Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. E DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAPASAN
ASMA BRONCHIAL DI RS
BHAYANGKARA AMBON
D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

NAMA : WIWIN WALIULU


NIM : 712001TO9033 PK

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM XVI/


PATTIMURA
AMBON
2010
LEMBARAN PENGESAHAN
Laporan Praktek KLinik Asuhan Keperawatan ini telah disetujui dan di ketahui

oleh Pembimbing Klinik Lapangan dan Pembimbing Institusi serta disahkan oleh

Ka Ur Mindik.

Ambon, Mei 2010

Diketahui Oleh :

Pembimbing Lapangan Pembimbing Institusi

F. Kastela, S.Kep Vera .Y. Pattikawa, Skep. Ns

Disahkan oleh
Ka Ur Mindik

Dj. Kelrey, S.SiT


N I P. 140057142

LAPORAN PENDAHULUAN
I. Landasan Teori Medis

A. Pengertian

Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial
adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas
dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan ( The American Thoracic Society ).

B. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,


yaitu :

1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh
karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di
atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik)


Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan
asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan
dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa
pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.

C. Etiologi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial.

a. Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan

Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.

Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala
ini membaik pada waktu libur atau cuti.

Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat


Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

D. Patofisiologi

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan
sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-
benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk
sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi
alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat
pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus
dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat
anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik
eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan
adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam
lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang
selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama
eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat
sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya
dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.
Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi
sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi
dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

E. Manifestasi Klinik

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi
pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala
klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada
sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu
dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin
banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi
dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.

F. Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal eosinopil. Spiral
curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus. Creole
yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada
sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat
mucus plug.

2. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan
LDH. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pencetus :
Allergen
Olahraga
Cuaca
Emosi
Imun respon menjadi aktif Pelepasan mediator humoral
Histamine
SRS-A
Serotonin
Kinin
Bronkospasme
Edema mukosa
Sekresi meningkat
inflamasi
Penghambat kortikosteroid. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari
Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
G. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

2. Pemeriksaan tes kulit


Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
- perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock
wise rotation.
- Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right
bundle branch block).
- Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES
atau terjadinya depresi segmen ST negative.

4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan
sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator
aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC
sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya
menunjukkan obstruksi.

H. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
6. Deformitas thoraks
7. Gagal nafas
I. Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :


1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit
asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga
penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan
dokter atau perawat yang merawatnnya.

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:


1. Pengobatan non farmakologik:
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisiotherapy
- Beri O2 bila perlu.

2. Pengobatan farmakologik :
=) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,
suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose
inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin
Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,
Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.

b. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya
saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin
dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung
ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau
sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita
yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena
sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya
kering).
=) Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anakanak. Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru
terlihat setelah pemakaian satu bulan.

=) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat
diberika secara oral.
II. Landasan Teori Keperawatan

a. Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
Riwayat kesehatan yang lalu:
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
Kaji riwayat pekerjaan pasien.

b. Aktivitas

Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.


Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari.
Tidur dalam posisi duduk tinggi.

c. Pernapasan

Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan
hidung.
Adanya bunyi napas mengi.
Adanya batuk berulang.

d. Sirkulasi

Adanya peningkatan tekanan darah.


Adanya peningkatan frekuensi jantung.
Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
Kemerahan atau berkeringat.

e. Integritas ego

Ansietas
Ketakutan
Peka rangsangan
Gelisah

f. Asupan nutrisi
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
Penurunan berat badan karena anoreksia.

g. Hubungan sosal

Keterbatasan mobilitas fisik.


Susah bicara atau bicara terbata-bata.
Adanya ketergantungan pada orang lain.

h. Seksualitas
Penurunan libido

III. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1 : Tak efektif bersihan jalan nafas b/d bronkospasme.


Hasil yang diharapkan: Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih dan jelas.

Intervensi Rasional
Mandiri
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan
nafas, ex: mengi obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak
dimanifestasikan adanya nafas advertisius.

Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat
inspirasi / ekspirasi. dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stress/ adanya proses infeksi akut.

Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress Disfungsi pernafasan adalah variable yang
pernafasan, penggunaan obat bantu. tergantung pada tahap proses akut yang
menimbulkan perawatan di rumah sakit.

Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, Peninggian kepala tempat tidur memudahkan
contoh : meninggikan kepala tempat tidur, dudukfungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
pada sandara tempat tidur
Pencetus tipe alergi pernafasan dapat mentriger
Pertahankan polusi lingkungan minimum,episode akut.
contoh: debu, asap dll
Hidrasi membantu menurunkan kekentalan
Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000sekret, penggunaan cairan hangat dapat
ml/ hari sesuai toleransi jantung memberikan airmenurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan
hangat. hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

Merelaksasikan otot halus dan menurunkan


Kolaborasi spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.
Berikan obat sesuai dengan indikasi
bronkodilator.
Diagnosa 2: Malnutrisi b/d anoreksia
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.

Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia
Catat derajat kerusakan makanan. karena dipsnea.

Sering lakukan perawatan oral, buang sekret, Rasa tak enak, bau menurunkan nafsu makan
berikan wadah khusus untuk sekali pakai. dan dapat menyebabkan mual/muntah dengan
peningkatan kesulitan nafas.
Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan Menurunkan dipsnea dan meningkatkan energi
selama makan sesuai indikasi. untuk makan, meningkatkan masukan.

Diagnosa 3 : Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen


(spasme bronkus)
Hasil yang diharapkan ; Perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan edukuat.

Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji/awasi secara rutin kulit dan membrane Sianosis mungkin perifer atau sentral keabu-
mukosa. abuan dan sianosis sentral mengindikasi kan
beratnya hipoksemia.

Palpasi fremitus Penurunan getaran vibrasi diduga adanya


pengumplan cairan/udara.

Awasi tanda vital dan irama jantung Tachicardi, disritmia, dan perubahan tekanan
darah dapat menunjukan efek hipoksemia sistemik
pada fungsi jantung.
Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan sesuai dengan Dapat memperbaiki atau mencegah
indikasi hasil AGDA dan toleransi pasien. memburuknya hipoksia.
Diognasa 4: Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunitas.
Hasil yang diharapkan :
- Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
- Perubahan ola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman.

Intervensi Rasional
Mandiri
Awasi suhu. Demam dapat terjadi karena infeksi dan atau
dehidrasi.

Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan


umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi
Kolaborasi
Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau Untuk mengidentifikasi organisme penyabab dan
pengisapan untuk pewarnaankerentanan terhadap berbagai anti microbial
gram,kultur/sensitifitas.

Diagnosa 5: Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ;salah mengerti.


Hasil yang diharapkan :
Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

Intervensi Rasional
Jelaskan tentang penyakit individu Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan
perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.

Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan Penting bagi pasien memahami perbedaan antara
reaksi yang tidak diinginkan. efek samping mengganggu dan merugikan.

Pemberian obat yang tepat meningkatkan


Tunjukkan tehnik penggunaan inhakler. keefektifanya.
DAFTAR PUSTAKA

- Baratawidjaja, K. (1990) Asma Bronchiale, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam,


Jakarta : FK UI.

- Crompton, G. (1980) Diagnosis and Management of Respiratory Disease, Blacwell


Scientific Publication.

- Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) Rencana Asuhan


Keperawatan, Jakarta : EGC.

- Price, S & Wilson, L. M. (1995) Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit,Jakarta : EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. L
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN ASMA BRONCHIALIS
DI RS BHAYANGKARA AMBON

I. Pengkajian
A. Pengkajian data

1. Identitas pasien
Nama : Tn. L
Umur : 70 Thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Bentas
Tgl masuk RS/ Jam : 18- 03- 2010 : 09.00 Wit
Tgl pengkajian/ Jam : 19- 03- 2010 : 10. 00 Wit
No register : 039977
Dx Medis : Asma bronchialis
Nama penanggung jawab : Anak
Pekerjaan : Guru
Umur : 44 Thn
Pendidikan : SMA

2. Riwayat penyakit sekarang


a. Keluhan utama masuk RS : Sesak napas
b. Keluhan utama pengkajian : Sesak napas
c. Keluhan yang menyertai : Dada sakit, batuk, badan terasa lemas,
d. Riwayat penyakit : Pada tanggal 18 03- 2010 sekitar pukul 07.30 Wit,
Pasien merasa sulit bernapas dan dada terasa sakit, oleh keluarga pasien langsung
dibawa ke RS Bhayangkara Ambon.

3. Riwayat kesehatan masa lalu


a. Penyakit yang pernah dialami : tidak ada
b. Pernah masuk RS dengan penyakit apa : tidak ada
c. Pernah mengalami pembedahan : tidak pernah
d. Riwayat Alergi : tidak ada
4. Genogram 3 Generasi :

70 64
72

Keterangan :

: Laki- laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Kawin

: Hubungan Saudara kandung


5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
a. Tempat tinggal pasien jauh dari tempat pembuangan sampah
b. Tempat tinggal pasien jauh dari keramaian
c. Tempat tinggal pasien bersih dan nyaman

6. Keadaan Psikososial
a. Persepsi pasien terhadap penyakitnya : pasien berharap cepat sembuh dari
penyakitnya
b. Suasana hati : tenang dan sabar
c. Perkembangan mental : baik
d. Sosialisasi : hubungan pasien dengan perawat dan antar pasien baik

7. Pola Kegiatan sehari- hari

No Pola aktifitas Sebelum sakit Saat sakit

1. A. Pola makan :
a. Frekuensi 3 x / hari 3 x / hari
b. Porsi 1 piring dihabiskan piring dihabiskan
c. Jenis makanan Nasi, ikan, sayur Bubur, telur, sayur
d. Keluhan Tidak ada Nafsu makan berkurang
B. Pola minum :
a. Frekuensi 6-8 gelas 5-6 gelas
b. Jenis Air putih, teh Air putih
c. Kebiasaan minuman keras Tidak pernah Tidak pernah
d. Keluhan Tidak ada Dibantu keluarga/ perawat

2. Eleminasi
A. BAB :
a. Frekuensi 1 x / hari 1 x/ hari
b. Warna Kuning Kuning
c. Konsistensi Lembek Lembek
d. Keluhan Tidak ada Dibantu keluarga/ perawat
B. BAK :
a. Frekuensi 1-2 x / hari 1 x/ hari
b. Warna Kuning tua Kuning tua
c. Bau Pesing Pesing
d. Keluhan Tidak ada Dibantu keluarga/ perawat

3. Personal Higiene :
a. Frekuensi mandi 2 x/ hari 1 x/ hari ( di lap )
b. Frekuensi sikat gigi 2 x/ hari 1 x/ hari
c. Kebiasaan memotong kuku 1 x/ minggu Belum pernah
d. Kebiasaan keramas 2 x/ minggu Belum pernah
e. Keluhan Tidak ada Dibantu keluarga/ perawat

4. Pola Istirahat & Tidur :


a. Tidur malam 6- 8 jam 3-4 jam
b. Tidur siang 2- 3 jam 1-2 jam
c. Keluhan Tidak ada Sering terbangun dan sering
gelisah

5. Kebiasaan berolah raga : Jogging Tidak pernah


a. Hobi Tidak ada Tidak ada
b. Keluhan

8. Pemeriksaan Fisik
a. Status umum
- Keadaan umum : lemah
- Tingkat kesadaran : CM
- Tinggi badan : 164 cm
- Berat badan : 60 kg

b. TTV
- TD : 120/ 80 mmHg
- Nadi : 80 x/ m
- Suhu : 37 C
- Pernapasan : 30 x/ m

c. Kulit
- Warna : pucat
- Kelembaban : lembab dan berkeringat
- Turgor : baik

d. Kepala
- Bentuk kepala : simetris ki/ ka
- Keadaan rambut : bersih
- Wajah : meringis
- Nyeri : tidak ada nyeri

e. Mata/ penglihatan
- Ketajaman penglihatan : baik/ normal
- Peradangan : tidak ada
- Sclera : normal
- Konjungtiva : normal
- Pupil : normal
- Pemakaian alat bantu : tidak ada

f. Hidung
- Struktur : simetris ki/ ka
- Polip : tidak ada
- Sinus : tidak ada
- Peradangan : tidak ada
- Perdarahan : tidak ada
- Pemakaian alat bantu : terpasang O2 2-3 ltr/ m

g. Telinga
- Struktur : simetris ki/ ka
- Nyeri : tidak ada nyeri
- Cairan : tidak ada
- Peradangan : tidak ada
- Pemakaian alat bantu : tidak ada
- Fungsi pendengaran : baik

h. Mulut
- Keadaan gigi : bersih
- Problem menelan : tidak ada
- Bicara : baik
- Rongga mulut : bersih
- Fungsi menguyah : baik

i. Leher
- Vena jugularis : tidak ada pembesaran
- Arteri carotis : teraba dan tidak ada pembesaran
- Pembesaran tiroid : tidak ada pembesaran
- Pembesaran limfe : tidak ada pembesaran

j. Pernapasan
- Bentuk dada : simetris ki/ ka
- Pergerakan dada : cepat karena sesak napas
- Batuk : ada batuk
- Sputum : ada sputum

k. Abdomen
- Bentuk : simetris ki/ ka
- Nyeri tekan/ nyeri lepas : tidak ada
- Bunyi usus : normal
- Pembesaran hepar : tidak ada
- Pembesaran limfe : tidak ada

l. Musculoskeletal
- Kekuatan otot : lemah
- Tonus otot : kurang
- Nyeri : tidak ada
- Pola aktifitas : dibantu keluarga dan perawat

9. Pemeriksaan penunjang
Data laboratorium : ( tgl. 19- 03- 2010 ) Normal :
a. Hb : 15,2 gr % ( L: 12-17 gr % / P : 11- 16 gr % )
b. Leuco : 13.100 mm ( 4.000- 10.000 mm )
c. BBS : 75 mm

d. Bill T : 5,3 mg/ dl


D : 1,4 mg/ dl
I : 3,9 mg / dl
e. SGOT/ SGPT : 108/ 387 mg/ dl
f. Ureum : 75 mg/ dl
g. Creatinin : 3,1 mg/ dl
h. Cholesterol : 129 mg/ dl ( < 200 mg/ dl )
i. GDP : 133 mg/ dl
j. Asam urat : 16,2 mg/ dl ( L : 2,5-7,0 mg/ dl / P : 2,0- 5,7 mg/ dl )

10. Pengobatan yang diberikan tgl. 18- 03- 2010 :


a. IVFD RL 20 tts/ m
b. Dexamethasone 3 x 1 amp/ IV/ 8 jam
c. Aminophilin 1 amp / IV / 12 jam
d. Ampicillin 2 x1 mg IV ( skient test )

B. Klasifikasi data

Data Subyektif : Pasien mengatakan


- Sesak napas
- Dada terasa sakit
- Batuk
- Tidur sering terbangun
Data Obyektif :
- Pernapasan : 30 x/ m
- Kulit pucat
- Wajah tampak meringis
- Terpasang O2 ( 2-3 ltr /m )
- Tidur sering gelisah

C. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. DS : Pasien mengatakan
- Sesak napas
- Dada terasa sakit
- Batuk
Bronkospasme Tak efektif bersihan jalan
DO : napas
- Pernapasan : 30 x/ m
- Wajah tampak meringis
- Terpasang O2 ( 2-3 ltr /m )

2. DS : Pasien mengatakan
- Tidur sering terbangun
- Sesak napas
- Dada terasa sakit Gangguan pola istirahat &
Sesak napas
DO : tidur
- Tidur sering gelisah
- Kulit pucat

D. Diagnose Keperawatan

1. Tak efektif bersihan jalan napas b/d bronchospasme, yang ditandai dengan :
DS : Pasien mengatakan
- Sesak napas
- Dada terasa sakit
- Batuk
DO :

- Pernapasan : 30 x/ m
- Wajah tampak meringis
- Terpasang O2 ( 2-3 ltr /m )

2. Gangguan pola istirahat & tidur b/d sesak napas, yang ditandai dengan :
DS : Pasien mengatakan
- Tidur sering terbangun
- Sesak napas
- Dada terasa sakit

DO :

- Tidur sering gelisah


- Kulit pucat

E. Prioritas Masalah

1. Tak efektif bersihan jalan napas b/d bronchospasme.

2. Gangguan pola istirahat & tidur b/d sesak napas.

Implementasi dan Evaluasi

Nama : Tn. L Ruangan : -


Umur : 70 tahun No. Reg : 039977
J.K : Laki- laki Dx. Medis : Asma Bronchiale

No Implementasi Evaluasi

1. Jumat, 19- 03- 2010 Jumat, 19-03- 2010


Jam. 11.00 Wit Jam. 13.00 Wit
1. Mengkaji frekuensi pernapasan serta memantau
ekspirasi dan inspirasi, hasilnya : pernapasan 28
x/m S : Pasien mengatakan
- Pasien merasa nyaman dengan
posisinya sekarang
Jam. 11.15 Wit - Sesak napas berkurang
2. Melatih pasien untuk napas dalam dan batuk - Dada masih terasa sakit
efektif , hasilnya : pasien merasa lebih rileks - Batuk masih ada
dibandingkan sebelumnya

O:
Jam. 11.45 Wit - Wajah tampak lebih tenang
3. Meninggikan posisi letak kepala pasien / - Pernapasan 28 x/m
memberikan posisi semi fowler, hasilnya : - Pasien lebih rileks/ tenang
pasien merasa lebih nyaman dan sesak napas - Terapi O2 : 2-3 ltr/ m
berkurang

A : Masalah belum teratasi


Jam. 12.10 Wit
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian P : Intervensi dilanjutkan
terapi O2, hasilnya : pemberian O2 yaitu 2-3 ltr/
m

2. Jumat, 19- 03- 2010 Jumat, 19- 03- 2010


Jam. 14.00 Wit Jam. 15.00 Wit
1. Memberikan penjelasan tentang manfaat
pentingnya istirahat demi proses penyembuhan S : Pasien mengatakan
penyakitnya, hasilnya : pasien memahami - Tidur lebih tenang
dengan penjelasan yang diberikan oleh perawat - Rasa gelisah berkurang
- Sesak pada dada masih terasa

Jam. 14.30 Wit


2. Membatasi kunjungan terhadap pasien, hasilnya O :
: dengan kondisi yang tenang, pasien merasa - Tidur pasien belum normal
lebih nyaman dan bisa beristirahat dengan - Pasien lebih tenang/ rileks
tenang
A : Masalah belum teratasi

I : Intervensi dilanjutkan

PENYIMPANGAN KDM ASMA BRONCHIALE

Alergen penyebab

Respon tubuh menghasilkan antibody


Imunoglobulin E ( IgE )

Menyerang sel- sel mast dalam paru

Pemajanan ulang terhadap antigen

Antigen berikatan dengan antibody

Pelepasan produk sel- sel mast/ mediator


Dalam paru ( histamine, bradikinin, dan prostaglandin )

Mempengaruhi otot polos & kelenjar


Jalan napas

Bronkospasme Dispnea Gangguan pertukaran gas

Pembengkakan menbran Kurang Informasi


Mukosa

Kurang pengetahuan

Penumpukan secret Pembentukan mucus yang banyak

Batuk Bersihan Jalan


Napas tdk efektif Resiko tinggi Infeksi

Kelemahan Ggn. Pola istirahat & tidur


& Anoreksia

Perubahan Nutrisi Kurang


Dari Kebutuhan Tubuh

Anda mungkin juga menyukai