Anda di halaman 1dari 19

Penyakit Radang Panggul/ Pelvic

Inflamatory Disease (PID)


Oleh Kelompok 12
Devi Nurdianti (20160811014030)
Gloria Toding Lembang (20160811014019)

Pembimbing :
dr. Jeffersin Nelson Munthe, Sp. OG (K)., M.Kes
Penyakit Radang Panggul
Defenisi

Penyakit radang
panggul adalah suatu
kumpulan radang
pada saluran
genital bagian atas
oleh berbagai
organisme, yang dapat
menyerang uterus,
serviks, ovarium, tuba
fallopii dan ovarium.
Penyakit Radang Panggul Epidemologi

Epidemiologi PID (pelvic inflammatory disease) atau


penyakit radang panggul secara global masih belum
diketahui, di Amerika Serikat, kurang lebih 750.000
kasus PID didiagnosis setiap tahunnya. Di Indonesia
insidensi PID diperkirakan lebih dari 850.000 kasus
baru setiap tahun dan paling sering ditemukan pada
perempuan umur 16 sampai 25 tahun
Penyakit Radang Panggul Etiologi
Penyakit Radang Faktor resiko
Panggul

• Riwayat PRP yang berulang

• Infeksi oleh organisme yang ditularkan


melalui hubungan seksuald

• Pemasangan IUDe

• Pasangan seksual yang banyak

• Tindakan operasi pada organ genital


seperti dilatasi dan kurettage
Penyakit Radang Panggul
PATOFISIOLOGI
Gejala

Kriteria tambahan
Kriteria minimum :
•Temperatur oral lebih dari 38,3 oC
• Nyeri gerak serviks
•Ditemukan cairan servikal dan
• Nyeri tekan uterus
vaginal yang abnormal
• Nyeri tekan
•Meningkatnya LED
adneksa
•Meningkatnya c-reaktif protein
•laboratorium: ditemukan kuman N.
gonorrhoeae, C. trachomatisC.

Pemeriksaan kusus
•Adanya gambaran endometritis melalui
pemeriksaan PA
•.Adanya gambaran tubo ovarian abses melalui USG
•Laparoskopi
Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan mencegah kerusakan tuba yang


menyebabkan infertilitas dankehamilan ektopik serta infeksi
yang kronis.

1. Regimen A 2. Regimen B
•Sefoxitin 2 gr IM + • Ofloxacine 400 mg per oral
Probenesid 1 gr per oral (dosis 2X sehari selama 14 hari +
tunggal) Clindamycin 450 mg per
•Ceftriaxone 250 mg IM atau oral4X sehari atau
generasi ke- metronidazole 500 mg per
III Sefalospori (Ceftizoxime, oral 2X sehari selama 14 hari
Cefotaxime) + Doxycycline 1
00 mg peroral 2X sehari sela
ma 14 hari
Pasien yang menjalani rawat jalan harus dievaluasi setelah
48 jam untuk menilai keberhasilan terapi.

Kriteria untuk rawat inap pasien Terapi pada pasien


PRP akut dengan : yang dirawat (rekomendasi
•Abses pelvis atau abses dari tubo CDC):
ovarian •Sefoxitin 2 gr IV setiap 6 jam
•Kehamilan atau Sefotetan 2 gr IV setiap
•Temperatur lebih dari 38 oC 12 jam. Diberikansampai 48
•Mual dan muntah dengan obat-obat jam ada perbaikan.
oral •Clindamycin 900 mg IV
•Tidak ada respon antibiotik oral setiap 8 jam + Gentamisin
dalam 48 jam IV/IM 2mg/kg BB diikutidosis
•Adolescent maintenance 11/2 mg/kg BB
•Diagnosa tidak pasti setiap 8 jam. Diberikan sampai
•Nyeri perut kanan atas (Fitz-Hugh- 48 jam ada perbaikan.
Curtis Syndrome)
Setelah keluar rumah sakit dilanjutkan pemberian
Doxycycline 100 mg 2X seharisampai 14 hari atau
Clindamycin 450 mg per oral 5X sehari 10-14 hari.
Pasien pulangdengan diberikan obat oral kemudian di
lakukan follow up setelah 7 hari.

Terapi Operasi

Operasi (laparatomi) bila dijumpai abses peritoneal


atau tubo ovarial abses dengan drainage per abdominal
atau fornix posterior.
Jenis-jenis PID

1. Endometritis
Endometritis adalah suatu peradangan pada endometrium
yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakter i pada jaringan
di lapisan endometrium. Endometritis palin! serin!ditemukan
terutama:
•Setelah seksio sesareaf
•Partus lama atau pecah ketuban yang lama

Diagnose banding endometritis meliputi infeksi traktus


urinarius, infeksi pernafasan, septicemia, tromboflebitis pelvis,
dan abses pelvis
a. Endometritis akut

Pada endometritis akut endometrium mengalami edema dan


hiperemi terutama terjadi pada post partum dan post abortus
•Penyebab: indeksi gonore dan infeksi pada abortus dan partus
•Tindakan yang dilakukan di dalam uterus seperti pemasangan alat
kontrasepsi dan kuretase

Penatalaksanaan
Gejala :
Dalam pengobatan endometritis
•Demam
akut yang paling penting adalah
•Lochia berbau
berusaha mencegah agar infeksi
•Lochia lama berdarah bahkan
tidak menjalar. Adapun
metrorgia
pengobatannya adalah :
•Tidak menimbulkan nyeri jika
•Uterotonik
radang tidak menjalar ke
•Istirahat, letak fowler
perimetrium atau parametrium
•Antibiotic
b. Endometritis kronis

Endometritis kronis tidak sering ditemukan tetapi pada


pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan
limfosit. Endometritis kronik biasa ditemukan pada tuberculosis,
pada sisa-sisa abortus atau partus yang meninggal, pada corpus
alineum di cavum uteri, pada polip uterus dengan infeksi, pada tumor
ganas uterus, serta pada salpingo ooforotis dan selulitis pelvis

Gejala klinis yang timbul


: Penatalaksanaan
•Leukorea Penatalaksanaan
•Kelainan menstruasi seperti bergantung pada penyebabnya
menorhagie dan metrorhagie
2. Myometritis

Miometritis biasanya tidak berdiri sendiri tetapi dilanjutkan


dari endometritis. Oleh karena itu gejala-gejala dan terapinya
sama dengan endometritis. Diagnosanya hanya dapat dibuat
secara patologi anatomis.

3. Parametritis
Parametritis yaitru radang dari jaringan ikat longgar
didalam ligamentum latum. Radang ini biasanya unilateral.
Diagnose banding adnexitis lebih tinggi dan tidak sampai
kedinding panggul biasanya bilateral.
Etiologi parametritis dapat terjadi :

1. Dari endometritis yaitu


•perkontanuitatum dari endometritis, metritis, dan parametritis
•Lymphogen
•Hematogen yaitu phlebitis, periphlebitis, dan paramteritis

2. Dati robekan serviks


•Perforasi uterus oleh alat-alat (sonde, kuret dan alat kontrasepsi
4. Salpingitis akut

Mikroorganisme yang menyebabkan salpingitis adalah N. Gonorhea


dan Ctrachomatis. Salpingitis timbul pada remaja yang memiliki
pasangan seksualyang multiple dan tidak menggunakan kontrasepsi.

Gejala :
•Demam tinggi dengan menggigil
•Nyeri perut kanan kiri bawah terutama jika ditekan\
•Defense kanan dan kiri atas ligament pourpart
•Mual dan muntah ada gejala abdomen akut karena terjadi rangsangan
peritoneum
•Terkadang ada tendensi pada anus karena proses dekat pada rectum
sigmoid
•Pada pemeriksaan dalam, nyeri jika portio digoyangkan, nyeri kiri
dan kanan dari uterus terkadang ada penebalan dari tuba
5. Pelvioperitonitis

Biasanya terjadi sebagai lanjutan dari salpingoophoritis. Kadang


terjadi dari endometritis.

Etiologi: Pelvioperitonitis dapat


•GO menimbulkan perlekatan-
•Sepsis (post partum perlekatan dari alat-alat dalam
dan post abortus) rongga panggul dengan akibat
•Dari appendicitis perasaan nyeri atau ileus

Dapat dibedakan menjadi 2 bentuk:


•Bentuk yang menimbulkan perlekatan-perlekatan tanpa
pembuatan nanah.
•Bentuk dengan pembentukan nanah yang menimbulakn doglas
abses
Komplikasi
•Infertilitas : resiko infertile setelah terkena PID jumlah dan tingkat
keparahannya
•Kehamilan ektopik
•Nyeri panggul kronis
•Perihepatitis ( sindrom fitz- hugh Curtis ) : menyebabkan nyeri
kuadran kanan atas
•Abses tubo ovarium
•Reiter’s syndrome ( reaktif arthritis )
•Pada kehamilan : PID dikaitkan dengan peningkatan
persalinan prematur, danmorbiditas ibu dan janin
•Neonatal : transmisi perinatal C. trachomatis atau N. gonorrhoeae
dapatmenyebabkan ophthalmia neonatorum pneumonitis clamidia
juga bisa terjadi
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai