Disusun oleh:
Kelompok 6
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ibu Euis
Nurhayati, S.ST., M.Kes yang telah membimbing dan memberikan kesempatan
kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa
juga penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, untuk itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing
maupun teman-teman atau pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa
meridhoinya dan akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Proses Adaptasi Psikologi Ibu dalam Masa Nifas............................................3
B. Post Partum Blues.............................................................................................5
C. Kesedihan dan Duka Cita.................................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................12
B. Saran.................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Biasanya berlangsung selama lebih kurang 6-8
minggu. Secara psikologi, pascapersalinan ibu akan merasakan gejala-gejala
psikiatrik. Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak mengalami hal ini.
Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu
mengetahui tentang hal tentang hal yang lebih lanjut.
Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Ibu biasanya akan
mengalami atau merasakan hal-hal yang baru setelah melahirkan. Beberapa
ibu setelah melahirkan akan mengalami masa–masa sulit, ibu akan
terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Ibu akan mulai beradaptasi
dengan hal yang baru seperti adanya bayi.
Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian
psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu
memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau
penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah
melahirkan, banyak wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik,
terutama gejala depresi diri ringan sampai berat serta gejala-gejala neonatus
traumatic, antara lain rasa takut yang berlebihan dalam masa hamil struktur
perorangan yang tidak normal sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal,
riwayat perkawinan abnormal, riwayat obstetrik (kandungan) abnormal,
riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat, dan riwayat penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan
pengobatan. Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli
penyakit jiwa. Sering pula kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang setelah
1
persalinan berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan yaitu adaptasi
psikososial pada masa pasca persalinan. Bagi keluarga muda, pasca
persalinan adalah “awal keluarga baru” sehingga keluarga perlu beradaptasi
dengan peran barunya. Tanggung jawab keluarga bertambah dengan
hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga
lainya merupakan dukungan positif bagi ibu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses adaptasi psikologi ibu dalam masa nifas?
2. Bagaimana post partum blues?
3. Bagaimana cara mencegah kesedihan dan duka cita?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses adaptasi psikologi ibu dalam masa nifas.
2. Untuk mengetahui gangguan psikologi pada masa nifas yaitu post
partum blues.
3. Untuk mengetahui cara mencegah dan menangani kesedihan dan duka
cita.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres pasca persalinan, terutama
pada ibu primipara.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas
adalah sebagai berikut :
1. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi
orang tua.
2. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
3. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
4. Harapan, keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan juga melahirkan.
Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap
berikut ini.
1. Taking in period
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung 1-
2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang
lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman
melahirkan dan persalinan yang dialami. Ibu akan berulang kali menceritakan
proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ketidaknyamanan
fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan,
kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.
2. Taking hold period
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu lebih
berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab
sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat
sensitif seperti mudah tersinggung dan gampang marah, sehingga
membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan
yang dialami ibu. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu.
Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri
ibu.
3. Letting go period
4
Periode yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu mulai secara penuh
menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa
kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.
Hal-hal yang harus dapat dipenuhi selama masa nifas adalah sebagai
berikut.
1. Fisik
Istirahat, memakan makanan bergizi, sering menghirup udara yang
segar, dan lingkungan yang bersih.
2. Psikologi
Stres setelah persalinan dapat segera distabilkan dengan dukungan dari
keluarga yang menunjukkan rasa simpati, mengakui, dan menghargai ibu.
3. Sosial
Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya,
menanggapi dan memerhatikan kebahagiaan ibu, serta menghibur bila ibu
terlihat sedih.
4. Psikososial
5
1. Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen progesterone, prolaktin,
serta estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara tajam setelah
melahirkan dan ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim non-
adrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian
depresi.
2. Ketidaknyaman fisik yang dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi
pada wanita pasca melahirkan misalnya, rasa sakit akibat luka jahit atau
bengkak pada payudara.
3. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi,
seperti perubahan fisik dan emosional yang kompleks.
4. Faktor umur dan paritas (jumlah anak).
5. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinannya.
6. Latar belakang psikososial wanita tersebut misalnya, tingkat pendidikan,
kehamilan yang tidak diinginkan, status perkawinan, atau riwayat gangguan
jiwa pada wanita tersebut.
7. Dukungan yang diberikan dari lingkungan, misalnya dari suami, orang tua
dan keluarga.
8. Stres dalam keluarga misalnya, faktor ekonomi memburuk, persoalan dengan
suami, problem dengan mertua atau orang tua.
9. Stres yang dialami oleh wanita itu sendiri misalnya, karena belum bisa
menyusui bayinya atau ASI tidak keluar, frustasi karena bayi tidak mau tidur,
rasa bosan terhadap rutinitas barunya.
10. Kelelahan pasca melahirkan.
11. Ketidaksiapan terhadap perubahan peran yang dialami ibu dan adanya rasa
cemas terhadap kemampuan merawat bayi
12. Rasa memiliki bayinya yang terlalu dalam, sehingga timbul rasa takut yang
berlebihan akan kehilangan bayinya.
13. Problem anak setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu dari
anak sebelumnya, sehingga hal tersebut cukup mengganggu emosional ibu.
6
Gejala – gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap
seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah
melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya, yaitu :
Gejala – gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan
menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika
masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut
postpartum depression.
7
Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini
membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang
harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan
pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka
membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira
mendapat pertolongan yang praktis.
Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk
mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin
menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang
keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan
pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang
berpengalaman dalam bidang tersebut.
Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan
menarik nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan,
ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal
mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan mengkomunikasikannya, bersikap
fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Dalam penanganan para ibu
yang mengalami post-partum blues dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik.
Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman
secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada
saat-saat tertentu.
8
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di
tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-
sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman
dekatnya.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues
ada dua cara yaitu :
Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik .Tujuan dari komunikasi
terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam
rangka kesembuhannya dengan cara : Mendorong pasien mampu meredakan
segala ketegangan emosi , Dapat memahami dirinya Dapat mendukung tindakan
konstruktif. Dengan cara peningkatan support mental
9
Dalam hal ini berduka dibagi menjadi 3 tahap, antara lain :
1. Tahap Syok
Tahap ini merupakan tahap awal dari kehilangan. Manifestasi perilaku
meliputi penyangkalan, ketidakpercayaan, marah, jengkel, ketakutan,
kecemasan, rasa bersalah, kekosongan, kesendirian, kesedihan, isolasi, mati
rasa, menangis, introversi (memikirkan dirinya sendiri), tidak rasional,
bermusuhan, kebencian, kegetiran, kewaspadaan akut, kurang inisiatif,
bermusuhan, mengasingkan diri, berkhianat, frustasi, dan kurang konsentrasi.
Manifestasi fisik meliputi gelombang distress somatic yang berlangsung
selama 20-60 menit, menghela nafas panjang, penurunan berat badan,
anoreksia, tidur tidak tenang, keletihan, penampilan kurus dan tampak lesu,
rasa penuh ditenggorokan, tersedak, napas pendek, mengeluh tersiksa karena
nyeri didada, gemetaran internal, kelemahan umum, dan kelemahan pada
tungkai.
2. Tahap Penderitaan (fase realitas)
Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya penyesuaian terhadap
realitas yang harus ia lakukan terjadi selama periode ini. Contohnya, orang
yang berduka akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya tanpa kehadiran
orang yang disayanginya. Dalam tahap ini, ia akan selalu terkenang dengan
orang yang dicintai sehingga kadang akan muncul perasaan marah, rasa
bersalah,dan takut. Nyeri karena kehilangan akan dirasakan secara
menyeluruh, dalam realitas yang memanjang dan dalam ingatan setiap hari.
Menangis adalah salah satu pelepasan emosi yang umum. Selama masa ini,
kehidupan orang yang berduka akan terus berlanjut. Saat individu terus
melanjutkan tugasnya untuk berduka, dominasi kehilangannya secara
bertahap berubah menjadi kecemasan terhadap masa depan.
3. Tahap resolusi (fase menentukan hubungan yang bermakna)
Selama periode ini, orang yang berduka menerima kehilangan,
penyesuaian telah komplit, dan individu kembali pada fungsinya secara
10
penuh. Kemajuan ini berhasil karena adanya penanaman
kembaliemosiseseorang pada hubungan lain yang lebih bermakna.
Penanaman kembali emosi tidak berarti bahwa posisi orang yang hilang
telang tergantikan, tetapi berarti bahwa individu lebih mampu dalam
menanamkan dan membentuk hubungan lain yang lebih bermakna dengan
resolusi, serta perilaku orang tersebut telah kembali menjadi pilihan yang
bebas, mengingatkan selama menderita perilaku ditentukan oleh nilai-nilai
sosial atau kegelisahan internal.
Bidan dapat membantu orang tua untuk melalui proses berduka, sekaligus
memfasilitasi pelekatan mereka dan anak yang tidak sempurna dengan
menyediakan lingkungan yang aman, nyaman, mendengarkan, sabar,
memfasilitasi ventilasi perasaan negatif mereka dan permusuhan, serta penolakan
mereka terhadap bayinya. Saudara kandung dirumah juga harus diberitahu
mengenai kehilangan sehingga mereka mendapatkan penjelasan yang jujur
terhadap perilaku dari orang tua. Jika tidak, mereka mungkin akan
membayangkan bahwa mereka lah penyebab masalah yang mengerikan dan tidak
diketahui tersebut. Saudara kandung perlu diyakinkan kembali bahwa apapun
yang terjadi bukan kesalahan mereka dan bahwa mereka tetap penting, dicintai,
dan dirawat.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Perubahan
psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas
menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga
terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pegarahan pada keluarga
tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu
nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis.
Dalam teori Reva Rubin membagi peiode ini menjadi 3 bagian, yaitu
periode taking in, periode talking hold dan teori letting go. Adapun Faktor-faktor
yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada
saat post partum antara lain, respon dan dukungan keluarga dan teman, hubungan
dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi, dan membesarkan
anak yang lalu, serta pengaruh budaya.
Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan
hadirnya bayi yang baru lahir, sehingga dalam proses adaptasi masa nifas, ibu
dapat mengalami gangguan psikologi post partum diantaranya, post partum blues,
post partum depression, dan psikosis post partum. Saat hal tersebut terjadi maka,
dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya maupun petugas kesehatan
merupakan dukungan positif bagi ibu.
B. Saran
Bagi calon ibu diharapkan lebih mempersiapkan diri sebelum melahirkan
agar persiapan diri baik mental, fisik dan ekonomi lebih matang supaya ibu dapat
melakukan proses adaptasi tanpa gangguan-gangguan yang mungkin terjadi. Pada
masa nifas, ibu juga harus sangat diperhatikan, baik keluarga maupun bidan.
Peran bidan sangatlah dibutuhkan ibu sebagai pembimbing dan pemberi nasehat
demi kesehatan ibu dan anaknya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.
Ambarawati, Eny Ratna dan Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sunarsih, Tri dan Vivian Nanny Lia Dewi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
13