Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

VULVITIS & VAGINITIS

DOSEN PENGAMPU : ANI HARTANTI, SST., M.Kes

DISUSN OLEH :

KELOMPOK 3

1. Devi Oktavia R. (12016001)


2. Damayanti Lintang A. (12016002)
3. Wulan Safitri (12016010)
4. Maura Ludwina Erwin D (12016028)
5. Indah Dwi Lestari (12016023)
6. Geby Sagita (12016039)
7. Eni Winarsih (12016009)
8. Anjas Maya (12016008)
9. Tri Lestari (12015035)
10. Indah Ayu K. (12016032)
11. Tamer Selwi (12016031)
12. Siska Shiama R. (12016017)
13. Nuriyah (12014038)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO BOYOLALI TAHUN


PELAJARAN 2016/2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena alhamdulillah dengan
limpahan karunia dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berjudul “VULVITIS & VAGINITIS”. Dengan tujuan penulisan sebagai
sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman dari materi ini.
Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepas pula dengan tugas mata kuliah Kesehatan
Reproduksi dan Pelayanan KB.
Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun.
Meskipun demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Vaginitas adalah peradangan yang terjadi karena perubahan keseimbangan normal bakteri
yang hidup disana. Tanda atau gejala paling umum adalah munculnya cairan yang berwarna putih
keruh keabuan dan berbusa serta menimbulkan bau kurang sedap. Vulvitis adalah suatu
peradangan pada vulva ( organ kelamin luar wanita ). Sedang vulvovaginitis adalah peradangan
pada vulva dan vagina. Vagina dikatakan tidak normal apabila jumlah cairan yang keluar sangat
banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang keluar secara tidak
normal memiliki tekstur lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan cairan vagina atau
keputihan yang tidak normal cenderung berwarna kuning seperti warna keju, kuning kehijauan
bahkan kemerahan.

Sebenarnya di dalam vagina terdapat 95 % bakteri baik dan 5 % bakteri jahat atau bakteri
pathogen. Agar ekosisterm di dalam vagina tetap seimbang, dibutuhkan tingkat keasaman ( pH
balance ) pada kisaran 3,8 – 4,2. Dengan tingkat keasaman tersebut, laktobasilus akan subur dan
bakteri pathogen mati.

Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abu atau
keruh kekuningan dan berbau anyir/amis. Setelah melakukan aktivitas seksual dan kemudian
mencuci vagina dengan sabun biasa, bau cairannya semakin menyengat karena terjadi penurunan
keasaman vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh.

Vulva ( organ kelamin luar wanita ) terasa agak gatal dan mengalami iritasi. Infeksi jamur
menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar pada vulva dan vagina. Kulit
tampak merah dan terasa kasar. Infeksi ini cenderung berulang pada wanita yang memiliki
penyakit diabetes dan wanita yang mengkonsumsi antibiotik. Infeksi karena trichomonas vaginalis
menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan dengan bau
yang tidak sedap.

Infeksi atau gejala dari tanda-tanda keputihan yang tidak normal haruslah menjadi perhatian
anda dalam menjaga kebersihan dan kesehatan organ kewanitaan dari segala bentuk penyebaran
penyakit. Karena infeksi pada vagina tidak disebabkan oleh virus atau jamur saja, infeksi pada
vagina juga disebabkan dari pola hidup manusia yang tidak sehat, riwayat penyakit, sedang
menjalani proses penyembuhan dengan obat-obat medis. Jika sampai terdapat luka terbuka tanpa
rasa nyeri disebabkan oleh kanker atau sifilis. Jangan lupa kutu kemaluan atau kuman-kuman yang
berada disekitar kemaluan anda juga dapat menyebabkan gatal-gatal di daerah vulva.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan vaginitis dan vulvitis ?
2. Apa penyebab vaginitis dan vulvitis ?
3. Bagaimana gejala vaginitis dan vulvitis ?
4. Bagaimana cara mendiagnosa vaginitis dan vulvitis ?
5. pengobatan vulvitis dan vaginitis ?

1.3 Tujuan
1. Mengatahui apa yang dimaksud dengan vaginitis dan vulvitis
2. Mengetahui penyebab vaginitis dan vulvitis
3. Mengetahui gejala vaginitis dan vulvitis
4. Mengetahui cara mendiagnosa vaginitis dan vulvitis
5. Mengetahui cara pengobatan vulvitis dan vaginitis ?
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Vulvitis dan Vaginitis
Vulvitis adalah radang selaput lendir labia dan sekitarnya (Universitas Padjadjaran 1981).
Vaginitis (colpitis) adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri, parasit
atau jamur (Manuaba,2001)
Vaginitis adalah infeksi yang terjadi pada vagina terjadi secara langsung pada vagina atau
melalui perineum (Wikniosastro 1999). Vulvovaginitis adalah peradangan pada vulva dan
vagina (taber 1994). Vulvitis adalah suatu kondisi peradangan pada vulva yang dapat
menyerang wanita dalam rentang usia berapa pun.
Vulva merupakan lipatan kulit yang terletak di bagian paling luar dari organ intim wanita,
namun sering kali disalahartikan orang awam sebagai vagina. Padahal vagina merupakan liang
atau saluran yang terletak lebih dalam setelah melewati vulva. Vulva terdiri dari 2 labia (bibir)
mayora, 2 labia minora, dan klitoris.

B. Etiologi Vulvitis dan Vaginitis


Vaginitis & Vulvitis disebabkan oleh:
1. Jamur
Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang menyebabkan rasa gatal di sekitar
vulva / vagina. Warna cairan keputihan akibat jamur berwarna putih kekuning-kuningan
dengan bau yang khas.
2. Bakteri
Biasanya diakibatkan oleh bakteri gardnerella dan keputihannya disebut bacterial vaginosis
dengan ciri-ciri cairannya encer dengan warna putih keabu-abuan beraroma amis.
Keputihan akibat bakteri biasanya muncul saat kehamilan, gonta-ganti pasangan,
penggunaan alat kb spiral atau iud dan lain sebagainya.
3. Virus
Keputihan yang diakibatkan oleh virus biasanya bawaan dari penyakit hiv/aids,
condyloma, herpes dan lain-lain yang bisa memicu munculnya kanker rahim. Keputihan
virus herpes menular dari hubungan seksual dengan gejala ada luka melepuh di sekeliling
liang vagina dengan cairan gatal dan rasanya panas. Sedangkan condyloma memiliki ciri
gejala ada banyak kutil tubuh dengan cairan yang bau yang sering menyerang ibu hamil
4. Parasit
Keputihan akibat parasit diakibatkan oleh parasit trichomonas vaginalis yang menular dari
kontak seks / hubungan seks dengan cairan yang berwarna kuning hijau kental dengan bau
tidak enak dan berbusa. Kadang bisa gatal dan membuat iritasi. Parasit keputihan ini bisa
menular lewat tukar-menukar peralatan mandi, pinjam-meninjam pakaian dalam,
menduduki kloset yang terkontaminasi, dan lain sebagainya. Penyebab lainnya adalah :
(Menurut Univ Padjajaran 1981 ) Penyebab vulvitis adalah :
a. Hygiene yang kurang seperti pada wanita gemuk tuaoccus
b. Candida Albicans
c. Trichomonas
d. Oxyuris
e. Pediculi pubis
f. Diabetes

(Menurut Univ Padjajaran 1981 ) Penyebab vaginitis adalah :

a. Vulvovaginitis pada anak : Sering disebabkan oleh gonorhea atau corpus allineum
b. Kolpitis Senilis :Disebabkan karena ovaria berhenti berfungsi
c. Kolpitis pada masa reprodiktif
 Masturbasi
 Corpus allienum : Pessarium, obat atau alat kontrasepsi kapas
 Rangsang themis seperti berenang dalam air dingin

Menurut Sinklair, Webb(1992) penyebab vulvitis adalah :

a. Infeksi jamur terutama ada orangtua, Penderita DM, dan setelah terapi antibiotik.
b. Trichomonas vaginalis
c. Penyakit kelamin
d. Warts (kulit)
e. Herpes genitalis
f. Pedikularis pubis
g. Cacing kremi
h. Trauma
i. Hygiene buruk
j. Alergi terhadap parfum, sabunj, bedak dsb.
k. Karsinoma
l. Kelainan kulit, seperti : dermatitis kontak, psoriasis dsb
Penyebab lainnya :
a. pembilas vagina
b. spermisida, pelumas, kondom, diaragma, penutup serviks dan spons.
c. sabun cuci dan pembalut
d. deodoran
e. zat di dalam air
f. pakaian dalam yang ketat, tidak berpori dan tidak menyerap keringat
g. tinja
h. Tumor ataupun jaringan abnormal lainya
i. Obat-obatan
j. Terapi penyinaran
k. Perubahan hormonal
C. KLASIFIKASI
1. Vaginitis Candida disebabkan oleh Candida albicans
 Penyebab :
 Hygiene yang kurang
 Pertumbuhan Candida yang berlebihan, karena kadar glukosa darah
yang tinggi, dan pemberian antibiotik berspektrum luas.
 Tanda dan Gejala :
 Pruritus vulvae
 Nyeri vagina yang hebat
 Disuria eksterna dan interna
 Rash pada vulva
 Eritematosa
 Sekret khas seperti keju lembut.
2. Vaginitis Trichomonas disebabkan oleh trichomonas vaginalis
 Penyebab : Hubungan seksual
 Tanda dan gejala :
 Secret banyak dan bau busuk
 Disuria eksterna dan interna
 Pruitus vulva
 Edema vulva
3. Vaginitis non spesifik disebabkan oleh Gardrenella Vaginalis
 Penyebab :
 Hygiene yang kurang
 Hubungan seksual
 Tanda dan gejala :
 Vagina berbau busuk dan amis
 Sekret encer, kuning sampai abu – abu
4. Vaginitis atrofican disebabkan oleh infeksi epitel vagina yang defisiensi estrogen
 Penyebab : Pasca menopause rentan terhaadap infeksi
 Tanda dan gejala :
 Perdarahan pervaginam
 Disura eksterna
 Pruitus
 Dispareunia
 Permukaan vagina merah muda, pucat, halus tanpan rugae.
Menurut manuaba (2001)

1. Vulvitis
 Infeksi kulit berambutnya
 Terjadi perubahan warna
 Membengkak
 Terasa nyeri
 Kadang – kadang tampak bernanah
 Menimbulkan kesukaran bergerak
 Infeksi Kelenjar bartolini
 Terletak dibagian bawah kulit
 Warna kuliat berubah
 Membengkak
 Terjadi timbunan nanah didalam kelenjar
 Penderita sukar berjalan / duduk karena sakit
2. Vaginitis
 Vaginitis trichomonas vaginalis
Disebabkan oleh trichomonas vaginalis yang mempunyai bentuk kecil, berambut
getar dan lincah bergerak. Gejala utamanya :
 Terdapat keputihan encer sampai kental
 Kekuning – kuningan
 Gatal dan terasa membakar
 Berbau
 Terdapat dispareunia
 Pada pemeriksaan bidan akan menjumpai : terdapat keputihan, encer sampai
kental dan terdapat bintik pada dinding vagina
 Vaginitis kandidiasis
Infeksi ini disebabkan oleh jamur kandida albicans . vaginitis kandidiasis sering
dijumpai pada wanita hamil, karena terdapat perubahan asam basa. Gejala vaginitis
kandidiasis adalah terdapat keputihan kental bergumpal, terasa sangat gatal dan
mengganggu, dan pada dinding vagina sering dijumpai membran putih yang bila
dihapuskan dapat menimbulkan perdarahan.
D. PATOFISIOLOGI
Bila keseimbangan mikroorganisme berubah maka organisme yang berpotensi
patogen, yang merupakan bagian flora normal, misalnya C. Albicans pada kasus infeksi
monolia serta G. Vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus vaginitis non spesifik
berproliferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan dengan gejala. Pada mekanisme
lainyya, organisme ditularkan melalui hubungan seksual dan bukan merupakan bagian
flora normal seperti trichomonas vaginalis dan nisseria gonorrhoea dapat menimbulkan
gejala. Gejala yang timbul bila proses meningkatkan respon peradangan terhadap
organisme yang menginfeksi dengan menarik leukosit serta melepaskan prostaglandin dan
komponen respon peradangan lainnya.
Gejala ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari respon peradangan vagina
lokal terhadap infeksi T. Vaginalis atau C. Albicans,Organisme tertentu yang menarik
leukosit , termasuk T.Vaginalis , menghasilkan secret purulen. Diantara wanita dengan
vaginitis non spesifik. Baunya disebabkan oleh terdapatnya amina dibentuk sebagai hasil
metabolisme bakteri anaerob. Histamin dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh efek
vasodilatasi local. Produk lainyya dapat merusak sel – sel epitel dengan cara sama dengan
infeksi lainya.

E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Universitas Padjajaran (1981) :
1. Vulvitis
 Perasaan panas dan nyeri terutama waktu kencing
 Leukorea yang sering disertai perasaan gatal hingga terjadi iritasi oleh gerakan
 Gangguan koitus
 Introitus dan labia menjadi merah dan bengkak, sering tertutup oleh secret
2. Vaginitis
 Leukorea yang kadang – kadang berbau (anyir).
 Perasaan panas / pedih pada vagina
 Perasaan gatal pada vagina
Menurut Sinklair dan webb (1992), tanda dan gejala vulvitis dan vaginitis :
1. Akut
 Pruritus
 Panas
 Eritema
 Edema
 Perdarahan
 Nyeri (mungkin sangat, menyebabkan tidak mampu berjalan, duduk dan retensi
urine urine akut )
 Ulserasi dan vesikel
2. Kronik
 Inflamasi hebat dengan edema minimal
 Pruitus hebat ekskoriasi Infeksi sekunder
 Daerah yang terserang : monspubis, Perineum< paha yang berdekatan, anus, sekitar
paha.
 Lesi ulseratif disebabkan : granuloma, karsinoma, melanoma
 hasil akhir mungkin berupa ekstruksi vulva

F. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Coitus, Terutama pada smegma preputium mengandung kuman – kuman
2. Tampon – tampon didalam vagina, misalnya untuk menampon darah haid
3. Higiene yang kotor, pakaian kotor
4. Atrofi epitel vagina pada mosa senile dimana epitel vagina kurang mengandung
glikogen dan menjadi tipis
5. Korpus allineum : terutama pada anak – anak tetapi juga alat – alat perangsang seks
pada orang dewasa.
6. Masturbasi kronis
7. Benda asing dalam vagina

E. KOMPLIKASI
1. Endometrititis
Peningkatan konsentrasi flora anaerob, yang sebagian mungkin karena perubahan PH,
bisa menyebabkan peningkatan angka endometritis
2. Salpingitis
Radang pada saluran telur dapat terjadi bila infeksi serviks menyebar ke tuba uterine
3. Servisitis
Peradangan ini dapat terjadi bila infeksi menyebar ke serviks
F. PENATALAKSAAN
1. Infeksi bacterial
 Diberikan antibiotika Candidiasis seperti
 Nistatin : 100.000 2 kali per hari selama 7-10hari
 Ikonazol : 7gram 1-2kali per hari selama 3,5-7hari
 Klotrimazol : 100 gram tablet atau 7 gram krim 1-2 kali perhari selama 3,5 – 7
hari
 Asam borat : 600mg 2 kali perhari selama 7hari
2. Infeksi dengan trichomonas
 Metronidazole : 2 gram dalam dosis tunggal, juga terapi pasangan seksual laki
– lakinya (tahap I)
 Metronidazole : 500 mg 2 kali perhari selama 7 hari terapi seksual pasangan
laki9 – lakinya (tahap rekurens)
3. Vaginitis non spesifik
 Metronidazole : 500 mg 2 kali perhari selama 7 hari
 Ampicillin : 500 mg 4 kali perkali selama 7 hari
4. Vaginitis atroficans
Cream estrogen : 1kali per hari selama dua minggu kemudian selang sehari selama dua
minggu
5. Infeksi dengan jamur
Diberi nystatin biasanya diberi dalam bentuk ovula
6. Kolpitis senilis
Selain dari antibiotika atau antibiotika diberi salep yang mengandup estrogen selama
20 hari.
Selain obat – obatan sebaiknya juga penderita memakai pakaian dalam yang tidak terlalu
ketat dan menyerap keringan sehingga sirkulasi udara tetap terjaga, misalnya teruat dari katun serta
menjaga kebersihan vulva sebaiknya gunakan sabun gliserin. Untuk mengurangi nyeri dan gatal –
gatal bisa dibanti dengan kompres dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin.
Untuk mengurangi gatal – gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim
atau salep kortikosteroid dan antihistamin per oral (tablet) Krim atau tablet acyclovir diberikan
untuk mengurangi gejala dan memperpendek lamanya infeksi herpes. Untuk mengurangi nyeri
bisa diberikan obat pereda nyeri.

G. DIAGNOSA
1. Wawancara meliputi
a. Aktivitas seksual tanpa pengaman ( oral, rectal,genital) , jumlah pasangan
seksual saat ini, riwayat pms yang pernah diderita, Frekuensi hubungan sex
selama satu minggu.
b. Kaji tentang gaya hidup (merokok, alcohol, gizi buruk, stress, keletihan),
penggunaan obat – obatan , kateterisasi yang sering dan adanya cedera lahir
pada vagina
c. Kaji tanda dan gejala subyektif, lamanya gejala, serta pengobatan yang telah
dilakukan.
d. Pemeriksaan fisik
 Penampilan vulva
 Eritema
 Edema
 Penampilan secret vagina
 secret abu – abu
 Encer seperti air / kental
 Penampilan serviks
 secret purulent
 Rabas vagina, vesikel / luka , demam dan nyeri
e. Pemeriksaan penunjang
 Mikrobiologi
Sampel sekret vagina dapat diperoleh untuk asupan pewarnaan gram, biakan dan
sediaan basah untuk mengidentifikasi candida atu trichomonas
 Tes sitology vagina/biopsy
Diindikasikan apabila dicurigai adanya neoplasia
 Pemeriksaan dengan selaput selulosa
Area penanda terhadap teluer cacing kremi dapat membantu , pemeriksaan ini harus
dilakukan pada pagi hari dan bila perlu diulangi pada hari berikutnya.
 Foto pelviks
Dapat membantu mengidentifikasi suatu benda yang radiopak, pada kasus
cedera(rudapaksa)
 Pielogram intravena
Kelainan congenital saluran reproduksi sering disertai dengan kelainan congenital/
traaktus urinarus, pielogram intravena dapat menyingkapkan keadaan patologik
traktus urinarius.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Vaginitas adalah peradangan yang terjadi karena perubahan keseimbangan normal bakteri
yang hidup disana. Tanda atau gejala paling umum adalah munculnya cairan yang berwarna putih
keruh keabuan dan berbusa serta menimbulkan bau kurang sedap. Vulvitis adalah suatu
peradangan pada vulva ( organ kelamin luar wanita ). Sedang vulvovaginitis adalah peradangan
pada vulva dan vagina. Vagina dikatakan tidak normal apabila jumlah cairan yang keluar sangat
banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang keluar secara tidak
normal memiliki tekstur lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan cairan vagina atau
keputihan yang tidak normal cenderung berwarna kuning seperti warna keju, kuning kehijauan
bahkan kemerahan.
Sebenarnya di dalam vagina terdapat 95 % bakteri baik dan 5 % bakteri jahat atau bakteri
pathogen. Agar ekosisterm di dalam vagina tetap seimbang, dibutuhkan tingkat keasaman ( pH
balance ) pada kisaran 3,8 – 4,2. Dengan tingkat keasaman tersebut, laktobasilus akan subur dan
bakteri pathogen mati.

B. SARAN
Lebih meningkatan kebesihan diri, vulva hygiene, jaga kebersihan pakain dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak.(2004).Buku ajar keperawatan maternitas.Edisi 4.Jakarta :ECG
Edge,V.(1993) women’s health care.VSA:von hoffman press
Manuaba, Ida Bagus.(2001).Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan, dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan, Jakarta:ECG
Padjajaran, Universitas.(1981). Ginekologi. Bandung:Elstar Offset
Sinklair,C.C.R.,Webb,J.B.(1992)>Segi praktis ilmu kebidanan dan kandungan untuk
pemula.Jakarta:Binarupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai