LAPORAN MODUL 4
KEPUTIHAN
BLOK SISTEM REPRODUKSI
Dokter Pembimbing :
dr. Mona Nurlanda,M.Kes.,Sp.OG
dr. Asrini Safitri, M. Kes, Sp. GK
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
Fajriah Ranggawati Sutan 11020180119
Sitti Syafirah Amaliyah Syarief 11020180129
Amalia Putri Ramadani 11020180139
A.Devita Nurul Ainiah 11020180150
Fatmawati Mohammad 11020180160
Muhammad Fakhri Rasyidi 11020180170
Innayaturrahmatiah Mujaddid 11020180180
Yushi Mindarani 11020180190
Ufarah Indah Sari 11020180200
M.Fikriy Aaudin Faiq 11020180210
Amalia Sri Anjani 11020180193
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga laporan tutorial ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Aamiin.
Akhir kata, kami ingin menghaturkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan laporan ini.
KATA SULIT
KATA KUNCI
1. Perempuan 31 tahun.
2. P2A0.
3. Keluhan keputihan sejak 2 minggu yang lalu.
4. Cairan yang keluar dari vagina berwarna kehijauan kadang berbusa dan
disertai rasa gatal.
PERTANYAAN
4. Mengapa cairan yang keluar dari vagina berwarna kehijauan dan gatal
a.Non-infeksi
1. Fisiologis
2. Ektopi serviks
3. Benda asing, seperti penahan tampon
4. Dermatitis vulva
b. Infeksi menular non-seksual
1. Bacterial vaginosis
2. Infeksi candida
c. Infeksi menular seksual
1. Chlamydia trachomatis
2. Neisseria gonorrhoeae
3. Trichomonas vaginalis
A.Penyebab Keputihan Fisiologis
a) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: keputihan ini disebabkan
oleh pengaruh hormon estrogen dari ibunya
b) Menjelang atau setelah haid.
c) Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang, keadaan ini
ditunjang oleh hormon estrogen
d) Masa di sekitar ovulasi karena poduksi kelenjar- kelenjar rahim dan
pengaruh dari hormon estrogen serta progesterone. Sekret dari kelenjar-
kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
e) Seorang wanita yang terangsang secara seksual. Ransangan seksual ini
berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi senggama,
vagina mengeluarkan cairan yang digunakan sebagai pelumas dalam
senggama
f) Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke vagina
dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina
g) Akseptor kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron yang dapat meningkatkan lendir servik menjadi lebih encer
h) Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang menderita
penyakit kronik dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
i) Stres dan kelelahan
B.Penyebab Keputihan Abnormal
1) Infeksi
Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin
(infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, jaringan
penyangga, dan pada infeksi karena penyakit menular seksual).
a. Bakteri
Pada vagina terdapat flora normal yang terdiri dari bakteri
”baik” yang berfungsi dalam keseimbangan ekosistem sekaligus
menjaga keasaman / pH yang normal serta beberapa bakteri lain
dalam jumlah kecil seperti Gardnerella vaginalis, mobiluncus,
bacteroides dan Mycoplasma hominis.
Beberapa keadaan seperti kehamilan, penggunaan spiral /
IUD (intra uterine device), hubungan seksual, promiskuitas dapat
memicu ketidakseimbangan flora normal vagina dimana
pertumbuhan bakteri ”jahat” menjadi berlebihan. Keputihan yang
disebabkan oleh bakteri Gardnerella disebut sebagai bacterial
vaginosis / BV.
Keputihan biasanya encer, berwarna putih keabu-abuan dan
berbau amis (fishy odor). Bau tercium lebih menusuk setelah
melakukan hubungan seksual dan menyebabkan darah menstruasi
berbau tidak enak. Jika ditemukan iritasi daerah vagina seperti gatal
biasanya bersifat lebih ringan daripada keputihan yang disebabkan
oleh jamur dan parasit.
Gardanerrella vaginalis
b. Jamur
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi jamur Candida
albicans umumnya dipicu oleh faktor dari dalam maupun luar tubuh
seperti Pemakaian pil KB, obat-obatan tertentu seperti steroid,
antibiotic, daya tahan tubuh rendah, iklim, panas dan kelembaban.
Sekret yang keluar biasanya berwarna putih kekuningan, seperti
kepala susu (cottage cheese), berbau khas dan menyebabkan rasa
gatal yang hebat pada daerah intim-vulva dan sekitarnya sehingga
disebut vulvovaginitis. Rasa gatal sering merupakan keluhan yang
dominan dirasakan.
Candida albicans
Trichomonas vaginalis
2) Iritasi
Yang menyebabkan iritasi seperti sperma, pelicin, kondom,
sabun, cairan antiseptic untuk mandi., pembersih vagina, celana yang
ketat dan tidak menyerap keringat kertas tisu toilet yang berwarna.
3) Tumor atau jaringan abnormal lain
Tumor atau kanker akan menyebabkan fluor albus patologis
akibat gangguan pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga
menyebabkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah
rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya
pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan O 2
Referensi:
1. Gusti Ayu Marhaeni,GA. 2016. Keputihan Pada Wanita. Jurnal Skala
Husada Volume 13 Nomor 1 April 30 – 38.
2. Des Spence, Catriona Melville. 2007. Vaginal Discharge.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2099568/
3. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. EGC:
Jakarta
4. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan. Edisi 5 Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jika kondisi vagina telah berubah dan telah menjadi tempat yang ideal
untuk bakteri untuk bertumbuh maka selanjutnya bakteri akan menginvasi
dan berkembang dengan pesat. Beberapa diantaranya masuk dan menempel
pada sel epitel vagina menyebabkan terjadinya deskuamasi sel epitel vagina.
Akibatnya, sistem imun tubuh aktif dan mulai menyerang patogen yang
sedang menginvasi. Sel PMN yang melakukan pertahanan aktif terhadap
bakteri invasif akan menghasilkan verdoperoksidase yang menyebabkan
warna hijau yang timbul pada cairan vagina. Bersamaan dengan itu, karena
terjadinya deskuamasi sel epitel vagina oleh bakteri tersebut menyebabkan
mediator radang seperti histamin akan keluar. Hasilnya akan timbul rasa gatal
pada vagina.
Referensi :
Salah satu organ tubuh yang paling penting dan sensitif serta
memerlukan perawatan khusus adalah sistem reproduksi. Ada berbagai macam gangguan
sistem reproduksi seperti gangguan menstruasi, syndrom premenstruasi, kista ovari,
kanker dan tumor pada endometrium, serta salah satunya yaitu infeksi yang disebabkan
oleh bakteri maupun jamur yang sering disebut dengan keputihan.
Fluor albus (leukorea, keputihan, white discharge) adalah nama gejala yang
diberikan pada cairan yang keluar dari vagina selain darah. Fluor albus bukan merupakan
penyakit melainkan salah satu tanda gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita.
Gejala ini diketahui karena adanya sekret yang mengotori celana dalam atau adanya
pengeluaran cairan pervagina yang bukan darah. Dampak keputihan dapat terjadi
perlengketan pada rahim, saluran telur atau tuba falopii sampai pembusukan indung telur
oleh infeksi yang berat bisa terjadi tuba-ovarium abses atau kantung nanahyang menekan
saluran telur dan indung telur, apabila kedua sisi kanan dan kiri dari tuba ovarium yang
tertekan abses maka dapat dikatakan bahwa wanita tidak akan bisa mendapatkan
keturunan atau mundul.
Referensi :
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol VII, No 1, Maret 2015 ISSN 1978-3167 School of
Health Science
1. Anamnesis
Yang harus diperhatikan dalam anamnesis adalah:
a. Usia
Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita
atau pada wanita dewasa, keputihan (leukorea / fluor albus) yang
terjadi mungkin karena pengaruh estrogen yang tinggi dan merupakan
keputihan yang fisiologis. Wanita dalam usia reproduksi harus
dipikirkan kemungkinan suatu PHS (Penyakit Hubungan Seksual) dan
penyakit infeksi lainnya
b. Pada wanita dengan usia yang lebih tua harus dipikirkan kemungkinan
terjadinya keganasan terutama kanker serviks.
c. Metode kontrasepsi yang dipakai
Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan sekresi
kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya infeksi
jamur. Pemakaian IUD (Intra Uterine Device) juga dapat
menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks yang meragsang sekresi
kelenjar serviks menjadi meningkat.
d. Kontak seksual
Untuk mengantisipasi leukorea akibat PHS, seperti gonore, kondiloma
akuminata, herpes genitalis, dan sebagainya. Hal yang perlu
ditanyakan adalah kontak seksual terakhir dan dengan siapa dilakukan
e. Perilaku
Pasien yang tinggal di asrama atau bersama dengan teman-temannya
kemungkinan tertular penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya
leukorea cukup besar. Contoh kebiasaan yang kurang baik adalah tukar
menukar peralatan mandi atau handuk
f. Sifat keputihan
Hal yang harus ditanyakan adalah jumlah, bau, warna, dan
konsistensinya, keruh / jernih, ada / tidaknya darah, frekuensinya dan
telah berapa lama kejadian tersebut berlangsung. Hal ini perlu
ditanyakan secara detail karena dengan mengetahui hal-hal tersebut
dapat diperkirakan kemungkinan etiologinya
g. Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi
Pada kedua keadaan ini, keputihan yang terjadi biasanya merupakan
hal yang fisiologis
h. Masa inkubasi
Bila keputihan timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau
pengaruh zat kimia ataupun pengaruh rangsangan fisik
2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi
adanya kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, infeksi saluran kemih,
dan infeksi lainnya yang mungkin berkaitan dengan keputihan.
Pemeriksaan yang khusus harus dilakukan adalah pemeriksaan genitalia,
meliputi inspeksi dan palpasi genitalia eksterna, pemeriksaan spekulum
untuk melihat vagina dan serviks, serta pemeriksaan pelvis bimanual.
Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan lendir
serviks.
Pada infeksi karena Gonococcus, kelainan yang dapat ditemui
adalah orifisium uretra eksternum merah, edema dan sekret yang
mukopurulen, labio mayora dapat bengkak, merah, dan nyeri tekan.
Kadang-kadang kelenjar Bartolini ikut meradang dan terasa nyeri waktu
berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan melalui spekulum terlihat serviks
merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.
Pada Trichomonas vaginalis dinding vagina tampak merah dan
sembab. Kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks
yang tampak sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai
strawberry appearance. Bila sekret banyak dikeluarkan dapat
menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia eksterna. Infeksi
Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan vagina yang
berwarna hiperemis, sekret yang melekat pada dinding vagina, dan terlihat
sebagai lapisan tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks dapat
ditemukan erosi yang disertai lendir bercampur darah yang keluar dari
ostium uteri internum.
Pada kandidiasis vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva
dan vagina, pada dinding vagina sering terdapat membran-membran kecil
berwarna putih, yang jika diangkat meninggalkan bekas yang agak
berdarah. Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna merah
dengan permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang
menjadi granuler, berbenjol-benjol, dan ulseratif disertai adanya jaringan
nekrotik. Disamping itu, tampak sekret yang kental berwarna coklat dan
berbau busuk. Pada kanker serviks lanjut, serviks menjadi nekrosis,
berbenjol-benjol, ulseratif dan permukaannya bergranuler, memberikan
gambaran seperti bunga kol. Adanya benda asing dapat dilihat dengan
adanya benda yang mengiritasi, seperti IUD, tampon vagina, pesarium,
kondom yang tertinggal, dan sebagainya.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan:
a. Penentuan pH
Penentuan pH dengan indikator pH (3,0-4,5)
b. Penilaian sediaan basah
Penilaian diambil untuk pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10%
dan pemeriksaan sediaan basah dengan garam fisiologis. Trichomonas
vaginalis akan terlihat jelas dengan garam fisiologis sebagai parasit
berbentuk lonjong dengan flagelanya dan gerakannya yang cepat,
sedangkan Candida albicans dapat dilihat jelas dengan KOH 10%
tampak sel ragi (blastospora) atau hifa semu. Vaginitis nonspesifik
yang disebabkan Gardnerella vaginalis pada sediaan dapat ditemukan
beberapa kelompok basil, lekosit yang tidak seberapa banyak, dan
banyak sel-sel epitel yang sebagian besar permukaannya berbintik-
bintik. Sel-sel ini disebut clue cell yang merupakan ciri khas infeksi
Gardnerella vaginalis.
c. Pewarnaan gram
Neisseria gonorrheae memberikan gambaran adanya gonococcus intra
dan ekstraseluler. Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-
batang berukuran kecil gram negatif yang tidak dapat dihitung
jumlahnya dan banyak sel epitel dengan kokobasil, tanpa ditemukan
laktobasil
d. Kultur
Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti,
tetapi seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam
penafsiran
e. Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi herpes genitalis
dan human papiloma virus dengan pemeriksaan ELISA (Enzyme-
Linked Immunosorbent Assay)
f. Tes Pap Smear
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada
serviks.
Referensi :
Ramayanti. Pola Mikroorganisme Fluor Albus Patologis yang Disebabkan
Oleh Infeksi pada Penderita Rawat Jalan di Klinik Ginekologi Rumah Sakit
Umum Dr. Kariadi Semarang. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/12387/1/2004PPDS3634.pdf.
A. Trikomoniasis
Definisi
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogenik yang biasanya
dijumpai di traktus genitourinaria manusia yang terinfeksi. Ditularkan
malalui hubungan seksual, yang dapat menyebabkan vaginitis pada wanita
dan uretritis non-gonococcoal pada pria.
Gambar : Trichomonas vaginalis
Epidemiologi
Trichomonas vaginalis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual. Dan
ternyata organisme ini dapat bertahan hidup selama 45 menit di tempat
dudukan toilet, baju mandi, pakaian dan air hangat. Penularan perinatal
ditemukan sekitar 5% dari ibu yang terinfeksi trichomoniasis, tetapi
biasanya ‘self-limited’ oleh karena metabolisme dari hormon ibu.Tetapi
pernah dilaporkan suatu kasus ‘respiratory distress’ bayi laki-laki cukup
bulan, dimana pada sediaan basah sputum kentalnya dijumpai sedikit
leukosit dan organisme Trichomonas vaginalis.
Patogenesis
Dalam kondisi normal, pH vagina berada di kisaran 3,8 dan 4,4
yang disebabkan oleh adanya asam laktat yang dihasilkan oleh
lactobacillus Döderlein. Lactobaciilus ini dalam hidupnya menggunakan
suplai glikogen yang terdapat pada sel-sel vagina. Jadi, dalam
pemeriksaaan sitologi vagina normal tidak terdapat bakteri atau
mikroorganisme lain kecuali lactobacillus Döderlein.
Trichomonas vaginalis masuk ke dalam vagina melalui hubungan
seksual, yang kemudian menyerang epitel squamosa vagina dan mulai
bermultiplikasi secara aktif. Hal ini menyebabkan suplai glikogen untuk
lactobacillus menjadi berkurang bahkan menjadi tidak ada sama sekali.
Dan diketahui secara in vitro ternyata Trichomonas vaginalis ini
memakan dan membunuh lactobacillus dan bakteri lainnya. Akibatnya
jumlah lactobacillus Döderlein menjadi sedikit dan dapat hilang sama
sekali sehingga produksi asam laktat akan semakin menurun. Akibat
kondisi ini, pH vagina akan meningkat antara 5,0 dan 5,5.
Pada suasana basa seperti ini selain Trichomonas vaginalis
berkembang semakin cepat, akan memungkinkan untuk berkembangnya
mikroorganisme patogen lainnya seperti bakteri dan jamur. Sehingga
pada infeksi trichomoniasis sering dijumpai bersamaan dengan infeksi
mikroorganisme patogen lainnya pada vagina. Pada kebanyakan wanita
yang menderita trichomoniasis sering dijumpai bersamaan dengan infeksi
oleh organisme yang juga patogen seperti Ureaplasma urealyticum dan
atau Mycoplasma hominis sekitar lebih dari 90%, Gardnerella vaginalis
sekitar 90%, Neisseria gonorrhoe sekitar 30%, jamur sekitar 20%, dan
Chlamydia trachomatis sekitar 15%.
Suatu penelitian in vitro terhadap Trichomonas vaginalis
menunjukkan bahwa organisme ini memiliki kemampuan untuk
menghancurkan sel target dengan kontak langsung tanpa harus melalui
proses phagocytosis. Organisme ini menghasilkan suatu faktor pendeteksi
sel (cell-detaching factor) yang menyebabkan kehancuran sel sehingga
mengelupas epithel vagina ditimbulkannya.estradiol diteliti dapat
mengurangi aktivitas cell-detaching factor dari Trichomonas vaginalis.
Gejala Klinis
Pasien-pasien dengan trichomoniasis dapat simptomatik atau
asimptomatik. Dan biasanya parasit ini dijumpai secara tidak sengaja
melalui pemeriksaan sekret vagina (latent trichomoniasis).Masa
inkubasinya berkisar 3 sampai 28 hari, rata-rata 7 hari. Gejala klinisnya
dapat terdiri dari : dijumpainya cairan vagina bewarna kuning kehijauan,
pada kasus yang berat dapat berbusa, cairan vagina berbau tidak
sedap,rasa gatal, panas, iritasi, dyspareunia, perdarahan vagina abnormal,
terutama setelah coitus, Nyeri abdomen dapat dijumpai pada 12% wanita
penderita trichomoniasis dimana kemungkinan telah terjadi vaginitis
berat dan dapat dijumpai regional lymphadenopati, atau
endrometritis/salpingitis.
Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan melalui hal-hal berikut ini :
1. Gejala klinis
Diagnosa ditegakkan melalui gejala klinis baik yang subjektif
maupun objektif. Tetapi diagnosa sulit ditegakkan pada penderita
pria dimana trichomoniasis pada pria hanya dijumpai sedikit
organisme Trichomonas vaginalis dibandingkan dengan wanita
penderita trichomoniasis.
2. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopis secara langsung dilakukan dengan cara
membuat sediaan dari sekret dinding vagina dicampur dengan satu
tetes garam fisiologis di atas gelas objek dan langsung dapat dibaca
di bawah mikroskop. Atau apabila tidak dapat langsung dibaca,
dapat mengirimkan gelas objek yang telah dioleskan sekret vagina
tersebut dalam tabung yang telah berisi garam fisiologis. Pemberian
beberapa tetes KOH 10-20% pada cairan vagina yang diperiksa,
dapat menimbulkan bau yang tajam dan amis pada 75% wanita yang
positif trichomoniasis dan infeksi bakterial vaginosis, tetapi tidak
pada mereka yang menderita vulvovaginal kandidiasis. Untuk
menyingkirkan bakterial vaginosis dari infeksi trichomoniasis dapat
diketahui dengan memeriksa konsentrasi. Dari pemeriksaan sekret
secara mikroskopik pada mereka yang terinfeksi trichomoniasis,
dapat dijumpai sel-sel PMN yang sangat banyak, coccobacillus,
serta organisme Trichomonas vaginalis (pada sedian yang segar
dapat kelihatan motile).
3. Kultur
Selain pemeriksaan secara klinis dan mikroskopik langsung, cara
lain yang dapat dilakukan adalah dengan kultur, terutama pada
mereka yang sedikit jumlah organisme Trichomonas vaginalis-nya,
seperti pada pria atau pun wanita penderita trichomoniasis kronik.
4. Serologi dan immunologi
Pemeriksaan dengan cara ini belum menjamin dan belum cukup
sensitif untuk diagnosis infeksi Trichomonas vaginalis.. Walaupun
sudah banyak penelitian yang akhir-akhir ini menggunakan teknik
serologi untuk mendiagnosa infeksi T. vaginalis.
Terapi
Metronidazole adalah antibiotik pilihan pertama dan yang paling
baik untuk kasus- kasus trichomoniasis, meskipun kini telah hadir
sejumlah turunannya seperti tinidazole, ornidazole, memorazole,
tioconazole, dll.Pengobatan trichomoniasis dengan menggunakan
metronidazole pertama kali diperkenalkan oleh Cosar dan Julou yang
mendemonstrasikan aktivitas in vitro metronidazole terhadap
Trichomonas vaginalis.
Dosis yang disarankan untuk trichomoniasis ini adalah :
a. 2 gram, dosis sekali minum (single dose)
b. 250 mg 3 kali sehari selama 7-10 hari
c. 500 mg 2 kali sehari selama 5-7 hari
Pada kasus-kasus gagal terapi maka dapat diberikan dosis 2 gram
metronidazole sehari sekali selama 3-5 hari. Pemberian metronidazole
terhadap wanita hamil tidak disarankan karena diketahui bahwa
metronidazole dapat melewati plasenta barrier, walaupun efek
teratogeniknya masih dipertanyakan.
Pemberian metronidazole secara topikal pada vagina dapat mengurangi
gejala-gejala klinis, tetapi tidak dapat menyembuhkan infeksi ini karena
Trichomonas vaginalis juga menginfeksi urethra dan kelenjar
periurethtral, sehingga bila dilakukan pemberian topikal saja tidak akan
dapat membunuh semua organisme ini yang nantinya dapat menyebabkan
terjadinya re-infeksi. Pemberian secara topikal dianjurkan pada
kehamilan yang kurang dari 20 minggu atau pada penderita yang peka
terhadap metronidazole.
Pencegahan
Pencegahan infeksi yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis
dapat dilakukan dengan penyuluhan dan pendidikan terhadap pasien dan
masyarakat umumnya tentang infeksi ini serta diagnosis dan penanganan
yang tepat pada pasangan penderita trichomoniasis.Pemakaian kondom
dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mencegah tertularnya
pasangan seksual terhadap infeksi ini.
Referensi :
Referensi :
Trikomoniasis
Terapi pilihan untuk trikomoniasis adalah obat golongan nitromidazole (
metronidazole,tinidazole, ornidazole, carnidazole dan nimorazole). Centre for
disease control and preventiob (CDC) merekomendasikan metronidazole dan
tinidazol untuk pengobatan trikominiasis. Pemberian metronidazol dosis tinggi
dan lama akan meningkatkan risiko efej samping yang meliputi mual, muntah,
nyeri kepala, rash, mulut kering, dan rasa kecap metalik. Efek samping yang
berat dapat terjadi eosonifilia, leukopenia, palpitasi, bingung, dan neuropati
perifer.
Bakterial Vaginosis
a. Non-Farmakologi :
- Menjaga kebersihan diri terutama daerah vagina
- Hindari pemakaian handuk secara bersamaan
- Hindari pemakaian sabun untuk membersihkan daerah vagina yang
dapat menggeser jumlah flora normal dan dapat merubah kondisi pH
daerah kewanitaan tersebut
- Jaga berat badan Ideal
b. Farmakologi :
Tatalaksana vaginosis bakterialis
- Metronidazol 500 mg peroral 2 x sehari selama 7 hari
- Metronidazol pervagina 2 x sehari selama 5 hari
- Krim klindamisin 2% pervagina 1 x sehari selama 7 hari
Referensi :
1. Elmia Kursani, H.M. (2015). Faktor-factor yang Mempengaruhi
Terjadinya Flour Albus (Keputihan) pada Remaja Putridi SMA PGRI
Pekanbaru Tahun 2013. Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No 1
2. Babic M, Hukic M. Candida Albicans and Non Alcans Species As
Etiological Agent of Vaginitis in Pregnant and Non Pregnant Women.
Bosnian Journal of Basic Medical Sciences. 2010;10(1):89-97 16
3. Ramayanti. Pola Mikroorganisme Fluor Albus Patologis yang Disebabkan
oleh Infeksi pada Penderita Rawat Jalan di Klinik Ginekologi RSU
Dr.Kariadi Semarang. Bag. Obstetri & Ginekologi FK Unpad.
ةRاء اللحيRارب وإعفRرة قص الشRRر من الفطRلم عشRRه وسRRلى هللا عليRول هللا صRRال رسRعن عائشة قالت ق
اءRRاص المRRة وانتقRRق العانRRط وحلRRف اإلبRRبراجم ونتRRوالسواك واالستنشاق بالماء وقص األظفار وغسل ال
يعني االستنجاء بالماء
Mengenai cara pembersihan yang benar, telah dijelaskan oleh istri Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya :
"Sesungguhnya keputihan itu (al Wadii) yang keluar setelah kencing, maka
cucilah kemaluannya, berwudhu dan tidak perlu mandi." (HR. Ibnu Al
Mundzir)
- Wadi: Cairan tebal berwarna putih yang keluar setelah kencing atau
setelah melakukan pekerjaan yang melelahkan, misalnya berolahraga
berat. Wadi adalah najis berdasarkan kesepakatan para ulama sehingga dia
wajib untuk dicuci. Dia juga merupakan pembatal wudhu sebagaimana
kencing dan madzi.
1. Etiologi Keputihan
keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang banyak dan
berbau busuk akibat terjadinya proses pembusukan tersebut dan sering
kali disertai adanya darah yang tidak segar.
d. Benda asing. Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau
benda tertentu yang dipakai sewaktu senggama, adanya cincin pesarium
yang digunakan wanita dengan prolapsus uteri dapat merangsang
pengeluaran caian vagina secara berlebihan. Jika rangsangan ini
menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari
flora normal yang berada dalam vagina sehingga timbul fluor albus.
e. Radiasi
f. Fistula
g. Penyebab lain: Psikologi (Volvovaginitis psikosomatik), Tidak diketahui
(“Desquamative inflammatory vaginitis”)
h. Infeksi
a. Bakteri
Pada vagina terdapat flora normal yang terdiri dari bakteri
”baik” yang berfungsi dalam keseimbangan ekosistem sekaligus
menjaga keasaman / pH yang normal serta beberapa bakteri lain dalam
jumlah kecil seperti Gardnerella vaginalis, mobiluncus, bacteroides
dan Mycoplasma hominis.
Beberapa keadaan seperti kehamilan, penggunaan spiral / IUD
(intra uterine device), hubungan seksual, promiskuitas dapat memicu
ketidakseimbangan flora normal vagina dimana pertumbuhan bakteri
”jahat” menjadi berlebihan. Keputihan yang disebabkan oleh bakteri
Gardnerella disebut sebagai bacterial vaginosis / BV.
Keputihan biasanya encer, berwarna putih keabu-abuan dan
berbau amis (fishy odor). Bau tercium lebih menusuk setelah
melakukan hubungan seksual dan menyebabkan darah menstruasi
berbau tidak enak. Jika ditemukan iritasi daerah vagina seperti gatal
biasanya bersifat lebih ringan daripada keputihan yang disebabkan
oleh jamur dan parasit.
Gardanerrella vaginalis
Gardnerella vaginalis dapat menyebabkan bacterial vaginosis
pada wanita. Salah satu dari spesies Haemophilus, tumbuh, berukuran
kecil, sirkuler, koloni abu-abu, di bawah mikroskop terlihat gram
negative, namun sebenarnya memiiki dinding sel gram positive, sel
epitel yang menyelimuti bakteri. Bakteri ini biasanya mengisi penuh
sel epitel vagina dengan membentuk bentukan khas dan disebut clue
cell. Gardanerrella menghasilkan asam amino yang diubah menjadi
senyawa amin yang menimbulkan bau amis seperti ikan. Infeksi ini
menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan keabuan,
berair, berbuih dan bermau amis. bakteri ini juga dapat memicu
munculnya penyakit kelamin seperti sifilis dan gonorhea
b. Jamur
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi jamur Candida
albicans umumnya dipicu oleh faktor dari dalam maupun luar tubuh
seperti Pemakaian pil KB, obat-obatan tertentu seperti steroid,
antibiotic, daya tahan tubuh rendah, iklim, panas dan kelembaban.
Sekret yang keluar biasanya berwarna putih kekuningan, seperti
kepala susu (cottage cheese), berbau khas dan menyebabkan rasa
gatal yang hebat pada daerah intim-vulva dan sekitarnya sehingga
disebut vulvovaginitis. Rasa gatal sering merupakan keluhan yang
dominan dirasakan.
Candida albicans
Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih
susu seperti susu pecah atau seperti keju, dan sering disertai gatal.
Vagina tampak kemerahan akibat proses peradangan. Dengan KOH
10% tampak sel ragi (blastospora) dan hifa semu (pseudohifa).
Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat yang subur bagi
pertumbuhan jamur ini adalah kehamilan, diabetes mellitus, pemakai
pil kontrasepsi. Pasangan penderita juga biasanya akan menderita
penyakit jamur ini. Keadaan yang saling menularkan antara
pasangan suami-istri disebut sebagai phenomena ping-pong.
c. Parasit
Infeksi parasit Trichomonas vaginalis termasuk dalam
golongan penyakit
menular seksual
(PMS) karena penularan
terutama terjadi
melalui hubungan seksual
namun juga dapat melalui
kontak dengan perlengkapan mandi, bibir kloset yang telah
terkontaminasi.Keputihan berupa sekret berwarna kuning-hijau,
kental, berbusa dan berbau tidak enak (malodorous). Kadang
keputihan yang terjadi menimbulkan rasa gatal dan iritasi pada daerah
intim.
Trichomonas vaginalis
Gambar : Trichomonas Vaginalis
Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan dapat
bergerak berputar-putar dengan cepat. Gerakan ini dapat dipantau dengan
mikroskop. Cara penularan penyakit ini dengan senggama. Walaupun
jarang dapat juga ditularkan melalui perlengkapan mandi, seperti handuk
atau bibir kloset.
Referensi :
1. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. EGC:
Jakarta
2. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan. Edisi 5 Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Inflama
Referensi:
Babic M, Hukic M. Candida Albicans And Non Alcans Species As Etiological
Agent Of Vaginitis In Pregnant And Non Pregnant Women. Bosnian Journal Of
Basic Medical Sciences. 2010;10(1):89-97 16.