Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena di dalam pleksus
hemoroidalis. Hemoroid dibedakan menjadi hemoroid interna dan eksterna.
Hemoroid interna adalah pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis
superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid
eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid
inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di
bawah epitel anus (Muttaqin & Sari, 2011).
Hemoroid atau yang sering dikenal dengan penyakit wasir atau
ambeien merupakan penyakit yang sangat umum terjadi di masyarakat dan
sudah ada sejak jaman dahulu. Kejadian hemoroid cenderung meningkat
seiring bertambahnya usia seseorang, dimana insidennya lebih tinggi pada
seseorang yang berusia 20-50 tahun. Pada usia diatas 50 tahun ditemukan
50% populasi mengalami hemoroid (Black & Jane, 2014).
1.1.2 Etiologi
Menurut Sudarsono, D. F. (2015), Hemoroid timbul karena dilatasi,
pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh
faktor-faktor risiko/pencetus, seperti:
1. Mengedan pada buang air besar yang sulit
2. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban
duduk, lebih lama duduk dijamban sambil membaca,merokok)
3. Peningkatan penekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud,
tumor abdomen.
4. Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan
hormonal)
5. Kurang minum air putih makan makanan berserat (sayur dan buah)
6. Kurang Olah raga/Mobilisasi
1.1.3 WOC

Sumber: Muttaqin 2011


1.1.4 Manifestasi Klinis
Menurut (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012) tanda dan gejala pada
hemoroid yaitu :
1. Rasa gatal dan nyeri, bersifat nyeri akut. Nyeri akut adalah nyeri yang
terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan
memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan
sampai berat) dan yang berlangsung sangat singkat. (Andarmoyo,
2013).
2. Pendarahan berwarna merah terang pada saat pada saat BAB.
3. Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi dan
edema yang disebabkan oleh thrombosis (pembekuan darah dalam
hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area
tersebut.
1.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Menurut A.Azis (2015) Pemeriksaan Penunjang sebagai berikut:
1. Pemeriksaan colok dubur : Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rektum, pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan
vena didalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri
2. Anoskop: Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar
3. Proktokoresigmoidoskopi: Untuk memastikan bahwa keluhan bukan di
sebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih
tinggi.
1.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan luka post operasi hemoroidektomi merupakan tindakan
untuk merawat luka dan melakukan pembalutan dengan tujuan mencegah
infeksi silang (masuk melalui luka) dan mempercepat penyembuhan luka.
Selain itu, perawatan hemoroidektomi juga dapat dilakukan dengan cara
keluhan dikurangi rendam duduk menggunakan larutan hangat untuk
mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu berjalan dan sedasi ( Suarni, L., &
Apriyani, H, 2017).
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB ada
benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada ben$olan yang
keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya sembuh
terulang kembali Pada pasien dengan hemoroid bila t idak di
lakukan pembedahan akan kembali RPD bisa $uga di hubungkan
dengan penyakit lain seperti sirosis hepatis
4. Pemeriksaan Range Of System (B1-B6)
a. B1 (Breathing)
Pola nafas yang cepat di pengaruhi oleh adanya nyeri, dan
ditemukan perubahan frekuensi pernafasan akibat adanya nyeri.
b. B2 (Blood)
Kaji tekanan darah / mmHg, nadi, Reguler, ireguler, palapasi, atau
tidak, peningkatan vena jugularis atau tidak kemungkinan
konjungtiva pucat
c. B3 (Brain)
Pada hemoroid kemungkinan pasien mengelu pusing karena adanya
perdarahan. Kaji adanya trenior, gangguan bicara/tidak, penglihatan
klien, nilai GCS, dan fusi saraf kranial
d. B4 (Bladder)
Frekuensi BAK Perhari normal dan tidak ada benjolan sekitar
genetalia
e. B5 (Bowel)
Benjolan pada usus ulkus yang menebabkan perforasi pada mukosa,
di temukan darah pada anus
f. B6 (Bone)
Terjadi kelemahan otot, kelelahan, keletihan
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1.2.2 Diagnosa Keparawatan
1. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan sekunder akibat drainase, menurunnya motivasi untuk minum
akibat keletihan.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme
otot spingter ani sekunder akibat operasi.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis
padakulit atau jaringan anal.
1.2.3 Intervensi Keperawatan
1. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan sekunder akibat drainase, menurunnya motivasi untuk minum
cairan sekunder akibat keletihan
Tujuan
a. Ketidakcukupan masukan cairan oral
b. Penurunan berat badan
c. Kulit/ membran mukosa kering
d. Penurunan turgor kulit
Kriteria hasil :Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat,
ditunjukkan dengan tanda-tanda vital stabil (nadi berkualitas baik,
turgor kulit normal, membran mukosa lembab dan pengeluaran urine
individu yang sesuai).
Intervensi dan Rasional
a. Ukur dan catat intake dan out put dan tinjau ulang catatan intra
operasi. Rasional : Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam
mengidentifikasi pengeluaran cairan/ kebutuhan penggantian dan
pilihan-pilihan yang mempengaruhi intervensi.
b. Pantau tanda-tanda vital Rasional : Hipertensi, takhikardi,
peningkatan pernafasan mengidentifikasi kekurangan cairan (
dehidrasi/ hipovolemia).Catat munculnya mual/ muntah
c. Rasional : Mual selama 12-24 jam post operasi umumnya
dihubungkan dengan anastesi. Mual berlebihan lebih 3 hari
mungkin dihubungkan dengan pilihan narkotikpengontrol sakit/
therapy obat lain. .
d. Periksa pembalut, alat drein
e. Pantau suhu kulit, palpitasi denyut perifer
f. Beri cairan parental, produksi darah/ plasma sesuai petunjuk 7) Beri
kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur sesuai petunjuk
g. Pantau studi laboratorium Hb, Ht.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot
spingter ani sekunder akibat operasi
Tujuan
a. Komunikasi (verbal/penggunaan kode) tentang nyeri yang
dideskripsikan
b. Perubahan pola tidur
c. Mobilitas fisik
d. Perubahan pada tonus otot, masker wajah rasa sakit
Kriteria hasil : Menyatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/
dihilangkan. dan Feses lembek, tidak nyeri saat BAB.
Intervensi dan Rasional
a. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10) Rasional :
Mengetahui perkembangan hasil prosedur.
b. Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman : tidur miring.
Rasional : posisi tidur miring tidak menekan bagian anal yang
mengalami peregangan otot untuk meningkatkan rasa nyaman.
c. Gunakan ganjalan pengapung dibawah bokong saat duduk.
Rasional : untuk meningkatkan mobilisasi tanpa menambah rasa
nyeri.
d. Gunakan pemanasan basah setelah 12 jam pertama : kompres rektal
hangat atau sit bath dilakukan 3-4x/ hari Rasional : meningkatkan
perfusi jaringan dan perbaikan odema dan meningkatkan
penyembuhan (pendekatan perineal)
e. Dorong penggunaan teknik relaksasi : latihan nafas dalam,
visualisasi, pedoman, imajinasi. Rasional : menurunkan ketegangan
otot, memfokuskan kembali perhatian dan meningkatkan
kemampuan koping.
f. Beri obat-obatan analgetik seperti diresepkan 24 jam petama.
Rasional : memberi kenyamanan, mengurangi rasa sakit.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada
kulit/ jaringan anal.
Tujuan Gangguan pada permukaan/ lapisan kulit dan jaringan anal.
Kriteria hasil :
a. Mencapai penyembuhan luka.
b. Mendemonstrasikan tingkah laku/ teknik untuk meningkatkan
kesembuhan dan mencegah komplikasi.
Intervensi dan Rasional
a. Beri penggantian balutan sesuai indikasi dengan teknik aseptic kuat.
Rasional : lindungi luka dari kontaminasi, mencegah akumulasi
cairan yang dapat menyebabkan eksoriasi.
b. Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.
Rasional : pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan
luka/ berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah
terjadinya kondisi yang lebih serius.
c. Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.Rasional : menurunnya
cairan, menandakan adanya evolusi dan proses penyembuhan.
d. Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka. Rasional :
mencegah kontaminasi luka.
e. Irigasi luka dengan debridement sesuai kebutuhan. Rasional :
membuang luka eksudat untuk meningkatkan penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA

A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. (2015). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Surabaya : Health Books Publishing

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Elsevier,
Singapura: Salemba Medika.

Suarni, L., & Apriyani, H. (2017). Metodologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka


Panasea.

Sudarsono, D. F. (2015). Diagnosis dan Penanganan Hemoroid. Jurnal Majority

Andarmoyo, S. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzz. Yogyakarta

Jitowiyono, S., Kristiyanasari W. (2012). Asuhan Keperawatan Post Operasi dengan


Pendekatan Nanda Nic-Noc. Nuha Medika. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai