Anda di halaman 1dari 31

“EVIDENCE BASED

DALAM ASUHAN
PERSALINAN DAN
KAJIAN JURNAL
Adinda Putri Alivia P3.73.24.1.17.031
Kiky Icho Augusti P3.73.24.1.17.043
Sri Annisa Rahmi P3.73.24.1.17.056
Uswatun Hasanah P3.73.24.1.17.058
DEFINISI

Dengan pelaksanaan
Evidence Based Evidence Based praktik asuhan
Proses pengambilan Midwifery kebidanan yang
keputusan klinis dengan Pemberian informasi berdasarkan evidence
mengintegrasikan bukti kebidanan yang based, bidan dapat
penelitian yang terbaik berdasarakan bukti dari membantu untuk
dengan skill medis dan penelitian yang mengurangi angka
penilaian status klien dipertanggungjawabkan kematian ibu hamil dan
selama persalinan
Suami
Pendampingan
Persalinan
Keluarga
KALA I
PERSALINAN
Massage
Pengurangan
Nyeri Punggung
Kompres Air
Hangat
KALA I PERSALINAN

▹ Persalinan: suatu proses fisiologis untuk


mengeluarkan hasil konsepsi dari intrauterine
menuju eksrauterine melalui vagina baik dengan
bantuan atau tanpa bantuan
▹ Ibu sangat membutuhkan tenaga, emosi, dan
fisik
▹ Mayoritas ibu bersalin mengalami perubahan
psikologis, seperti kesulitan tidur, ketakutan,
stress, marah, dan kecewa
KALA I PERSALINAN

Peningkatan
Rasa cemas,
kadar Peningkatan
stress, takut,
kotekolamin & kontraksi uterus
marah, kecewa
sekresi adrenalin

Janin mengalami
Vasokontriksi
Kematian janin hipoksia &
Pembuluh darah
bradikardia
Pendampingan
Persalinan

▹ Ibu membutuhkan pendamping persalinan


▹ Menjadi faktor pendukung dalam keberhasilan persalinan 
setiap wanita memaknai proses kelahiran janin dengan persepsi
yang berbeda dari wanita lainnya
▹ Dengan mengalihkan perhatian dan rasa nyeri, kecemasan,
kegelisahan
▹ Dukungan keluarga: membantu mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi klien dalam proses persalinan
▹ Tujuan: Membuat dan mengambil keputusan untuk merawat ibu
dan menyedakan sarana pelayanan kesehatan yang baik pada
waktu yang tepat
Terdapat hubungan yang signifikan antara pendampingan
suami dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam
menghadapi proses persalinan kala I
Pengurangan Nyeri Punggung

Pertumbuhan
uterus

Riwayat nyeri
Aktivitas punggung
sebelumnya

Dirasakan
ibu dalam
Sebab kala I
persalinan
Pengaruh
hormon
Paritas relaksin
terhadap
ligament

Penambahan
berat badan
Teknik Pengurangan
Nyeri

Massage
▹ Salah satu metode non farmakologis
▹ Sentuhan yang dilakukan pada bagian tubuh
untuk mengurangi ketegangan otot dan
memperlancar peredaran darah
▹ Ibu bersalin dapat mempersepsikan pijatan
sebagai stimulus untuk rileks sehingga
menimbulkan respon relaksasi
▹ Bekerja dengan baik dalam memblokir impuls
nyeri ke otak dan merangsang pelepasan
endorphin lokal
Massage
Teknik Effleurage Teknik Counterpressure

▹ Menggunakan pukulan ringan ▹ Dilakukan pada daerah


pada daerah abdomen, punggung dan sacrum
pinggang, atau paha dengan
membentuk pola melingkar
▹ Dengan menggunakan
kepalan tangan pada
▹ Kekuatan penekanan pada daerah yang dirasakan
setiap ibu berbeda-beda paling nyeri
▹ Pemijatan harus dilakukan
▹ Tujuan: membantu
secara ritmis  ibu dapat
mengurangi nyeri pinggang
bernapas secara perlahan
dan teratur pada proses persalinan
akibat dari kontraksi uterus
Perubahan nyeri ibu
bersalin setelah
diberikan terapi
massase effleurage:
Ibu tidak merasakan
perubahan yang
signifikan. Hal ini
didapatkan
ketidaksesuaian
antara teori yang
dikemukakan
dengan praktik yang
terjadi di masyarakat
Perubahan nyeri ibu
bersalin setelah
diberikan terapi
massase counter
pressure: Terdapat
perbedaan tingkat
nyeri sebelum dan
sesudah dilakukan
teknik counter
pressure. Pemberian
massage
counterpressure
efektif untuk
meredakan nyeri
Terapi Kompres Air
Hangat

▹ Metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan


cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin
pada bagian tubuh yang membutuhkan
▹ Bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri atau non-
nosiseptor dalam bidang respetor yang sama pada bagaian
nyeri
▹ Memberikan sinyal ke hipotalamus melalui spinal cord
▹ Jika reseptor yang peka terhadap panas dirangsang pada
hipotalamus, sistem efektor mengeluarkan sinyal untuk
berkeringat dan vasodilatasi perifer
Kompres air hangat efektif untuk membantu menurunkan nyeri persalinan kala I fase
aktif dengan merangsang neuron yang memblok transmisi lanjut rangsangan nyeri,
menyebabkan vasodilatasi, dan peningkatan aliran darah ke arah yang dilakukan
pengompresan
KALA II
▹ Adanya perubahan prilaku dan sikap fisik
pada perempuan dalam menjalani proses
persalinan kala II menjadi petunjuk secara
visual dan auditori untuk bidan dalam
memberikan asuhan yang tepat sesuai
dengan kondisi tersebut. Pada saat ini,
hormon stres yang berhubungan dengan
persalinan berada dipuncaknya, hal ini
dikarenakan perempuan mengalami adanya
pembukaan serviks lengkap (10 cm) dan
berakhir keluarnya janin. (Medforth, 2011)
▹ (Depkes RI, 2008)
Pada tahap ini dibutuhkannya asuhan sayang ibu,
dimana asuhan sayang ibu dilakukan selama proses
persalinan berlangsung yang dimulai sejak kala I
hingga kala IV. Prinsip dalam pemberian asuhan
sayang ibu dalam proses persalinan meliputi
pemberian dukungan emosional, pengaturan posisi
yang nyaman, dan pemberian cairan dan nutrisi,
keleluasaan untuk miksi dan defekasi, serta
pencegahan infeksi.
Tabel Distribusi Frekuensi Asuhan Sayang Ibu Bersalin Pada
Ibu Bersalin di Puskesmas Mampu Poned Cikancung Tahun
2016 (Sumber: Mulyati 2016)
Pada ibu bersalin yang memperoleh dukungan
emosional selama persalinan akan mengalami
waktu persalinan yang lebih pendek, intervensi
medis yang lebih sedikit seperti mengurangi
terjadinya persalinan dengan vakum, cunam, dan
seksio sesar, dan persalinan berlangsung lebih
cepat. Hal ini dikarenakan adanya dukungan
emosional yang diberikan secara terus menerus
sehingga mendapatkan hasil yang lebih positif.
(JNPK-KR, 2008)
▹ Selama proses persalinan dari kala I samapai IV berlangsung
perlu adanya pemberian cairan dan nutrisi pada ibu, hal ini
dikarenakan pemenuhan cairan dan nutrisi yang cukup selama
persalinan dapat memberikan lebih banyak energi dan mencegah
dehidrasi. Dan jika dehidrasi terjadi tentu akan memperlambat
kontraksi atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur
(Persada, 2010).

▹ Berdasarkan dari penelitian bahwa frekuensi BAK meningkat


karena kandung kemih tertekan oleh pembesaran uterus, di saat
kepala bayi sudah turun ke dasar panggul maka ibu akan sulit
untuk BAK dikarenakan tertekan oleh kepala, jika kandung kemih
penuh kepala bayi akan sulit untuk turun dikarenakan saling
menekan dengan kandung kemih yang penuh, maka dari itu
pengosongan kandung kemih pada saat bersalin harus segera di
lakukan. (Najichti, 2014)
▹ Berdasarkan data tersebut seluruh ibu
bersalin dipimpin meneran yaitu 54
responden (100.0%). Bidan harus mampu
memimpin ibu untuk meneran bila adanya
dorongan kuat dari ibu. Pada posisi meneran
ibu harus mengadakan pernafasan yang
adekuat, dimana pada posisi ini ibu harus
beristirahat sejenak dalam waktu relaksasi
kontraksi. Hal ini guna untuk mengantisipsi
agar ibu tidak kelelahan dan menghindari
resiko asfiksia karena suplay oksigen ke
plasenta yang berkurang. (Najichti, 2014)
menurut Wuryani
(2019),
Menurut Risvianti (2014), Asuhan sayang ibu
menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan
persalinan merupakan proses alamiah, maka
intervensi dan pengobatan yang tidak perlu untuk
proses alamiah ini harus dihindari. Asuhan sayang ibu
berpusat pada pasien dan bukan pada petugas
kesehatan. Adanya asuhan sayang ibu sangat
bermanfaat bagi ibu untuk menghindari terjadinya
partus lama, partus tidak maju dan partus macet. Jika
dalam proses persalinan bidan tidak memperhatikan
hal itu, maka dapat mempengaruhi kenyamanan ibu
dalam menghadapi persalinan sehingga ibu kurang
nyaman dan merasa gelisah.
Pengaturan Posisi
Persalinan Pada
Persalinan Kala II

▹ Posisi persalinan sangat mempengaruhi


adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Penolong persalinan dapat
membantu ibu agar tetap tenang dan
rileks, maka penolong persalinan tidak
boleh mengatur posisi meneran.
Penolong persalinan harus
memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri
posisi meneran dan menjelaskan
alternatif-alternatif posisi meneran bila
posisi yang dipilih ibu tidak efektif.
(Sumarah et al 2009).
▹ Berdasarkan hasil penilitian oleh Lestari et al (2012),
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna
keadaan perineum pada posisi dorsal recumbent dan
posisi litotomi pada persalinan kala II.
▹ Namun demikian ada kecenderungan bahwa posisi dorsal
recumbent pada persalinan kala II memiliki derajad
rupture perienum yang lebih ringan dibandingkan dengan
posisi litotomi. Secara teori bahwa posisi dorsal
recumbent pada persalinan kala II dapat menurunkan
trauma perineum atau vagina. Laserasi spontan pada
perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan
dan kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan
terlalu cepat dan tidak terkendali (JNPK-KR 2007).
▹ Sedangkan menurut Souza et al (2006),
Posisi mengeran dengan bergerak dan
posisi tegak kala II dapat menurunkan
nyeri persalinan, dan kesulitan
mengedan sehingga dapat
memperpendek durasi persalinan kala
II dan efisiensi kontraksi
▹ Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Meyvis et.al (2012) yang menyatakan bahwa melahirkan dengan
posisi lateral dapat mengurangi terjadinya trauma pada
perineum, bahkan setelah melihat dari paritas ibu dan penolong
persalinan.

▹ Menurut Schimer et.al (2011), posisi miring/lateral dapat


membantu mengurangi tekanan pada pembuluh darah balik
ibu, sehingga peredaran darah balik ibu lancar. Keadaan
tersebut dapat menyebabkan otot perineum dan vagina
menjadi lebih rileks, terjadinya proses pembukaan secara
perlahan-lahan sehingga meminimalisir terjadinya resiko
laserasi pada perineum.
Indikasi posisi jongkok yaitu terjadinya effacement (penipisan leher rahim) sudah
sangat tipis, lunak dan meregang. Pada posis jongkok dapat memperluas rongga panggul
sebesar 28% lebih besar pada pintu bawah panggul, serta menggunakan gaya grafitasi
bumi untuk membantu penurunan kepala (bagian terendah) bayi.

indikasi posisi miring kiri disebabkan effacement (penipisan leher rahim) masih
tebal. Jika ibu mengalami desakan untuk mengejan yang terlalu dini, ibu diposisikan
miring kiri, tarik nafas dalam-dalam (dihirup lewat hidung dan dihembuskan lewat
mulut) dengan ringan sampai dorongan ingin mengejan mereda.
Tindakan Episiotomi
pada Persalinan Kala II

▹ Episiotomi adalah pengguntingan kulit dan otot


antara vagina dan anus. Tujuan dilakukan tindakan
ini untuk melebarkan jalan lahir. Namun belakangan
diketahui bahwa prosedur ini seharusnya
diaplikasikan secara selektif untuk indikasi yang
sesuai (Susiloningtyas 2012)
▹ Hasil Indiana Perinatal Educators Conference (2010)
menjelaskan bahwa adanya nyeri pasca episiotomi
yang menyebabkan kemampuan mobilitas ibu lebih
sedikit, dan memicu timbulnya stress post partum
sehingga proses pencapaian peran menjadi ibu
terhambat dan banyak ibu-ibu dengan episiotomi
mengalami keterlambatan dalam menyusui bahkan
tidak menyusui sama sekali (Sulisoningtyas 2012)
▹ Beberapa penelitian tentang episiotomi yang telah dilakukan selama bertahun-tahun di
berbagai belahan dunia, mendapatkan satu kesimpulan bahwa berdasarkan indikasi
langkah episiotomi boleh dilakukan. Namun, sebelum sampai pada keputusan itu, ada
beberapa kemungkinan komplikasi yang merupakan penyulit tindakan episiotomi dan
menyertai kemudian, antara lain:
▹ Perdarahan, episiotomi yang dilakukan terlalu dini, yaitu pada saat kepala janin belum
menekan perineum, akan mengakibatkan perdarahan yang banyak pada ibu.
▹ Infeksi, penelitian menemukan bahwa angka infeksi akan lebih tinggi terjadi pada luka
perineum karena episiotomi dibanding luka akibat robekan spontan perineum
▹ Hematoma, reparasi luka yang tidak akurat dan sering kali menyisakan pembuluh darah
yang tidak terjahit dapat menyisakan gumpalan darah di bawah kulit atau disebut
hematoma
▹ Nyeri saat berhubungan, penyembuhan luka yang tidak baik dapat menimbulkan rasa
nyeri berkepanjangan, bahkan hingga masa nifas berakhir dan ibu mulai berhubungan
intim lagi.

Anda mungkin juga menyukai