Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.P


DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISIASE (CKD)
DI RUANG HEMODIALISA (HD) RSD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

Disusun Oleh :
Meli Penastia
(10403035)

JURUSAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
POLITEKNIK NEGERI SUBANG
2023
1. Pengertian
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kasus penurunan fungsi ginjal yang
terjadi secara akut (kambuhan) maupun kronis (menahun). Penyakit ginjal kronis
(Chronic Kidney Disease) terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan lingkungan dalam keadaaan yang cocok untuk kelangsungan hidup
Kerusakan pada kedua ginjal bersifat ireversibel.CKD disebabkan oleh berbagai
penyakit. Brunner and Suddarth (2014) menjelaskan bahwa ketika pasien telah
mengalami kerusakan. ginjal yang berlanjut sehingga memerlukan terapi pengganti
ginjal secara terus menerus, kondisi penyakit pasien telah masuk ke stadium akhir
penyakit ginjal kronis, yang dikenal juga dengan gagal ginjal kronis.
Ahli lain menyatakan bahwa Penyakit ginjal kronis adalah suatu proses
patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal
ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap,
berupa dialisi atau transplantasi ginjal (Cynthia Lee Terry.2011)
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin, 2010). CKD atau gagal ginjal kronis
(GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi
secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh
gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2019)
Dari beberapa pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa gagal ginjal kronis
adalah kerusakan ginjal yang ireversibel sehingga fungsi ginjal tidak optimal dan
diperkukan terapi yang membantu kinerja ginjal serta dalam beberapa kondisi
diperlukan transplantasi ginjal.

2. Etiologi
Menurut LeMone et al. (2016) etiologi dari penyakit ginjal kronis diantaranya :
a. Penyakit infeksi tubulointerstitial
Penyakit infeksi tubulointerstitial merupakan suatu kondisi yang berhubungan
dengan interstitium dan tubulus. Penyakit ini dapat disebabkan oleh obstruksi
(batu stenosis, kelainan anatomi, benign prostatic hyperplasia), infeksi saluran
kemih, efek obat-obatan dan minuman energi.
b. Penyakit vaskular hipertensi
Penyakit ginjal kronis yang füngsi ginjalnya mengalami kerusakan sehingga
terjadi peningkatan tekanan darah.
c. Gangguan jaringan ikar
Suatu kondisi penyakit yang mengalami penurunan kekebalan tubuh seseorang
atau lebih dikenal penyakit autoimun contohnya lupus eritomatosus sistemik
d. Gangguan kongenital dan herediter
Seperti penyakit polikistik, yang merupakan kondisi bawaan yang ditandai
dengan munculnya kista atau kantung berisi cairan di ginjal dan organ
laintidak terdapat adanya jaringan

e. Penyakit metabolik
Seperti diabetes mellitus yang menyebabkan peningkatan mobilisasi lemak
yang mengarah pada penebalan membran kapiler dan di ginjal berkembang
menjadi disfungsi endotel yang mengarah ke nefropati amiloidosis yang
ditandai dengan pengendapan zat proteinemik abnormal pada dinding
pembuluh darah yang merusak membran glomerulus secara serius
f. Nefropati toksik
Penyalahgunaan penggunaan analgesik dan nefropati timah.
g. Nefropati obstruksi
Fungsi ginjal yang mengalami gangguan di saluran kemih bagian atas
contohnya batu neoplasma, fibrosis, dan retroperitoneum. Sedangkandi saluran
kemih bagian bawah contohnya hipertrofi prostat, striktura uretra
dan kelainan bawaan
3. Tanda dan gejala
Manifestasi klinis pada penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) tidak
spesifik dana biasanya ditemukan pada tahap akhir penyakit. Pada stadium awal.
CKD biasanya asimtomatik. Menurut Chris Tanto (2016), tanda dan gejala CKD
melibatkan berbagai sistem organ, diantaranya :
a. Gangguan keseimbangan cairan : edema perifer, efusi pleura, hipertensi,
peningkatan JVP, asites. Pada CKD, ginjal gagal membuang air, maka air
terkumpul didalam badan yang menyebabkan terjadinya edema. Edema dapat
diukur melalui penilaian pitting edema yaitu sebagai berikut:
1) Derajat I: kedalaman 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik
2) Derajat II: kedalaman 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik
3) Derajat III: kedalaman 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik
4) Derajat IV: kedalaman >7 mm dengan waktu kembali 7 detik
b. Gangguan elektrolit dan asam basa: tanda dan gejala hiperkalemia, asidosis
metabolik (nafas kussmaul), hiperfosfatemia.
c. Gangguan gastrointestinal dan nutrisi: mual, muntah, gastritis, ulus peptikum,
malnutrisi.
d. Kelainan kulit: kulit terlihat pucat, kering, pruritus, pigmentasi kulit, ekimosis.
e. Gangguan neuromuskular: kelemahan otot, fasikulasi, gangguan memori,
ensofalopati.
f. Gangguan hematologi: anemia (dapat mikroskotik hipokrom maupun normositik
normokrom), gangguan hemostatis

4. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit gagal ginjal kronik tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangannya proses yang terjadi sama. Pengurangan
massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang mash
tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, hal ini mengakibatkan
terjadinya hiperfiltrasi yang diikuti dengan peningkatan tekanan kapiler dan aliran
darah glomerulus (Meita, 2020).
Kerusakan ginjal dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungi ginjal,
produk akhir metabolik yang seharusnya dieksresikan ke dalam urin menjadi
tertimbun di dalam darah. Semakin banyak timbunan produk metabolik (sampah),
maka gejala yang timbul akan semakin berat (Brunner & Suddarth, 2018). Kondisi ini
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan seperti hipovolemi atau hipervolemi,
gangguan keseimbangan elektrolit antara lain atrium dan kalium. LFG <15%
menimbulkan gejala dan komplikasi yang serius dan pasien memerlukan terapi
pengganti ginjal (renal replacement therapy) seperti dialisis atau transplantasi ginjal
(Suharyanto dalam Hidayati, 2012)

5. Pemeriksaan diagnostik
Berikut ini adalah pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosa Chronic Kidney Disease (CKD) menurut Doenges dkk (2014) :
a. Volume : biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tidak ada (anuria)
 Warna: secara abnormal urn keruh kemungkinan disebabkan oleh
pus,bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, poritin.
 Berat jenis: kurang dari 1.105 (menetap pada 1.010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat).
 Osmolalitas: kurang dari 350mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,
dan rasio urine/serum sering I:I.
 Klirens kreatinin: mungkin agak menurun.
 Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium.
 Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
b. Darah
1) BUN/kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir.
2) Ht: menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7 - 8 gr/dl.
3) SDM menurun, defisiensi eritropoitin dan GDA: asidosis metabolik,pH
kurang dari 7, 2.
4) Natrium serum: rendah, kalium meningkat, magnesium meningkat,
5) Kalsium menurun dan Protein (albumin) menurun.
6) Osmolaritas serum lebih dari 285 mOsm/kg.
7) Ultrasono ginjal menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
8) Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menetukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan peningkatan tumor selektif.
9) Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuler, masa.
10) EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan
mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut (Muttagin, 2012) :
a. Dialisis : dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius,
seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang.
b. Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)/HD : adalah jenis dialisis
dengan menggunakan mesin dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada
proses ini, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser
c. Dialisis peritoneal (cuci darah melalui perut) : metode cuci darah dengan
bantuan membrane peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu
dikeluarkan dari tubun untuk dibersinkan dan disarme oleh mesin dialisis
d. Koreksi hiperkalemi : Mengendalikan kalium darah sangat penting karena
hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak
e. Koreksi anemia: Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor
defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat
diatasi.
f. Koreksi asidosis : Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari.
g. Pengendalian hipertensi: Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan
vasodilatator dilakukan.
7. Komplikasi
Menurut Jennifer (2014) komplikasi dari Gagal Ginjal Kronik adalah :
a. Anemia
b. Neuroperifer
c. Komplikasi kardiopulmoner
d. Komplikasi gastrointestinal
e. Disfungsi seksual
f. Parestesia
g. Disfungsi saraf motorik seperti foot drop dan paralis flasid
h. Fraktur patologis
i. Hiperkalemia
j. Hipovolemia

8. Pathway
9. Proses keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas klien
 Pasien
 Penanggung jawab
2) Riwayat kesehatan
 Keluhan utama yang dirasakan klien saat pengkajian
 Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat kesehatan dahulu, pengalaman sakit dimasa lalu
 Riwayat peyakit keluarga, meliputi penyakit menular atau menahan
yang disebabkan oleh nyeri
3) Riwayat kesehatan sekarang
4) Aspek psikososial
5) Pemeriksaan fisik
 Sistem penglihatan
 System pendengaran
 System wicara
 System pernafasan
 System kardiovaskular
 System hematologi
 System saraf pusat
 System pencernaan
 System endokrin
 System urogenital
 System integumen
 System musculoskeletal
 System kekebalan tubuh
b. Perumusan diagnose keperawatan
1) Itoleransi aktivitas b.d kelemahan anemia
2) Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d disfungsi ginjal
3) Defisti pengetahuan b.d kurangnya pengetahuan
c. Rencana keperawatan dan rasional
Diagnose Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil
Itoleransi Setelah dilakukan Manajemen energy  Untuk mengetahui
aktivitas tindakan Observasi : gangguan fungsi
keperawatan  Identifikasi gangguan tubuh yang
selama 3x24 jam fungsi tubub yang mengakibatkan
diharapkan mengakibatkan kelelahan fisik dan
itoleransi aktivitas kelelaban emosional
meningkat dengan  Monitor kelelahan
kriteria hasil : fisik dan emosional
 Melakukan Edukasi :
aktivitas  Anjurkan tirah barang
meningkat  Anjurkan melakukan
 Keluhan lelah aktivitas secara
menurun bertahap
 Perasaan lemah Terapeutik :
menurun  Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
 Lakukan latihan
rentang gecak pasif
dan/atau aktif
 Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah
atau berjalan
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan
abli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Resiko Setelah dilakukan Pemantauan elektrolit  Untuk mengetahui
ketidakseimb tindakan Observasi : penyebab
angan keperawatan  Identifikasi ketidakseimbangan
elektrolit selama 3x24 jam kemungkinan elektrolit
diharapkan penyebab  Untuk mengetahui
keseimbangan ketidakseimbangan kadar elektrolit serum
elektrolit elektrolit  Untuk megetahui
meningkat dengan  Monitor kadar kadar kalium
kriteria hasil : elektrolit serum  Untuk mengetahui
 Serum  Monitor tanda kadar natrium
natrium hyperkalemia dan  Untuk mengetahui
membaik hypokalemia kadar klorida
 Serum  Monitor tanda
kalium hypernatremia dan
membaik hyponatremia
 Serum  Monitor
klorida hiperkalsemia dan
membaik hipokalsemia
Terapeutik :
 Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
 Informasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Inforasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
Deficit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan • Untuk
pengetahuan tindakan Observasi mempermudah
keperawatan • Identifikasi kesiapan mengetahui
selama 3x24 jam dan kemampuan sebarapa jauh
diharapkan tingkat menerima informasi kesiapan dan
pengetahuan • Identifikasi factor kemampuan
membaik dengan faktor yang dapat pasien/keluarga
kriteria hasil : meningkatkan dan pasien menerima
 Kemampuan menurunkan perilaku informasi
menjelaskan hidup bersihh dan • Untuk mengetahui
pengetahuan sehat pertanyaan apa saja
suatu topik Terapeutik yang diajukan
meningkat • Sediakan materi dan pasien/keluarga
 Persepsi yang media pendidikan pasien tentang
keliru terhadap Kesehatan penyakit
masaah • Jadwalkan
menurun Pendidikan
 Menjalani Kesehatan sesuai
pemeriksaan kesepakatan
yang tidak • Berikan kesempatan
tepat menurun untuk bertanya
Edukasi
• Jelaskan factor
risiko yang dapat
mempengaruhi
Kesehatan
• Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
• Ajarkan strategi yang
dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilahu hidup
bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA

Ismatullah, A. (2015). Manajemen Terapi Anemia pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Manage. Jurnal Kedokteran UNLA, 4, 7-12.
Gliselda, V. K. (2021). Diagnosis dan Manajemen Penyakit Ginjal Kronis (PGK). Jurnal
Medika Hutama, 2(04 Jul). 1135-1141
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), edisi 1.
Persatuan perawat Indonesia. Jakarta : 2018
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), edisi 1.
Persatuan perawat Indonesia. Jakarta : 2018
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), edisi 1.
Persatuan perawat Indonesia. Jakarta : 2018

Anda mungkin juga menyukai