Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK 2 TENTANG

PENYAKIT VAGINITIS SERTA


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN MENDERITA PENYAKIT VAGINITIS

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2:


1. FIRMANSYAH
2. GALIH
3. TRI PRIYO
4. EVI FAHMI
5. TRINGATMINI
6. ELIDON
7. WIDODO
8. NI KADEK
9. APRILIA

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PRINGSEWU


TAHUN AKADEMIK 2020/2021
PENDAHULUAN
Kebanyakan wanita pemberitahuan dari waktu ke waktu bahwa mereka
memilikicairan dari vagina. Ini adalah proses normal yang menjaga daerah mukosa vagina
lembab.Tetapi tidak hanya itu daerah vagina yang lembab bisa berubah menjadi
sarang berkumpulnya bakteri-bakteri,jamur serta virus yang bisa dengan mudah hidup di
daerahtersebut dan bisa menimbulkan penyakit,seperti yang terdapat di daerah vagina yang
biasa disebut sebagai vaginitis.Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan
Vaginitis dapat terjadi secaralangsung pada luka vagina atau melalui luka
perineum, permukaan mokusa membengkak dankemerahan, terjadi ulkus dan getah
mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.Vaginitis di sebabkan oleh jamur dan
bakteri akibat tidak bersihnya genetalia,gejala pada vaginitis biasanya di sertai keluar cairan
vagina atau keputihan yang abnormal,dikatakan abnormal karena keputihan tersebut sangat
berlebihan berbau dan terjadi iritasi disekitar vagina,vaginitis bisa juga di sebabkan bawaan
pada saat bersalin karena kurangnyakeseterilan dari alat atau dari henskun si penolong yang
kurang seteril.

A. Definisi Vaginitis

Vaginitis adalah peradangan dari vagina. Vaginitis sangat umum dan dilaporkan
olehsebanyak 75% dari wanita-wanita pada beberapa titik dari kehidupan-kehidupan
mereka.Vaginitis dapat disebabkan oleh sejumlah infeksi-infeksi, termasuk bakteri-bakteri
(seperti Gardnerella dan gonorrhea), protozoan-protozoan (seperti trichomonas), dan
ragi(Candida). Infeksi ragi vagina adalah bentuk paling umum dari vaginitis, sering
dirujuksebagai vaginal Candidiasis.
. Infeksi-infeksi bakteri vagina terjadi ketika bakteri baru diperkenalkan kedalam
areavagina, atau ketika ada peningkatan dalam jumlah bakteri yang sudah hadir di vagina
relatif pada jumlah dari bakteri yang normal. Contohnya, ketika bakteri yang normal dan
melindungidihapus oleh antibiotik-antibiotik (diminum untuk merawat infeksi saluran
kencing, pernapasan dan tipe-tipe lain) atau oleh obat-obat penekan imun
(immunosuppressive drugs), bakteri dapat berlipat ganda, menyerang jaringan-jaringan,
dan menyebabkan iritasi darilapisan vagina (vaginitis).
Infeksi-infeksi bakteri vagina dapat juga terjadi sebagai akibat dari luka pada
vagina bagian dalam, seperti setelah kemoterapi. Juga, wanita-wanita dengan sistim imun
yangditekan (contohnya, yang memakai obat-obat yang berhubungan dengan
cortisone seperti prednisone) mengembangkan infeksi-infeksi bakterii vagina lebih seringkali
daripada wanita-wanita dengan imunitas yang normal. Kondisi-kondisi lain yang mungkin
memberi wanita-wanita kecenderungan mengembangkan infeksi-infeksi ragi vagina termasuk
diabetes milituskehamilan, dan memakai obat-obat kontrasepsi oral. Pengunaan pancuran-
pancuran atauspray-spray kesehatan vagina yang diberi minyak wangi mungkin juga
meningkatkan risikoseorang wanita mengembangkan infeksi bakteri vagina.
Infeksi bakteri vagina tidak dipertimbangkan sebagai infeksi yang ditularkan
secaraseksual atau sexually transmitted infection (STD), karena Candida mungkin hadir
padavagina yang normal, dan kondisi terjadi pada wanita-wanita yang tidak
kawin.Bagaimanapun, adalah mungkin untuk pria-pria mengembangkan gejala-gejala dari
iritasikulit penis dari infeksi bakteri setelah hubungan seksual dengan pasangan yang
terinfeksi
B. Penyebab

Penyebabnya bisa berupa:


1.Infeksi- Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus)- Jamur (misalnya kandida), terutama pada
penderita diabetes wanita hamil dan pemakai antibiotik- Protozoa (misalnya Trichomonas
vaginalis )- Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes).
2. Zat atau benda yang bersifat iritatif- Spermisida pelumas, kondom, diafragma, penutup
serviks dan
a. spons
b. Sabun cuci dan pelembut pakaian
c. Deodoran
e. Zat di dalam air mandi
e Pembilas vagina
f. Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap keringat- Tinja
3. Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya
4. Terapi penyinaran
5. Obat-obatan
6. Perubahan hormona

C. Gejala
 
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari
vagina.Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau disertai
gatal-gatal dan nyeri.Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan cairan
yang normal danwarnanya bermacam-macam.
Misalnya bisa seperti keju, atau kuning kehijauan ataukemerahan.Infeksi vagina karena
bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abuatau keruh kekuningan dan
berbau amis.Setelah melakukan hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau
cairannyasemakin menyengat karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri
semakin banyak yang tumbuh.
Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi.Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal
sedang sampai hebat dan rasa terbakar padavulva dan vagina.Kulit tampak merah dan terasa
kasar. Dari vagina keluar cairan kental seperti keju.
Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita
yangmengkonsumsi antibiotik.Infeksi karena Trichomonas vaginalis menghasilkan cairan
berbusa yang berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak
sedap.Gatal-gatalnya sangat hebat.Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah,
bisa disebakan oleh kankervagina,  serviks (leher rahim) atau endometrium.
  Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan
hubunganseksual.Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh infeksi
virus papilomamanusia maupun karsinoma in situ  (kanker stadium awal yang belum
menyebar ke daerahlain).Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan
oleh infeksi herpesatau Abses Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan ole kanker atau
Sifilis Kutu kemaluan ( pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di daerah vulva.
Vulvitisdapat juga menyebabkan nyeri lokal sebagai tambahan pada gejala-gejala
diatas. Nyeri pada areavulvar dirujuk sebagai vulvodynia Pada sampai dengan 5%
dari wanita-wanita, vulvovaginitis bakteri mungkin menyebabkan persoalan kekambuhan.
Infeksi bakteri yang kambuh terjadi ketika seorang wanitamempunyai empat atau lebih
infeksi-infeksi dalam satu tahun yang tidak berhubungan dengan penggunaan antibiotik.
Infeksi-infeksi bakteri yang kembuh mungkin dihubungkan padakondisi medik yang
mendasarinya dan mungkin memerlukan perawatan yang lebih agresif.

D. Diagnosa

  Infeksi ragi vagina disarankan ketika kotoran putih yang seperti keju dicatat
padadinding-dinding dari vagina, namun gejala-gejala dari infeksi ragi vagina adalah
tidakspesifik dan mungkin adalah akibat dari kondisi-kondisi lain.
Untuk menegakan diagnosis secara pasti dan menyampingkan penyebab-penyebablain
apa saja dari gejala-gejala, dokter anda mungkin mengambil specimen yang digores dariarea
yang terpengaruh untuk analisa mikroskopik atau untuk pembiakan dalam
laboratorium.Identifikasi dari ragi dibawah mikroskop, jika memungkinkan, adalah cara yang
paling murahdan paling cepat dan akurat untuk menegakan diagnosis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan
karakteristikcairan yang keluar dari vagina. Contoh cairan juga diperiksa dengan mikroskop
dan dibiakkanuntuk mengetahui organisme penyebabnya. Untuk mengetahui adanya
keganasan, dilakukan pemeriksaan Pap smear. Pada vulvitis menahun yang tidak
memberikan respon terhadap pengobatan biasanya dilakukan pemeriksaan biopsi jaringan.

.
E. Pengobatan

  Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air
bisamembantu mengurangi jumlah cairan.Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati
secara khusus sesuai dengan penyebabnya.
Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur atau anti-
virus,tergantung kepada organisme penyebabnya.Untuk mengendalikan gejalanya bisa
dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cukadan air.
Tetapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena bisa
meningkatkan resiko terjadinya peradangan panggul.
Jika akibat infeksi Labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi
menempelsatu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari.Selain antibiotik,
untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairanvagina lebih asam
sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri.
Pada infeksi menular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan
seksualdiobati pada saat yang sama.Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan
terapi sulih estrogen.
.Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang
dioleskanlangsung ke vulva dan vagina.
Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang
tidakterlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (misalnya
terbuatdari katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan sabun gliserin)
Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin pada
vulva atau berendam dalam air dingin.Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan
oleh infeksi bisa dioleskan krimatau salep corticosteroid dan antihistamin  per-oral (tablet)
Krim atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan memperpendek
lamanyainfeksi herpes.Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan preparat basah Dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes NaCl
0,9% pada sekret vagina diatas objek glass kemudian ditutup dengan coverglass. Diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x untuk melihat Clue cells yang merupakan
sel epitel vagina yang diselubungi dengan bakteri sehingga tepinya tidak terlihat jelas.
Pemeriksaan ini memilki sensivitas 60% dan spesifitas 98% (Srinivasan, 2008).
2.. Whiff test Dinyatakan positif jika bau amis timbul setelah penambahan satu tetes KOH
10-20% pada sekret vagina. Bau amis muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam
organik hasil dari bakteri anaerob (Srinivasan, 2008).
3. Tes lakmus Kertas lakmus ditempatkan pada dinding lateral vagina. Ditemukan kadar
pH > 4,5 (Srinivasan, 2008).
4. Pewarnaan gram Ditemukan penurunan jumlah Lactobacillus
dan peningkatan jumlah bakteri anaerob (Srinivasan, 2008).
5. Kultur vagina Kultur Gardnerella vaginalis kurang bermanfaat untuk diagnosis
bakterial vaginosis karena bakteri ini ditemukan hampir 50% pada perempuan normal
(Srinivasan, 2008).
6. Tes proline aminopeptidase yang dihasilkan oleh bakteri anaerob, karena
Lactobacillus
tidak menghasilkan zat tersebut. (Srinivasan, 2008). Terdapat beberapa kriteria yang
digunakan untuk mendiagnosis bakterial vaginosis, diantaranya adalah:
a. Kriteria Amsel
Kriteria ini memiliki tingkat spresifitas yang lebih tinggi daripada pewarnaan
gram. Kriteria ini paling sering digunakan untuk mendiagnosis vaginitis bakterial.
Diagnosis dapat ditegakkan jika didapatkan minimal tiga dari empat kriteria.
(Srinivasan, 2008).
1) Secret vagina yang homogen, putih, dan tipis melekat pada vagina
2) pH vagina > 4,5 Peningkatan pH dapat menyebabkan terlepasnya amin
(trimetilamin).
3) Secret vagina yang berbau amis setelah penambahan KOH khitfg jika
didapatkan bau amis setelah menambahkan satu tetes 10- 20% KOH
(potasium hidroxide) pada sekret vagina.

G. Pencegahan
  Kebersihan yang baik dapat mencegah beberapa jenis vaginitis dari berulang dandapat
meredakan beberapa gejala:

1. Hindari barhub dan pusaran air panas spa. Bilas sabun dari luar daerah genital
Andasetelah mandi, dan keringkan area itu dengan baik untuk mencegah iritasi.
Jangangunakan sabun wangi atau kasar, seperti yang dengan deodoran atau
antibakteri.
2. Hindari iritasi. Ini termasuk tampon dan bantalan berparfum.
3. Usap dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet. Hindari penyebaran
bakteridari tinja ke vagina.

Hal-hal lain yang dapat membantu mencegah vaginitis meliputi:

1. Jangan gunakan douche. Vagina anda tidak memerlukan pembersihan lain dar
mandi biasa. Berulang menggunakan douche mengganggu organisme normal yang
berada di  vagina dan dapat benar-benar meningkatkan risiko infeksi vagina. Douche
tidakmenghilangkan sebuah infeksi vagina.
2. Gunakan kondom lateks laki-laki. Ini membantu mencegah infeksi yang
ditularkanmelalui hubungan seksual.
3.  Pakailah pakaian katun dan stoking dengan pembalut di selangkangannya. Jika
Andamerasa nyaman tanpa itu, langsung mengenakan pakaian tidur. Ragi tumbuh
subur dilingkungan lembab.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Terdiri dari DS (data subjektif) dan DO (data objektif). Data subjektif
merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengkajian terhadap pasien atau keluarga
pasien (apa yang dikatakan pasien atau keluarga pasien), sedangkan data objektif adalah data
yang diperoleh dari pemeriksaan.

1. Identitas :
a. Nama : sebagai identitas, upayakan agar petugas kesehatan memanggil dengan
nama panggilan agar hubungan komunikasi menjadi lebih baik. Wanita lebih rentan terkena
vaginitis dari pada laki-laki karena pada laki-laki itu tidak memilki siklus mentruasi yang
berisiko mengalami keputihan.
b. Usia: Vaginitis dapat mempengaruhi perempuan dari segala usia
1) Anak : usia < 13 tahun
2) Pubertas : > 14 tahun
3) Reproduksi : 20 – 35 tahun
4) Menopuose : > 55 tahun
c. Pendidikan : untuk mengetahui tingkatan pengetahuan sehingga dalam memberikan
asuhan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan klien
d. Agama : sebagai dasar untuk memberikan dukungan mental dan spiritual
terhadap klien dan keluarga
e. Suku : data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh klien dan
keluarga dan mempengaruhi pemberian konseling, informasi, dan edukasi
f. Status pernikahan : untuk mengetahui status pernikahan pada klien, supaya
memperoleh data yang spesifik
g. Alamat : data ini untuk mengetahui tempat tinggal klien sehingga memudahkan
pengkaji bila sewaktu-waktu memerlukan keterangan lebih lanjut tentang klien serta
keadaan lingkunan klien yang dapat mempengaruhi kejadian vulvovaginitis

2. Keluhan Utama
Merupakan jawaban terhadap pertanyaan, “ masalah atau gejala apa yang membuat
anda datang kesini saat ini?”. Jika klien menyebut dari satu alasan, maka fokus pada
salah satu hal yang menurutnya paling mengganggu.

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan – keluhan yang mungkin dirasakan pada ibu dengan vaginitis diantaranya:
1) Terdapat leukorea yang encer sampai kental, bewarna kekuning- kuningan dan agak
berbau, keputihan yang meyebabkan rasa gatal yang membakar pada vulva dan
vagina, kadang-kadang sering sakit saat BAK. (Terjadi pada usia reproduksi dengan
pola seksual yang sering) → Trikomonas.
2) Terdapat leukorea berwarna keputih-putihan dan vulva sangat gatal, pada
dinding vulva dan vagina juga terdapat membran- membran kecil berwarna
putih (Terjadi pada anak/pubertas dan juga pada masa reproduksi) → Kandida
albicans.
3) Terdapat leukorea berwana putih bersemu kelabu, kadangkadang kekuningan dengan
bau yang kurang sedap, terasa gatal →Hemofilus vaginalis vaginitis.
4) Terdapat leukorea dan rasa gatal hingga pedih, disuria dan sering kencing (Terjadi
pada masa menopuose) → Vulvovaginitis atrofikans.

4. Riwayat Kesehatan dahulu


Penyakit infeksi (campak, gondongan, batuk rejan, cacar air, demam
rematik, difteria, polio, tuberculosis, hepatitis, 33 meningitis), penyakit kronik dan sistemik
(diabetes mellitus, atritis, stroke, tiroid, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, kanker,
anemia, bulan sabit), kecelekaan dan perlukaan, operasi, pembedahan, hospitalisasi, transfusi
darah, riwayat imunisasi (BCG, polio, DPT, hepatitis, campak, MMR, Varicela,
influenza, vaksin pneumokokus, uji tuberkulin, TB terakhir), pemeriksaan skrinning terakhir
(tes pap, mamogram, uji samar darah tinja, sigmoidoskopi atau kolonoskopi,
hematokrit, hemoglobin, titer rubela, urinalisis, tes kolesterol, EKG, penglihatan terakhir,
gigi dan pemeriksaan pendengaran), pengobatan saat ini (nama obat, dosis, frekuensi, durasi,
alasan konsumsi, kepatuhan terhadap pengobatan, pengobatan rumah, penggunaan
obat yang dijual bebas, vitamin, suplemen/mineral herbal yang digunakan dalam periode 24
jam.

5. Riwayat perkawinan
Usia perkawinan, lama perkawinan pernikahan ke berapa?

6. Riwayat kebidanan
a. Riwayat mensturasi (usia saat menarche,periode,mensturasi terakhir, pola mensturasi,
keluhan atau gejala yang dirasakan menjelang, saat dan setalah
mensturasi,panjangsiklus,durasi,jumlah darah, intermenstrual, pendarahan, sifat darah
(warna,bau,cair/gumpalan).
b. Perimenopause atau menupause (pola pendarahan, gejala vasomotor, terapi penggantian
hormon yang digunakan).
c. Kontrasepsi (metode sekarang,kepuasan dengan metode yang digunakan,metode
sebelumnya, termasuk komplikasi,alasan dihentikan).

7. Riwayat obstetrik
Riwayat kehamilan,riwayat persalinan, abortus dan nifas sebelumnya,masalah
kesehatan selama kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu,riwayat kehamilan sekarang (
klien merasa hamil berapa bulan,keluhan waktu hamil,gerakan anak pertama dirasakan,
imunisasi, pembedahan BB selama hamil, pemeriksaan 34 kehamilan,teratur atau tidak
teratur, tempat pemeriksaan , dan hasil pemeriksaan).
8. Riwayat keluarga
Informasi mengenai usia, kesehatan dan kematian anggota keluarga yang
digambarkan melalui genogram. Anamnesa adanya riwayat diabetas, penyakit
jantung, hipertensi, stroke, atau masalah pernafasan, ginjal, tyroid, kanker dan
gangguan perdarahan, hepatitis, alergi,asma,ateritis, TB, epilepsy,penyakit mental, infeksi
HIV.

9. Pemeriksaan terhadap terjadinya kekerasan


a. Pernakah klien dipukul,ditendang,ditampar,dipaksa berhubungan seks
yang tidak diinginkan?
b. Pernahkah klien mengalami kekerasan verbal/emosional?
c. Apakah klien mengalami kekerasan pada usia anak-anak? Jika iya sudahkah klien
menerima konseling ataukah klien perlu dirujuk?

10. Pola kebutuhan fungsional


a. Perubahan pemenuhan aktifitas sehari-hari (nutrisi; diet, kafein, nikotin, alkohol, obat-
obatan terlarang atau retreasional; eliminasi, personal hygine, istirahat tidur,
bekerja, aktifitas, olahraga regularitas, seksualitas; apakah klien aktif secara seksual?
dengan pria, wanita atau keduanya? Apakah perilaku seks yang mengurangi resiko?
b. Pola persepsi manajemen keperawatan kesehatan, pola koping dan stress, pola
nilai dan keyakinan yang dianut, pola konsep diri dan persepsi diri, pola komunikasi.

11. Lingkungan
Kondisi rumah,sekolah,tempat bekerja, tempat bermain,pajanan terhadap panas atau
dingin yang ekstrim, racun industri (asbes, timbal, pestisida), radiasi tinja kucing atau asap
rokok.

12. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan sekitarnya,
yang dilakukan di ruang periksa dengan lampu yang cukup terang . Lampu sorot tambahan
diperlukan untuk pemeriksaan pasien perempuan dengan spekulum. Dalam pelaksanaan
sebaiknya pemeriksa didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain. Pada
pemeriksaan terhadap pasien perempuan, pemeriksa didampingi oleh paramedic
perempuan, sedangkan pada pemeriksaan pasien laki-laki, dapat didampingi oleh
tenaga paramedis laki-laki atau perempuan. Beri penjelasan lebih dulu kepada
pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan:
a. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya, pemeriksa harus
selalu menggunakan sarung tangan. Jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah
memeriksa.
b. Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan pemeriksaan
genitalia (pada keadaan tertentu, kadang–kadang pasien harus membuka seluruh
pakaiannya secara bertahap).
1) Pasien perempuan, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik dalam
posisi litotomi.
a) Pemeriksa duduk dengan nyaman ambil melakukan inspeksi dan palpasi mons
pubis, labia, dan perineum.
b) Periksa daerah genitalia luar dengan memisahkan ke dua labia, perhatikan adakah
kemerahan, pembengkakan, luka/lecet, massa, atau duh tubuh.
c) Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah genitalia, perineum, anus dan
sekitarnya.
d) Jangan lupa memeriksa daerah inguinal untuk mengetahui pembesaran kelenjar getah
bening setempat (regional).
e) Bilamana tersedia fasilitas laboratorium, sekaligus dilakukan pengambilan bahan
pemeriksaan
2) Pemeriksaan spekulum
Pasien perempuan dengan status sudah menikah, dilakukan pemeriksaan dengan
spekulum serta pengambilan spesimen
a) Beri penjelasan lebih dulu mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan agar pasien
tidak merasa takut.
b) Bersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan NaCl.
c) Setiap pengambilan bahan harus menggunakan speculum steril (sesuaikan ukuran
spekulum dengan riwayat kelahiran per vaginam), swab atau sengkelit steril.
d) Masukkan daun spekulum steril dalam keadaan tertutup dengan posisi
tegak/vertikal ke dalam vagina, dan setelah seluruhnya masuk kemudian putar pelan-
pelan sampai daun spekulum dalam posisi datar/horizontal. Buka spekulum dan
dengan bantuan lampu sorot vagina cari serviks. Kunci spekulum pada posisi
itu sehingga serviks terfiksasi.
e) Setelah itu dapat dimulai pemeriksaan serviks, vagina dan pengambilan specimen
1. Dari serviks: bersihkan daerah endoserviks dengan kasa steril, kemudian ambil
spesimen duh tubuh serviks dengan sengkelit/ swab Dacron steril untuk
pembuatan sediaan hapus, dengan swab Dacron yang lain dibuat sediaan biakan.
2. Dari forniks posterior: dengan sengkelit/ swab Dacron™ steril untuk pembuatan
sediaan basah, dan lakukan tes lamin.
3. Dari dinding vagina: dengan kapas lidi/ sengkelit steril untuk sediaan hapus.
4. Dari uretra: dengan sengkelit steril untuk sediaan hapus

f) Cara melepaskan speculum : kunci spekulum dilepaskan, sehingga spekulum dalam posisi
tertutup, putar speculum 90̊ sehingga daun spekulum dalam posisi tegak, dan keluarkan
spekulum perlahan-lahan. Pada pasien perempuan berstatus belum menikah tidak
dilakukan pemeriksaan dengan spekulum, karena akan merusak selaput daranya sehingga
bahan pemeriksaan hanya diambil dengan sengkelit steril dari vagina dan uretra. Untuk
pasien perempuan yang beum menikah namun sudah aktif berhubungan seksual,
diperlukan informed consent sebelum melakukan pemeriksaan dengan spekulum.
Namun bila pasien menolak pemeriksaan dengan spekulum, pasien ditangani
menggunakan bagan alur tanpa speculum

B. Diagnosa Keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien dengan Vaginitis
adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi kerusakan jaringan,
suplay vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual. Muntah, intake tidak adekuat.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik ( menggaruk)
lesi pada mukosa vagina.
4. Ketidakseimbngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, muntah, intake nutrisi tidak adekuat.
5. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi.
6. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh ( proses penyakit,
trauma).
7. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun

c. Rencana Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi kerusakan jaringan, suplay


vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Nyeri berkurang/dapat
teratasi
Kriteria Hasil :
a. Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang)
b. Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas diversional
sesuai situasi individu.
Rencana tindakan :
a. Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1
– 10) dan upaya untuk mengurangi nyeri. Rasional : Informasi merupakan data dasar
untuk evaluasi atau efektifitas intervensi yang dilakukan. Pengalaman nyeri setiap
individu bervariasi karena mengganggu fisik dan psikologi.
b. Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas diversional. Rasional :
Menolong dan meningkatkan relaksasi dan refokus
c. Dorong penggunaan stress management seperti tehnik relaksasi, visualisasi,
komunikasi therapeutik melalui sentuhan.
Rasional :
Melibatkan dan memberikan partisipasi aktif untuk meningkatkan kontrol
d. Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi sesuai
kebutuhannya
Rasional :
Tujuan umum/maksimal mengomtrol tingkat nyeri dan minimum ada keterlibatan dalam
ADLS.
e. Kolaborasi: kembangkan rencana management penanganan sakit dengan klien dan
dokter. Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat.
Rasional :
Rencana terorganisasi dan meningkatkan kesempatan dalam mengontrol rasa sakit. Klien
harus berpartisipasi aktif dalam perawatan di rumah.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, intake yang tidak
adekuat.
Tujuan dan kriteria hasil:Setelah dilakukan tindakan perawatan selama diharapkan
kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil:
Kriteria Hasil :
a. TTV normal
b. Turgor kulit baik
c. Haluaran urin tepat secara individu
d. Kadar elektrolit dalam batas normal.
Rencana tindakan :
a. Catat intake dan output secara akurat. Pantau tanda-tanda vital, catat
adanya perubahan tanda vital.
Rasional : hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan
takikardi
b. Kaji Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
Rasional :
demam dengan kulit kemerahan, kering menunjukkan dehidrasi.
c. Berikan Pantau masukan dan pengeluaran cairan.
Rasional : merupakan indicator dari dehidrasi, memberi perkiraan akan
cairan pengganti, fungsi ginjal, dan program pengobatan.
d. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang
dapat ditoleransi jantung.
Rasional : mempertahankan volume sirkulasi.
e. Berikan terapi cairan parenteral, pantau pemeriksaan laboratorium(Ht,
BUN, Na, K)
Rasional : mempercepat proses penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan cairan

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


faktor mekanik ( menggaruk) lesi pada mukosa vagina.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit dapat
teratasi.
Kriteria Hasil :
a. TTV dalam rentang normal
b. Turgor kulit baik
c Tidak ada eritema
d. Lesi berkuran
e. Rencana tindakan :
a. Ukur tanda-tanda vital
. Rasional : Untuk mengetahui derajat/ adekuatnya perfusi jaringan dan
menentukan intevensi selanjutnya.
a. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk area yang mengalami gatal.
Rasional: mencegah terjadinya luka dan infeksi.
b. Ajarkan klien dan keluarga tentang perawatan vulva hygiene. Rasional :
meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga tentang kebersihan genetalia.
c. Monitor tanda-tanda infeksi seperti bau, eritema, dan demam
Rasional : mengetahui tanda - tanda infeksi.
d. Kolaborasi pemberian antibiotic topical.
Rasional : mengatasi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme
penyebab vaginitis.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, muntah, intake nutrisi tidak adekuat.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Nafsu makan bertambah
b. Makan habis 1 porsi
c. Tidak ada tanda malnutrisi
Rencana tindakan :
a. Kaji faktor penyebab klien tidak nafsu makan
Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya.
b. Berikan makanan yang hangat dalam porsi sedikit tapi sering Rasional :
Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu
cepat
c. Hindari pemberian makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung
Rasional : Mengurangi pemberian asam lambung yang dapat menyebabkan mual dan
muntah.
d. Hilangkan bau-bau yang menusuk dari lingkungan
Rasional : Menurunkan stimulasi gejala mual dan muntah.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetik dan antibiotik
Rasional : Menghilangkan mual.
f. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : Menentukan diit makanan yang tepat.

5. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hipertermi dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5 C – 37,5 ̊ C)
b. Tidak ada tanda – tanda dehidrasi
Rencana tindakan:
a. Monitor temperatur suhu tubuh.
Rasional : Perubahan temperatur dapat terjadi pada proses infeksi akut
b. Observasi tanda – tanda vital (suhu,tensi, nadi, pernafasan, dan perubahan
warna kulit)
Rasional : Tanda – tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien
c. Anjurkan pasien untuk minum banyak 1,5 – 2 liter dalam 24 jam.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga
perlu diimbangi dengan asupan yang banyak.
d. Berikan kompres pada lipatan axila dan paha.
Rasional : menurunkan panas lewat konduks
e. Berikan antipiretik sesuai program tim medis
Rasional : menurunkan panas pada pusat hipotalamus
6. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh ( proses
penyakit, trauma).
7. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan disfungsi seksual
dapat teratasi.
Kriteria hasil :

a. Menunjukkan dapat beradaptasi dengan ketidakmampuan fisik. Rencana tindakan:


Diskusikan efek dari situasi penyakit atau kesehatan pada seksualitas. Rasional : mengetahui
hal –hal yang dapat muncul akibat penyakit.
b. Dorong pasien untuk mengungkapkan kekhawatiran dan mengajukan pertanyaan
tentang seksualitasnya.
Rasional : meningkatkan kepercayaan diri pasien terhadap pasangan.
c. Beri rujukan atau konsultasikan dengan tim kesehatan lain dan terapi
seksual.
Rasional : menentukan tindakan lanjutan.
8. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko infeksi dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
Rencana tindakan:
a. Dorong perubahan posisi / ambulasi yang sering
. Rasional :
Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu mobilisasi sekresi dalam
mengatasi perasaan cemas.
b. Tingkatkan masukan cairan adekuat
.
Rasional : Membantu dalam mengencerkan sekret pernafasan untuk mempermudah
pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh
c. Kaji tingkat ansietas yang dialami oleh pasien
Rasional : Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh pasien.
d. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia. Rasional : Adanya proses
inflamasi / infeksi membutuhkan evaluasi / pengobatan

Anda mungkin juga menyukai