Anda di halaman 1dari 28

Adaptasi Sistem Gastrointestinal Dan

Hepatobilier Dalam Kehamilan

dr. Titi amalia, M.Ked(OG), Sp.OG


Adaptasi Sistem GI

• Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan


sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi.
• Bila dihitung dari fase fertilitas hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut
kalender internasional.
• Kehamilan berlangsung dalam tiga trimester, trimester satu berlangsung dalam
13 minggu, trimester kedua 14 minggu (minggu ke-14 hingga ke-27), dan
trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke- 40) (Prawiroharjo, 2010).
• Selama kehamilan ibu akan mengalami perubahan anatomi fisiologis pada
sistem organ tubuhnya termasuk sistem pencernaan (gastrointestinal).
• Perubahan- perubahan pada sistem pencernaan ibu hamil tersebut meliputi
perubahan pada rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus, duodenum, usus
besar dan rektum.
• Kebutuhan nutrisi ibu selama kehamilan seperti vitamin dan mineral serta nafsu
makan ibu meningkat sehingga intake makanan juga meningkat. Tetapi
beberapa wanita hamil mengalami penurunan nafsu makan atau mengalami
mual dan muntah. Gejala tersebut berhubungan dengan peningkatan hormone
Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) (Mandang, dkk, 2014).
• Mual dan muntah selama kehamilan biasanya terjadi antara 4 sampai 8 minggu kehamilan dan terus
berlanjut hingga 14 sampai 16 minggu kehamilan, setelah itu gejala biasanya akan membaik.
• Namun pada kasus tertentu bisa berlanjut hingga trimester kedua bahkan ketiga, keadaan itu akan menjadi
berbahaya jika ibu hamil tidak melakukan penanganan yang berakibat bertambah parah sehingga akan
menjadi hiperemesis gravidarum.
• Penyebab keluhan ini yang pasti belum diketahui, tetapi mungkin berhubungan dengan peningkatan
hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) termasuk estrogen dan progesteron, relaksasi otot polos,
perubahan dalam metabolisme karbohidrat, faktor mekanis dan alergis (Pusdiknakes, 2003).
• HCG ini diproduksi oleh trofoblast setelah terjadi implantasi, kadarnya terus naik dan mengalami
penurunan setelah usia kehamilan antara 10 dan 12 minggu, yakni ketika produksi progesteron mulai
digantikan oleh placenta (Fraser, 2009). Keadaan seperti ini cukup diatasi dengan berobat jalan dan akan
hilang dengan sendirinya setelah kehamilan menginjak usia kurang lebih sepuluh minggu
• Perubahan pada rongga mulut selama kehamilan yaitu adanya keluhan gusi berdarah yang dapat
disebabkan karena peningkatan hormon estrogen yang menyebabkan peningkatan aliran darah ke mulut
sehingga gusi menjadi rapuh dan dapat menimbulkan gingivitis. Defisiensi vitamin C juga dapat
mengakibatkan gusi bengkak dan mudah berdarah. Keadaan gusi dapat kembali normal pada awal masa
puerperium. Hal ini mendorong ibu untuk memperhatikan perawatan gigi dan mulut (Varney, 2006).
Salivasi mungkin akan meningkat sehubungan dengan kesukaran menelan akibat nausea (Sunarsih, 2011).
• Perubahan pada lambung dan esofagus wanita hamil yakni lambung memproduksi
asam hidroklorik lebih tinggi terutama pada trimester pertama kehamilan. Pada
umumnya keasaman lambung menurun dan produksi hormon gastrin meningkat
secara signifikan mengakibatkan peningkatan volume lambung dan penurunan PH
lambung.
• Produksi gastrik berupa mukus dapat mengalami peningkatan.
• Peristaltik esofagus menurun, menyebabkan refluks atau relaksasi cardiac sphincter.
Gastrik reflux lebih banyak terjadi pada kehamilan lanjut karena elevasi lambung
akibat pembesaran uterus.
• Tonus pada sfingter esofagus bagian bawah melemah di bawah pengaruh progesteron,
yang menyebabkan relaksasi otot polos.
• Penekanan akibat uterus yang diperburuk oleh hilangnya tonus sfingter
mengakibatkan refluks dan nyeri ulu hati (heart burn).
• Kerja progesteron pada otot-otot polos menyebabkan lambung hipotonus yang disertai
penurunan motilitas dan waktu pengosongan yang memanjang.
• Efek-efek progesteron menjadi lebih jelas seiring kemajuan kehamilan dan
peningkatan progesteron. Efek progesteron pada usus halus adalah
memperpanjang lama absorpsi nutrien, mineral dan obat-obatan. Absorpsi ini juga
meningkat akibat hipertrofi villi duedonum yang dapat meningkatkan kapasitas
absorpsi.
• Efek progesteron pada usus besar menyebabkan konstipasi karena waktu transit
yang melambat membuat air semakin banyak diabsorpsi dan menyebabkan
peningkatan flatulen karena usus mengalami pergeseran akibat pembesaran uterus.
• Aliran darah ke panggul dan tekanan vena pada rektum meningkat menyebabkan
terbentuknya hemoroid pada akhir kehamilan. (Varney, 2006).
• Penyebab konstipasi selama kehamilan selain perubahan hormonal yaitu aktifitas fisik. Wanita hamil cenderung
akan mengurangi aktifitas fisiknya untuk menjaga kehamilannya. Begitu juga semakin besar kehamilan wanita
hamil cenderung semakin malas beraktifitas karena bobot tubuh yang semakin berat dan riwayat posisi saat
defekasi juga menjadi resiko untuk timbulnya konstipasi (Ojieh, 2012). Riwayat posisi saat defekasi juga
menjadi resiko untuk timbulnya konstipasi. Pada posisi jongkok, sudut antara anus dan rektum akan menjadi
lurus akibat fleksi maksimal dari paha. Ini akan memudahkan terjadinya proses defekasi sehingga tidak
memerlukan tenaga mengedan yang kuat. Pada posisi duduk, sudut antara anus dan rektum menjadi tidak cukup
lurus sehingga membutuhkan tenaga mengedan yang lebih kuat. Proses mengedan kuat yang berkelanjutan akan
dapat menimbulkan konstipasi dan hemoroid (Camilleri & Lembo, 2003).
• Adapun perubahan sistem pencernaan yang tampak pada ibu hamil berdasarkan trimester kehamilan nya adalah
sebagai berikut, yaitu pada trimester I terdapat perasaan enek (nausea). Hal ini dikarenakan kadar hormon
estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun sehingga motilitas seluruh traktus
digestivus berkurang. Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama
berada dalam usus. Hal ini baik untuk reabsorbsi, tetapi menimbulkan konstipasi yang memang merupakan salah
satu keluhan utama wanita hamil. Tidak jarang dijumpai adanya gejala muntah (emesis) pada bulan-bulan
pertama kehamilan. Hipersalivasi sering terjadi sebagai kompensasi dari mual dan muntah yang terjadi. Pada
beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita
tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah. Kondisi lainnya adalah Pica (mengidam)
yang sering dikaitkan dengan anemia akibat defisiensi zat besi ataupun adanya suatu tradisi (Wiknjosastro, 2002
dalam Sunarsih 2011).
• Pada trimester II dan III, biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang
meningkat. Selain itu, perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar
dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus
besar, ke arah atas dan lateral.
• Perut kembung saat hamil disebabkan bertambahnya hormon progesteron dalam tubuh ibu.
Hormon ini akan membuat relaksasi pada jaringan otot halus diseluruh tubuh termasuk pada
saluran pencernaan sehingga sistem pencernaan dalam tubuh berjalan dengan lambat dan tidak
teratur.
• Dari lambatnya pencernaan ini mengakibatkan terkumpulnya gas dalam saluran pencernaan.
Kompresi dari uterus yang membesar terhadap usus besar juga menyebabkan konstipasi dan
meningkatkan akumulasi gas sehingga ibu hamil menjadi sering buang angin (flatulen). Wasir
(hemoroid) cukup sering terjadi pada kehamilan yang terjadi akibat konstipasi dan naiknya tekanan
vena-vena di bawah uterus termasuk vena hemoroidal (Sunarsih, 2011).
Saluran cerna selama kehamilan

• Tonus otot motilitas usus menurun —> Mual, muntah dan obstipasi
4 – Perubahan nafsu makan
(memanjang atau meningkat)
• Wanita hamil tidak menyukai beberapa
makanan dan aromanya tapi mungkin
juga menginginkan yang lain
• Mengurangi sensitivitas dari taste buds
selama kehamilan membuat keinginan
untuk memakan makanan yang manis,
asam atau asin
(pica)
Deviasi bisa menjadi
sangat ekstrim dengan
memakan kapur tulis,
batubara atau lumpur.
5 - Indigestion and
flatulence
Hal ini bisa disebabkan :
i – Penurunan keasaman lambung
disebabkan oleh regurgitasi dari
sekresi alkali dari usus ke lambung.
ii – Penurunan motilitas lambung
( efek progesterone).
6 - Heart burn
Karena refluk dari asam
lambung ke esofagus
Terapinya termasuk:
(a) Makan yang sedikit namun
sering untuk mencegah distensi
yang berlebihan pada perut,
Sebaiknya makan malam paling
tidak 3 jam sebelum tidur
(b) Menghindari makanan asam,
coklat, dan merokok, karena bisa
merilekskan spinkter esofagus
bawah
(c) Saat tidur hendaknya digunakan
bantal tambahan sehingga kepala
naik sekitar 15-20 cm.
(d) Pemberian antasid
yang mengandung
aluminium hydroxide
7 - konstipasi
karena:
i – Penurunan motilitas usus besar
( efek progesterone).
ii – peningkatan reabsorbsi air dari
usus besar ( efek aldosterone).
7 - Constipation
iii – tekanan pada colon bagian
pelvis oleh uterus yang
membesar.
iv – Hidup yang tanpa aktifitas
selama kehamilan.
Diterapi dengan
(a) Evakuasi dari usus
pada waktu yang sama
setiap hari (bowel
training)
(b) Makan makanan yang kaya
serat dalam bentuk sayuran atau
buah-buahan
(c) susu dan menghindari
dehidrasi dengan meningkatkan
masuknya cairan ke tubuh
(d) Mengurangi kopi dan teh karena bersifat diuretik dan
menyebabkan dehidrasi.
(e) Peningkatan aktivitas fisik dan mengurangi kegiatan
yang tidak banyak bergerak.
(f) Penggunaan laxative mungkin diberikan.
Cairan paraffin sebaiknya dihindari karena
menyebabkan pencegahan absorpsi terhadap
vitamin yang dapat larut di lemak.
Pada sebagian
wanita, suplemen zat
besi dapat menjadi
penyebab.
Adaptasi Hepatobilier

• Meskipun sedikit perubahan yang terdapat pada aliran darah ke hati


pada masa kehamilan, kemampuan sintesis dan aktivitas hati
meningkat beberapa kali lipat. Sebagai contohnya pada aka nada
peningkatan terhadap produksi serum albumin, prealbumin, dan
total protein, sintesis hati terhadap fibrinogen, transferrin,
ceruloplasmin dan ikatan protein terhadap sex steroid, corticosteroid
dan hormone tiroid. Estimasi albumin dapat meningkat 15% sampai
123g pada 28 minggu masa kehamilan dibandingkan dengan
ditemukannya 107 g pada masa saat tidak hamil. Fosfat alkalin juga
akan meningkat setelah 24 minggu usia kehamilan yang berikutnya
akan ikut berkaitan dengan isoenzyme yang dihasilkan oleh
• Kolesterol dan trygliserin juga berubah selama kehamilan. Dalam 12
minggu masa kehamilan, ditemukan adanya densitas yang tinggi
terhadap kolesterol lipoprotein mencapai 20 % jika dibandingkan
dengan keadaan sebelum hamil dan akan terus meningkat selama
masa kehamilan berlangsung. Demikian pula pada densitas
lipoprotein yang rendah akan mulai meningkat pada usia 18 minggu
lalu akan berlanjut selama masa kehamilan. Trigliserid akan
meningkat mencapai hampir 250% jika dibandingkan dengan
kondisi sebelum hamil.
• Kuantitas yang adekuat terhadap vitamin dan mineral sangat perlu
TERIMA KASIH
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai