Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada wanita terdapat hubungan dari dunia luar dengan rongga
peritonium melalui vulva, vagina, uterus dan tuba fallopi. Untuk mencegah
terjadinya infeksi dari luar dan untuk menjaga jangan sampai infeksi meluas,
masing-masing alat traktus genetali memiliki mekanisme pertahanan.
Vulva umumnya lebih resisten terhadap infeksi, sehingga luka-luka
ringan lekas sembuh, kecuali kemasukan kuman-kuman yang benar-benar
patogen. Penutupan vulva oleh labia mayora dan labio minora sedikit banyak
memberi perlindungan terhadap infeksi.
Infeksi rendah tidak seberapa mempengaruhi keadaan umum dan
kurang berbahaya, sebaliknya infeksi tinggi sangat besar pengaruhnya pada
kesehatan karena dapat menimbulkan infertilitas, perlekatan-perlekatan,
malahan kematian dan sukar diobati.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui radang pada genitalia wanita, khususnya radang pada
genitalia eksterna dan interna.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguraikan tentang radang pada genitalia wanita,
khususnya radang pada genitalia eksterna dan interna.
b. Mampu mengidentifikasi gejala dan penanganan dari radang
genitalia.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi tenaga kesehatan
Menambah pengetahuan tenaga kesehatan tentang radang pada genitalia
wanita.
2. Bagi pasien atau klien
Mampu memberikan penjelasan tentang radang pada genitalia wanita tepat
pada pasien sesuai dengan kebutuhan pasien atau klien.
3. Bagi institusi pendidikan

Sebagai dokumen dan bahan dalam penelitian selanjutnya.


4. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang radang pada
genitalia wanita yang didapat selama perkuliahan.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pandangan Umum Mengenai Definisi Proses Radang
Pengalaman sejarah menunjukan bahwa di mana-mana pengetahuan
tentang proses radang atau inflamasi dipretasikan secara berlebihan. Celcius,
pertama kali mendefinisikan proses radang sebagai suatu kesatuan dari empat
macam tanda kardinal dari radang, yaitu hiperemis/kemerahan (rubor),
pertambahan panas (kalor), adanya benjolan (tumor) secara lokal, dan adanya
rasa nyeri (dolor). Sesudah dua abad berikutnya, Galien menambahkan
gangguan fungsionil sebagai tanda kelima dari proses radang.
Analisa proses radang menjadi lebih tepat setelah penemuan Pasteur
mengenai adanya agen patogen, yang mengubah konsep radang sebagai
berikut:
Radang adalah suatu reaksi pertahanan organisme terhadap serangan
agen patogen, mengadakan perlawanan terhadap agen patogen dan
memperbaiki kerusakan jaringan. Pada suatu penyakit, proses radang menjadi
suatu

reaksi

yang

menguntungkan

dan

bertujuan

untuk

menjaga

keseimbangan (homeiostasis) dari organisme tersebut.


B. Infeksi Alat Kandungan
Pada wanita, rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar
dengan perantara traktus genetalis. Bahwa jarang terjadi infeksi rongga perut
disebabkan karena:
a. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
b. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi
naiknya kuman-kuman.
Radang alat kandungan lebih sering terjadi di negara tropis, karena:
a. Hygiene belum sempurna.
b. Perawatan persalinan dan abortus belum memenuhi syarat-syarat.
c. Infeksi veneris belum terkendali.
Tetapi dengan adanya antibiotika pada umumnya infeksi alat kandungan
berkurang.

Infeksi

alat

kandungan

dapat

menurunkan

fertilitas,

mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu kehidupan sex.


3

C. Radang pada Genetalia Eksterna


1. Bartolinitis
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis
juga dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita.
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang
terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Infeksi alat kelamin wanita
bagian bawah biasanya disebabkan oleh :
Virus

: kondiloma akuminata dan herpes simpleks.

Jamur

: kandida albikan.

Protozoa

: amobiasis dan trikomoniasis.

Bakteri

: neiseria gonore.

Patofisiologi
Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah
dalam kelenjar, nyeri tekan. Kelenjar bartolin membengkak, terasa nyeri
sekali bila penderia berjalan atau duduk,juga dapat disertai demam.
Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke Puskesmas dengan
keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami,
rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin..
Terdapat abses pada daerah kelamin. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
cairan mukoid berbau dan bercampur dengan darah.
Pengobatan
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan: antibiotika
golongan cefadroxyl 500 mg, diminum 31 sesudah makan, selama
sedikitnya 5-7 hari, dan asam mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax,
molasic,

dll),

diminum

31

untuk

meredakan

rasa

nyeri

dan

pembengkakan, hingga kelenjar tersebut mengempis.

2. Vaginitis dan Vulvitis

Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. Vulvitis


adalah suatu peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita).
Vulvovaginitis adalah peradangan pada vulva dan vagina.
Penyebab :
-

Infeksi :

Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus)

amur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes,


wanita hamil dan pemakai antibiotic

Protozoa (misalnya Trichomonas vaginalis)

Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes).

Zat atau benda yang bersifat iritatif

Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan


spons

Sabun cuci dan pelembut pakaian

Deodoran

Zat di dalam air mandi

Pembilas vagina

Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak


menyerap keringat

Tinja

Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya

Terapi penyinaran
Obat-obatan
Perubahan hormonal
Gejala :
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan
abnormal dari vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak,
baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang
abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan
warnanya bermacam-macam. Misalnya bisa seperti keju, atau kuning
kehijauan atau kemerahan. Infeksi vagina karena bakteri cenderung
mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan
berbau amis.
Infeksi karena Trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang
berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak
sedap. Gatal-gatalnya sangat hebat.
Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan oleh
infeksi herpes atau abses. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan
oleh kanker atau sifilis. Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa
menyebabkan gatal-gatal di daerah vulva.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan
karakteristik cairan yang keluar dari vagina. Contoh cairan juga diperiksa
dengan

mikroskop

dan

dibiakkan

untuk

mengetahui

organisme

penyebabnya.

Untuk

mengetahui

adanya

keganasan,

dilakukan

pemeriksaan Pap smear.


Pada vulvitis menahun yang tidak memberikan respon terhadap
pengobatan biasanya dilakukan pemeriksaan biopsi jaringan.
Pengobatan Umum Untuk Vaginitis & Vulvitis
a. Jamur : Miconazole, clotrimazole, butoconazole atau terconazole
(krim, tablet vagina atau supositoria)
Fluconazole atau ketoconazole (tablet)
b. Bakteri : Biasanya metronidazole atau clindamycin (tablet vagina)
atau metronidazole (tablet).
Jika penyebabnya gonokokus biasanya diberikan suntikan ceftriaxon
& tablet doxicyclin
c. Klamidia : Doxicyclin atau azithromycin (tablet)
d. Trikomonas : Metronidazole (tablet)
e. Virus papiloma manusia (kutil genitalis) : Asam triklorasetat
(dioleskan ke kutil), untuk infeksi yg berat digunakan larutan nitrogen
atau fluorouracil (dioleskan ke kutil)
f. Virus herpes : Acyclovir (tablet atau salep)

3. Vulvovaginitis
Vulvovaginitis adalah iritasi/inflamasi pada kulit daerah vulva dan
vagina. Iritasi ini dapat menyebabkan terjadinya: gatal-gatal (45-58%) di

sekitar daerah labia mayora (bibir vagina besar), labia minor (bibir vagina
kecil), dan daerah perineal (daerah perbatsan antara vagina dan anus)
kemerahan dan rasa seperti terbakar pada kulit (82%) rasa tidak nyaman
pada kulit terutama pada saat atau setelah buang air kecil banyaknya lendir
yang keluar dari vagina (62-92%) pendarahan (5-10%)
Penyebab Vulvovaginitis
a. Infeksi oleh bakteria, jamur, virus, dan parasit lainnya baik karena
kurangnya kepedulian menjaga kebersihan vulva dan vagina juga oleh
penyakit menular lainnya.
b. Penggunaan bahan-bahan kimia yang terdapat pada sabun mandi,
parfum, dan lainnya yang digunakan pada vulva dan vagina. Hal ini
dapat mengaibatkan iritasi jaringan sekitar dan dapat mempermudah
terkena vulvovaginitis.
c. Kebiasaan sehari-hari seperti pengunaan baju basah, pengunaan celana
dalam terlalu ketat, celana dalam kurang bersih, dan kebiasaan
membersihkan anus sehabis BAB yang tidak tepat.

D. Radang pada Genetalia Interna


1. Cervicitis
Cervicitis (endocervicitis) ialah radang dari selaput lendir canalis
cervicalis. Karena epitel selaput lendir canalis cervicalis hanya terdiri dari
satu lapisan sel silindris maka lebih mudah terkena infeksi dibandingkan
dengan selaput lendir vagina.
Walaupun begitu canalis cevicalis terlindung dari infeksi oleh
adanya lendir yang kental yang merupakan barriere terhadap kumankuman yang ada dalam vagina. Terjadinya cervicitis dipermudah oleh
adanya robekan cervix terutama yang menimbulkan ectropion.
Gejala
a. Flour hebat biasanya kental atau purulent dan kadang-kadang berbau.

b. Sering menimbulkan erosio (erythoplaki) pada portio yang nampak


sebagai daerah yang merah menyala.
c. Pada pemeriksaan in speculo kadang-kadang dapat dilihat flour yang
purulent keluar dari canalis cervicalis. Kalau portio normal, tidak ada
ectropion, maka harus diingat kemungkinan gonorhoe.
d. Sekunder dapat terjadi kolpilis dan vulvitis.
e. Pada cervicitis yang kronis kadang-kadang dapat dilihat bintik putih
dalam daerah selaput lendir yang merah, karena infeksi. Bintik-bintik
ini disebut ovula Nabothii dan disebabkan oleh retensi kelenjarkelenjar cervix karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari
luka cervix atau karena radang.
Sebab-sebab
a. Gonorehoe : sedian hapus dari fluor cervix terutama yang purelent.
b. Sekunder terhadap kolpitis.
c. Tindakan intrauterin : dilatasi dll.
d. Alat-alat atau alat kontrasepsi.
e. Robekan cervix terutama yang menyebabkan ectropion.
Ulcus pada portio:
-

Ulcus carcinomatosum
Ulcus leuticum
Ulcus tuberculosum

DD: dengan eksisi percobaan


Erosio Portionis:
Pada cervicitis chronica sering terdapat erosio pada permukaan portio
sekitar ostiom uteri externum. Oleh karena rangsangan luar maka epitel
gepeng berlapis banyak dari portio mati dan diganti dengan epitel silindris
canalis cervicalis. Jadi sebetulnya tidak terjadi erosio dalam arti yang
sebenarnya tapi pseudo-erosio walaupun lazim disebut erosio (Erosio
Simplex).
Erosio ini nampak sebagai tempat yang merah menyala dan agak mudah
berdarah. Jarang terjadi erosio vena dimana tempat itu tidak mempunyai
epitel lagi.
Terapi:
-

Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococcus dalam sekret.

Kalau cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam

AgNO3 10% dan irigasi.


Cervicitis yang tak mau sembuh ditolong operatif dengan melakukan

konisasi.
Kalau sebabnya ectropion dapat dilakukan plastik atau amputasi.
Erosio dapat disembuhkan dengan obat keras seperti AgNO3 10% atau
Albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan
bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak.

2. Endometritis
a. Endometritis Akut
Terutama terjadi

postpartum

atau

postabortum.

Pada

endometritis postpartum regenerasi endometrium selesai pada hati ke9, sehingga endometritis postpartum pada umumnya terjadi sebelum
hari ke-9. Endometritis postabortum terutama terjadi pada abortus
provacatus. Endometritis juga dapat terjadi pada masa senil.
Gejala
-

Demam
Lochia berbau : pada endometritis postabortum kadang-kadang

keluar fluor yang purulent.


Lochia lama berdarah malahan terjadi metrorhagi.
Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium

tidak ada nyeri.


Terapi
- Uterotonika
- Istrahat, letak Fowler
- Antibiotika
- Emdometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus
carcinoma.
b. Endometritis Kronisa
Gejala:
- Fluor albus yang keluar
- Kelainan haid seperti metrorhagi dan menorrhargi
Terapi
-

Perlu dilakukan kuretase untuk DD dengan carcinoma corpus


uteri, polyp atau myoma submucosa. Kadang-kadang dengan
kuret ditemukan endometritis tuberculosa.
Kuretase juga bersifat therapeutis.
10

3. Myometritis
Biasanya tidak berdiri sendiri tetapi lanjutan dari endometritis, maka
gejala-gejala dan terapinya seperti endometritis. Diagnosa hanya dapat
dibuat secara patalog-anatomis.
4. Parametritis (Celulit Pelvica)
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam liglatum.
Radang ini biasanya unilateral.
Etiologi:
Parametritis dapat terjadi:
a. Dari endometritis dengan 3 cara :
- Per continuitatum : endometritis metritis parametritis
- Lymphogen
- Haematogen : phlebitis periphlebitis parametritis
b. Dari robekan cervix.
c. Perforasi uterus oleh alat-alat (sonde, kuret, IUD).
Gejala-gejala:
-

Suhu tinggi dengan demam menggigil.


Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah,
defense dll.

Diagnosa:
-

Setelah beberapa lama dengan toucher dapat diraba infiltrat ini lebih

jelas teraba dengan toucher rectal.


Uterus terdesak ke pihak yang sehat.

Penyulit:
-

Parametritis akut dapat menjadi kronis dengan eksaserbasi yang akut.


Dapat terjadi thrombophlebitis.
Thrombophlebitis pelvica ini dapat menimbulkan emboli.
Dapat timbul abses dalam parametrium.
Maka timbullah demam intermittens dan infiltrat menjadi lunak dan
ada fluktuasi (pada toucher).
Abses ini harus dipunksi melalui cavum Douglasi atau di atas lig
inguinale.

DD :
-

Adnexitis :
Infiltrat lebih tinggi dan tidak sampai ke dinding panggul : biasanya
bilateral.

11

Terapi : antibiotika resorptif.


5. Adnexitis/Salpingitis
a. Adnexitis/Salpingitis Akut
Salpingitis menjalar ke ovarium hingga juga terjadi oophoritis.
Salpingitis dan Oophoritis diberi nama Adnexitis.
Etiologi:
Paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh
staphylococ, streptococ dan bac tbc.
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
Naik dari cavum uteri.
Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari appendix yang

meradang.
Haematogen terutama salpingitis tuberculosa.
Salpingitis biasanya bilateral.

Gejala-gejala :

Demam tinggi dengan menggigil, pasien sakit keras.


Nyeri kiri dan kanan diperut bagian bawah terutama kalau ditekan.
Defense kiri dan kanan di atas lig Poupart.
Mual dan muntah : jadi ada gejala abdomen akut karena terjadi

perangsangan peritoneum.
Kadang-kadang ada tenesmi ad anum karena proses dekat pada

rectum atau sigmoid.


Loucher : nyeri kalau portio digoyangkan.
Nyeri kiri dan kanan dari uterus.
Kadang-kadang ada penebalan dari tuba.
Tuba yang sehat tak dapat diraba.

Harus diketahui bahwa tekanan pada ovarium selalu menimbulkan


nyeri walaupun tidak meradang.
Menorrhagi dan dysmenorrhoe.
Sekunder biasanya terjadi oophoritis. Salpingoophoritis lebih sering
disebut adnexitis. Karena adnexitis, terjadi perlekatan dengan usus
yang dapat diraba sebagai tumor. Jadi tumor ini merupakan tumor
radang dan disebut adnex tumor. Tumor dari ovarium sendiri
disebut tumor ovarium.
DD.:

12

Kehamilan ektopik : biasanya tidak ada demam. LED tidak


meninggi dan lekositose tidak seberapa.
Kalau tes kehamilan positif (Galli Marinini) maka adnexitis dapat

dikesampingkan tapi kalau negatif keduanya mungkin.


Appendicitis : tempat nyeri tekan lebih tinggi (Mc. Burney).

Terapi :

Istirahat, broad spectrum antibiotica dan corticosteroid.


Usus harus kosong.

b. Adnexitis Kronisa
Adnexitis Kronisa terjadi :
Sebagai lanjutan dari adnexitis akut.
Dari permulaan sifatnya kronis seperti adnexitis tuberculosa.
Gejala-gejala :

Anamnesis telah menderita adnexitis akut.


Nyeri diperut bagian bawah ; nyeri ini bertambah sebelum dan
sewaktu haid. Kadang-kadang nyeri dipinggang atau waktu buang

air besar.
Dysmenorrhoe.
Menorrhagi.
Infertilitas.

Diagnosa :

Dengan toucher dapat teraba adnex tumor. Adnex tunor ini dapat
berupa pyosalpinx atau hydrosalpinx. Karena perisalpingitis dapat
terjadi perlekatan dengan alat-alat sekitarnya. LED meninggi dan
biasanya ada leko dan lymphocytosis. Salah satu bentuk yang khas
ialah yang disebut salpingitis isthmica berupa tonjolan kecil yang

dapat menyerupai myoma.


Adnexitis pada seorang virgo harus menimbulkan kecurigaan pada
adnexitis tuberculosa.

DD :
Kalau adnex tumor bilateral maka diagnosa boleh dikatakan pasti.
13

Adnex tumor yang unilateral harus dibedakan dari :

Appendicitis chronica
Kehamilan ektopik yang terganggu (abortus tubair)

Terapi :

Antibiotika dan istirahat.


UKG.
Kalau tidak ada perbaikan dipertimbangkan terapi operatif

6. Peritonitis Pelvika (pelvioperitonitis)


Salpingo-ooforitis akuta sering bersamaan dengan radang peritoneum
pelvik. Pada serosa tuba, ovariun dan alat-alat disekitarnya, seperti uterus,
fleksura sigmoidea, dan usus halus dijumpai eksudat serous atau fibrinous,
yang dengan meredanya proses radang, diikuti oleh perlekatan-perlekatan
antara alat-alat tersebut. Akan tetapi, ada kemungkinan pula bahwa
eksudat bernanah. Sedang pada infeksi puerperal dan postabortum ada
kecendrungan, bahwa radang menjadi peritonitis umum, maka pada infeksi
gonorea biasanya infeksi terbatas pada daerah pelvik. Jika eksudat
bernanah, maka nanah berkumpul di cavum Douglasi.
Gejala-gejala
Peradangan lebih nyata jika pada salpingo-ooforitis peritoneum pelvik ikut
serta. Selain demam dan leukositosis rasa nyeri biasanya lebih berat,
penderita merasa mual, terdapat defense musculaire, gerakan uterus
menimbulkan perasaan sangat nyeri. Jika ada abses di kavum Douglasi,
teraba tumor diatas batas-batas yang tidak nyatadi belakang uterus, dan
yang menonjol ke forniks vagina posterior.
Terapi pada peritonitis pelvik yang akut tidak berbeda dari terapi pada
Salpingo-ooforitis akuta. Jika terjadi abses di kavum Douglasi, maka
terapi yang tepat ialah kolpotomia posterior dan drainase.
E. Pemeriksaan dan Penanganan dari Penyakit Ginekologi
Seorang wanita yang datang untuk keluhan ginekologik dan
mengajukan hal-hal yang berhubungan dengan alat kelaminnya cenderung
menunjukkan gejela-gejala kecemasan, kegelisahan, rasa takut dan rasa malu.

14

Dalam mengahadapi seorang penderita ginekologik terutama pada


pemeriksaan pertama kali dari dokter sangat diperlukan pengertiaan,
kesabaran dan sikap yang menimbulkan kepercayaan.
Dalam anamnesis penderita perlu diberi

kesempatan

untuk

mengutarakan keluhan-keluhan secara spontan, kemudian ditanyakan gejalagejala tertentu yang menuju kearah kemungkinan diagnostic.
1. Pemeriksaan Penyakit Ginekologik
a. Anamnesis
Secara rutin ditanyakan umur penderita, sudah menikah atau belum,
siklus haid, penyakit yang pernah di derita, dan operasi yang pernah
dialami.
1) Riwayat penyakit umum
Perlu ditanyakan apakah penderita pernh menderita penyakit berat,
seperti TBC, jantung, ginjal, DM, dan jiwa.
2) Riwayat obstetric
Perlu diketahui riwayat tiap-tiap kehamilan sebelumnya, apakah
berakhir dengan keguguran atau dengan persalinan, apakah
persalinan normal atau operasi.
3) Riwayat haid
Haid merupakan peristiwa sangat penting dalam kehidupan wanita.
Perlu diketahui menarche, siklus haid teratur atau tidak, banyaknya
darah yang keluar waktu haid, lamanya haid, disertai rasa nyeri
atau tidak.
4) Riwayat ginekologi
Riwayat penyakit/kelainan ginekologi serta pengobatannya dapat
memberi keterangan penting, terutama operasi yang pernah
dialami.
5) Keluhan sekarang
Mendengar keluhan penderita sangat penting untuk pemeriksaan
pertanyaan yang sangat sederhana seperti untuk apa ibu datang
kemari atau apa keluhan ibu dapat memberi keterangan banyak
kearah diagnosis.
6) Perdarahan
Perlu ditanyakan apakah perdarahan itu ada hubungannya dengan
siklus haid atau tidk,banyaknya dan lamanya perdarahan.Jadi,perlu
diketahui

apakah

yang

sedang

dihadapi

itu

menoragia,

15

hipermenorea, polimenorea, apakah hipomenorea, oligomenorea


ataukah metroragia.
7) Fluor albus
Fluor albus atau keputihan,walaupun tidak mengandung bahaya
maut, cukup mengganggu penderita, baik fisik maupun mental.
Sifat dan banyknya keputihan dapat memberi petunjuk kearah
etiologinya. Perlu ditanyakan sudah berapa lama keluhan itu, terus
menerus atau pada waktu-waktu tertentu saja, banyaknya,
warnanya, baunya, disertai rasa gatal/nyeri atau tidak.
8) Rasa nyeri
Rasa nyeri di perut,panggul,pinggang,atau alat kelamin luar dapat
merupakan gejala dari beberapa kelainan ginekologik.Dalam
menilai gejala ini dapat dialami kesulitan karena faktor subjektifitas
memegang peranan penting.
9) Miksi
Keluhan dari saluran kencing

sering

menyertai

kelainan

ginekologik.karena itu perlu ditanyakan rasa nyeri waktu


kencing,seringnya kencing,retensi urine,kencing tidak lancar atau
tidak tertahan.
10) Defekasi
Beberapa penyakit yang berasal dari rectum dan kolom sigmoid
sering

menimbulkan

kesulitan

dalam

diagnosis

penyakit

ginekologik.karena itu penderita harus selalu ditanya tentang


BABnya apakah ada kesulitan defekasi,apakah defekasi disertai
rasa nyeri,atau encer disertai lendir atau darah.
Untuk pemeriksaan ginekologik dikenal 3 jenis letak :
1) Letak litotomi
Letak ini yang paling popular, terutama di Indonesia. Untuk itu
diperlukan meja ginekologik dengan penyangga bagi kedua tungkai.
Penderita berbaring ditasnya sambil lipat lututnya diletakkan pada
penyangga dan tungkainya dalam fleksi santai, sehingga penderita
berbaring dalam posisi mengangkang.
2) Letak miring
Penderita diletakkan di pinggir tempat tidur miring kesebelah kiri,
sambil paha dan lututnya ditekuk dan kedua tungkai sejajar.
16

3) Letak sims
Letak ini hampir sama dengan letak miring,hanya tungkai kiri harus
lurus,tungki kanan ditekuk kearah perut, dan lututnya diletakkan
pada alas (tempat tidur), sehingga panggul membuat sudut miring
dengan alas, lengan kiri dibelakang badan dan bahu sejajar dengan
alas. Dengan demikian, penderita berbaring setengah tengkurap.
b. Pemerisaan genetalia eksterna
Dalam letak litotomi alat kelamin luar tampak jelas.Dengan inspeksi
perlu diperhatikan bentuk, warna, pembengkakan, dsb dari genetalia
eksterna, perineum, anus dan sekitarnya, dan apakah ada darah atau
fluor albus.
c. Pemeriksaan dengan speculum
Dengan menggunakan speculum diperiksa dinding vagina, dan portio
vaginalis dan servisis uteri. Untuk pemeriksaan dengan speculum
mutlak diperlukan lampu penerang yang cukup.

17

d. Pemeriksaan bimanual
Pemeriksaan genetalia interna dilakukan dengan kedua tangan, dua
jari, atau satu jari dimasukkan ke dalam vagina atau satu jari ke dalam
rectum, sedangkan tangan lain diletakkan di dinding perut.
e. Pemeriksaan rectal
Dengan sarung tangan dan bahan pelumas biasanya minyak, jari
telunjuk dimasukkan ke dalam rectum.
f. Pemeriksaan dalam nikrosis
Pemeriksaan ini sebaiknya baru dilakukan apabila memang benarbenar diperlukan. Karena perasaan nyeri tulang, maka dapat terjadi
pecahnya kista, kehamilan ekstra uterin yang belum terganggu, hidro,
hemato, dan piosalping atau terlepasnya pelekatan peritoneal sebagai
perlindungan, tidak dirasa oleh penderita dan tidak segera dikethui
oleh pemeriksa.
g. Pemeriksaan Khusus
1) Pemeriksaan laboraturium biasa
Tidak selalu,akan tetapi apabila dianggap perlu, dilakukan
pemeriksaan darah dan urine. Kadar hb diperiksa pada wanita yang
tampak pucat mengalami perdarahan, pada wanita hamil, dan pada
persangkaan kehamilan ekstra uterin terganggu. Urine dapat
diperiksa pada setiap wanita hamil (proteinuria) dan pada persangka
kelainan saluran kencing (sedimen).
2) Pemeriksaan getah vulva dan vagina
Pemeriksaan yang sering diperlukan dipoliklinik ialah pemeriksaan
getah uretra/serviks dan getah vagina ,terutama pada keluhan
leukorea. Getah uretra diambil dari orifisium uretra eksternum dan
getah serviks dari ostium uteri eksternum.
3) Pemeriksaan sitologi vagina
Untuk pemeriksaan sitologik,bahan diambil dari dinding vagina atau
dari serviks dengan spatel ayre (dari kayu atau plastic). Selain untuk
diagnosis dini tumor ganas, pemeriksaan ini dapat dipaki juga untuk
secara tidak langsung mengetahui fungsi hormonal Karena pengaruh

18

esterogen dan progesteron yang menyebabkan perubahan-perubahan


khas pada sel-sel selaput lendir vulva.
a) Percobaan schiller
Percobaan ini merupakan cara pemeriksaan yang sederhana
berdasarkan kenyataan bahwa sel-sel epitel berlapis gepeng dari
portio yang normal mengandung glikogen, sedang sel-sel
abnormal tidak.
b) Kolposkopi
Penggunaan kolposkopi pertama kali diperkenalkan Hinselmann
(1925) yang terdiri atas 2 alat pembesaran optik yang
ditempatkan

pada

penyangga

yang

terbuat

dari

besi.

Penerangaan diperoleh dari lampu khusus diikutsertakan dengan


kolposkop. Keuntungan alat ini ialah bahwa pemeriksa dapat
melihat binocular lebih jelas,dapat mempelajari portio dn
epitelnya lebih baik dan terperinci.
c) Eksisi percobaan dan konisasi
Eksisi percobaan (biopsi) merupakan cara pemeriksaan yang
dilakukan pada setiap portio yang tidak utuh, didahului atu tidak
oleh pemeriksaan sitologi vagina.
Konisasi merupakan tindakan yang paling dapat dipercaya pada
persangkaan karsinoma karena dapat dibuat banyak sediaan dari
seluruh portio untuk pemeriksaan mikroskopik.
d) Biopsi endometrium
Biopsi endometrium dilakukan untuk menentukan ada atau
tidaknya ovulasi. Endometrium dikuret di beberapa tempat lalu
dimasukkan ke dalam botol berisi larutan formalin dan dikirim
ke laboratorium.
h. Pemeriksan khusus lain
1) Pemeriksaan endokrin:
Dilakukan dalam laboratorium khusus,misalnya untuk penentuan
fungsi hipofisis, kelenjar gondok atau kelenjar adrenal.
2) Pemeriksaan kromatin
Yaitu untuk pemeriksaan seks kromatin dan perhitungan kromosom
dalam mengahadapi interseksualitas.
3) Pemeriksaan dengan sinar roentgen
19

Yaitu untuk keperluan diagnostik infertilitas,mencari kelainan


bawaan pada ginetalia interna,untuk diagnosa masa tomor,untuk
mencari kelainan pada alat saluran kencing.
4) Sistoskopi
Yaitu untuk visualisasi batu ginjal dan polip di dalam kandung
kencing dan untuk mencari metastasis karsinoma servisis uteri di
kandung kencing.
5) Histeroskopi
Yaitu untuk visualisasi keadaan dan kelainn di rongga uterus.
6) Rektoskopi
Yaitu pemeriksaan pada wasir dan persangkaan karsinoma rectum.
7) Ultrasonografi
Yaitu untuk diagnosis molahidatidasa,kematian hasil konsepsi dan
gemeli,untuk mencari DJJ dan lokalisasi plasenta.
8) Kuldosintesis (pungsi Douglas)
Yaitu untuk memastikan terkumpulnya darah dalam rongga
peritoneum dan sekaligus untuk membedakannya dari abses
douglas.

20

2. Penaganan Penyakit Ginekologi


Penanganan penyakit ginekologik tergantung pada etiologinya.
Penyakit ginekologik dapat terjadi pada anak-anak, pubertas, pada masa
hamil, klimakterium ataupun senium. Dibawah ini akan dibahas beberapa
penanganan dari penyakit ginekologik:
a. Trikomoniasis
Penyakit ini dapat ditemukan dalam jumlah kecil dalam vagin tanpa
gejala apa pun, akan tetapi dalam beberapa hal yang ada hubungannya
dengan perubahan kondisi lingkungan, jumlah dapat bertambah
banyak dam menimbulkan radang.
Penangananya
:
Metronidazol(1-(beta-hidroksil)-2-metil-s-nitroimidazol), dipasaran dikenal dangan flagyl. Diberikan per os dapat
diserap dengan baik dan mempunyai toksisitas rendah. Maksudnya
dalam dosis 500 mg setiap 12 jam selama 5 hari.jadi dosis total 5 gr.
b. Kandidiasis
Kandidiasis disebabkan oleh infeksi dengan kandida albicans,suatu
jenis

jamur

gram

positif

yang

mempunyai

benang-benang

pseudomiselia yang terbagi-bagi dalam blastspores.


Penanganannya: Pemberian nystatin,suatu antibiotik dihasilkan oleh
steptomises noursei.yang banyak dipakai : tablet vaginal mycostatin
dimasukkan dalam vagina 1-2 tablet sehari selama 14 hari.
c. Hemofilus vaginalis vaginitis
Penyebabnya : Hemofilus vaginalis, suatu basil kecil gram negative.
Penanganannya : diberikan pada suami istri berupa ampisilin 2 gr
sehari untuk 5 hari,jika peka terhadap penisilin dapat diberikan
tetrasiklin.Disamping itu wanitanya diberi betadine vaginal douche.
d. (Vulvo)-vaginitis-atrofikans
Penanganannya : Pemberian esterogen per os (premarin 1,25 mg atau
oestrofeminal 1,25 mg) tiap malam dan pemberiam dienestrol
cream,premarin vaginal cream atau 0,1 mg suposutorium dietil
stilbestrol per vaginam untuk 30 malam.Diet dewasa ini dianjurkan
pemakaian synapause tablet dan cream.
e. Servisis uteri
Penanganannya : Dengan jalan kauterisasi-radial dengan termokautel
atau krioterapi.
f. Endrometriosis

21

Penangananya : terdiri dari pencegahan,pengawasan saja, tetari


hormonal, pembedahan dan radiasi.
g. Karsinoma vulva
Penangananya : Pada tinggkat klinik 0 dikerjakan vulvektomi dengan
mengangkat kedua labia mayor, labia minor, sebagian monsveneris
dan hymen. Dilakukan pembedahan rekontruksi menggunakan skingraft.
Pada tinggkat I dan II dilakukan vulvektomi radikal dengan
limfadenektomi bilateral kelenjar inguinal luar dan dalam, dalam 1
tahap. Pada tinggkat III dan IV, diberikan sitostatika seperti MMC,
SFU, Bleosin, Endokxan. Doxorubisin secara sistemik baik secara
obat tunggal ataupunn dalam kombinasi
h. Kondiloma akuminata akuminatum
Berbentuk seperti kembang kubis dengan ditengahnya jaringan ikat
dan ditutup tetrutama dibagian atas oleh epitel dengan hiperkeratosi.
Penanganannya : Pada kondiloma akuminatum yang kecil dapat
disembuhkan dengan larutan 10 % podoviin dlam gliserin atau dalam
alkohol. Pada waktu pengobatan daerah sekitr harus dilindungi dengan
vaselin dan etelah beberapa jam tempat pengobatan harus dicuci
dangan air dan sabun. Pada kondiloma yang luas terapinya terdri atas
pengangkatan dengan pembedahan atau kauterisasi.
i. Herpes genitalis
Penanganannya: diberantas dengan aplikasi lokal dari 1% larutan
neutral-red atau 0,1% larutan proflavine,diikuti dengan penyinaran
sinar fluoresensi 10-15 menit deangan jarak 15-20 cm.
j. Limfogranuloma Venereum
Penyebabnya adalah clamidia trakumatis.
Penanganannya : Pengobatan terdiri atas pemberian tetrasiklin setiap
hari dengan dosis 2 gr oral selama 2-4 minggu.jika penyakit belum
juga sembuh maka pengobatan diulangi lagi.Obat sulfunamit bersift
sufpresif dan bukan kuratif.Obat ini diberikan dalm dosis 1 gr 4x
sehari selama 2 minggu,kemudian setelh istirahat 1 minggu.Kemudian
setslah itu pengobatan diulangi lagi.
Selain yang diuraika diatas,masih banyak lagi penyakit-penyakit
ginekilogi yang dapat mengganggu, mencelakakan bahkan memtikan
22

seseorang. Untuk itu,sebelum terjadi telebih-lebih kita harus menjaga


kebersihan diri serta berhati-hati dalam melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan alat-alat reproduksi.

23

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Radang adalah suatu reaksi pertahanan organisme terhadap serangan
agen patogen, mengadakan perlawanan terhadap agen patogen dan
memperbaiki kerusakan jaringan. Pada suatu penyakit, proses radang menjadi
suatu

reaksi

yang

menguntungkan

dan

bertujuan

untuk

menjaga

keseimbangan (homeiostasis) dari organisme tersebut.


Pada wanita, rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar
dengan perantara traktus genetalis. Infeksi alat kandungan mudah terjadi dan
dapat menurunkan fertilitas, mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu
kehidupan sex. Adapun radang pada genetalia terbagi atas radang genetalia
Eksterna dan Interna.
Radang genetalia Eksterna terdiri atas Bartolinitis, Vaginitis dan
Vulvitis, dan Vulvovaginitis. Sedangkan Radang pada Genetalia Interna
terdiri dari Cervicitis, Endometritis, Myometritis, Parametritis (Celulit
Pelvica), Adnexitis/Salpingitis, dan Peritonitis Pelvika (pelvioperitonitis).
Pemeriksaan dan Penanganan dari Penyakit Ginekologi di lakukan
mulai dari anamnesis, pemerisaan genetalia eksterna, pemeriksaan dengan
speculum, pemeriksaan bimanual, pemeriksaan rectal, pemeriksaan dalam
nikrosis, pemeriksaan khusus dan pemeriksan khusus lain. Penanganan
penyakit ginekologik tergantung pada etiologinya. Penyakit ginekologik
dapat terjadi pada anak-anak, pubertas, pada masa hamil, klimakterium
ataupun senium.
B. Saran
1. Untuk petugas kesehatan : diharapkan mampu memberikan dan
meningkatkan pelayanan pada pemeriksaan genetalia khususnya pada
wanita dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi dengan tepat
sehingga penanganan lebih baik.
2. Untuk mahasiswa : banyak belajar terutama praktek agar lebih mahir
dalam

melakukan

identifikasi

dalam

penyakit-penyakit

genetalia

khususnya pada wanita.


24

3. Untuk masyarakat : diaharapkan kepada masyarakat khususnya pada


wanita untuk lebih mengenali gejala-gejala penyakit genetalia untuk
mendeteksi dan dapat ditangani secara dini.

25

DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan edisi ke-4, PT. Bina Pustaka :
Jakarta.
Lestadi, Julisar. 1997. Penuntun Diagnostik Praktis SitologiGinekologik
Apusan/PAP. Widya Medika : Jakarta.
Duenhoelter, Johann H. 1988. Ginekologi Greenhill (Greenhills office) edisi ke10. EGC : Jakarta.
Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung. Ginekologi. Elstar Offset : Bandung.
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/01/tugas-kuliah-tentang-ginekologi.html
http://jusova.blogspot.com/

26

Anda mungkin juga menyukai