Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PENDAHULUAN FLOUR ALBUS “KEPUTIHAN”

Laporan ini ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu :
Lidya Natalia S.Kep., Ners., M.S

Oleh:
Anius Wandik
(1490122145)

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVIII INSTITUT


KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG 2022
A. Pengertian
Keputihan adalah keluarnya sekret atau cairan dari vagina. Sekret tersebut
dapat bervariasi dalam konsistensi warna dan bau. Umumnya wanita yang
menderita keutian mengeluarkan lendir tersebut terlalu banyak dan
menimbulkan bau tidak enak. Ini disebabkan karena terjadinya peradangan
dan infeksi pada liang vagina. Jika keputihan suda berlarut-larut dan menjadi
berat, maka kemungkinan wanita yang bersangkutan akan menjadi mandul
(Wijianti, 2009). Flour albus (keputihan) merupakan cairan yang keluar
berlebih dari vagina dan berupa bukan darah (Badayarti, 2012). Keputihan
merupakan keluarnya cairan selain darah dari liang vagina diluar kebiasaan,
baik berbau maupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat (Kusmiran, 2012).

B. Anatomi Fisiologi

Gambar anatomi reproduksi wanita

1. Anatomi alat reproduksi wanita

Anatomi reproduksi wanita di bagi atas 2 bagian, yaitu :


a. Alat genitalia eksternal

1) Mons veneris adalah bagian yang menonjol dibagian depan simfisis,


terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat.

2) Labia mayora (bibir besar) adalah bagian lanjutan dari mons veneris
yang berbentuk lonjong. Kedua bibir ini akan bertemu dan
membentuk perineum. Bibir ini mengandung kelenjar sebasea
(lemak).

3) Labia minora (bibir kecil) adalah lipatan dibagian dalam bibir besar
tanpa rambut. Diatas klitoris bibir ini bertemu dan membentuk
prepusium klitoridis dan bawahnya bertemu membentuk prenulum
klitoridis. Bibir ini mengelilingi orifisium vagina.

4) Klitoris, terletak dibawah prepusium klitoridis dan diatas orifisium


uretralis.

5) Vestibulum

• Dibatasi oleh bibir kecil, bagian atas klitoris, dibagian belakang


(bawah) pertemuan dua bibir kecil.
• Bermuara pada uretra, dua lubang kelenjar bartholini dan kedua
lubang saluran skene.

6) Hymen (selaput dara), jaringan yang menutupi lubang vagina.

7) Kelenjar Bartholini dan skene.

b. Alat genitalia internal

1) Vagina (liang senggama)

Terletak antara kandung kemih dan rectum panjang bagian


depan 9 cm dan dinging belakangnya 11 cm, rerdapat lipatan-
lipatan melintang disebut rugae. Di ujung vagina terdapat
serviks merupakan bagian dari Rahim, bagian serviks yang
menonjol disebut portio.
2) Uterus (Rahim), berbentuk seperti buah alpukat, terletak dalam
rongga panggul kecil diantara kandung kemih dan anus.

3) Tuba fallopi adalah tubule-muskuler yang panjangnya sekitar 12 cm


dengan diameternya 3-8 mm.

4) Ovarium terdapat dua buah yaitu kanan dan kiri. Ovarium mengarah
pada uterus tergantung pada ligamentum infundibulopelvikum dan
melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.

5) Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat diantara kedua


lembar ligamentum.

2. Fisiologi alat reproduksi wanita

Pada saat pubertas sekitar usia 13-16 tahun, dimulai pertumbuhan folikel
primordial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Pengeluaran
hormone ini menumbuhkan tanda seks sekunder seperti pembesaran
payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak dan
pengeluaran darah darah menstruasi pertama yang disebut menarche.
Selanjutnya menarche diikuti menstruasi yang sering tidak teratur karena
folikel de graaf belum melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Pada usia
17-18 tahun menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari. Sejak saat
itu wanita memasuki masa reproduksi aktif sampai mencapai usia 45 tahun
dan mati haid pada umur sekitar 55 tahun (Eva, 2010).

C. Etiologi

1. Flour albus fisiologis (normal) ditemukan pada :

a. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b. Menjelang atau setelah haid.

c. Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,


disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini
berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi pada
senggama.
d. Ovulasi, secret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.

e. Kehamilan.

f. Stres, kelelahan

g. Pemakaian Kontrasepsi Hormonal

h. Pengeluaran secret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada


wanita dengan penyakit menahun, dan pada wanita dengan
ektropionporsionis uteri.

2. Sedangkan fluor albus patologik (abnormal) disebabkan oleh :

a. Infeksi, meliputi :

1) Jamur

Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang


menyebabkan rasa gatal disekitar vulva/vagina.Warna cairan
keputihan akibat jamur berwarna putih kekuning-kuningan dengan
bau yang khas.Keputihan jamur bias diakibatkan oleh kehamilan,
penggunaanpil KB, steroid, diabetes, obesitas, antibiotik, daya
tahan tubuh rendah, dan lain sebagainya.
2) Bakteri

Biasanya, diakibatkan oleh bakteri gardnerella dan


keputihannya disebut bacterial vaginosis dengan ciri-ciri
cairannya encer dengan warna putih keabu-abuan beraromaamis.
Keputihan akibat bakteri biasanya muncul saat kehamilan,
berganti-ganti pasangan, penggunaan alat KB spiral atau IUD,
dan lain sebagainya. 3) Virus

Keputihan yang diakibatkan oleh virus biasanya bawaan dari


penyakit HIV/AIDS, condyloma, herpes, dan lain-lain yang
bias memicu munculnya kanker rahim. Keputihan virus
herpes menular dari hubunganseksual dengan gejala ada luka
melepuh di sekeliling liang vagina dengan cairan gatal dan
rasanya panas. Sedangkan, condyloma memiliki ciri gejala
ada banyak kutil tubuh dengan cairan yang bau yang sering
menyerang ibu hamil.
4) Parasit

Keputihan akibat parasit diakibatkan oleh parasit


trichomonasvaginalis yang menular dari kontak
seks/hubungan seks dengan cairan yang berwarna kuning
hijau kental dengan bau tidak enak dan berbusa. Kadang bisa
gatal dan
membuatiritasi. Parasit keputihan ini bisa menular lewat
tukarmenukar peralatan mandi, pinjam-meminjam pakaian
dalam, menduduki kloset yang terkontaminasi, dan lain
sebagainya (Dita, 2010).

i. Zat atau benda yang bersifat iriatif, meliputi :

1) Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks, dan


spons ;

2) Sabun cuci dan pelembut pakaian ;

3) Deodorant

4) Zat didalam air mandi ;

5) Pembilas vagina ;

6) Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori, dan tidak


menyerap keringat; serta tinja (El Manan, 2011).
2. Patofisiologi

Keputihan yang fisiologis terjadi karena pengaruh hormon estrogen dan


progesterone yang berubah keadaannya terutama pada siklus
haid,sehingga jumlah dan konsistensi sekresi vagina berbeda. Sekresi
meningkat pada saat ovulasi atau sebelum haid. Bakteri dalam vagina
telah menyesuaikan diri dengan perubahan ini dan biasanya tidak terjadi
gangguan. Laktobasili mengubah glikogen dalam cairan vagina menjadi
asam laktat. Asam laktat ini mempertahankan keasaman vagina dan
mencegah pertumbuhan bakteri yang merugikan. Bila kadar salah satu
atau kedua hormon berubah secara dramatis, keseimbangan pH yang
ketat ini akan terganggu. Laktobasili tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya sehingga mudah terjadi infeksi.
Proses infeksi dimulai dengan pelekatan candida pada sel epitel vagina.
Kemampuan melekat ini lebih baik pada candida albizans daripada
spesies candida lainnya. Kemudian candida mensekresikan enzim
proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan protein sel penjamu
sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu candida juga
mengeluarkan mikrotoksin diantaranya glikotoksis yang mampu
mengahambat aktivitas fagositosis dan menekan system imun lokal.
Terbentuknya kolonisasi candida memudahkan proses imunisasi tersebut
berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada penjamu (Kusmiran,
2012).
3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala flour albus atau yang biasa disebut dengan keputihan
adalah sebagai berikut :
1. Gejala pada keputihan fisiologis :

Menurut Stiaputri (2009), gejala keputihan fisiologis yaitu :

a. Cairan tidak berwarna (bening)

b. Tidak berbau

c. Tidak berlebihan

d. Tidak menimbulkan keluhan

2. Gejala pada keputihan patologis :

Menurut Abidin (2009), gejala keputihan patalogis yaitu :

a. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri


b. Sekret vagina yang bertambah banyak

c. Rasa panas saat kencing

d. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

e. Sekret berwarna putih keabu-abuan atau kuning

f. Sekret berbau

Tanda gejala yang lain yaitu gatal pada organ intim, rasa terbakar dan
panas, kemerahan daerah organ intim bagian luar, nyeri saat
berkemih dan nyeri saat hubungan intim (Kusmiran, 2012).
4. Penatalaksanaan

1. Farmakologi

Menurut Jones (2005) pengobatan flour albus yang disebabkan oleh


candiasis dapat dioabati dengan anti jamur atau krim. Biasanya jenis
obat anti jamur yang sering digunakan adalah imidazol yang
disemprotkan dalam vagina sebanyak 1 atau 3 ml. Ada juga obat oral
anti jamur yaitu ketocinazole dengan dosis 2x1 hari selama 5 hari.
Apabila ada keluhan gatal dapat dioleskan salep anti jamur (Fitasari,
2014).
2. Non Farmakologi

Mengatasi flour albus, siapkan 7-10 lembar daun sirih merah segar
lalu cuci bersih. Kemudian rebus dalam 2,5 liter dan dalam keadaan
hangat. Gunakan air rendamannya yang masih hangat untuk
membersihkan vagina 2x sehari dan dilaksanakan selama 5 hari
berturut-turut (Yunianti, 2012).

5. Kemungkinan Data Fokus


1. Wawancara
a. Identitas
Identitas mencakup nama, umur, agama, pendidikan, suku bangsa,
pekerjaan, alamat dan identitas penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang muncul pada kasus Flour Albus adalah keluar
lendir kuning hingga ke abu abuan yang berlebih pada vagina,
berbau dan rasa gatal atau panas.
2) Riwayat Haid atau Menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah
menarche, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya
darah, keluhan utama yang dirasakan saat haid.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk penyakit yang diderita saat ini,apakah pada keadaan klien
dengan Flour Albus menderita sakit flu, batuk dan demam.
4) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Dikaji untuk mengetahui apakah sebelumnya klien pernah
dirawat dirumah sakit atau tidak.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam
keluarga seperti asma, DM, hipertensi, jantung dan riwayat
penyakit menurun seperti TBC dan hepatitis.
c. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Pola Nutrisi
Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien
dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak pada
pasien 2) Pola Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui beberapa kali klien BAK dan BAB
(Varney, 2010). Pada kasus Flour Albus terkadang klien
merasa panas saat kencing.
3) Aktivitas
Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien karena data ini
memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang
biasa dilakukan pasien di rumah (Sulityawati, 2011).
4) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien,berapa
lama kebiasaan tidur siang dan tidur malam hari (Sulistyawati,
2011).
5) Psikologi Budaya
Dikaji untuk mengetahui mengapa bagaimana perasaan klien
menghadapi gangguan reproduksi dengan keputihan sekarang
ini. Pada kasus gangguan reproduksi Flour Albus ini biasanya
didapatkan data psikologisnya adalah klien merasa cemas dan
tidak nyaman dengan keadaannya.
6) Penggunaan Obat-Obatan atau Rokok
Dikaji untuk mengetahui apakah klien perokok atau pemakai
obat-obatan atau tidak.
2. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
a. Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini,perawat perlu mengamati keadaan pasien
secara menyeluruh.
b. Tanda-Tanda Vital
c. Kepala
Untuk mengetahui rambut bersih atau tidak,rontok
atau tidak,berketombe atau tidak.
d. Mata
Meliputi pemeriksaan conjungtiva,sklera dan oedema.
e. Hidung
Meliputi pemeriksaan secret dan polip
f. Telinga
Meliputi pemeriksaan tanda infeksi,serumen dan kesimetrisan
telinga.
g. Mulut
Meliputi pemeriksaan keadaan bibir,stomatitis,epulis,karies dan
lidah.
h. Leher
Meliputi pemeriksaan pembesaran kelenjar limfe,pembesaran
kelenjar tyroid.
i. Dada dan Mammae
1) Pembesaran, simetris, areola, puting, kolostrum dan tumor.
2) Retraksi pembesaran kelenjar limfe ketiak, massa dan nyeri
tekan.
j. Abdomen
Meliputi pemeriksaan perut normal atau tidak, kandung kemih, ada
benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak
k. Genetalia
1) Vagina
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya varises atau
tidak,mengetahui apakah ada kelenjar bartholini,mengetahui
pengeluaran yaitu perdarahan dan flour albus.
2) Anus
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kebersihannya dan
adanya haemoroid atau tidak.
l. Ekstremitas
Untuk mengetahui adanya edema pada tangan dan kaki,pucat pada
kuku jari atau tidak,terdapat varises atau tidak serta reflek patella.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan preparat basah
Dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes cairan NaCl
0,9% pada sekret vagina diatas objek glass kemudia ditutupi
dengan coverslip. Dan dilakukan pemeriksaan mikroskopik
menggunakan kekuatan tinggi (400 kali) untuk melihat clue cells,
yang merupakan sel epitel vagina yang diselubungi dengan bakteri
(terutama Gardnerella vaginalis).
b. Pemeriksaan preparat basah
Pemeriksaan preparat basah mempunyai sensitifitas 60% dan
spesifitas 98% untuk mendeteksi bakterial vaginosis. Clue cells
adalah penanda bakterial vaginosis. Tes lakmus untuk Ph Kertas
lakmus ditempatkan pada dinding lateral vagina. Warna kertas
dibandingkan dengan warna standar. pH vagina normal 3,8-4,2.
Pada 80-90% bakterial vaginosis ditemukan pH > 4,5.
c. Pewarnaan gram sekret vagina
Pewarnaan gram sekret vagina dari bakterial vaginosis tidak
ditemukan Lactobacillus sebaliknya ditemukan pertumbuhan
berlebihan dari Gardnerella vaginalis dan atau Mobilincus sp,dan
bakteri anaerob lainnya.
d. Kultur vagina Kultur Gardnerella vaginalis kurang bermanfaat untuk
diagnosis bakterial vaginosis. Kultur vagina positif untuk G.
Vaginalis pada bakterial vaginosis tanpa gejala klinis tidak perlu
mendapat pengobatan
e. Uji H202
Pemberian setetes H202 (hidrogen peroksida) pada sekret vagina
diatas gelas objek akan segera membentuk gelembung busa
(foaming bubbles) karena adanya sel darah putih yang karakteristik
untuk trikomoniasis atau pada vaginitis deskuamatif,sedangkan
pada vaginosis bakterialis atau kandidiasis vulvovaginal tidak
bereaksi.
6. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Infeksi jamur, bakteri, Nyeri Akut

DO : parasit, virus

- Keluhan
Proses infeksi menimbulkan
nyeri
nyeri
- Meringis ↓
- Gelisah Nyeri akut

- Kesulitan
tidur

- Menarik
diri

- Berfokus
pada diri
sendiri

- Kesulitan
untuk fokus

- TTV
meningkat

2 DS : Infeksi jamur, bakteri, Gangguan Rasa


DO : parasit, virus Nyaman

- Adanya ↓
pengeluaran Produksi lendir meningkat
cairan pada ↓
vagina Lembab pada area vagina

- Gangguan
pola tidur Prasa tidak nyaman

- Gangguan ↓

pola hidup Gangguan rasa nyaman

- Gelisah

- Gatal pada
daerah vagina

- Lelah

3 DS: Infeksi jamur, bakteri, Resiko Integritas


DO : parasit, virus Kulit/Jaringan

- Adanya ↓
pengeluaran Produksi lendir meningkat
cairan

keputihan dari
Gatal
vagina

- Gatal
Perilaku menggaruk
- Perilaku

menggaruk
Resiko integritas kulit/jaringan
- Kemerahan
pada daerah
vagina

- Suhu
meningkat
pada daerah
vagina
- 4 DS : - DO : Infeksi jamur, bakteri, Defisit
parasit, virus Pengetahuan

- Produksi lendir meningkat

Adanya ↓
pengeluaran
Pasien tidak mengetahui
cairan
kondisinya
keputihan

- dari vagina
Defisit pengetahuan
Tampak
tidak
mengerti
dengan
keadaan
yang
- dialami

Perilaku
menggaruk
pada daerah
- vagina

Persepsi
yang keliru
terhadap
masalah
yang
- dihadapi

Klien
bertanya
tentang
keadaan
yang
dialami
7. Diagnosa Keperawatan (SDKI)

1. Nyeri Akut (D.0077)

2. Gangguan Rasa Nyaman (D. 0074)

3. Resiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0139)

4. Defisit Pengetahuan (D.0111)


8. Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI dan SIKI)
No Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Indonesia (SLKI) Indonesia (SIKI)
1 Nyeri Akut Tingkat Nyeri MANAJEMEN NYERI
(L.08066) (I 08238)
(D.0077)
Observasi
1) Memfasilitasi pengkajian yang
Tupan : 1) Identifikasi lokasi,
akurat tentang nyeri pasien
Setelah dilakukan karakteristik, durasi, frekuensi,
2) Mengetahui tingkat nyeri
tindakan keperawatan 3 x kualitas, intensitas nyeri
3) Untuk mengetahui mimik wajah
24 jam diharapkan nyeri 2) Identifikasi skala nyeri
yang diperlihatkan pasien saat
hilang 3) Identifikasi respon nyeri non
nyeri muncul
verbal
4) Untuk mengetahui apa saja
Tupen : 4) Identifikasi faktor yang
Setelah dilakukan tindakan yang memperburuk dan
memperberat dan
keperawatan 1 x 24 jam memperingan keadaan nyerinya
memperingan nyeri
diharapkan nyeri 5) Mengetahui tingkat
5) Identifikasi pengetahuan dan
berkurang pengetahuan pasien tentang
keyakinan tentang nyeri
nyeri yang dirasakan
6) Identifikasi pengaruh budaya
Kriteria Hasil : 6) Setiap budaya memiliki cara

1) Keluhan nyeri menurun

2) Meringis menurun
terhadap respon nyeri berbeda dalam menangani nyeri
3) Sikap protektif menurun
7) Mengetahui sejauh mana nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri
4) Gelisah menurun mempengaruhi kehidupan
pada kualitas hidup
5) Kesulitan tidur menurun pasien
8) Monitor keberhasilan terapi
8) Menentukan apakah terapi
6) Menarik diri menurun komplementer yang sudah
berhasil ataumemerlukan
7) Berfokus pada diri sendiri diberikan
alternatif terapi yang lain
menurun 9) Monitor efek samping 9) Mengetahui apakah
8) Diaforesis menurun penggunaan analgetik penggunaan analgetik dapat
9) Perasaan depresi menurun diterukan atau tidak
10) Anoreksia menurun
11) Perineum terasa tertekan
Terapeutik
menurun 1) Mengurangi rasa nyeri yang

12) Pupil dilatasi menurun 1) Berikan teknik dirasakan


nonfarmakologis (mis. TENS,
2) Untuk mengurangi rasa nyeri
13) Muntah menurun hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi yang dirasakan pasien dan
14) Mual menurun pijat, aroma terapi, teknik
memberikan kenyamanan
imajinasi terbimbing,
15) Frekuensi nadi membaik kompres 3) Untuk mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan pasien
16) Tekanan darah membaik
17) Proses berpikir membaik hangat/dingin, terapi bermain) 4) Strategi yang benar akan
membantu mengurangi
18) Fokus membaik 2) Control lingkungan yang
atau meredakan rasa nyeri
memperberat rasa nyeri (mis.
19) Fungsi berkemih
membaik Suhu ruangan, pencahayaan,

20) Nafsu makan membaik kebisingan)

21) Pola makan membaik 3) Fasilitasi istirahat dan tidur

4) Pertimbangkan jenis dan


sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode,
2) Jelaskan strategi meredakan 1) Untuk memberikan

nyeri pemahaman agar pasien

3) Anjurkan memonitor nyeri tidak gelisah saat nyeri

secara mandiri timbul

4) Anjurkan menggunakan 2) Memberikan pemahaman


analgetik secara tepat kepada pasien dalam
5) Ajarkan teknik 3) mengatasi nyeri secara
nonfarmakologis mandiri
untuk mengurangi rasa Memberikan
nyeri pemahaman agar pasien
4) mampu mengontrol
nyeri secara mandiri
5) Membantu mengurangi
rasa nyeri
Memberikan
pemahaman agar mampu
1) mengatasi nyeri secara
mandiri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
Membantu mengurangi rasa
analgetik, jika perlu
nyeri

2 Gangguan Rasa Status Kenyamanan (L.08064) Terapi Relaksasi (I. 09326)


Nyaman
Observasi
(D.0074) Tupan : 1)
Setelah dilakukan tindakan 1) Identifikasi penurunan tingkat
energi, ketidakmampuan Untuk mengetahui penyebab
dari ketidakmampuan
keperawatan 3 x 24 jam berkonsentrasi atau gejala 2) berkonsentrasi
diharapkan diharapkan gangguan lain yang mengganggu Agar dapat membandingkan
rasa nyaman hilang kemampuan kognitif keefektivat relaksasi yang
sebelumnya pernah
2) Identifikasi teknik relaksai
Tupen : digunakan dengan relaksasi
yang pernah efektif digunakan
Setelah dilakukan tindakan 3) yang akan digunakan
keperawatan 1 x 24 jam 3) Identifikasi kesediaan, Mengetahui keefektifan teknik
diharapkan diharapkan rasa kemampuan, dan penggunaan
4) yang pernah digunakan Untuk
nyaman meningkat teknik sebelumnya mengevaluasi pengaruh
4) Periksa ketegangan otot, relaksasi benson apabila
Kriteria Hasil frekuensi nadi, tekanan darah, pasien memiliki ketegangan
1) Kesejahteraan fisik dan suhu sebelum dan sesudah 5) otot sebelum dan sesudah
meningkat latihan latihan Mengetahui tingkat
2) Kesejahteraan kecocokan pasien dengan
5) Monitor respon terhadap terapi
psikologis meningkat terapi relaksasi
relaksasi
Dukungan sosial dari
keluarga meningkat Terapeutik 1)

4) Dukungan sosial dari 1) Ciptakan lingkungan yang


teman tenang dan tanpa gangguan Meningkatkan kenyamanan
pasien
meingkat dengan pencahayaan dan suhu 2) Memberikan pemahaman
5) Perawatan sesuai ruang nyaman, jika kepada pasien mengenai teknik
keyakinan budaya memungkinkan relaksasi yang akan diberikan
meningkat 3) Pakaian yang terlalu ketat akan
2) Berikan informasi tertulis
6) Perawatan sesuai menganggu kenyaman pasien
tentang persiapan dan
kebutuhan meningkat 4) Memberikan ketenangan
prosedur teknik relaksasi
7) Kebebasan kepada pasien
melakukan ibadah 3) Gunakan pakaian longgar 5) Memberikan ketenangan dan
meningkat 4) Gunakan nada suara lembut kenyamanan kepada pasien
8) Rileks meningkat dengan irama lambat dan
10) Keluhan tidak nyaman berirama
menurun
5) Gunakan relaksasi sebagai
11) Gelisah menurun
strategi penunjang dengan
12) Kebisingan menurun nalgesik atau tindakan medis

13) Keluhan sulit tidur lain, jika sesuai


menurun
Edukasi
1) Agar pasien jenis relaksasi
1) Jelaskan tujuan manfaat, yang sedang digunakan untuk
batasan, dan jenis relaksasi
14) Keluhan kedinginan yang tersedia (mis. mengatasi gangguan rasa
menurun musik, meditasi, napas nyaman yang pasien alami
15) Gatal menurun dalam, relaksasi otot 2) Memberikan pemahaman lebih
progresif) kepada pasien mengenai
16) Mual menurun
tindakan yang dilakukan
17) Lelah menurun 2) Jelaskan secara rinci
3) Posisi yang nyaman akan
intervensi relaksasi yang
18) Merintih menurun memberikan ketenangan
dipilih
19) Menangis menurun kepada pasien saat melalukan
3) Anjurkan mengambil posisi
tekmik relaksasi
20) Iritabilitas menurun nyaman
4) Meningkatkan keefektifan
21) Menyalahkan diri sendiri 4) Anjurkan rileks dan teknik relaksasi
menurun merasakan sensai relaksasi 5) Agar pasien mendapatkan
22) Konfusi menurun manfaat yang optimal dengan
5) Anjurkan sering mengulangi
23) Konsumsi alkohol melakukan relaksasi
atau melatih teknik yang
menurun 6) Agar pasien mengetahui
dipilih
gerakan yang tepat sehingga
24) Penggunaan zat menurun 6) Demonstrasikan dan latih
akan mengoptimalkan manfaat
teknik relaksasi (mis. napas
25) Percobaan bunuh
dalam, peregangan, atau yang akan didapat oleh pasien
imajinasi terbimbing)
diri menurun
26) Memori masa lalu
membaik
27) Pola eliminasi membaik
28) Postur tubuh membaik
29) Kewaspadaan membaik
30) Pola tidur membaik
31) Pola hidup membaik

3 Resiko Integritas Kulit Dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit


Gangguan (L.14125) (I.11353)
Integritas
Observasi
Kulit/Jaringan Tupan :
1) Identifikasi penyebab gangguan
(D.0139) Setelah dilakukan tindakan 1) Mencegah kerusakan integritas
integritas kulit (mis. kulit
keperawatan selama 3 x 24 jam,
Perubahan sirkulasi,
diharapkan integritas kulit dan
perubahan status nutrisi,
jaringan meningkat
peneurunan kelembaban, suhu

Tupen : lingkungan ekstrem,

Setelah dilakukan tindakan penurunan mobilitas)


keperawatan selama 1 x 24 Terapeutik
jam, diharapkan integritas kulit 1) Ubah posisi setiap 2 jam jika
dan jaringan membaik Kriteria 1) Mencegah terjadinya
tirah baring
Hasil : kerusakan intergritas kulit
2) Gunakan produk berbahan
terutama dibagian punggung
1) Kerusakan jaringan menurun ringan/alami dan hipoalergik
2) Untuk menjaga kesehatan kulit
2) Kerusakan lapisan kulit pada kulit sensitif
dan mencegah terjadinya
menurun 3) Hindari produk berbahan dasar alergi
3) Perdarahan menurun alkohol pada kulit kering 3) Untuk mencegah kulit agar
tidak kering
4) Kemerahan menurun

5) Hematoma menurun Edukasi

6) Pigmentasi abnormal 1) Anjurkan minum air yang cukup


menurun 1) Untuk menjaga kesehatan dan
2) Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi kelembaban kulit
7) Jaringan parut menurun
2) Untuk memberikan energi pada
8) Nekrosis menurun 3) Anjurkan meningkat asupan
buah dan sayur tubuh
9) Abrasi kornea menurun 3) Membantu menjaga kesehatan
kulit
10) Suhu kulit membaik
11) Sensasi membaik

12) Tekstur membaik

13) Pertumbuhan rambut


membaik

4 Defisit Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan


Pengetahuan (L.12111)
Observasi:
(D.0111)
1) Identifikasi kesiapan dan 1) Memahami kemampuan
Tupan :
kemampuan menerima pasien dalam menerima
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 informasi informasi
jam, diharapkan tingkat
pengetahuan meningkat 2) Identifikasi faktor-faktor 2) Mengetahui faktor yang
yang dapat meningkatkan meningkatkan dan
dan menurunkan motivasi menurunkan motivasi PHBS
perilaku hidup bersih dan pasien
sehat
1) Untuk memudahkan
Terapeutik
memberikan informasi
1) Sediakan materi dan media kepada pasien
pendidikan kesehatan
2) Jadwalkan pendidikan Memberikan pendidikan
2)
kesehatan sesuai kesepakatan kesehatan diwaktu yang tepat
3) Berikan kesempatan untuk akan meningkatkan
bertanya keefektifannya
Edukasi
Memberikan waktu
1) Jelaskan faktor risiko yang 3)
kepada pasien untuk
dapat mempengaruhi kesehatan
mendapatkan informasi
2) Ajarkan perilaku hidup bersih
yang belum dipahami
dan sehat
3) Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan Memberikan pemahaman
perilaku hidup bersih dan sehat 1)
kepada pasien tentang faktor
yang dapat memperburuk
kondisinya
Meningkatkan PHBS pasien
2) Mempertahankan PHBS yang
3) telah diajarkan
DAFTAR PUSTAKA

Alexandria Daniyanti Maharani 2017. Asuhan Kebidanan dan Keperawatan


Gangguan Reproduksi Dengan Flour Albus Di UPTD Puskesmas Nusukan
Surakarta Diakses onlline pada : 21 Juli 2022 dari
http://digilib.ukh.ac.id/download.php?id=2310

Kuncoro (2012). Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan Dan


Keperawatan. Jakarta : Salemba

Shadine, M. 2012. Penyakit Wanita . Yogyakarta : Citra Pustaka

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Edisi 1, Cetakan III. PPNI. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1, Cetakan II. PPNI. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1, Cetakan II. PPNI. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

FLOUR ALBUS “KEPUTIHAN”

ELSA CHANTYKA NOVRISA HASYIM 1490122057

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVIII


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Hari / tanggal : Kamis / 21 Juli 2022


Waktu : 60 menit
Judul / Topik : Flour Albus / Keputihan
Sasaran : Remaja
Sasaran Utama : Nn. A
Tempat : Baleendah

A. Tujuan instruksional umum :


Setelah diberikan penyuluhan ini Nn. L mengerti tentang kesehatan reproduksi
pada remaja atau terhadap dirinya sendiri yaitu Fluor Albus atau keputihan. B.
Tujuan instruksional khusus :
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1 x 60 menit, diharapkan
dapat
:

1. Menjelaskan pengertian keputihan

2. Menjelaskan macam-macam keputihan

3. Menjelaskan penyebab keputihan

4. Menjelaskan tanda dan gejala keputihan

5. Menjelaskan pencegahan keputihan C. Sub pokok bahasan :

1. Menjelaskan pengertian keputihan

2. Menjelaskan macam-macam keputihan

3. Menjelaskan penyebab keputihan

4. Menjelaskan tanda dan gejala keputihan

5. Menjelaskan pencegahan keputihan

D. Proses pelaksanaan penyuluhan :


Tahapan Alokasi Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran Penanggung

Waktu Jawab
Pembukaan 3 menit 1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam Elsa CNH
mengucapkan salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
3. Menyampaikan kontrak waktu 4. Memperhatikan
4. Menyebutkan materi yang akan 5. Memperhatikan
disampaikan
5. Menyampaikan tujuan dari
penyuluhan

Isi 45 menit Pelaksanaan : 1. Mendengarkan dan Elsa CNH


Penyuluhan menjawab
1. Apersepsi materi
2. Memperhatikan
2. Menjelaskan :

a. Menjelaskan pengertian
keputihan
b. Menjelaskan macam-
macam keputihan
c. Menjelaskan penyebab
keputihan
d. Menjelaskan tanda dan
gejala keputihan
e. Menjelaskan pencegahan
keputihan
3. Memberikan kesempatan
kepada audience untuk
bertanya mengenai hal-hal
yang belum dimengerti

Penutup 10 Evaluasi : 1. Memperhatikan Elsa CNH


menit
1. Menanyakan kembali kepada 2. Menjawab salam
audience mengenai materi
yang telah diberikan

Terminasi:
1. Mengucapkan terimakasih
atas peran serta audience
2. Mengucapkan salam penutup

E. Metode penyuluhan
Ceramah dan tanya jawab
F. Media penyuluhan
Leaflet
G. Evaluasi
Pertanyaan :

1. Menjelaskan pengertian keputihan

2. Menjelaskan macam-macam keputihan

3. Menjelaskan penyebab keputihan

4. Menjelaskan tanda dan gejala keputihan

5. Menjelaskan pencegahan keputihan

Jawaban :
1. Flour albus atau keputihan merupakan keluarnya cairan selain darah dari
liang vagina diluar kebiasaan, baik berbau maupun tidak, serta disertai
rasa gatal setempat.
2. Macam-macam flour albus :

a. Flour albus fisiologis : Jenis flour albus ini merupakan respon tubuh
normal yang biasa keluar sebelum, saat, dan sesudah masa siklus haid.
Flour albus fisiologis terjadi karena rangsangan hormon, stress atau
akibat aktivitas seksual dan datang saat masa subur wanita (Yunianti,
2014). Flour albus normal dapat terjadi pada masa menjelang
menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10- 16 menstruasi
(Marhaeni, 2016).
b. Flour albus patologis : Flour albus jenis patologis disebut juga sebagai
flour albus tidak normal. Jenis flour albus patologis termasuk ke dalam
jenis penyakit. Flour albus patologis dapat menyebabkan berbagai efek
dan hal ini saat mengganggu bagi kesehatan wanita pada umumnya
dan khususnya kesehatan daerah kewanitaan.Flour albus patologis
merupakan flour albus yang terjadi karena adanya infeksi bakteri,
jamur yang dimana cairan keluar banyak dan terus menerus dari
vagina (Sianturi, 2017).
3. Penyebab flour albus adalah

a. Flour albus fisiologis (normal) ditemukan pada :

1) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya


ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin.

2) Menjelang atau setelah haid.

3) Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,


disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal
ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi
pada senggama.

4) Ovulasi, secret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih


encer.

5) Kehamilan.
6) Stres, kelelahan.

7) Pemakaian Kontrasepsi Hormonal

8) Pengeluaran secret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada


wanita dengan penyakit menahun, dan pada wanita dengan
ektropionporsionis uteri.

b. Sedangkan fluor albus patologik (abnormal) disebabkan oleh :

1) Infeksi, meliputi :

a) Jamur : Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans


yang menyebabkan rasa gatal disekitar vulva/vagina.Warna
cairan keputihan akibat jamur berwarna putih kekuning-
kuningan dengan bau yang khas.Keputihan jamur bias
diakibatkan oleh kehamilan, penggunaanpil KB, steroid,
diabetes, obesitas, antibiotik, daya tahan tubuh rendah, dan lain
sebagainya.

b) Bakteri : Biasanya, diakibatkan oleh bakteri gardnerella dan


keputihannya disebut bacterial vaginosis dengan ciri-ciri
cairannya encer dengan warna putih keabu-abuan
beraromaamis. Keputihan akibat bakteri biasanya muncul saat
kehamilan, berganti-ganti pasangan, penggunaan alat KB spiral
atau IUD, dan lain sebagainya.

c) Virus : Keputihan yang diakibatkan oleh virus biasanya


bawaan dari penyakit HIV/AIDS, condyloma, herpes, dan lain-
lain yang bias memicu munculnya kanker rahim. Keputihan
virus herpes menular dari hubunganseksual dengan gejala ada
luka melepuh di sekeliling liang vagina dengan cairan gatal dan
rasanya panas. Sedangkan, condyloma memiliki ciri gejala ada
banyak kutil tubuh dengan cairan yang bau yang sering
menyerang ibu hamil.
d) Parasit : Keputihan akibat parasit diakibatkan oleh parasit
trichomonasvaginalis yang menular dari kontak seks/hubungan
seks dengan cairan yang berwarna kuning hijau kental dengan
bau tidak enak dan berbusa. Kadang bisa gatal dan
membuatiritasi. Parasit keputihan ini bisa menular lewat
tukarmenukar peralatan mandi, pinjam-meminjam pakaian
dalam, menduduki kloset yang terkontaminasi, dan lain
sebagainya (Dita, 2010).

2) Zat atau benda yang bersifat iriatif, meliputi :

a) Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks, dan


spons;

b) Sabun cuci dan pelembut pakaian ;

c) Deodorant

d) Zat didalam air mandi ;

e) Pembilas vagina ;

f) Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori, dan tidak


menyerap keringat; serta tinja (El Manan, 2011).
4. Tanda dan gejala, diantaranya :
Tanda dan gejala flour albus atau yang biasa disebut dengan keputihan
adalah sebagai berikut :
a. Gejala pada keputihan fisiologis :
Menurut Stiaputri (2009), gejala keputihan fisiologis yaitu :

1) Cairan tidak berwarna (bening)

2) Tidak berbau

3) Tidak berlebihan

4) Tidak menimbulkan keluhan

b. Gejala pada keputihan patologis :


Menurut Abidin (2009), gejala keputihan patalogis yaitu :

1) Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri

2) Sekret vagina yang bertambah banyak

3) Rasa panas saat kencing

4) Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

5) Sekret berwarna putih keabu-abuan atau kuning

6) Sekret berbau
Tanda gejala yang lain yaitu gatal pada organ intim, rasa terbakar dan
panas, kemerahan daerah organ intim bagian luar, nyeri saat berkemih dan
nyeri saat hubungan intim (Kusmiran, 2012).
5. Cara mencegah flour albus

a. Membersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak menganggu


kestabilan pH disekitar vagina, serta meningkatkan pertumbuhan flour
normal dan menekan pertumbuhan bakteri.
b. Hindari penggunaan bedak pada organ kewanitaan karena bedak
memiliki partikel halus yang mudah terselip, akhirnya mengundang
bakteri dan jamur.
c. Keringkan bagian vagina sebelum berpakaian, gunakan celana dalam
yang kering, apabila basah atau lembab misalnya mengunakan celana
dalam yang bahannya menyerap keringat seperti katun, hindari
pemakaian celana terlalu ketat. Sering ganti pembalut ketika
menstruasi untuk mencegah bakteri berkembang biak (Hikmah, 2014).
d. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu
dari arah depan ke belakang.
e. Mengelola stress, stres dapat meningkatkan hormon adrenalin yang
menyebabkanpenyempitan pembuluh darah (Marhaeni,2016).
f. Gunakan panty liner di saat perlu saja. Jangan terlalu lama.Misalkan
saat bepergian ke luar rumah dan lepaskan sekembalinya di rumah
(Wijayanti, 2009: 55).
H. Lampiran materi penyuluhan

MATERI

1. Flour albus atau keputihan merupakan keluarnya cairan selain darah dari
liang vagina diluar kebiasaan, baik berbau maupun tidak, serta disertai
rasa gatal setempat.

2. Macam-macam flour albus :

a. Flour albus fisiologis

Jenis flour albus ini merupakan respon tubuh normal yang biasa keluar
sebelum, saat, dan sesudah masa siklus haid. Flour albus fisiologis
terjadi karena rangsangan hormon, stress atau akibat aktivitas seksual
dan datang saat masa subur wanita (Yunianti, 2014). Flour albus
normal dapat terjadi pada masa menjelang menstruasi, pada sekitar
fase sekresi antara hari ke 10- 16 menstruasi (Marhaeni, 2016).
b. Flour albus patologis
Flour albus jenis patologis disebut juga sebagai flour albus tidak
normal. Jenis flour albus patologis termasuk ke dalam jenis penyakit.
Flour albus patologis dapat menyebabkan berbagai efek dan hal ini
saat mengganggu bagi kesehatan wanita pada umumnya dan
khususnya kesehatan daerah kewanitaan. Flour albus patologis
merupakan flour albus yang terjadi karena adanya infeksi bakteri,
jamur yang dimana cairan keluar banyak dan terus menerus dari
vagina (Sianturi, 2017).

3. Penyebab flour albus adalah

a. Flour albus fisiologis (normal) ditemukan pada :

1) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya


ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin.

2) Menjelang atau setelah haid.


3) Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu
koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding
vagina. Hal

ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi


pada senggama.

4) Ovulasi, sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih


encer.

5) Kehamilan.

6) Stres, kelelahan.

7) Pemakaian Kontrasepsi Hormonal

8) Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada


wanita dengan penyakit menahun, dan pada wanita dengan
ektropionporsionis uteri.

b. Sedangkan fluor albus patologik (abnormal) disebabkan oleh :

1) Infeksi, meliputi :

a) Jamur : Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans


yang menyebabkan rasa gatal disekitar vulva/vagina.Warna
cairan keputihan akibat jamur berwarna putih
kekuningkuningan dengan bau yang khas.Keputihan jamur
bias diakibatkan oleh kehamilan, penggunaanpil KB, steroid,
diabetes, obesitas, antibiotik, daya tahan tubuh rendah, dan
lain sebagainya.

b) Bakteri : Biasanya, diakibatkan oleh bakteri gardnerella dan


keputihannya disebut bacterial vaginosis dengan ciri-ciri
cairannya encer dengan warna putih keabu-abuan
beraromaamis. Keputihan akibat bakteri biasanya muncul saat
kehamilan, berganti-ganti pasangan, penggunaan alat KB
spiral atau IUD, dan lain sebagainya.

c) Virus : Keputihan yang diakibatkan oleh virus biasanya


bawaan dari penyakit HIV/AIDS, condyloma, herpes, dan
lain-lain yang bias memicu munculnya kanker rahim.
Keputihan virus herpes menular dari hubungan seksual dengan
gejala ada luka melepuh di sekeliling liang vagina dengan
cairan gatal dan rasanya panas. Sedangkan, condyloma
memiliki ciri gejala ada banyak kutil tubuh dengan cairan
yang bau yang sering menyerang ibu hamil.

d) Parasit : Keputihan akibat parasit diakibatkan oleh parasit


trichomonas vaginalis yang menular dari kontak
seks/hubungan seks dengan cairan yang berwarna kuning
hijau kental dengan bau tidak enak dan berbusa. Kadang bisa
gatal dan
membuatiritasi. Parasit keputihan ini bisa menular lewat
tukarmenukar peralatan mandi, pinjam-meminjam pakaian
dalam, menduduki kloset yang terkontaminasi, dan lain
sebagainya (Dita, 2010).

2) Zat atau benda yang bersifat iriatif, meliputi :

a. Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks,


dan spons

b. Sabun cuci dan pelembut pakaian ;

c. Deodorant

d. Zat didalam air mandi ;

e. Pembilas vagina ;

f. Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori, dan


tidak menyerap keringat; serta tinja (El Manan, 2011).
4. Tanda dan gejala, diantaranya :

Tanda dan gejala flour albus atau yang biasa disebut dengan keputihan
adalah sebagai berikut :

a. Gejala pada keputihan fisiologis :

Menurut Stiaputri (2009), gejala keputihan fisiologis yaitu :

1. Cairan tidak berwarna (bening)

2. Tidak berbau

3. Tidak berlebihan

4. Tidak menimbulkan keluhan

Gejala pada keputihan patologis :


Menurut Abidin (2009), gejala keputihan patalogis yaitu :

1. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri

2. Sekret vagina yang bertambah banyak

3. Rasa panas saat kencing

4. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

5. Sekret berwarna putih keabu-abuan atau kuning

6. Sekret berbau

Tanda gejala yang lain yaitu gatal pada organ intim, rasa terbakar dan
panas, kemerahan daerah organ intim bagian luar, nyeri saat berkemih
dan nyeri saat hubungan intim (Kusmiran, 2012).

b. Cara mencegah flour albus

1) Membersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak


menganggu kestabilan pH disekitar vagina, serta meningkatkan
pertumbuhan flora normal dan menekan pertumbuhan bakteri.
2) Hindari penggunaan bedak pada organ kewanitaan karena bedak
memiliki partikel halus yang mudah terselip, akhirnya mengundang
bakteri dan jamur.
3) Keringkan bagian vagina sebelum berpakaian, gunakan celana
dalam yang kering, apabila basah atau lembab misalnya
mengunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat
seperti katun, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Sering ganti
pembalut ketika menstruasi untuk mencegah bakteri berkembang
biak (Hikmah, 2014).
4) Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air
yaitu dari arah depan ke belakang.
5) Mengelola stress, stres dapat meningkatkan hormon adrenalin yang
menyebabkanpenyempitan pembuluh darah (Marhaeni,2016).
6) Gunakan panty liner di saat perlu saja. Jangan terlalu lama.
Misalkan saat bepergian ke luar rumah dan lepaskan sekembalinya
di rumah (Wijayanti, 2009: 55).
I. Lampiran Media
DOKUMENTASI

Rabu, 20 Juli 2022 (10.00 WIB)

Kamis, 21 Juli 2022 (14.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai