Anda di halaman 1dari 33

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keputihan

1. Pengertian Keputihan

Keputihan adalah secret putih yang kental yang keluar dari vagina

maupun rongga uterus baik berbau atau tidak berbau dan di sertai rasa

gatal pada daerah kewanitaan (Prili Puspa, 2021).

Keputihan juga dapat diartikan keluarnya cairan berelebihan dari liang

senggama (vagina) yang terkadang diserai rasa gatal, nyeri, rasa terbakar

di bibir kemaluan, kerap disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri

sewaktu buang air kecil atau bersenggama (Prili Puspa, 2021).

Keputihan (Leukorea, Flour Albus) merupakan gejala awal suatu

penyakit dengan adanya cairan yang di keluarkan dari alat-alat genetal

yang bukan berupa darah (Sukamto, 2018). Gejala keputihan yang paling

sering di jumpai pada penderita genikologi adanya gejala ini diketahui

oleh penderita karena terdapnya secret yang mengotori celananya (Ayu,

2019).

2. Etiologi keputihan

Beberapa penyebab terjadinya keputihan menurut Ayu (2019), di

antaranya sebagai berikut :

5
6

a. Penyebab Fisisologis

Di pengaruhi oleh faktor hormonal seperti saat terjadinya

ovulasi, sebelum dan sesudah haid, rangsangan seksual, dan emosi.

b. Penyebab Patologis

1) Infeksi

a) Jamur

Infeksi jamur yang menyebabkan keputihan yang

paling sering biasanya di sebabkan oleh jamur Candida

Albican dan monilia. Cairannya berwarna putih kental,

bergumpal seperti butiran tepung, berbau agak menyengat,

kadang ada rasa nyeri saat bersenggama disertai rasa gatal

vagina.

b) Parasit

Jenis parasit yang sering menimbulkan keputihan

adalah Trichomonas vaginalis. Parasit ini di tularkan terutama

lewat hubungan seksual, sehingga termasuk salah satu penyakit

menular seksual (PMS). Dapat pula ditularkan melalui

perlengkapan mandi, atau bibir kloset yang sudah

terkontaminasi. Ciri-cirinya keputihan sangat kental, berwarna

kuning atau kehijauan, dan berbau anyir.

c) Bakteri

6
7

Bakteri adalah sekelompok mikroorganisme bersel tunggal

dengan konfigurasi selular prokariotik (tidak memiliki

selubung inti). Beberapa bakteri yang dapat meyebabkan

infeksi :

1) Gardnerella

Keputihan yang disebabkan oleh bakteri ini biasanya

encer, berwarna keabuan, berair, berbuih dan berbau amis

disertai rasa ketidaknymanan di perut bagian bawah.

2) Bacterial vaginosis

Ditandai dengan keluarnya keputihan yang kental,

berwarna kuning, berbau busuk atau gatal, vulva

kemerahan dan terasa bengkak serta sakit ketika buang air

kecil.

d) Virus

Keputihan akibat infeksi virus juga sering disebabkan

oleh penyakit-penyakit kelamin seperti condyloma acuminata,

herpes, HIV/IDS. Infeksi akibat condyloma acuminata ditandai

dengan timbulnya kutil-kutil yang sangat banyak disertai

dengan cairan yang sangat bau namun tidak menyebabkan rasa

gatal.

2) Penggunaan antibiotik

7
8

Penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat menyebabkan

populasi bakteri di daerah vagina ikut mati. Bakteri doderlein

lactobacillus di daerah vagina bertugas menghasilkan asam laktat

agar jamur atau bakteri tidak dapat hidup. Kebiasaan menggunakan

produk pencuci kewanitaan yang umumnya bersifat alkalis juga

dapat menurunkan keasaman daerah vagina (Prili Puspa, 2021).

c. Penyebab lainnya

Penyebab terjadinya keputihan yang lainnya menurut yuniati (2015)

adalah :

1) Kurangnya pengetahuan

Kurangnya pengetahuan mengenai kejadian keputihan akan

membawa remaja pada sikap menjaga kebersihan organ genitlia

yang buruk dapat menjadi faktor penentu dalam memelihara

kesehatn reproduksi, kurangnya pemahaman tentang kondisi dan

perubahan tubuh pada saat keputihan sehingga terjadi salah

pengertian dan kecemasan berlebihan terhadap kondisi tersebut.

2) Sikap menjaga vaginal hygiene yang buruk

a) Penggunaan celana dalam yang tidak menyerap keringat

Jamur tumbuh subur pada keadaan yang hangat dan

lembab. Celana dalam yang terbuat dari nilon tidak menyerap

keringat sehingga menyebabkan kelembaban. Campuran

keringat dan sekresi alamiah vagina sendiri mulai bertimbun.

8
9

Keadaan ini menjadi tempat yang cocok untuk pertumbuhan

jamur kandida dan bakteri lain yang merugikan.

b) Penggunaan celana panjang yang ketat

Celana panjang yang ketat juga dapat meneybabkan

keputihan karena merupakan penghalang terhadap udara yang

berada disekitar daerah genetalia dan merupakan perangkap

keringat pada daerah selangkangan.

c) Penggunaan sabun pembilas vagina

Sabun vagina sebenarnya tidak perlu digunakan karena

dapat mengiritasi membran mukosa dan mungkin

menimbulkan keputihan. Karena tidak dapat bekerja

semestinya sehingga mempengaruhi kuman-kuman di dalam

vagina.

3) Asupan gizi

Hindari makanan yang banyak mengandung karbohidrat

dengan kadar gula tinggi seperti, tepung, sereal dan roti, gula yang

dikonsumsi berlebihan yaitu >50 gram/hari menyebabkan bakteri

lactobacillus tidak dapat meragikan semua gula ke dalam asam

laktat dan tidak dapat menahan pertumbuhan penyakit, maka

jumlah gula menjadi meningkat dan jamur atau bakteri perusak

akan bertambah banyak. Keputihan tetap terkendali bila makanan

yang dikonsumsi adalah karbohidrat dengan kadar gula yang

9
10

rendah misalnya kol, wortel, kangkung, bayam, kacang panjang,

tomat dan seledri.

3. Patofisiologis keputihan

Didalam vagina terdapat berbagai bakteri, 95% adalah bakteri

lactobacillus dan selebihnya bakteri patogen (bakteri yang menyebabkan

penyakit). Dalam keadaan ekosistem vagina yang seimbang, bakteri

patogen tidak akan mengganggu. Peran penting bakteri dan flora vaginal

adalah untuk menjaga derajat keasaman (pH) agar tetap pada level normal

yaitu sekitar 3,5-4,5. Dengan tingkat keasaman tersebut, lactobacillus

akan tumbuh subur dan bakteri patogen akan mati. Pada kondisi tersebut

kadar pH bisa berubah menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari normal.

Jika pH vagina naik menjadi lebih tinggi dari 4,5 (kurang asam), maka

jamur akan tumbuh dan berkembang. Akibatnya lactobacillus akan kalah

dari bakteri patogen sehingga menimbulkan keputihan (Sibagariang,

2016).

4. Jenis keputihan

Menurut Sarmila (2018) keputihan dibagi menjadi 2, yaitu keputihaan

fisiologi (normal) dan keputihan patologi (abnormal).

a. Keputihan fisiologi

Keputihan dikatakan normal bila tanpa adanya gejala dan tanda

lain yang menunjukan kemungkinan adanya kelaianan. Vagina yang

normal terdapat secret yang diproduksi oleh kelenjar pada leher rahim

10
11

(serviks). Adapun cairan yang keluar berwarnah jernih atau

kekuningan dan tidak berbau. Selain itu, keputihan jenis ini tidak

disertai rasa gatal dan perubahan warna (Prili Puspa, 2021). Keputihan

fisiologis biasanya di temukan pada :

1) Kira-kira smpai 10 hari umur kelahiran bayi baru lahir, keadan ini

disebabkan karena pengaruh hormon esterogen dari plasenta yang

berpengaruh terhadap uterus dan vagina janin.

2) Waktu sebelum dan sesudah menarche, hal ini disebabkan karena

pengaruh perubahan peningkatan hormon estrogen.

3) Pada wanita dewasa yang mendapatkan rangsangan seksual

4) Waktu sekitar terjadinya mestruasi, hal ini disebabkan pada saat

terjadinya ovulasi secret dari kelenjar-kelenjar servik uteri

mengalami menjadi lebih encer dan sekresinya bertambah.

(Oktavriana, 2017).

b. Keputihan patologis

Keputihan patologis merupakan cairan eksudat yang terjadi akibat

adanya reaksi tubuh terhadap luka dan mengandung banyak leokosit

yang diakibatkan karena infeksi mikroorganisme, benda asing,

neoplasma jinak, lesi prakanker, dan neoplasma ganas.

1) Jumlah : banyak dan berlebihan

2) Warna : putih susu, kekuningan, kuning kehijauan

3) Bau : berbau amis sampai busuk

11
12

4) Gatal : menimbulkan rasa gatal bahkan sampai perih, juga iritasi

5) Waktu : tidak spesifik dan terjadinya terus menerus

5. Dampak keputihan

Keputihan akan menimbulkan kuman yang dapat menimbulkan infeksi

pada daerah yang mulai dari muara kandung kemih, bibir kemaluan

sampai uterus dan saluran indung telur sehingga menimbulkan penyakita

radang panggul, infertilitas dan dapat menyebabkan kanker leher rahim

sebagai salah satu penyakit pembunuh nomor satu bagi wanita (Bahari,

2016). Menurut Aulia (2016) dapat dari keputihan yang mengakibatkan

infeksi pada alat genital antara lain :

a. Vulvitis sebagian besar dengan gejala keputihan dan tanda infeksi

local. Penyebab secara umum jamur vaginitis.

b. Vaginitis merupakan infeksi yang sebagian besar terjadi karena

hubungan seksual. Tipe vaginitis yang sering dijumpai adalah vaginitis

karena jamur.

c. Serviksitis merupakan infeksi dari servik uteri. Infeksi servik sering

terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan

infeksi karena hubungan seksual.

d. Penyakit radang panggul (Pelvic Inflamatory Discase) penyakit ini

dapat bersifat akut atau menahun atau akhirnya menimbulkan berbagai

penyulit yang berakhir dengan terjadinya pelekatan sehingga dapat

12
13

menyebabkan kemndulan. Tand-tandanya yaitu nyeri menusuk-nusuk,

menegeluarkan keputihan bercampur darah.

6. Pencegahan keputihan

Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah keputihan yaitu :

a. Bersihkan organ intin dengan pembersih yang tidak mengganggu

kestabilan keasaman di sekitar vagina (Oktavriana, 2017). Vagina

memiliki pH yang asam yaitu 4,5 hal ini menjaga kesehatan vagina

dengan menghambat pertumbuhan bakteri (Rahayu, 2017).

b. Gunakan produk pembersih yang terbuat dari bahan dasar susu, karena

produk seperti ini mampu menjaga keseimbangan pH aekaligus

meningkatkan pertumbuhan flora normal dan menekan pertumbuhan

bakteri yang tak bersahabat (Oktavriana, 2017).

c. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar

vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-

partikel halus yang mudah terselip di sana-sini dan akhirnya

mengundang jamur dan bakteri bersarang di tempat itu (Rahayu,

2017).

d. Gunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah atau lembab,

usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai

(Marmi, 2015).

e. Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti

katun (Oktavriana, 2017).

13
14

f. Tidak dianjurkan memakai celana jeans karena pori-porinya sangat

rapat. Pilihlah seperto rok atau celana bahan non-jeans agar sirkulasi

udara disekitar organ intim bergerak leluasa.

g. Ketika haid, sering-seringlah berganti pembalut. Gunakan panty liner

disaat perlu saja. Jangan terlalu lama, misalkan saat bepergian keluar

rumah dan lepaskan sekembalinya di rumah (Marmi, 2015).

7. Pengobatan keputihan

a. Pengobatan modern

Pengobatan atau penatalaksanaan leukorea atau keputihan

tergantung drai penyebab infeksi seperti jamur, atau bakteri parasit.

Obat – obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya

berasal dari golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi candida

dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit

(Misni, 2015).

b. Pengobatan tradisional

1) Kunyit

Kunyit dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit, salah

satunya keputihan. Kunyit mempunyai pengaruh yang nyata

terhadap zona hambat jamur Candida Albicans. Kunyit

mengandung kurkumin, desmetoksikurkumin,

bidesmetoksikurkumin, oleoresin dan minyak atsiri dimana dalam

minyak atsiri terdapat fenol alami yang mempunyai daya antiseptik

14
15

yang sangat kuat dalam mematikan jamur Candida Albicans

sebagai penyebab keputihan tersering (Pulungan, 2017).

2) Daun sirih

Pada pengobatan tradisional india, daun siri dikenal sebagai zat

aromatic yang menghangatkan, bersifat antiseptic. Daun sirih

mengandung minyak atsiri dimana komponen utamanya terdiri

atas fenol dan senyawa turunannya seperti kavikol, cavibetol,

carvacol, eugenol dan allpyrocatechol. Selain minyak atsiri, dauh

sirih juga mengandung karoten, tiamin, riboflamin, asam nikotinat,

vitamin C, tannin, gula, pati dan asam amino (Zahid, 2015).

B. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, peraba,

pembau, dan perasa. Sebagian besar pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

di dasari pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku yang tidak di

dasari oleh pengetahuaan.

Pengetahuan pada hakikatnya merupakan apa yang di ketahui tentang

suatu objek tertentu dan setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri

15
16

spesifik mengenai apa (aksiology) pengetahuan tersebut. Pengetahuan

tentang keputihan merupakan sarana penting dalam melakukan

pencegahan keputihan dan bagi kesehatan remaja (Annisa Nurhayati,

2013).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut (Notoadmodjo, 2015), tingkatan pengetahuan dibagi menjadi 6

tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know)

Know atau tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Yang termasuk dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari suatu

bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (compreherension)

Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dapat dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar, dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

c. Aplikasi (application)

Yaitu sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

d. Aplikasi (analysis)

16
17

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Evaluasi (Evaluation)

Adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian

terhadap suatu materi atau objek.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut (Notoadmodjo, 2915) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan antara lain:

a. Tingkat pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan

sehingga terjadi perubahan sikap positif yang meningkat. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan akan semakin tinggi

pengetahuannya.

b. Informasi dengan sumber informasi yang lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

c. Budaya adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam

memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

d. Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang akan

menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat normal.

e. Soial ekonomi adalah tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi

17
18

memungkinkannya untuk mempunyai fasilitas- fasilitas yang

mendukung informasi dan pengalaman yang lebih banyak.

4. Mengukur tingkat pengetahuannya

Pengetahuan dapat diukur melalui wawancara atau angket yang

menyatakan tentang isi materi suatu objek yang ingin diukur dari suatu

objek penelitian atau responded. Pengetahuan menurut arikontu (2016),

dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Pengetahuan baik, bila responden menjawab pertanyaan dengan total

nilai sebesar 76-100 dari pertanyaan yang diajukan.

b. Pengetahuan cukup, bila responden dapat menjawab pertanyaan

dengan total nilai benar 56-75 dari pertanyaan yang diajukan.

c. Pengetahuan kurang, bila total nilai <56 dari pertanyaan yang

diajukan.

5. Hubungan pengetahuan dengan kejadian keputihan remaja

Pengetahuan dapat mempengaruhi tindakan atau praktik seseorang

yang artinya seberapa besar pengetahuan mengenai objek akan

menentukan kemampuan praktik terhadap objek tersebut. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentukanya

tindakan seseorang (Prili Puspa, 2021).

Menurut Abori (2017) menyatakan bahwa peningkatan pengetahuan

tentang keputihan dapat memberikan dukungan atau motivasi kepada

18
19

remaja putri untuk selalu memperhatikan segala hal yang berhubungan

dengan kesehatan reproduksi wanita.

C. Sikap Menjaga Vaginal Hygiene

1. Pengertian sikap mejaga vaginal hygiene

Menurut wawan (2016) sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap

itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau

tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap obyek-obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap obyek (Prili Puspita, 2021).

Sedangkan vaginal hygiene merupakan suatu tindakan dalam

mempertahankan atau memperbaiki kesehatan dengan cara memelihara

kesehatan vagina dalam upaya mencapai kesejahteraan fisik dan psikis

wanita. Sehingga sikap menjaga vaginal hygiene dapat diartikan sebagai

reaksi, respon ataupun tindakan seseorang dalam memertahankan,

menjaga atau memperbaiki kesehatan vagina (Prili Puspa, 2021).

2. Tingkatan sikap

Menurut Notoadmodjo (2015) sikap terdiri dari berbagai tingkatan :

a. Menerima (Receiving) : menerima diartikan bahwa orang (obyek) mau

dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

19
20

b. Merespon (Responding) : memberikan jawaban apabila ditanya

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuing) : mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi bersikap.

d. Bertanggung jawab (Responsible) : bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan

sikap yang paling tinggi.

3. Faktor – fakor yang mempengaruhi penbentukan sikap

a. Pengalaman pribadi

Apa yang dialami seseorang akan mempengaruhi penghayatan

dalam stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar dalam

pembentukan sikap yang mendukung (Favourable) maupun yang tidak

mendukung (Unfavourable), untuk dapat memiliki tanggapan dan

penghayatan seseorang harus memiliki pengamatan yang berkaitan

dengan obyek psikologis.

b. Orang lain

Seseorang cenderung akan memiliki sikap yang disesuaikan

atau sejalan dengan sikap yang dimiliki orang yang dianggap

berpengaruh antara lain adalah : orangtua, teman dekat, teman sebaya,

rekan kerja, guru, suami atau istri, dll.

c. Kebudayaan

20
21

Kebudayaan dimana kita hidup akan mempengaruhi

pembentukan sikap seseorang.

d. Media masa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai media masa seperti

televisi, radio, surat kabar, mempunyai pengaruh dalam membawa

pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarah pada opini yang

kemudian dapat mengakibatkan adanya landasan kognisi sehingga

mampu membentuk sikap.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Pemahan akan baik dan buruk antara sesuatu yang boleh dan

tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan

serja ajaran-ajaranya.

f. Faktor emosional

Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan

yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap

demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu

(Prili Puspa, 2021).

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap dalam menjaga vaginal hygiene

a. Faktor Internal : karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat

bawaan, misalnya tingkat pendidikan, tingkat emosional, konsep diri,

dan sebagainya.

21
22

b. Faktor eksternal : faktor lingkungan ini merupakan faktor yang

dominan yang membentuk sikap seseorang dalam menjaga vaginal

hygiene, karena seseorang akan cenderung menyesuaikan dan

mengikuti perilaku hygiene sesuai dengan kebiasaan yang ada dalam

lingkungannya (Bagus dan Aryana, 2019).

5. Cara melakukan sikap dalam menjaga vaginal hygiene

a. Membasuh alat kelamin yang benar adalah dari arah depan (Vagina)

ke arah belakang (Anus) karena kalau terbalik kuman dan bakteri dari

sekitar anus akan masuk kedalam vagina dan dapat menyebabkan

infeksi (Ramdhani, 2019).

b. Menggunakan air bersih saat mencuci vagina. Tidak perlu terlalu

sering untuk memakai sabun pembersih vagina atau obat semprot

pewangi vagina. Karena vagina sendiri sudah memiliki mekanisme

alami untuk mempertahankan keasamannya yaitu adanya bakteri

dordelin yang hidup di vagina.

c. Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga sering mengganti

celana dalam minimal 2 kali sehari untuk menjaga vagina dari

kelembaban yang berlebihan. Bahan celama dalam yang baik harus

menyerap keringat dengan baik seperti katun (Prili Puspa, 2021).

d. Menghindari penggunaan bedak pada daerah vagina

22
23

Meskipun tujuannya hanya untuk membuat vagina tetap harum dan

kering, cara ini sangat berbahaya. Perlu diketahui bedak memiliki

partikel-partikel halus yang mudah terselip (Ramdhani, 2019).

e. Menghindari menggonta-ganti celana dalam dengan orang lain.

Kebiasaan ini dapat meningkatkan resiko untuk tertular Infeksi jamur

Candida, Thricomonas, ataupun bakteri lain yang dapat menyebabkan

keputihan (Prili Puspa, 2021).

f. Sering mengganti pembalut saat haid

Cara ini akan membuat vagina selalu dalam keadaan kering dan bersih.

Dengan demikian, kemungkinan terjadinya infeksi keputihan semakin

kecil.

6. Pengkuran sikap

Menurut Azwar (2015), pengkuran sikap bisa bersifat positif

(favourable) dalam artian pernyataan sikap menunjukan dukungan

terhadap suatu objek, tetapi bisa juga bersifat negatif (unfavourable),

dimana pernyataan menggambarkan tidak mendukung atau kontra

terhadap suatu objek.

Pengukuran sikap menggunakan skala likert yang tujuannya untuk

mengukur persepsi, sikap atau perilaku seseorang atau kelompok

mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial, yang berisi pernyataan-

pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas dan validitasnya maka dapat

digunakan untuk mrngungkapkan sikap kelompok responden.

23
24

7. Hubungan sikap dengan kejadian keputihan remaja

Sikap yang berhubungan dengan kejadian keputihan terjai karena

kurangnya menjaga kebersihan daerah kewanitaan. Vaginal hygiene yaitu

suatu tindakan atau praktik tentang cara perawatan atau cara memelihara

kebersihan dan menjaga kesehatan organ reproduksi wanita dalam upaya

mencapai kesejahteraan fisik dan psikis wanita.

Membentuk sikap yang baik pada remaja putri juga perlu menambah

pengetahuannya dengan cara remaja putri menerima input dan untuk itu

seseorang harus mempertimbangkan logika dalam pengambilan keputusan

untuk bersikap vaginal hygiene yang baik. Seorang remaja yang telah

memiliki pengetahuan memadai tentang kesehatan reproduksi yang dalam

penelitian ini adalah mengenai keputihan di harapkan dapat menerapkan

sikap vulva hygiene yang baik sehingga dapat hiduplebih sehat yang

nantinya dapat menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa.

Pengalaman sangatlah berhubungan dengan sikap seseorang, semakin

seseorang pernah mengalami sesuatu atau berpengalaman maka dia akan

mempunyai sikap yang positif (Prili Puspa, 2021).

D. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktifitas yang merupakan

hasil akhir jalinan yang saling mempengruhi antara berbagai macam

gejala seperti perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan, dan fantasi.

24
25

Penerimaan perilaku baru disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap

yang positif.

Perilaku ditinjau dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktifitas

organisme yang bersangkutan, sehingga dimaksud dengan perilaku

manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu

sendiri, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat

diamati oleh pihak luar dan mempunyai bentangan yang sangat luas,

antara lain : berjalan, berbicara, menangis, bekerja, dan sebagainya.

Seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus, dan membedakannya

menjadi 2 jenis yaitu :

a) Responden respons atau reflexive : yaitu respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan tertentu, misal makanan lezat yang menimbulkan

keinginan untuk makan, cahaya terlalu membuat mata tertutup. Pada

kaategori ini juga mencakup reaksi emosional, misalnya mendengar

berita duka maka menjadi sedih atau menangis.

b) Operanat respons atau instrumental respons : yaitu respon yang timbul

berkembang lalu diikuti oleh stimulus tertentu, misalnya seorang

pekerja yang melakukan pekerjaannya dengan baik lalu memperoleh

penghargaan dari atasannya, maka pekerja tersebut akan lebih baik lagi

dalam melaksanakan tugasnya

2. Bentuk Perilaku

25
26

Ditinjau dari bentuk respon terhadap stimulusnya, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu :

a) Perilaku terbuka (overt behavior) : respon seseorang terhadap stimulus

dalam bentuk tindakan nyata dan dengan mudah dapat diamati atau

dilihat orang lain.

b) Perilaku tertutup (covert behavior) : respon terhadap stimulus dalam

bentuk tertutup ini masih terbatas perhatian, persepsi,

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh

orang lain.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku dalam menjaga vaginal

hygiene dibagi menjadi 2 :

a) Faktor Internal

Karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan,

misalnya tingkat pendidikan, tingkat emosional, konsep diri, dan

sebagainya.

b) Faktor eksternal

Lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,

dan sebgainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor yang dominan

yang membentuk perilaku seorang dalam menjaga vaginal hygiene,

karena seseorang akan cenderung menyesuaikan dan mengikuti

26
27

perilaku hygiene sesuai dengan kebiasaan yang ada dalam

lingkungannya.

Terdapat 3 faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan

perilaku vaginal hygiene yaitu :

a) Faktor yang mempermudah (predisposing factor) : faktor utama

yang mempengaruhi perilaku adalah sikap, pengetahuan, konsep

diri, kepercayaan, nilai, dan informasi. Selain itu faktor seperti

demografi misalnya status ekonomi, keluarga juga mempengaruhi

perubahan perilaku.

b) Faktor pendukung (enabling factor) : faktor ini menentukan

keinginan terlaksana seperti sarana, prasarana, keahlian dan

keterampilan.

c) Faktor pendorong : faktor yang memperkuat perubahan perilaku

vaginal hygiene seseorang dikarenakan adanya perilaku dan sikap

orang lain seperti guru, keluarga, teman sebaya, dan lingkungan

sekitar lainnya.

4. Perilaku pemeliharaan kesehatan

Perilaku pemeliharaan kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3

kelompok yaitu (Ajzen and Fishbein, 2000) :

a) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

27
28

Usaha – usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan

agar tidak sakit dan upaya penyembuhan bilamana sakit. Perilaku

pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek :

1) Perilaku penvegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan

kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan

sehat sehingga dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

3) Perilaku gizi makanan dan minuman dapat memelihara dan

meningkatkan kesehatan tetapi dapat juga menjadi penyebab

menurunya kesehatan seseorang bahkan dapat mendatangkan

penyakit.

b) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan, (health seeking behavior).

Perilaku yang menyangkut tindakan seseorang saat

sakit/kecelakaan, mulai dari mengobati diri sendiri (self treatment)

sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

c) Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespon lingkungan baik fisik, sosial,

budaya, dan sebagainya agar tidak mengganggu kesehatannya sendiri,

keluraga dan masyarakat. Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau

masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang

28
29

bersangkutan. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilku

para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan

memperkuat terbentuknya perilaku. Menurut Leavel dan Clark yang

disebut penyecegahan adalah segala kegiatan yang dilakukan baik

langsung maupun maupun tdak langsung untuk mencegah suatu

masalah kesehatan atau penyakit. (Notoatmodjo, 2007).

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar individu, namun dalam

memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik dari individu

yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi

beberapa individu, namun respon tiap individu bisa berbeda. Faktor –

faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda

disebut determinan perilaku.

Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu

(Notoatmodjo, 2010), (Irwan, 2017).

1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik individu yang

bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan,

tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2) Determinan atau faktor eksternal, yakni pengaruh dari lingkungan

atau luar individu yang bersangkutan, baik lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini

29
30

sering merupakan faktor yang dominan mewarnai perilaku

seseorang.

5. Perilaku Menjaga Vaginal Hygiene

Daerah kewanitaan mudah terkena bakteri yang dapat menimbulkan

infeksi. Maka perempuan perlu menjaga kebersihan organ genitalianya,

seperti :

a) Membasuh vagina dari arah depan ke belakang dengan hati-hati,

menggunakan air bersih setelah buang air kecil, buang ari besar, dan

mandi.

b) Mengganti pakaian dalam minimal 2 kali sehari.

c) Pada saat menstruasi, gunakan pembalut yang berbahan lembut,

menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang membuat alergi

(parfum atau gel) dan merekat dengan baik pada celana dalam.

Pembalut harus diganti minimal 3 kali dalam sehari untuk

menghindari pertumbuhan bakteri.

d) Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.

e) Menggunakan celana dalam yang bersih, kering, dan terbuat dari

bahan katun.

f) Hindari menggunakan handuk atau waslap milik orang lain untuk

mengeringkan vagina.

g) Mencukur sebagian rambut kemaluan untuk menghindari kelembapan

di daerah vagina.

30
31

E. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

masa dewasa, di mana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat

termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya

perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, psikologis, maupun peran

sosial (Ayu, 2019).

a) Karakteristik remaja

Menurut (Ayu, 2019), karakteristik remaja berdasarkan umur adalah :

1) Masa remaja awal (10-12 tahun)

Masa remaja awal karakteristiknya lebih dekat dengan teman

sebaya, ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan

tubuhnya, mulai berpikir abstrak.

2) Masa remaja pertengahan (13-15 tahun)

Masa remaja pertengahan karakteristiknya adalah mencari

identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, mempunyai rasa

cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan berpikir

abstrak dab berkhayal tetnttang seks.

3) Remaja akhir (17-21 tahun)

Remaja akhir karakteristiknya adalah pengungkapan kebebasan

diri, lebih efektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra

31
32

tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri dan dapat

mewujudkan rasa cinta.

b) Perubahan fisik dan kewajiban pada remaja

Tanda – tanda seks primer merupakan tanda yang berhubungan

langsung dengan seks yang terdiri atas terjadinya menstruasi pada

remaja putri. Tanda – tanda seks sekunder ditandai dengan pinggul

melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar,

tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (pubis) (Ramdhani,

2019).

Menurut Marmi (2015), perkembangan remaja terdiri dari :

1) Perubahan fisik

Perubahan fisik remaja merupakan perubahan secara biologis yang

ditandai dengan kematangan organ seks primer maupun organ seks

sekunder, yang di pengaruhi oleh kematangan hormon seksual.

Percepatan pertumbuhan badan terutama terlihat pada

pertumbuhan panjang badan yang berlangsung dalam periode dua

tahun. Pada remaja utri, percepatan pertumbuhan selesai pada usia

13 tahun sedangkan remaja putra pada usia 15 tahun, akan tetapi

pertumbuhan panjang badan masih berjalan selama kurang lebih

tiga tahun sampai kira-kira usia 16 dan 18 tahun. Disamping

pertumbuhan panjang badan terjadi pertumbuhan berat badan yang

kurang lebih berjalan paralel dengan bertambahnya panjang badan.

32
33

2) Perkembangan psikologis

Pertumbuhan fisik terutama organ-organ seksual mempengaruhi

berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan baru

seperti perasaan cinta, rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih

intim dengan lawan jenis.

Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukan sikap

yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai

peristiwa atau sutuasi sosial, emosinya bersifat negatif dan

temperamental yaitu mudah tersinggung dan sedih. Salah satu

aspek psikologis dari perubahan fisik dimasa remaja adalah

menjadi sangat memerhatikan tubuh mereka dan membangun

citranya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka dimata orang

lain. Perhatian yang berlebihan terhadap citra tubuh sendiri, sangat

kuat pada masa remaja.

3) Perkembangan sosial

Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah

yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Perkembangan

sosial remaja dipengaruhi oleh pengalaman sosial yang dialami

pada masa kanak kanak. Untuk menemukan jati dirinya maka

remaja harus mempunyai peran dalam kehidupan sosialnya. Dalam

perkembangan sosialnya, remaja mulai memisahkan diri dari orang

tua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya (peer

33
34

group). Kelompok sebaya menjadi begitu berarti dan sangat

berpengaruh dalam kehidupan sosial remaja.

4) Perkembangan kepribadian

Banyak remaja yang menggunakan standar kelompok sebagai

dasar konsep mereka mengenai kepribadian “ideal” dalam menilai

kepribadian mereka sendiri. Banyak kondisi dalam kehidupan

remaja yang turut membentuk pola kepribadian melalui

pengaruhnya pada konsep diri, diantaranya sama dengan kondisi

pada masa kanak-kanak, tetapi banyak yang merupakan akibat dari

perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang terjadi selama

masa remaja.

5) Perkembangan kognitif

Salah satu tugas perkembangan remaja yang harus dilauinya dalah

mampu berpikir secara lebih dewasa dan rasional, serta memiliki

pertimbangan yang lebih matang dalam menyelesaikan masalah.

Mereka harus mampu mengembangkan standar moral dan kognitif

yang dapat dijadikan sebagai petunjuk dan menjamin kosistensi

dalam membuat keputusan dan bertindak. Dengan kata lain remaja

harus memiliki kemampuan intelektual serta konsepsi yang

dibutuhkan untuk menjadi warga masyarakat yang baik.

c) Kesehatan reproduksi remaja

34
35

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik

dan kesejateraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan

dengan sistem dan fungsi serta proses dan bukan kondisi yang bebas

dari penyakit dan kecacatan (Marmi, 2015).

d) Hak – hak reproduksi remaja

Hak-hak reproduksi yang harus dipenuhi remaja adalah

mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi, pelayanan

dan kesehatan reproduksi, kebebasan dalam pelayanan kesehatan

reproduksi, bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk yang

menyangkut kesehatan reproduksi, mendapatkan manfaat dari hasil

kemajuan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan reproduksi dan

kebebasan dari segala bentuk diskrimasi dalam kesehatan reproduksi

(Ayu, 2019).

F. Kerangka konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan sesorang

logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Singkatnya,

kerangka konsep membahas saling ketergantungan antara variabel yang

dianggap perlu untuk dilengkapi (Hidayat, 2014). Dalam uraian diatas, maka

kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

35
36

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku vulva hygiene

Pengetahuan Kejadian keputihan

Sikap

G. Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan

pada remaja putri di SMK Negeri 1 Palu.

Ha : Ada hubungan perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada

remaja putri di SMK Negeri 1 palu.

36
37

37

Anda mungkin juga menyukai