Anda di halaman 1dari 3

Perubahan Pada Sistem Gastrointestinal

Sistem gastrointestinal terpengaruh dalam beberapa hal karena kehamilan.


Tingginya kadar progesteron menggangu keseimbangan cairan tubuh,
meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos.
Sekresi saliva menjadi lebih asam dan lebih banyak, dan asam lambung
menurun. Pembesaran uterus lebih menekan diafragma, lambung dan intestin.
Pada bulan-b ulan awal masa kehamilan, sepertiga dari wanita hamil mengalami
mual dan muntah, pada kehamilan selanjutnya penurunan asam lambung,
melambatkan pengosongan lambung dan menyebabkan kembung.

Menurunnya gerakan peristaltik tidak saja menyebabkan mual teapi juga


konstipasi, karena lebih banyak peses terdapat dalam usus, lebih banyak air
diserap akan semakin keras jadinya. Konstipasi juga disebabkan oleh tekanan
uterus pada usus bagian bawah pada awal masa kehamilan dan kembali pada
akhir masa kehamilan. Pada bulan-bulan terakhir, nyeri ulu hati dan regurgitasi
(pencernaan asam) merupakan ketidak nyamanan yang disebabkan tekanan
keatas dari pembesaran uterus.

https://gexmirah27.wordpress.com/2013/03/02/adaptasi-fisiologis-pada-ibu-
hamil/

Rongga Mulut

Salivasi mungkin akan meningkat sehubungan dengan kesuaran menelan akibat


nausea. Gusi dapat menjadi hiperemis dan melunak, kadang berdarah apabila
hanya terkena cedera ringan, misalnya pada saat gosok gigi. Pembengkakan gusi
sangat vaskular disebut epulis kehamilan yang terkadang dapat timbul, tetapi
secara khas mengecil secara spontan setelah kelahiran. Keadaan tersebut
disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen yang meningkat atau kadang tejadi
pada pengguna kontrasepsi oral dan ibu yang mengalami defiisiensi vitamin C.
Tidak ada bukti yang menjelaskan bahwa kehamilan mendorong proses
pembusukan pada gigi.

Motilitas Saluran Gastrointestinal

Biasanya ada penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal yang


menimbulkan pemanjangan waktu pengosongan lambung dan transit usus. Hal
ini mungkin merupakan akibat jumlah progesteron yang besar selama proses
kehamilan dan menurunkan kadar motalin-suatu peptida hormonal yang
diketahui mempengaruhi otot-otot halus (Christofides dkk,1982)-atau keduanya.
Pada saat persalinan, khususnya setelah pemberian analgesik, waktu
pengosongan lambung secara khas sangat memanjang. Bahaya utama anastesi
umum adalah regurgitasi dan aspirasi, baik isi makanan maupun asam lambung.
Hormon estrogen membuat pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat
menyebabkan pengeluaran air liur yang berlebihan (hipersalivasi), daerah
lambung terasa panas, tejadi mual dan sakit/ pusing kepala terutama pagi hari
yang disebut morning sickness. Muntah yang terjadi pada ibu hamil
disebut emesis gravidarum. Apabila muntah berlebihan dan mengganggu
kehidupan sehari- hari disebut hiperemesis gravidarum.

Lambung dan Esofagus

Pirosis merupakan kejadian yang umum pada kehamilan, Paling mungkin


disebabkan oleh refluks sekret- sekret asam ke esofagus bagian bawah. Posisi
lambung yang berubah mungkin ikut menyumbang pada seringna terjadi
peristiwa ini. Tonus esofagus dan lambung berubah selama kahamilan dengan
tekanan intraesofagus yang lebih rendah dari tekanan lambung lebih tinggi.
Selain itu, pada saat yang bersamaan peristaltik esofagus mempunyai kecepatan
gelombang dan amplitudo yang rendah (Ulmsten dan Sundstrom, 1978),
perubahan- perubahan tersebut menyokong terjadinya refluks gastroesofageal
yang menimbulkan heart burn.

Usus Kecil, Besar dan Appendiks

Oleh karena kehamilan yang berkembang terus, lambung dan usus digeser oleh
uterus yang membesar ke arah atas dan lateral. Sebagai akibatnya, apendiks
sebagai contoh biasanya bergeser ke arah atas, lateral dan sering kali mencapai
pinggang kanan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tonus serta motilitas dari
lambung dan usus berkurang selama kehamilan.

Hormon progesteron menimbulkan pergerakan usus makin berkurang (relaksasi


otot- otot polos) sehingga makanan lebih lama berada di dalam lambung dan
apa yang telah dicerna lebih lama di dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk
reabsorpsi, tetapi dapat menimbulkan konstipasi di mana hal ini merupakan
salah satu keluhan dari ibu hamil. Konstipasi dapat juga terjadi karena kurangnya
aktivitas/ senam dan penurunan intake cairan.

Hati

Pertambahan ukuran hati pada beberapa binatang dapat terlihat dengan jelas,
tetapi sebaliknya pada kehamilan manusia, pembesaran hati tersebut tidak
dapat terlihat (Combes dan Adams, 1971). Selain itu, dengan evaluasi histologis
hati yang didapat dengan biopsi, termasuk pemeriksaan dengan mikroskop
elektron menyatakan tidak ada perbedaan yang jelas dari morfologi hati yang
terjadi sebagai respons terhadap kehamilan normal (Ingerslev dan Teilum, 1946).
Perubahan terjadi secara fungsional yaitu dengan menurunnya albumin plasma
dan globulin plasma dalam rasio tertentu. Kejadian ini merupakan kejadiaan
yang normal pada wanita hamil. Pada wanita yang tidak hamil kondisi tersebut
dapat menunjukkan adanya penyakit hati.

Kandung Empedu

Fungsi kandung empedu berubah selama kehamilan karena pengaruh hipotoni


dari otot- otot halus. Selama melakukan SC, potter (1936) cukup sering
menemukan empedu teregang namun hipotonik dan aspirat empedu cukup
kental. Secara umum diterima bahwa kehamilan menjadi predisposisi
pembentukan batu empedu.

Perubahan sistem pencernaan yang dirasakan ibu hamil adalah sebbagai berikut:

1. Trimester I

Pada bulan- bulan pertama kehamilan, terdapat perasaan enek (nausea). Hal ini
mungkin dikarenakan kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot- otot
traktus digestivus menurun sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga
berkurang. Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah
dicernakan lebih lama berada dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk reabsorbsi,
tetapi menumbulkan konstipasi yang memang merupakan salah satu keluhan
utama wanita hamil. Tidak jarang dijumpai adanya gejala muntah (emesis) pada
bulan- bulan pertama kehamilan. Biasanya terjadi pada pagi hari, dikenal
dengan morning sickness.Apabila emesis terjadi terlalu sering dan terlalu banyak
dikeluarkan (hiperemesis gravidarum), maka keadaan ini patologik. Hipersalivasi
sering terjadi sebagai kompensasi dari mual dan muntah yang terjadi. Pada
beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin berkaitan
dengan persepsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi
rasa mual dan muntah. Kondisi lainnya adalah pica (mengidam) yang sering
dikaitkan dengan anemia akibat defisiensi zat besi ataupun adanya suatu tradisi
(Hanifa Wiknjosastro, 2002:97).

2. Trimester II dan III

Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang


meningkat. Salain itu, perut kembung juga terjadi karaena adanya tekanan
uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ- organ dalam
perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke arah atas dan lateral. Wasir
(hemoroid) cukup sering terjadi pada kehamilan. Sebagian besar hal ini terjadi
akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena- vena di bawah uterus termasuk
vena hemoroidal. Panas perut terjadi karena terjadinya aliran balik asam gastrik
ke dalam esofagus bagian bawah.

(Di Susun Oleh : Nur Hidayah (01415008) )

Anda mungkin juga menyukai