Anda di halaman 1dari 21

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gagal Ginjal Kronis

1. Pengertian gagal ginjal kronis

Gagal ginjal kronis atau penyakit gagal ginjal stadium akhir adalah

gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana

kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan serta elektrolit yang mengakibatkan uremia dan

azotemia (Trisa Siregar, 2020). Gagal ginjal kronis adaah penurunan

fungsi ginjall terjadi secara perlahan-lahan. Biasanya, gagal ginjal kronis

ini diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah dan tidak dapat

disembuhkan. (Harmilah, 2020). Ginjal memiliki peran penting untuk

mempertahankan stabilitas volume, komposisi elektrolit, dan osmolaritas

cairan ekstraseluler. Salah satu fungsi penting ginjal lainnya adalah untuk

mengekskresikan produk-produk akhir atau sisa metabolisme tubuh,

misalnya urea, asam urat, dan kreatinin. Apabila sisa metabolisme tubuh

tersebut. Dibiarkan menumpuk, zat tersebut bisa menjadi racun bagi

tubuh, terutama ginjal. (Suryawan et al., 2016).

Menurut pedoman The National Kidney Foundation’s Kidney Disease

Outcome Quality Initiative (NKF KDOQI), PGK didefinisikan sebagai

kerusakan ginjal persisten dengan kerusakan kerusakan atau fungsional

seperti mikroalbuminuria atau proteinuria, hematuria, kelainan histologis

7
8

atau radiologis, dan atau menurunnya laju filtrasi glomerulus (LFG)

menjadi <60 ml/menit/1,73 m2 selama 3 bulan (Alwi et al., 2016).

Penyakit ginjal kronis (CKD) merupakan beban kesehatan global

dengan biaya ekonomi yang tinggi terhadap sistem kesehatan dan

merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular

(CVD). (Hill el al., 2016).

2. Etiologi gagal ginjal kronis

Menurut (Harmila, 2020), banyak kondisi klinis yang menyebabkan

terjadinya gagal ginjal kronis. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat

mengakibatkan gagal ginjal kronis (GGK) dapat disebabkan dari ginjal

sendiri maupun luar ginjal.

a. Penyakit dari ginjal

1) Penyakit dari saringan (glomerulus) glomerulonephritis

2) Infeksi kuman, pyelonefritis, urethritis

3) Batu ginjal (nefrolitiasis)

4) Kista di ginjal (polycystic kidney)

5) Trauma langsung pada ginjal

6) Keganasan pada ginjal

7) Sumbatan : batu, tumor, penyempitan

a. Penyakit umum diluar ginjal

1) Penyakit sistemik : diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi

2) Dyslipidemia

3) Systemic lupus erythematosus (SLE)

8
9

4) Infeksi di badan : TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis

5) Preeklamsia

6) Obat-obatan

7) Kehilangan banyak cairan luka bakar

a. Patofisiologi gagal ginjal kronis

Gagal ginjal kronis dimulai fase awal gangguan, keseimbangan cairan,

penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan

bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun

kurang dari 25% normal, manifestasi klinis ginjal kronik mungkin minimal

karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang

rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsi dan

sekresinya, serta mengalami hipertrofi. Seiring dengan semakin banyaknya

nefron yang mati, maka nefron yang tersisa menghadapi tugas yang

semakin berat sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya

mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan

tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi

protein. Pada saat penyusutan progresif nefron–nefron, terjadi

pembentukan jaringan perut dan aliran darah ginjal akan berkurang.

Kondisi akan bertambah buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan

perut sebagai respons dari kerusakan nefron dan secara progresif fungsi

ginjal turun drastis dengan manifestasi penumpukan metabolisme

metabolit yang seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akan terjadi

sindrom uremia berat yang memberikan banyak manifestasi pada setiap

9
10

organ tubuh. Pelepasan renin akan meningkat bersama dengan kelebihan

beban cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan

memperburuk kondisi gagal ginjal, dengan tujuan agar terjadi peningkatan

filtrasi protein-protein plasma (Harmilah, 2020).

b. Manifestasi klinis

Menurut prabowo & pranata, (2014) tanda dan gejala gagal ginjal kronik

diantaranya :

a. Ginjal dan gastrointestinal

Hipotensi, mulut kering, penurunan tugor kulit, kelemahan, fatique, dan

mual, penurunan kesadaran, nyeri kepala hebat, asidosis metabolik,

penurunan urine output dengan sedimentasi yang tinggi.

b. Kardiovaskuler

Hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic percarditis, uffuse pericardial,

gagal jantung, edema periorbital, edema perifer.

c. Respiratory system

Edema pulmonal, nyeri plasma, friction rub, dan efusi pleura, crackles,

sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung, dan sesak napas.

d. Gastrointestinal

Esofagitis, gastritis, ulseratif duodenal, lesi pada usus halus,/usus besar,

colitis dan pancreatitis, anoreksia, neusea dan vomiting.

10
11

e. Integumen

Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan, kering dan ada scalp. Selain

itu, biasanya juga menunjukan adanya purpura, ekimosis, petechiae, dan

timbunan urea pada kulit.

f. Neurologis

Neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan dan kaki, kram otot dan reflex

ketuban, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, iritabilitas,

pusing, koma, kejang.

g. Endokrin

Infertilitas, penurunan libido, amenorrhea, gangguan siklus menstruasi

pada perempuan, impoten, penurunan sekresi sperma. Peningkatan sekresi,

aldosteron dan kerusakan metabolisme karbohidrat.

h. Hematopoietic

Anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, kerusakan platelet,

adanya perdarahan (purpura, ekimosis dan petechiae).

i. Muskuloskeletal

Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur patofiologis

dan kalsidiksi (otak, mata, gus, sendi, dan miokard).

B. Konsep Hemodialisa

1. Definisi hemodialisa

Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai pengganti fungsi

ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolisme atau racun tertentu dari

peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea,

11
12

kreatin, dan zat lainnya melalui membran semi permiabel sebagai

pemisah darah dan cairan dialisa pada ginjal buatan dimana terjadi proses

difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Brunner dan Suddart dalam Rikoyani,

2018).

Tujuan hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang

toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada

hemodialisa, aliran darah yang penuh dengan toksik dan limbah nitrogen

dialihkan dari tubuh pasien ke dialise tempat darah tersebut dibersihkan

dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien (Brunner & Suddraths,

2015). Hemodialisa dilakukan dengan mensirkulasi darah klien melalui

mesin yang berada diuar tubuh dengan menggunakan kanula khusus atau

pirau yang akan menghubungkan klien dengan menglirkan darah dari

klien (Rosdahl & Caroline, 2015).

2. Prinsip-prinsip yang mendasari hemodialisa

Terdapat 3 prinsip yang mendsari kerja hemodialisa, yaitu osmosis,

difusi dan ultrafiltrasi (Brunner & Suddarths, 2015).

1) Difusi

Pada proses ini toksik dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan

dengan cara : darah yang memiliki konsentrasi tinggi bergerak menuju

ke darah yang memiliki konsentrasi rendah. Cairan dialisat tersusun

dari semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang

idea.

12
13

2) Osmosi

Prinsip yang kedua adalah osmosis, pada prinsip ini terjadi

pengeluaran air yang berlebihan. Pengeluaran air dapat dikendalikan

dengan menciptakan gradien tekanan; dengan kata lain, air bergerak

dari tekanan yang lebih tinggi (Tubuh pasien) ke tekanan yang lebih

rendah (cairan dialisat).

3) Ultrafiltrasi

Ultrafiltrasi dikenal jug dengan meningkatkan gradien melalui

penambahan tekanan negatif. Tekanan negatif yang diterapkan pada

alat ini sebagai penghisap pada membran dan memfasilitasi

pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air,

kekuatan ini diperlukan untuk mengeluaarkan cairan hingga tercapai

insovolemia (keseimmbangan cairan).

3. Komplikasi hemodialisa

Menurut Rosdahl & Kowalski (2015) Beberapa hal akan mengalami

dampak fisik dan psikologis pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani terapi hemodialisa diantaranya :

1) Eksanguinasi (hemoragik berat, yang segera mengancam jiwa)

2) Septikemia

3) Emboli udara

4) Anemia hemolitik

5) Sindrom ketidak seimbangan

6) Hepatitisan

13
14

7) Hipotensi

8) Nyeri, kram

9) Mual dan muntah.

Menurut Suryanto (2009) terdapat beberapa masalah psikologis pada

pasien yang menjalani hemodialisa :

1) Berdiam diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain atau menarik diri

dari lingkungan sosial

2) Merasa kecewa dan keputusaan

3) Merasa tidak berguna, malu dan percaya diri yang kurang atau harga

diri rendah

4) Gangguan konsep diri (Gambaran diri, Ideal diri, Identitas diri, Peran

diri, dan Harga diri) pasien yang memiliki konsep diri negatif akan

cenderung memiliki harga diri yang rendah dan bersikap pesimis

terhadap keadaan yang dialami, membenci dirinya, selalu berfikir

negatif, menutup diri, dan menghindar ketika berinteraksi dengan

orang lain (Agustiani, 2006).

Pada enam bulan sampai satu tahun pertama terapi, pasien merasakan

ketidaknyamanan dan ketidakbebasan. Penolakannya terhadap kondisi

yang dialami tersebut biasanya menghasilkan konflik dalam diri pasien.

Konflik batiniah ini lama-lama akan menimbulkan gangguan psikologis

yang muncul diantaranya emosi, harga diri, dan gaya hidup (Mediakom,

2015).

14
15

C. Konsep Dzikir

1. Definisi dzikir

Dzikir berasal dari bahasa Arab, yaitu asal kata dari dzakara,

yadzkuru, dzikran yang mempunyai arti sebut dan ingat. Menurut

Alquran dan sunnah, dzikir diartikan sebagai segala macam bentuk

mengingat Allah, menyebut nama Allah, baik dengan cara membaca

tahlil, tasbih, taqdis, takbir, tasmiyah, hasbalah, asmaul husna, maupun

membaca doa-doa yang ma'tsur dari Rasulullah SAW. Sedangkan terapi

berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu

atau menolong orang dengan cara mengingat Allah SWT atau menyebut

nama Allah SWT.

Dzikir atau mengingat adalah merujuk kembali pada apa yang telah

kita ketahui. Para sufi meyakini adalah percikan ilahiah di dalam diri kita

masing-masing. Percikan ini selalu akan menjadi bagian darinya.

Berdzikir adalah untuk menyingkap pengetahuan, kekuatan dan

keindahan percikan tuhan di dalam diri kita. Salah satu praktik dzikir

klasik mencangkup pengulangan kalimat tauhid, la ilaha illa allah.

Kalimat ini secara literal bermakna “Tiada tuhan, selain allah”

Salah satu usaha untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta adalah

melalui dzikir. Dzikir memiliki daya relaksasi yang dapat mengurangi

ketenangan (kecemasan) dan mendatangkan ketenangan (kecemasan) dan

mendatangkan ketenangan jiwa. Setiap bacaan dzikir mengundang

makna yang sangat dalam yang dapat mencegah timbulnya stres. Bacaan

15
16

yang pertama yaitu lailahaillallah memiliki arti tiada Tuhan yang pantas

disembah kecuali Allah SWT, adanya pengakuan bertuhan hanya kepada

allah dalam sebuah keyakinan. Individu yang memiliki kemampuan

spiritualitas yang tinggi memiliki keyakinan yang kuat akan Tuhannya.

Keyakinan ini menimbulkan kontrol yang kuat, dapat memaknai dan

menerima setiap peristiwa yang tidak menyenangkan ke arah yang lebih

positif dan yakin bahwa ada yang mengatur setiap peristiwa yang terjadi

di alam semesta. Dengan begitu individu dapat mengurangi ketegangan

(kecemasan), mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kekuatan

mental dengan cepat.

Bacaan Allahu Akbar, dimana sungguh besarnya kekuasaan Allah,

besar kekayaan Allah, besar ciptaan Allah, sehingga menimbulkan sikap

yang otomatis. Sikap optimisme, sumber energi baru dalam semangat

hidup dan menghapus rasa keputusan ketika seseorang menghadapi

keadaan atau persoalan yang mengganggu jiwanya, seperti sakit,

kegagalan, depresi, dan gangguan psikologi lainnya.

2. Manfaat dzikir

a. Menentramkan, membuat hati menjadi damai apabila manusia

mengalami kesulitan, kesusahan dan kegelisahan maka berdzikirlah,

insyaallah hati manusia akan menjadi lebih tenang dengan rahmatnya.

Melalui dzikir hati menjadi tentram, damai, melalui kedamaian ini

maka jiwa dipenuhi oleh emosi positif seperti bahagia dan optimis.

16
17

b. Menambah keyakinan dan keberanian melalui dzikir jiwa bertambah

yakin akan kebesaran Allah SWT. Sehingga bisa menjadikan kita

berani menghadapi tantangan apapun

c. Mendapatkan keberuntungan. Keberuntungan bisa diartikan sebagai

mendapatkan kemudahan ketika kita sedang diliputi oleh masalah

pelik. Ketika jiwa mulai putus asa dan lemah, Allah memberikan

jalan terang kepada kita sehingga kita mampu menyelesaikan

masalah dengan baik.

d. Menghilangkan rasa takut. Melalui dzikir rasa takut yang meliputi

jiwa perlahan-lahan dapat ditundukan. Hilangnya ketakutan ini

membuat teguh pendirian. Keteguhan membuat pantang berputus asa

sehingga tetap berusaha secara maksimal mencapai keridhoannya

dalam kehidupan.

e. Mendapat kenikmatan dan keselamatan lahir batin. Melalui dzikir

senantiasa dilindungi Allah dari segala bencana. Keselamatan selalu

menyertai, sehingga kehidupan menjadi tentram. Keselamatan

merupakan rahmat yang besar dari Allah, yang akan menjamin

tercapainya kehidupan yang damai dan sejahtera di dunia dan akhirat

kelak.

f. Melepaskan manusia dari kesulitan hidup. Melalui dzikir mampu

melewati ujian yang diberikan Allah dengan sabar dan tawakal.

Karena dalam setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Sekuat kuatnya

17
18

manusia, tetaplah ia makhluk yang lemah dan tidak berdaya tanpa

pertolongan dari Allah

3. Keutamaan dzikir

Berdzikir kepada Allah adalah ibadah sunnah yang teramat mulia lagi

utama. Dzikir adalah peringkat doa yang paling tinggi, yang di dalamnya

tersimpan berbagai keutamaan dan manfaat yang besar bagi hidup dan

kehidupan kita. Bahkan kualitas diri kita di hadapan Allah sangat

dipengaruhi oleh kualitas dan kualitas dzikir kita kepada-Nya. Dengan

kata lain, jika kita banyak mengingat Allah dengan tulus dan ikhlas

karena mengharap ridha-Nya, maka sesungguhnya kita adalah orang

yang mulia dan dimuliakan Allah, sebaliknya jika kita lalai dari

mengingat Allah maka sesungguhnya kita termasuk golongan manusia

yang sangat merugi, manusia rendah, hina, dan tak berguna.

D. Konsep Relaksasi

1. Definisi relaksasi

Relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi perilaku, menurut

pandangan ilmiah, relaksasi merupakan perpanjangan dari otot selekta,

sedang ketegangan merupakan kontraksi terhadap perpindahan serabut

otot. Bagaimana terjadi ketegangan otot dapat diterangkan sebagai

berikut. Di dalam tubuh manusia terdapat 620 otot-otot selekta, otot-otot

selekta tersusun dari ikatan serabut paralel, dan masing-masing serabut

dari sejumlah slim filamen yang dapat mengkerut dan memanjang

(melebar). Apabila beribu-ribu slim bekerja dalam koordinasi, maka otot

18
19

akan berkontraksi, glycogen yang berbentuk gula akan terurai menjadi

tenaga dan asam laktat yang dapat menimbulkan kelelahan. Ketika otot-

otot leher, bahu dan sebagainya, ketegangan otot dapat dikurangi dengan

relaksasi.

Relaksasi merupakan salah satu bagian dari terapi non farmakologis,

yaitu complementary and alternative therapies (CATs) yang

dikelompokan ke dalam mind body and spiritual therapies. Relaksasi

pertama kali dikenalkan oleh seorang psikolog dari chicago yang

bernama jacobson. Metode fisiologis ini dikembangkan untuk melawan

ketegangan dan kecemasan yang disebut relaksasi progresif. Terapi

relaksasi banyak digunakan dalam menangani nyeri dan kecemasan yang

dialami oleh pasien karena relaksasi tidak memiliki efek samping, mudah

dalam pelaksanaannya tidak memperlakukan waktu yang banyak, serta

relatif murah.

2. Dasar pemikiran

Dasar pemikiran relaksasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Relaksasi merupakan pengaktifan dan saraf parasimpatis yang

menstimulasi turunnya semua fungsi yang diberikan oleh sistem saraf

simpatis dan menstimulasi naiknya semua fungsi yang diturunkan oleh

saraf simpatis.

b. Tiap-tiap saraf parasimpatis dan simpatis tersebut saling berpengaruh.

c. Dalam bertambahnya salah satu aktivitas sistem yang satu akan

menghambat atau menekan fungsi yang lain.

19
20

Ketika seseorang mengalami gangguan rasa nyeri akibat adanya luka

paska operasi, maka akan meningkatkan saraf simpatis yang

menggunakan teknik relaksasi, maka saraf simpatif akan terhambat,

sementara saraf simpatis meningkat sehingga mengakibatkan ketegangan

otak dan otot seseorang akan berkurang. Dengan mengaktifkan saraf-

saraf parasimpatetis akan menyebabkan pasien merasakan nyeri

berkurang.

Hal ini sejalan dengan penelitian Mentz yang membuktikan bahwa

ada hubungan antara otot, nyeri, dan kecemasan, yaitu bila pasien

merasakan ketegangan otot maka ia akan merasakan nyeri serta cemas,

dan sebaliknya. Ada beberapa bentuk relaksasi yang telah diuji

efektivitasnya dalam menurunkan rasa nyeri dan kecemasan pada

seseorang.

3. Manfaat Relaksasi

Keutamaan relaksasi adalah dapat mengatasi tekanan darah tinggi dan

ketidak peraturan denyut jantung, mengurangi nyeri kepala, nyeri

punggung dan nyeri lainnya serta mengatasi gangguan tidur. Terapi

relaksasi ini juga efektif dapat menurunkan nyeri kronis, nyeri saat

menjelang persalinan, nyeri operasi, nyeri yang diakibatkan oleh rematik,

dan kecemasan seseorang.

Terapi relaksasi juga merupakan salah satu cara yang bisa digunakan

untuk menurunkan kecemasan. Selaras dengan Bronker yang menyatakan

20
21

bahwa mengendalikan gejala cemas bahkan stres bisa dilakukan dengan

teknik relaksasi.

E. Konsep Kecemasan

1. Definisi kecemasan

Menurut scully kecemasan memiliki tiga aspek yaitu aspek psikologis,

somatis, dan fisik. Masing-masing aspek memiliki indikator baik yang

tampak maupun tidak tampak. Contohnya keringat berlebihan, denyut

jantung meningkat, mengalami gangguan pencernaan seperti mual, diare,

mengalami ketakutan yang berlebih susah berkomunikasi.

Ansietas atau kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau

kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber seringkali

tidak spesifik atau tidak di ketahui individu), perasaan takut yang

disebabkan oleh antisipasi terhadap adanya bahaya. Hal ini merupakan

isyarat kewaspadaan yang memperhatikan individu akan adanya bahaya

dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.

Menurut pendapat freud yang menyatakan bahwa kecemasan adalah

relaksasi terhadap ancaman dari rasa sakit maupun dunia luar yang tidak

siap ditanggulangi dan berfungsi memperingatkan individu akan adanya

bahaya. Kecemasan yang tidak dapat ditanggulangi disebut traumatik.

Saat ego tidak mampu mengatasi kecemasan secara rasional, maka ego

akan memunculkan mekanisme pertahanan ego.

Menurut Davis dan Palladino, kecemasan memiliki pengertian sebagai

perasaan umum yang memiliki karakteristik perilaku dan kognitif atau

21
22

simtom psikologikal. 19% laki-laki dan 31% perempuan menambahkan,

kecemasan adalah ketegangan yang dihasilkan dari ancaman terhadap

keamanan, baik yang nyata maupun imajinasi biasa.

Terjadinya kecemasan yang sedang kita alami adalah suatu keadaan

yang selalu berkaitan dengan pikiran. Burns mengemukakan, emosi

ataupun perasaan cemas yang kita rasakan disebabkan oleh adanya dialog

internal dalam pikiran individu yang mengalami kecemasan ataupun

perasaan cemas.

2. Faktor yang mempengaruhi kecemasan

Menurut Asmadi faktor-faktor yang dapat terjadi pencetus seseorang

merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) dan faktor-

faktor dari luar dirinya (eksternal). Faktor internal yaitu faktor usia,

temperamen, tindakan medis sebelumnya. Faktor eksternal adalah

ancaman terhadap integritas. Dan ancaman terhadap self-estimm. Asmadi

mengelompokkan pencetus cemas menjadi dua kategori, yaitu :

a. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan

fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari guna

pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya.

b. Ancaman terhadap sistem diri adanya sesuatu yang dapat

mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status atau

perasaan diri, dan hubungan interpersonal.

22
23

3. Dinamika kecemasan

Individu yang mengalami kecemasan dipengaruhi oleh beberapa hal,

diantaranya karena adanya pengalaman negative perilaku yang telah

dilakukan, seperti kekhawatiran akan adanya kegagalan. Merasa frustasi

dalam situasi tertentu dan ketidakpastian melakukan sesuatu.

Dinamika kecemasan, ditinjau dari teori psikoanalisis dapat

disebabkan oleh adanya tekanan buruk perilaku masa lalu serta adanya

gangguan mental. Ditinjau dari teori kognitif, kecemasan terjadi karena

adanya evaluasi diri yang negatif. Perasaan negatif. Berdasarkan

pandangan teori humanistic, maka kecemasan merupakan kekhawatiran

tentang masa depan, yaitu khawatir pada apa yang dilakukan.

4. Reaksi yang ditimbulkan kecemasan

Menurut Riset bahwa individu yang mengalami kecemasan akan

menunjukan reaksi fisik berupa tanda-tanda jantung berpacu lebih cepat,

tangan dan lutut gemetar, ketegangan pada saraf di belakang leher, gelisah

atau sulit tidur, banyak berkeringat, gatal-gatal pada kulit, serta selalu

ingin buang air kecil.

Calhoun dan Acocella menggunakan aspek dari kecemasan yang

dikemukakan dalam tiga reaksi, yaitu :

a. Reaksi emosional, yaitu komponen kecemasan yang berkaitan

dengan persepsi individu terhadap pengaruh psikologis dari

kecemasan, seperti perasaan keprihatinan, ketegangan, sedih,

mencela diri sendiri atau orang lain.

23
24

b. Reaksi kognitif, yaitu ketakutan dan kekhawatiran yang berpengaruh

terhadap kemampuan berpikir jernih sehingga mengganggu dalam

memecahkan masalah dan mengatasi tuntutan lingkungan sekitarnya.

c. Reaksi fisiologis, yaitu reaksi yang ditampilkan oleh tubuh terhadap

sumber ketakutan dan kekhawatiran. Reaksi ini berkaitan dengan

sistem saraf yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh

sehingga timbul reaksi dalam bentuk jantung berdetak lebih keras,

nafas bergerak lebih cepat, dan tekanan darah mengingat.

Blackburn dan Davidson mengemukakan reaksi kecemasan dapat

mempengaruhi suasana hati, pikiran, motivasi, perilaku, dan gerakan

biologis.

Ansietas atau kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau

kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber seringkali

tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang

disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat

kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan

memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa kecemasan adalah suatu kondisi

emosional individu yang gejalanya hampir sama dengan takut. Cemas

adalah suatu kondisi peringatan secara internal yang diberikan tanda

bahaya. Dengan adanya kondisi cemas tubuh mulai memberikan tanda-

tanda adanya bahaya yang mengancam individu dan mengharuskan

24
25

individu tersebut lebih awas dan hati-hati dalam menghadapi hal yang

dianggapnya masalah.

5. Alat Ukur Kecemasan

Menurut Tuti Meihartati (2018), derajat kecemasan seseorang dapat

diketahui dengan menggunakan alat ukur instrumen kecemasan. Saat ini,

terdapat beberapa instrumen kecemasan yang sudah teruji validitas dan

rehabilitasnya yaitu :

a. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A)

HRS-A merupakan skala yang dikembangkan untuk mengukur tanda

kecemasan dan telah digunakan secara luas diklinik dan berbagai

penelitian tentang kecemasan. Skala ini terdiri atas 14 item, tiap-tiap

item dinilai dengan skala 0-4 (0 = tidak cemas, 1 = cemas ringan, 2 =

cemas sedang, 3 = cemas berat, 4 = panik) dengan nilai total 0-52.

Skala ini dapat dipersepsikan sebagai berikut: nilai <14 tidak cemas,

14-20 kecemasan ringan, nilai 21-27 kecemasan sedang, 28-41

kecemasan berat, 42-52 kecemsan berat sekali.

6. Cara penilaian pengukuran

Menurut Chrisnawati & Aldino (2019), cara penilaian kecemasan

adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:

a. 0 = tidak pernah

b. 1 = jarang

c. 2 = kadang-kadang

d. 3 = sering

25
26

e. 4 = selalu

Penentuan derajat kecemasan adalah dengan cara menjumlahkan skor

1-14 dengan hasil:

a. Skor < 14 : tidak ada kecemasan

b. Skor 14-20 : kecemasan ringan

c. Skor 21-27 : kecemasan sedang

d. Skor 28-41 : kecemasan berat

e. Skor 42-52 : kecemasan berat sekali

F. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini peneliti menyusun kerangka konsep mengenai

Pengaruh relaksasi dzikir terhadap tingkat kecemasan pada pasien terapi

hemodialisa.

Variabel independen dalam kerangka pikir ini yaitu relaksasi dzikir

sedangkan Variabel dependen yaitu tingkat kecemasan pasien terapi

hemodialisa adapun lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka pikir 2.1

dibawah ini.

Tingkat kecemasan pasien


Relaksasi dzikir
terapi hemodialisa

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

26
27

G. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2010).

Dari kajian diatas tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Ho : Ada pengaruh relaksasi dzikir terhadap tingkat kecemasan pada pasien

terapi hemodialisa.

27

Anda mungkin juga menyukai