Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK

MUTU LAYANAN KEBIDANAN DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

Tentang

“Manejemen Konflik dan Proplem Solving”

OLEH: KELOMPOK V

NAMA-NAMA KELOMPOK
1. MARWIA SAMAL 2. MORREN SIAHAYA
3. MEYLINSKY J. KWALOMINE 4. NARLA
5. MELINDA O. SUITELLA 6. NILAN SARI SAMALEHU

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKes

MALUKU HUSADA

KAIRATU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tidak
lupa penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, dan
para sahabatnya. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Mutu layanan Kebidanan dan
Kebijakan Kesehatan, Dalam penyusunan makalah ini, banyak sekali masalah yang penulis
hadapi, dalam mengerjakan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
memberikan hasil yang baik .
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing, Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan dan pembuatan makalah ini, masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis butuhkan untuk
dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang.
Demikian makalah ini penulis susun, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua serta
menjadi tambahan referensi bagi penyusunan makalah dengan tema yang senada di waktu
yang akan datang. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Kairatu, 24 Juni 2020

                                                                                                        Penulis
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 1
2.1 Pengertian Berpikir 1
2.2 Pengertian Berpikir Kritis 1
2.3 Teknik Berpikir 1
2.4 Tingkatan Berpikir Kritis 1
2.5 Model Berpikir Kritis 1
2.6 Standar untuk Berpikir Kritis 1
2.7 Aspek-Aspek Berpikir Kritis 1
2.8 Unsur-unsur Dasar Berpikir Kritis 1
2.9 Fungsi Berpikir Kritis dalam Kebidanan 1
BAB III PENUTUP 1
3.1 Kesimpulan 1
3.2 Saran 1
DAFTAR PUSTAKA 1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam  pendidikan sejak 1942. Penelitian
dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh
tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1). Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para
ahli.
Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman  pengajar tentang
berpikir kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau
melakukan penilaian ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir
kritis diartikan sebagai problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah
merupakan sebagian dari kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).
Review yang dilakukan dari 56 literatur tentang strategi pengajaran ketrampilan
berpikir pada berbagai bidang studi pada siswa sekolah dasar dan menengah
menyimpulkan bahwa beberapa strategi pengajaran seperti strategi pengajaran kelas
dengan diskusi yang menggunakan pendekatan pengulangan, pengayaan terhadap materi,
memberikan  pertanyaan yang  memerlukan jawaban pada tingkat berpikir yang lebih
tinggi, memberikan waktu siswa berpikir sebelum memberikan  jawaban dilaporkan
membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Dari sejumlah strategi
tersebut, yang paling baik adalah mengkombinasikan  berbagai  strategi. Faktor  yang
menentukan  keberhasilan program pengajaran ketrampilan berpikir adalah pelatihan
untuk para pengajar. Pelatihan  saja  tidak  akan  berpengaruh terhadap peningkatan
ketrampilan berpikir jika penerapannya tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan,
tidak disertai dukungan administrasi yang memadai, serta program yang dijalankan tidak
sesuai dengan populasi siswa (Cotton K., 1991).
1.2 Rumusan masalah
1. Apakah definisi dari Pengertian Berpikir?
2. Apakah definisi dari Pengertian Berpikir Kritis?
3. Bagaimana Teknik Berpikir?
4. Bagaimana Tingkatan Berpikir Kritis?
5. Bagaimana Model Berpikir Kritis?
6. Bagaimana Standar untuk Berpikir Kritis?
7. Bagaimana Aspek-Aspek Berpikir Kritis?
8. Bagaimana Unsur-unsur Dasar Berpikir Kritis?
9. Bagaimana Fungsi Berpikir Kritis dalam Kebidanan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Pengertian Berpikir
2. Mengetahui Pengertian Berpikir Kritis
3. Mengetahui Teknik Berpikir
4. Mengetahui Tingkatan Berpikir Kritis
5. Mengetahui Model Berpikir Kritis
6. Mengetahui Standar untuk Berpikir Kritis
7. Mengetahui Aspek-Aspek Berpikir Kritis
8. Memhami Unsur-unsur Dasar Berpikir Kritis
9. Memhami Fungsi Berpikir Kritis dalam Kebidanan

BAB II
PEMNAHASAN
2.1 Pengertian Berpikir
Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat
keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995 ). Berpikir merupakan
suatu proses yang aktif dan terkoordinasi ( Chaffe, 1994 ). Dalam kaitannya dengan
keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini
dan dilakukan ( Katako-Yahiro dan Saylor, 1994). Jadi yang merupakan pengertian
berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup
interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi.
2.2 Pengertian Berpikir Kritis
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau
keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
( Pery & Potter,2005).
Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara
rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah,
kepercayaan dan tindakan.
2.3 Teknik Berpikir
Berpikir memiliki berbagai macam teknik, antara lain; berpikir austik, berpikir
realistic, berpikir kreatif dan berpikir evaluative.
a. Berpikir Austik
Pada saat melamun seseorang menghayal dan sering berfantasi memikirkan sesuatu
yang terkadang tidak sesuai dengan keadaan. Setiap orang pernah terlibat dengan cara
ini, namun harus selalu terkendali. Oleh karena itu, berpikir austik sering diidentikkan
dengan melamun. Misalnya, seseorang yang berhayal ingin mempunyai pesawat
terbang.
b. Berpikir Realistic
Berpikir realistic dilakukan oleh seseorang saat menyesuaikan diri dengan situasi
yang nyata. Pada berpikir realistic, seseorang melihat situasi nyata yang ada,
kemudian langsung menarik suatu kesimpulan, selanjutnya direalisasikan pada
penaglaman nyata. Hal ini disebut berpikir realistic induktif. Misalnya, pada kondisi
bangun kesiangan saat masuk kuliah pagi, seseorang akan memikirkan alternative
untuk tidak bangun kesiangan. Selanjutnya, jika seseorang berpikir dengan melihat
pengalaman sebelumnya, kemudian menarik suatu kesimpulan dari situasi yang ada,
disebut berpikir realistis deduktif.
c. Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif
memerlukan stimulus atau rangsangan dari lingkungan yang dapat memicu seseorang
berkreativitas. Seseorang baru dikatakan berpikir kreatif jika ada perubahan atau
menciptakan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif dilakukan berdasarkan manfaat atau
tujuan yang pasti, menyelesaikan dengan baik suatu masalah, dan menghasilkan ide
yang baru atau menata kembali ide lama dalam bentuk baru.
d. Berpikir Evaluatif
Pada saat seseorang berpikir evaluative, berarti ia mempelajari dan menilai baik
buruknya suatu keadaan, tepat tidaknya suatu gagasan , serta perlu tidaknya
perubahan suatu gagasan. Misalnya, ketika seseorang merencanakan membeli jas
baru, keuntungan dan kerugiannya, serta apakahtepat jika membeli jika kondisi tidak
memungkinkan.
2.4 Tingkatan Berpikir Kritis
Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) mengidentifikasi tiga tingkatan berpikir kritis
dalam keperawatan yaitu tingkat dasar, kompleks dan komitmen. Pada tingkat dasar
seseorang mempunyai kewenangan untuk menjawab setiap masalah dengan benar.
Pemikiran ini harus berdasarkan pada kenyataan yang terjadi dengan berpegang pada
berbagai aturan atau prinsip yang berlaku. Ini adalah langkah awal dalam kemampuan
perkembangan member alasan (kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994). Ketika perawat
sebagai orang baru yang belum berpengalaman di pelayanan, berpikir kritisnya dalam
melakukan asuhan keperawatan sangat terbatas. Oleh karena itu, ia harus mau belajar
dari perawat lain dan menerima berbagai pendapat dari orang lain.
2.5 Model Berpikir Kritis
Kataoka -Yahiro dan Saylor telah mengembangkan suatu model tentang berpikir kritis
untuk penilaian keperawatan. Model ini mendefinisikan hasil dari perpikir kritis sebagai
penilaian kebidanan yang relevan atau sesuai dengan masalah-masalah kebidanan dalam
kondisi yang bervariasi. Model ini dirancang untuk peniaian kebidanan ditingkat
pelayanan, pengelolaan dan pendidikan. Ketika seorang perawat berada di pelayanan,
model ini mengemukakan lima komponen berpikir kritis yang mengarahkan bidan untuk
membuat rencana tindakan agar asuhan kebidanan aman dan efektif.
a. Dasar Pengetahuan Khusus
Komponen pertama berpikir kritis adalah dasar pengetahuan khusus perawat dalam
keperawatan. Dasar pengetahuan ini beragam sesuai dengan program pendidikan
dasar keperawatan dari jenjang mana perawat diluluskan, pendidikan berkelanjutan
tambahan, dan setiap gelar tingkat lanjut yang didapatkan perawat.
b. Pengalaman
Komponen kedua dari model berpikir kritis adalah pengalaman dalam kebidanan.
Kecuali bidan mempunyai kesempatan untuk berpraktik di dalam lingkungan klinik
dan membuat keputusan tentang perawat klien, berpikir kritis tidak akan pernah
terbentuk. Ketika bidan harus menghadapi klien, informasi tentang kesehatan dapat
diketahui dari mengamati, merasakan, berbicara dengan klien, dan merefleksikan
secara aktif pada pengalaman. Pengalaman bidan dalam peraktik klinik akan
mempercepat proses berpikir kritis karena ia akan berhubungan dengan kliennya,
melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan untuk
melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan.
1. Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara manusia baik
verbal maupun nonverbal.
2. Realita (benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang meliputi
benda-benda nyata, peristiwa nyata, binatang nyata, dan sebagainya.
3. Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar yang mewakli suatu
objek dan peristiwa
4. Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan dalam berbagai
macam media.
5. Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang membantu
mengontrol realitas mengingat bahwa suara senantiasa berlangsung atau jalan
terus.
c. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk
membuat penilaian keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi yaitu berpikir kritis
umum yang meliputi pengetahuan tentang metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan
pembuatan keputusan., berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis yang meliputi
alasan mengangkat diagnose dan membuat keputusan untuk perencanaan tindakan
selanjutnya, dan berpikir kritis spesifik dalam keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan (pengkajian sampai evaluasi).
d. Sikap untuk Berpikir Kritis
Paul (1993) telah meringkaskan sikap-sikap yang merupakan aspek sentral dari
pemikir kritis. Sikap ini adalah nili yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh
pemikir kritis. Individu harus menunjukkan keterampilan kognitif untuk berpikir
secara kritis, tetapi juga penting untuk memastikan bahwa keterampilan ini
digunakan secara adil dan bertanggung jawab. Berikut ini contoh sikap berpikir
kritis.
2.6 Standar untuk Berpikir Kritis
Paul (1993) menemukan bahwa standar intelektual menjadi universal untuk berpikir
kritis. Standar professional untuk berpikir kritis mengacu pada kriteria etik untuk
penilaian keperawatan dan kriteria unuk tanggung jawab dan tanggung gugat
professional. Penerapan standar ini mengharuskan perawat menggunakan berpikir kritis
untuk kebaikan individu atau kelompok. (Kataoka-Yhiro & Saylor, 1994 ).
2.7 Aspek-Aspek Berpikir Kritis
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa
perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Berpikir kritis seseorang dapat
dilihat dari beberapa aspek :
a. Relevance
Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.
b. Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
c. Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun
dalam sikap menerima adanya ide-ide baru orang lain.
d. Outside Material
Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari
perkuliahan (refrence).
e. Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.
f. Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data baru dari
informasi yang berhasil dikumpulkan.

g. Justification
Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan
yang diambilnya. Termasuk di dalalmnya senantiasa member penjelasan mengenai
keuntungan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi
e. Critical assessment
Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi/ masukan yang dating dari dalam
dirinya maupun dari orang lain.
f. Practical utility
Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan/
kegunaanya dalam penerapan
g. Width of understanding
Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat muluaskan isi atau materi diskusi.
2.8 Unsur-unsur Dasar Berpikir Kritis
Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang
disingkat menjadi FRISCO :
a. F (Focus): Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus
bisa memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu
mengenai apa.
b. R (Reason): Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-
putusan yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.
c. I (Inference): Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian
penting dari langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari
pemecahan, pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.
d. S (Situation): Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan
membantu memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah
kunci, bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.
e. C (Clarity): Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.
f. O (Overview): Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang
diambil.
2.9 Fungsi Berpikir Kritis dalam Kebidanan
Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam kebidanan adalah
sebagai berikut :
a. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas kebidanan sehari-hari.
b. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam kebidanan.
c. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah kebidanan.
d. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan,
serta tingkat hubungan.
e. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
f. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam kebidanan.
g. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam kebidanan.
h. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data kebidanan.
i. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas kebidanan.
j. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang
dilakukan.
k. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam kebidanan.
l. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.
m. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan kebidanan.

Tabel Contoh-Contoh Keterampilan Berpikir Kritis

Tingkatan/Jenis Keterampilan Berpikir


Contoh Keterampilan Berpikir Kritis
Kritis
1. Mengidentifikasi isu sentral atau
masalah. 
2. Mengkomparasi persamaan-persamaan
dan perbedaan-perbedaan. 
Mendefinisikan dan Mengklarifikasi
3. Menentukan manakah informasi yang
Masalah
relevan. 
4. Memformulasi pertanyaan-pertanyaan
dengan tepat.

1. Membedakan antara fakta, opini, dan


keputusan logis. 
2. Mengecek konsistensi. 
3. Mengenali stereotip dan klise. 
Menentukan Informasi-Informasi yang 4. Mengenali bias, faktor-faktor
Relevan dengan Masalah emosional, propaganda, dan istilah
semantik. 
5. Mengenali nilai sistem dan ideologi
yang berbeda.

1. Mengenali ketepatan data. 


Menyelesaikan Masalah / Menggambarkan 2. Memprediksi kemungkinan-
Konklusi kemungkinan konsekuensi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berpikir kritis adalah salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan
dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Kemapuan berpikir kritis merupakan
kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan dan efektif dalam semua
aspek kehidupan lainnya.
Berpikir secara kritis menantang individu untuk menelaah asumsi tentang informasi
terbaru dan untuk menginterprestasikan serta mengevaluasi uraian dangan tujuan
mencapai simpulan suatu perspektif baru.
3.2 Saran
Sebaiknya kita sebagai seorang individu atau seorang Bidan bisa berpikir secara
kritis, sehingga dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Serta dapat
menyelesaikan masalah dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Sutanto,1999,Dasar Dasar Organisasi,Surabaya Heru Sutojo. Prinsip-Prinsip
Manajemen.Jakarta:Salemba Empat.1997

M.Fais Satrianegara Dan Sitti Saleha.2009.Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan
Kesehatan Sera Kebidanan.Jakarta.Salemba Medika

Ennis, Robert. 1991. “Critical Thinking: A Streamlined Conception.” Teaching Philosophy

Anda mungkin juga menyukai