Anda di halaman 1dari 22

FEBRIS PUERPERALIS

Pendahuluan

• Demam pasca persalinan atau demam nifas meliputi


demam yang timbul pada masa nifas oleh sebab apapun.

• Sebagian besar demam persisten paskapersalinan


disebabkan oleh infeksi saluran genitalia.

• Bersama dengan preeklamsia dan pendarahan obsetric,


infeksi nifas membentuk trias letal penyebab kematian
ibu selama beberapa dekade.

• Untungnya karena ada terapi anti mikroba yang efektif,


kematian ibu karena infeksi dapat di cegah
Tujuan

1. Memahami fisiologi demam pascapersalinan dan


beberapa perubahan patologik yang mengakibatkan
demam pasca persalinan

2. Memahami patogenesis dan penatalaksanaan


demam pasca persalinan

3. Dapat memberikan edukasi serta pencegahan pada


demam pascapersalinan
Definisi
Epidemiologi

• Demam puerperium merupakan penyebab utama kematian


pada abad ke-19 dan meskipun dengan peningkatan kebersihan
dan antibiotik modern saat ini menurunkan mortalitas, namun
demam puerperium ini tetap berperan terhadap morbiditas dan
mortalitas maternal di negara berkembang.

• Berg dkk., (2003) melaporkan hasil Pregnancy mortality


surveillance system, yang berisi 3201 kematian ibu di Amerika
Serikat pada tahun 1991 sampai 1997, infeksi menyebabkan 13
persen kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan
merupakan penyebab kematian terbanyak nomer lima.
Etiologi
• Kebanyakan infeksi nifas disebabkan oleh bakteri yang aslinya
memang ada dijalan lahir.

• Pada laporan lainnya ditemukan adanya infeksi nifas yang


disebabkan oleh infeksi streptokokus dan faktor risiko
utamanya ialah ketuban pecah prematur.
Faktor Risiko
Metritis
• Infeksi uterus pascapersalinan dikenal sebagai endometritis,
endomiometritis dan endoparametritis.

• Menurut Cochrane 2012, endometritis ditemukan terjadi 1-3%


setelah persalinan pervaginam dan 5-10 kali lebih besar setelah
operasi sesar.

• Patogen dominan adalah:


• kokus gram positif aerob (streptokokus grup B, enterokokus dan spesies
stafilokokus)
• kokus gram positif anaerob (peptococcus dan spesies
peptostreptococcus)
• basil gram negatif aerob (Escherichia coli, Klabsiella pneumonia dan
spesies Proteus)
• basil gram negatif anaerob (Bacteroides dan spesies Prevotella).
Faktor Predisposisi

• Jika dibandingkan dengan persalinan perabdominam/seksio


sesarea, maka timbulnya metritis pada persalinan pervaginam
relatif jarang.
• Bila persalinan pervaginam disertai penyulit yaitu pada ketuban
pecah prematur yang lama, partus lama dan pemeriksaan dalam
berulang, maka kejadian metritis akan meningkat sampai
mendekati 6%.

• Seksio sesarea merupakan faktor predisposisi utama timbulnya


metritis dan erat kaitannya dengan status sosioekonomi
penderita.Infeksi pelvis pasca operasi adalah penyebab tersering
angka morbiditas demam dan terjadi hingga 20%.
Patogenesis
Manifestasi Klinis

• Nyeri parametrial muncul pada pemeriksaan bimanual biasanya uterus


teraba agak membesar, nyeri dan lembek.
Penatalaksanaan

• Berikan antibiotika sampai dengan 48 jam bebas demam:


- Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, ditambah gentamicin 5
mg/kgBB IV tiap 24 jam, ditambah metronidazole 500
mg IV tiap 8 jam. Cegah dehidrasi dengan berikan
minum dan infus cairan kristaloid.
• Pertimbangkan pemberian vaksin tetanus toksoid (TT)
bila ibu dicurigai terpapar tetanus ( misalnya ibu
memasukan jamu-jamuan ke dalam vaginanya).
• Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital
dan keluarkan bekuan serta sisa kotiledon. Gunakan
forsep ovum atau kuret tumpul besar bila perlu
Penatalaksanaan

• Lakukan pemeriksaan penunjang :

- Pemeriksaan darah perifer lengkap termasuk hitung jenis leukosit, Lakukan tindak
lanjut jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit per 48 jam.

- golongan darah ABO dan jenis Rh

- Gula darah sewaktu

- Analisis urin, kultur ( cairan vagina, darah, dan urin sesuai indikasi )

- Ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan adanya sisa plasenta


dalam rongga uterus atau massa intra abdomen-pelvik

- Periksa suhu pada grafik ( pengukuran suhu tiap 4 jam ), periksa kondisi umum :
tanda vital, malaise, nyeri perut, dan cairan ver vagina setiap 4 jam.
Penatalaksanaan

• Jika masih demam 72 jam setelah terapi, kaji ulang


diagnosis dan tatalaksana.
• Jika tidak ada kemajuan dan ada peritonitis (
demam, nyeri,lepas dan nyeri abdomen ), lakukan
laparatomi dan drainase abdomen bila terdapat pus.
Jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukan
histerektomi subtotal.
• Perbolehkan pasien pulang jika suhu <37,5 C selama
minimal 48 jam dan hasil pemeriksaan leukosit
<11.000/mm3.6
Infeksi Luka Operasi

• Infeksi luka perineum dan luka abdominal adalah


peradangan karena masuknya kuman-kuman ke
dalam luka episiotomy atau abdomen pada waktu
persalinan dan nifas. Faktor resiko timbulnya infeksi
luka operasi ini ialah obesitas, diabetes, pengobatan
kortikosteroid, imunosupresi, anemia dan
hemostasis yang jelek disertai terbentuknya
hematom.
Manifestasi Klinis

• Keluhan yang sering muncul ialah nyeri pada daerah yang


terinfeksi dan disuria, dengan atau tanpa retensi urin.

• Gejala klinik yang paling sering ditemukan ialah nyeri, fluor


yang purulen dan demam. Pada kasus berat seluruh vulva
mengalami edema, ulserasi dan tertutup oleh eksudat.

• Laserasi vagina dapat mengalami infeksi secara langsung atau


tercemar dari perineum. Seluruh mukosa vagina menjadi
merah, bengkak dan bisa mengalami nekrosis dan terkelupas.
Penatalaksanaan
• Jika terdapat Pus atau cairan, bukalah luka dan lakukan drainase, Angkat
kulit yang nekrotik, jahitan subkutis, dan lakukan debridemen, jika infeksi
hanya suferficial dan tidak meliputi jaringan dalam, pantau timbulnya
abses dan berikan antibiotika Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari
selama 5 hari, ditambah metronidazole 500 mg per oral 3 kali sehari
selama 5 hari.2,6

• Jika infeksi cukup dalam, meliputi otot, dan menimbulkan nekrotik (


fasitis nekrotikan ), siapkan laparatomi dan berikan kombinasi antibiotika
sampai jaringan nekrotik telah diangkat dan 48 jam bebas demam.
Berikan Penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam, ditambah gentamisin
5mg/kgBB IV tiap 24 jam, ditambah metronidazole 500 mg IV tiap 8 jam.
Jika sudah 48 jam bebas demam, berikan Ampisilin 500 mg per oral 4 kali
sehari selama 5 hari. Jika infeksi parah pada fasitis nekrotikan, rawat
pasien dirumah sakit untuk tatalaksana dan ganti kasa penutup tiap 2 kali
sehari. 6
Mastitis

• Pada masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan parenkim


kelenjar payudara (mastitis).

• Gejala awal mastitis adalah demam disertai mengigil, mialgia,


nyeri dan takikardia. Pada pemeriksaan payudara
membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan dengan
batas tegas dan disertai rasa sangat nyeri.

• Diagnosis abses ditegakkan dengan adanya tanda fluktuasi dan


nyeri pada palpasi serta eritema disekitarnya. Pemeriksaan
ultrasonografi dapat juga digunakan untuk mendeteksi adanya
abses.
Penatalaksanaan

• Analgesik: Ibuprofen (membantu mengurangi inflamasi dan edema).

• Diklosasilin 500 mg empat kali sehari selama 10-14 hari.


• Amoksisilin-asam klavulanat atau kloramfenikol.
• Jika alergi penisilin dapat digunakan eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama
10-14 hari.
Pencegahan

• Perbaikan status gizi, pencegahan anemia dan perawatan antenatal


yang adekuat merupakan upaya pencegahan timbulnya infeksi nifas.

• Alat-alat, kain dan berbagai bahan yang dipakai menolong persalinan


harus dalam keadaan suci hama, dan terhadap setiap alat dan bahan
yang telah dipakai harus dilakukan tindakan dekontaminasi dan
penyucihamaan.

• Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir.


Pada hari-hari pertama pascapersalinan harus dijaga agar luka-luka ini
tidak dimasuki kuman-kuman dari luar.
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai