jika pada persalinan sebelumnya terdapat penipisan retina, lakukan tindakan
pelekatan kembali (skleral buckling, vitrectomy, laser atau cryopexy) jauh
sebelum hari persalinan. Bila berhasil dilekatkan dengan baik kemungkinan
bisa melahirkan normal.
b. Pertimbangan boleh melahirkan normal atau tidak tergantung minus mata.,
besarnya janin, luas panggul, dan faktor lain yang berhubungan dengan
keberadaan penyulit persalinan. Secara statistik, resiko ablasio retina partus
pervaginam pada ibu hamil dengan miopia 0 D s/d - 4,75 D sekitar 1/6662,
pada -5D s/d -9,75 D resiko meningkat menjadi 1/1335. Dan lebih dari -10 D
resiko ini menjadi 1/148. Dengan kata lain, penambahan faktor resiko pada
miopia rendah tiga kali sedangkan pada miopia tinggi meningkat menjadi 300
kali.
c. Jika ada kecekungan, pendataran dan penipisan retina cukup parah,
persalinan harus dilakukan secara seksio caesarea.
d. Jika terjadi ablasio retina saat hamil atau bersalin, retina harus dilekatkan
kembali secepatnya melalui operasi. Paska operasi harus berbaring tengkurap
minimal 5 hari agar pelekatan retina sempurna.
e. Jika ada gejala ablasio retina, persalinan alami masih boleh dilakukan dengan
bantuan pada kala 2.

10
9. Pencegahan
Cara Mencegah komplikasi miopia (pada miopia > 6 D):7
a. Jangan mengejan saat BAB, perbanyak serat.
b. Jangan mengangkat benda berat.
c. Sebelum persalinan tiba, pastikan anda memeriksakan dan mendiskusikan
kondisi mata ke dokter spesialis mata dan dokter ahli kandungan, sehingga
dapat menentukan pilihan bersalin yang aman.

10. Komplikasi
Wanita dengan miopi diatas -4 memiliki risiko yang lebih besar untuk
mengalami ablasio retina saat persalinan. Ablasio retina disebabkan tekanan pada
retina mata saat proses mengejan jika pengejanan terlalu keras.3
Ablasio retina adalah suatu keadaan dimana lapisan neuro sensori retina
terlepas dari lapisan epitel pigmen retina (Retinal pigment epithelium/ RPE).
Suatu ablasio retina akan mengaktifkan kembali ruang potensial yang berada di
antara lapisan asal dari embryonic cup. Tipe yang paling umum adalah ablasio
retina regmatogen (ARR), yang terjadi sebagai akibat dari adanya robekan retina
yang full-thickness. Tipe yang kedua, ablasio retina traksional, terjadi akibat
adanya adhesi vitreo retinal yang secara mekanik menarik retina hingga terlepas
dari RPE yang berada di bawahnya. Pada beberapa kasus, ablasio retina dapat
melibatkan tipe regmatogenous dan traksional secara bersamaan. Tipe yang
ketiga, ablasio retina eksudatif (serous), diakibatkan oleh suatu proses seperti
halnya tumor atau inflamasi, sehingga terjadi akumulasi cairan subretina tanpa
adanya traksi atau pun robekan retina full thickness.

11
BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
 Nama : Ny. N
 Umur : 19 tahun
 Alamat : Jl. Trans Sulawesi
 Pekerjaan : URT
 Agama : Islam
 TanggalPemeriksaan: 18 November 2019
 Ruangan : Sando Husada, RS Wirabuana

II. ANAMNESIS
A. KeluhanUtama :
Keluar lendir dan darah dari jalan lahir

B. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien masuk di ruang Sando Husada dari IGD kebidanan RS
Wirabuana Palu dengan keluhan perdarahan pervaginam (+) disertai lendir.
Pasien juga mengeluhkan nyeri perut (+) tembus belakang,mual (-), muntah (-
), pusing (-), nyeri kepala (-), BAK (+) lancar, BAB (+) biasa. Sebelumnya
pasien merupakan rujukan dari RS Anutapura dengan G1P0A0, gravid aterm +
inpartu kala 1 fase laten + miopia (-7.00 /-7.00), dan mengeluhkan keluar
cairan yang dialami sejak jam 01.00 dini hari. HPHT 05 Februari 2019.

C. Riwayat Penyakit Dahulu :


Miopia berat (+), diabetes mellitus (-), hipertensi (-), penyakit jantung(-
).

12
D. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti pasien,
riwayat asma (-), diabetes mellitus (-), penyakit jantung (-), hipertensi (-),
hepatitis (-).

E. Riwayat Menstruasi :
Menarche : 13 tahun
Siklus : Teratur
Lama Haid : 6-7 hari
Banyak : Normalnya 2-3 kali per hari ganti pembalut

F. Riwayat Perkawinan :
Menikah1 kali, usia pernikahan ±1 tahun.

G. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :


Tahun Umur Jenis Hidup/
No Hamil ke JK Penolong
Persalinan Kehamilan Persalinan Mati

1. Sekarang - - - - - -

H. Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)


Pasien mengaku tidak ada riwayat kontrasepsi sebelumnya.

I. Riwayat Operasi
Pasien mengaku tidak ada riwayat operasi sebelumnya.

13
III. PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 78 Kg
TB : 157 cm
IMT : 31.6
Tekanandarah : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,6OC

Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (-/-), sclera tidak ikterus, tidak terjadi pembesaran KGB dan
kelenjar tiroid.

Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris
P : Vocal fremitus simetris
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung dalam
batas normal.
A: Bunyi pernapasan vesicular, Bunyi jantung I/II murni Regular.

Abdomen :
L1 :TFU 33 cm
L2 :Pu-ki, BJF 136 x/m
L3 :Pres-kep

L4 :ᵾ

14
Ekstremitas :
Akral hangat (+) pada kedua ekstremitas atas dan bawah, edema (+/+) ekstremitas
bawah.

Genitalia :
Vaginal Toucher : Pembukaan : 3 cm
Pengeluaran : Darah, lendir

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


DarahLengkap
18/11/2019
WBC : 11.5 x 103/uL
HGB : 10.8 gr/dL
HCT : 32.2%
PLT : 207 x 103/uL
RBC : 3.69 x 106/uL
Serologi
HbSAg : Non Reaktif
Anti HIV : Non Reaktif

V. RESUME
Pasien masuk di ruang Sando Husada dari IGD kebidanan RS Wirabuana
Palu dengan keluhan perdarahan pervaginam (+) disertai lendir. Pasien juga
mengeluhkan nyeri perut (+) tembus belakang, mual (-), muntah (-), pusing (-),
nyeri kepala (-), BAK (+) lancar, BAB (+) biasa. Sebelumnya pasien
merupakanrujukan dari RS Anutapuradengan G1P0A0, gravid aterm + inpartu kala
1 fase laten + miopia (-7.00 /-7.00), dan mengeluhkan keluar cairan yang dialami
sejak jam 01.00 dini hari. HPHT 05Februari 2019.

15
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis. Dari tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah
110/70 mmHg, Nadi82x/menit, respirasi 20x/menit dan suhu tubuh 36,6OC.
Pemeriksaan fisik didapatkan TFU 33 cm, punggung di bagian kanan perut ibu
dengan BJF 136 x/menit, presentasi kepala, dan sudah masuk di pintu atas
panggul.
Pada pemeriksaan laboratorium tertanggal 18 / 11 / 2019 didapatkan WBC :
11.5 x 103/uL, HGB : 10.8 gr/dL, HCT: 32.2%, PLT: 207 x 103/uL, RBC:3.69 x
106/uL, HbSAg: non reaktif, Anti HIV : non reaktif..

VI. DIAGNOSIS
G1P0A0, gravid aterm + inpartu kala 1 fase laten + miopia

VII. PENATALAKSANAAN
- Drips oxitocyn 10 IU dalam cairan RL 500 cc, 20 tpm
- Injeksi Cefuroxime 1 g/12 jam/ iv
- Drips metronidazole 500 mg/ 8 jam/ iv
- Injeksi ketorolac 30 mg/8 jam/iv
- Injeksi Asam tranexamat 500 mg/8 jam/iv

Follow Up Hari 1 (19November 2019)


S : Perdarahan per vaginam (+) sedikit, nyeri perut bekas operasi (+), mual (-),
muntah (-), pusing (-), nyerikepala (-), flatus (+), BAK (+) lancar, BAB (-),
ASI (-/-).
O : KeadaanUmum : Sakitsedang
Konjungtiva : Anemia (-/-)
TD : 100/80 mmHg
N : 80 x/menit
R : 20x/menit

16
S : 36,30C
A : P1A0, post sectio caesarea H-1 a/imiopia
P : Drips oxitocyn 10 IU dalam cairan RL 500 cc
Injeksi Cefuroxime 1 g/12 jam/ iv
Drips metronidazole 500 mg/ 8 jam/ iv
Injeksi ketorolac 30 mg/8 jam/iv

Follow Up Hari 2 (20 November 2019)


S : Perdarahan per vaginam (+) sedikit, nyeri perut bekas operasi (+), mual (-),
muntah (-), pusing (-), nyerikepala (+),BAK (+) lancar, BAB (+) lancar dan
biasa, ASI (+/+).
O : KeadaanUmum : Sakitsedang
Konjungtiva : Anemia (+/+)
TD : 110/80 mmHg
N : 88x/menit
R : 20x/menit
S : 36.5oC
A : P1A0, post sectio caesarea H-2 a/i miopia
P : IVFD RL 20 tpm
Cefadroxil 500 mg 2x1
Asam mefenamat 500 mg 3x1
SF tab 1x1

Follow Up Hari 3 (21 November 2019)


S : Perdarahan per vaginam (+) sedikit, nyeri perut bekas operasi (+), mual (-),
muntah (-), pusing (-), nyeri kepala (-),BAK (+) lancar, BAB (+) lancar dan
biasa, ASI (+/+).
O : KeadaanUmum :Sakitsedang
Konjungtiva : Anemia (-/-)

17
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
R : 20x/menit
S : 36.6oC
A : P1A0, post sectio caesarea H-3 a/i miopia
P : IVFD RL 20 tpm
Cefadroxil 500 mg 2x1
Asam mefenamat 500 mg 3x1
SF tab 1x1

LaporanOperasi :
1. Pasien baring dengan posisi supine di meja operasi dibawah pengaruh spinal
anastesi
2. Desinfeksi dan draping prosedur dengan kasa steril dan betadine, pasang duk
steril
3. Insisi abdomen dengan metode pfannenstiel, lapisan demi lapisan menembus
rongga perut secara tajam dan tumpul
4. Eksplorasi cavum abdomen tampak uterus membesar
5. Insisi segmen bawah Rahim lapisan demi lapisan menembus plica
vesicouterina, myometrium, endometrium, secara tajam dan kumpul, kontrol
perdarahan
6. Pecahkan ketuban, warna putih keruh, cukup
7. Bayi dilahirkan dengan presentasi kaki, BBL 3000 g, PBL 50 cm, jenis kelamin
perempuan
8. Plasenta di lahirkan secara manual dan lengkap
9. Eksplorasi cavum uteri dengan kasa steril dan betadine
10. Jahit uterus lapis demi lapis dengan benang chromic 02, kontrol perdarahan
11. Jahit plica vesicouterina dengan benang chromic 01, kontrol perdarahan
12. Eksplorasi dan bersihkan abdomen, kontrol perdarahan

18
13. Jahit peritoneum dengan chromic 0, kontrol perdarahan
14. Jahit otot abdomen sampai jahit kulit dengan menggunakan benang chromic
2/0, kontrol perdarahan
15. Bersihkan luka dan tutup menggunakan kasa steril dan betadin
16. Vagina Toilet
17. Operasi Selesai

Instruksi Post Operasi :


- Drips oxitocyn 10 IU dalam cairan RL 500 cc, 20 tpm selama 24 jam
- Injeksi Cefuroxime 1 g/12 jam/ iv
- Drips metronidazole 500 mg/ 8 jam/ iv
- Injeksi ketorolac 30 mg/8 jam/iv
- Injeksi Asam tranexamat 500 mg/8 jam/iv
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan
pervaginam
- Cek – Hb 2 jam post operasi, bila Hb ≤ Hb awal lakukan transfusi
- Rawat di ruang perawatan

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar dari
objek pada jarak tak terhingga akan berkonvergensi dan berfokus di depan retina pada
mata tanpa akomodasi sehingga menghasilkan bayangan yang tidak fokus. Selama
kehamilan dan melahirkan, berbagai perubahan dapat terjadi pada tubuh kita,
termasuk pada mata. Perubahan tersebut dapat bersifat fisiologis maupun patologis.12
Pada kasus ini, pasien perempuan berusia 19 tahun G1P0A0, dari IGD RS
Wirabuana Palu dengan keluhan perdarahan pervaginam (+) disertai lendir. Pasien
juga mengeluhkan nyeri perut (+) tembus belakang, mual (-), muntah (-), pusing (-),
nyeri kepala (-), BAK (+) lancar, BAB (+) biasa. Sebelumnya pasien merupakan
rujukan dari RS Anutapura dengan G1P0A0, gravid aterm + inpartu kala 1 fase laten +
miopia (-7.00 /-7.00), dan mengeluhkan keluar cairan yang dialami sejak jam 01.00
dini hari. HPHT 05 Februari 2019.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang,
kesadaran composmentis. Dari tanda-tanda vital didapatkantekanandarah 110/70
mmHg, Nadi 82 x/menit, respirasi 20 x/menit dan suhu tubuh 36,6OC. Pemeriksaan
fisik didapatkanTFU 33 cm, punggung di bagian kanan perut ibu dengan BJF 136
x/menit, presentasi kepala, dan sudah masuk di pintu atas panggul.
Pada pemeriksaan laboratorium tertanggal 18 / 11 / 2019 didapatkan WBC :
11.5 x 103/uL, HGB : 10.8 gr/dL, HCT: 32.2%, PLT: 207 x 103/uL, RBC:3.69 x
106/uL, HbSAg: non reaktif, Anti HIV: non reaktif. Penegakan diagnosis didasarkan
pada anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang sesuai.
Pada kasus ini, diagnosis kehamilan + miopia ditegakkan berdasarkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Insiden miopia pada klinik
mata di India sekitar 15%, dan 1 dari 200 kasus miopia adalah penderita miopia berat,
sehingga hal ini penting untuk dideteksi.2 Wanita dengan miopi >-4 memiliki risiko

20
yang lebih besar untuk mengalami ablasio retina saat persalinan. Pasien pada kasus
ini memiliki miopia -7 D s/d -7 D, sehingga berdasarkan teori pasien tersebut berisiko
lebih besar untuk mengalami ablasio retina saat persalinan.
Ablasio retina disebabkan tekanan pada retina mata saatproses mengejan jika
pengejanan terlalu keras. Pertimbangan boleh melahirkan normal atau tidak
tergantung minus mata, besarnya janin, luas panggul, dan faktor lain yang
berhubungan dengan keberadaan penyulit persalinan. Secara statistik, resiko ablasio
retina partus pervaginam pada ibu hamil dengan miopia 0 D s/d - 4,75 D sekitar
1/6662, pada -5D s/d -9,75 D resiko meningkat menjadi 1/1335, dan lebih dari -10 D
resiko ini menjadi 1/148. Dengan kata lain, penambahan faktor resiko pada miopia
rendah tiga kali sedangkan pada miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali.
Ablasio retina adalah pemisahan antara lapisan retina dan koroid. Koroid
adalah membran yang mengandung pembuluh darah dan sel pigmen yang berada
diantara retina dan sklera. Pemisahan antara retina dan koroid timbul melalui 4
mekanisme dasar:9,14
1. Lubang, robekan, atau kerusakan lapisan retina yang memungkinkan cairan
vitreus masuk dan memisahkan retina dan koroid.
2. Tarikan pada retina karena membrane fibrotik inflamatorik yang terbentuk di
vitreus.
3. Eksudasi cairan (darah, lemak, cairan serous) yang terakumulasi ke celah
subretinal dari pembuluh darah retina karena hipertensi, oklusi vena retina
sentral, vaskulitis, edema papil atau coat’s disease.
4. Ablasio retina karena tumor mata
Dari 4 jenis ablasio retina, jenis ablasio retina robekan (rhegmatogenous)
yang paling sering, dimana cairan vitreus masuk ke antara retina dan koroid melalui
robekan dan memisahkannya.9
Berdasarkan teori didapatkan berbagai perubahan secara fisiologis dan
patologis pada mata karena kehamilan, yaitu:1
a. Perubahan fisiologis:

21
- Kornea: sensitifitas kornea menurun dan peningkatan kelengkungan kornea
pada kebanyakan ibu hamil trimester ketiga dan kembali normal setelah
melahirkan, yang berhubungan dengan penebalan ringan pada kornea karena
edema kornea.
- Tekanan intraokuler: penurunan tekanan intraokuler dapat timbul selama
kehamilan dan kadang bertahan hingga beberapa bulan setelah melahirkan.
Berbagai teori telah dikemukakan untuk menjelaskan mekanisme ini, tapi
sampai sekarang masih belum ada yang memuaskan. Penurunan tekanan
intraokuler inilah yang dipercaya meningkatkan insiden ablasio retina pada
persalinan ibu hamil pervaginam yang menderita miopia sedang-berat.
- Perubahan lapangan pandang: terdapat spekulasi yang meluas mengenai
stadium dan mekanisme defek lapangan pandang yang dapat timbul pada ibu
hamil. Defek lapangan pandang ini dapat berupa defek bitemporal,
konsentrik, atau pembesaran bintik buta. Apabila defek lapangan pandang
menjadi berat, dibutuhkan pemeriksaan yang lebih lanjut dan teliti.
b. Perubahan patologis:
- Pada pre-eklampsia: pada satu dari tiga kasus, terdapat kelainan pada
mata, dimana pasien dapat mengeluhkan pandangan buram, silau,
skotoma, dan penglihatan ganda. Kelainan ini dapat bermanifestasi
menjadi retinopati hipertensi, neuropati optik, ablasio retina, perubahan
kortikooccipital, dan kebutaan kortikal.
- Retinopati sentral berat: kebanyakan timbul pada trimester ketiga, dan
sembuhpada beberapa bulan setelah melahirkan dan akan kambuh kembali
pada kehamilan berikutnya, pada mata yang sama, dimana mekanisme
penyebabnya masih tidak jelas.
- Peningkatan tekanan intrakranial: umumnya timbul pada ibu hamil yang
obese dan berumur 30-an tahun, tapi dapat pula timbul pada wanita yang
tidak hamil.

22
Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien pada kasus ini terdiri dari
tindakan konservatif dan tindakan operatif. Tindakan konservatif yang dilakukan
pada kasus ini meliputi pemberian antibiotik, anti emetik, analgetik, anti perdarahan
dan obat induksi persalinan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi gejala yang terjadi
pada pasien dan memperkuat kontraksi uterus. Sedangkan, terapi operatif yang
dilakukan pada pasien ini adalah sectio caesarea sebagai pilihan saat persalinan
normal tidak dapat dilakukan. Hal ini sudah sesuai dengan teori dimana tindakan
sectio caesarea dilakukan jika ada kecekungan, pendataran dan penipisan retina
cukup parah, maka persalinan harus dilakukan secara sectio caesarea.
Teori lain mengatakan ada beberapa hal yang dapat dilakukan saat terjadi
kehamilan dengan ibu yang miopi, diantaranya : 7,8,12
1. Jika pada persalinan sebelumnya terdapat penipisan retina, lakukan tindakan
pelekatan kembali (skleral buckling, vitrectomy, laser atau cryopexy) jauh
sebelum hari persalinan. Bila berhasil dilekatkan dengan baik kemungkinan
bisa melahirkan normal.
2. Jika terjadi ablasio retina saat hamil atau bersalin, retina harus dilekatkan
kembali secepatnya melalui operasi. Paska operasi harus berbaring tengkurap
minimal 5 hari agar pelekatan retina sempurna.
3. Jika ada gejala ablasio retina, persalinan alami masih boleh dilakukan dengan
bantuan pada kala 2.
4. Jangan mengejan saat BAB, perbanyak serat.
5. Jangan mengangkat benda berat.
6. Sebelum persalinan tiba, pastikan anda memeriksakan dan mendiskusikan
kondisi mata ke dokter spesialis mata dan dokter ahli kandungan, sehingga
dapat menentukan pilihan bersalin yang aman.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Somani S., MD, FRCSC, Bhatti A., BSc, Ahmed IIK., MD, FRCSC,
http://emedicine.medscape.com/ophthalmology#unclassified, eMedicine, Nov 4,
2008.
2. Jain IS, Garg PK, http://www.ijo.in/text.asp?1970/18/3/89/35071 Department of
Ophthalmology, Post graduate Institute of Medical Education and Research
Chandigarh, India, 1970.
3. Hidayat W, http://wicakhidayat.blogdetik.com/2008/03/12/rabun-jauh-dan-risiko
persalinan-normal. 12 March 2008.
4. Putz RV., Univ-Prof. Dr. Med., Pabst R., Univ-Prof. Dr. Med., Atlas Anatomi
Manusia Sobotta jilid 1 edisi 21, Urban & Schwarzenberg, translated by EGC
Indonesia 2013.
5. Ilyas HS., Prof. dr. SpM, Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, 2014.
6. Dempsey B.http://www.medrounds.org/ophthalmology-pearls/2009/02/causesof-
myopic-shift-acquired-myopia.html The University of New Mexico School of
Medicine February 02, 2009.
7. www.australian doctor.com.au 3 June 2015
8. Larkin GL., MD, MSPH, MSEng, FACE Phttp : // www. emedicine. com/emerg/
OPHTHALMOLOGY. htm April 11, 2006
9. Netter F. MD., Interactive Atlas of Human Anatomy
10. Pusat Kesehatan Kerja departemen Kesehatan RI, Ergonomi. 18 Februari 2009.
11. Shafa, dr., http://drshafa.wordpress.com/2010/03/09/miopia March 9, 2010.
12. Gerhard K. Lang, M. D., page 328-33 Degenerative Retinal Disorders
in:Ophthalmology, Thieme Stuttgart · New York 2000.
13. Section 12, subchapter III, topic IV Pathologic myopia (High
Myopia,Degenerative Myopia) in: Basic & Clinical Science Course 2003-2004

24
On CDROM,copyright © 2003 American Academy of Ophthalmology, all
rightsreserved.
14. OddziałU. Okulistyki CZD. W. Warszawie file : /// D : / portal / utils /
pageresolver. Fcgi ? recordid =1272600629783162 1996 Feb.
15. Landau D., Seelenfreund MH., et. Al., file : ///D : / content / p081447167g053v7
/ fulltext. pdf Volume 233, Number 9 /September, 1995.

25

Anda mungkin juga menyukai