Anda di halaman 1dari 76

ASUHAN KEBIDANAN PADA KLIEN IBU BERSALIN DENGAN KALA I

MEMANJANG DI RUANG TERATAI RSUD CILACAP

KABUPATEN CILACAP TAHUN 2020

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan guna memenuhi sebagai persyaratan menyelesaikan pendidikan

Diploma III Kebidanan di STIKKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

DINDA RISMASARI

206.117.002

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

2020
ii
iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Penulisan laporan tugas akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhio salah satu

syarat untuk mencapai gelar Diploma Kebidanan pada Program Studi D3

Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap. Penulis menyadari bahwa,

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai

pada penyusunan laporan tugas akhir ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk

menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Sarwa, AMK, S. Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES AI-Irsyad AI-Islamiyyah

Cilacap.

2. Sujianti, S.ST., M.Kes selaku Ketua Program Studi D3 Kebidanan yang telah

banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang penulis perlukan.

3. Johariyah, S.ST., M.Keb selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. Betty Mulyaningsih, S.Kep., Ns selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

5. Ken Norma I, Amd.RMIK selaku Rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah

Cilacap yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam melakukan

Studi Kasus.
iv

6. Orang tua dan keluarga peneliti yang telah memberikan bantuan dukungan

materi dan moral.

7. Sahabat yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap yang telah banyak membantu dalam usaha

memperoleh data yang peneliti perlukan.

Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan tugas akhir

ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh.

Cilacap, 2020

Penulis
v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... v

DAFTAR BAGAN.......................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH.............................................................. 4

C. TUJUAN PENELITIAN............................................................. 4

D. MANFAAT PENELITIAN......................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 8

1. Persalinan................................................................................. 8

2. Kala I Memanjang.................................................................. 12

3. Teori Manajemen Kebidanan................................................ 13

a. Manajemen Kebidanan.................................................... 27

B. KERANGKA TEORI.................................................................. 31

BAB III METODE PENGAMBILAN DATA DAN MANAJEMEN

KEBIDANAN

A. METODE PENGAMBILAN DATA.......................................... 32

B. MANAJEMEN KEBIDANAN.................................................... 37
vi

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 58
vii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Tabel 2.1 Kerangka Teori ................................................................................ 31


viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Survey Pendahuluan

Lampiran 2 Laporan Pengambilan Data

Lampiran 3 Kegiatan Bimbingan Pembimbing I

Lampiran 4 Kegiatan Bimbingan Pembimbing II


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator derajat kesehatan

perempuan suatu negara. Kematian ibu merupakan masalah kesehatan yang

menarik perhatian World Health Organization (WHO). Menurut Survey

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di Indonesia

mencapai 3549 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB)

mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Sementara target Millenium

Development Goals (MDG’s) adalah menurunkan AKI hingga ¾ pada tahun

2015 menjadi 102 per 100.000 (KH). Penyebab secara langsung kematian

ibu adalah perdarahan post partum (45%), infeksi (11%), dan

preeklamsi/eklamsi (24%) (Depkes 2012).

Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2018

sebanyak 421 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus

kematian ibu tahun 2017 yang sebanyak 475 kasus. Dengan demikian Angka

kematian ibu. Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan dari 88,05

per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2017 menjadi 78,60 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2018. Sebesar 57,24% kematian maternal terjadi

pada waktu nifas, 25,42% pada waktu hamil, dan sebesar 17,38% pada waktu

persalinan. Sementara berdasarkan kelompok umur, kejadian kematian


2

maternal terbanyak adalah pada usia 20-34 tahun sebesar 65,08%, kemudian

pada kelompok umur >35 tahun sebesar 31,35% dan pada kelompok umur

<20 tahun sebesar 3,56% (Dinkes Prov Jateng, 2018).

AKI di Kabupaten Cilacap pada tahun 2017 – 2018 mengalami peningkatan

dengan jumlah 20 kasus dan meningkat sebesar 22 kasus. Jumlah kasus

kematian tersebut terjadi pada kehamilan sebesar 8, persalinan sebesar 3 dan

nifas sebesar 11 (Profil Kesehatan Jawa Cilacap 2018).

Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam

kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Salah satu faktor

yang mempengaruhi terjadinya partus lama meliputi kelainan letak janin

seperti letak sungsang, letak lintang, presentasi muka, dahi dan puncak

kepala, kelainan panggul seperti pelvis terlalu kecil dan CPD (cephalopelvic

disproportion), kelainan his seperti inersia uteri, incoordinate uteri action.

Kelainan-kelainan tersebut dapat mengakibatkan pembukaan serviks berjalan

sangat lambat akibatnya kala I menjadi memanjang (Saiffudin, 2010).

Persalinan kala I dikatakan memanjang apabila fase latennya berlangsung

lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju pembukaannya tidak adekuat atau

bervariasi; kurang dari 1 cm setiap jam selama sekurang-kurangnya 2 jam

setelah kemajuan persalinan; kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida

dan kurang dari 1,5 per jam pada multipara; lebih dari 12 jam sejak

pembukaan 4 sampai pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm per jam). Insiden

ini terjadi pada 5 persen persalinan dan pada primigravida insidensinya dua

kali lebih besar daripada multigravida (Saifuddin, 2010).


3

Pada kala I fase laten memanjang, uterus cenderung berada pada status

hypertonik, ini dapat mengakibatkan kontraksi tidak adekuat dan hanya

ringan (kurang dari 15 mm Hg pada layar monitor), oleh karena itu

kontraksi uterus menjadi tidak efektif. Fase aktif memanjang apabila

kualitas dan durasi kontraksinya bagus tetapi tiba-tiba yang terjadi dilatasi

lemah maka kontraksi menjadi jarang dan lemah serta dilatasi dapat

berhenti. Jika ini terjadi dan didukung oleh kontraksi yang hipertonik maka

dapat mengakibatkan rupture membran (Manuaba, 2010).

Menurut Oxorn (2010), penanganan umum pada ibu bersalin dengan kala I

memanjang yaitu: nilai keadaan umum, tanda-tanda vital dan tingkat

hidrasinya, tentukan keadaan janin: Periksa DJJ selama atau segera sesudah

his, hitung frekuensinya minimal sekali dalam 30 menit selama fase aktif, jika

terdapat gawat janin lakukan sectio caesarea kecuali jika syarat dipenuhi

lakukan ekstraksi vacum atau forceps, jika ketuban sudah pecah, air ketuban

kehijau-hijauan atau bercampur darah pikirkan kemungkinan gawat janin, jika

tidak ada air ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah,

pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban yang dapat

menyebabkan gawat janin. Apabila tidak didapatkan tanda adanya CPD

(Cephalopelvic disproportion) berikan penanganan umum yangkemungkinan

akan memperbaiki kontraksi dan mempercepat kemajuan persalinan, apabila

kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm per jam

lakukan penilaian kontraksi uterus, lakukan induksi dengan oksitosin drip 5

unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl.


4

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah penulis lakukan di RSUD

Cilacap pada tanggal 02 Maret 2020, angka kejadian ibu bersalin dengan kala

I memanjang dari bulan Januari sampai Desember tahun 2018 adalah

sebanyak 144 kasus, sedangkan pada bulan Januari sampai Desember 2019

didapatkan jumlah ibu bersalin dengan kala I memanjang sebanyak 256 kasus

(Data Rekam Medik RSUD Cilacap, 2020).

Berdasarkan data dan fenomena diatas, penulis tertarik untuk mengkaji

permasalahan tersebut untuk melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin

dengan Kala I Memanjang yang didokumentasikan dalam laporan tugas akhir

dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny.X Usia X Tahun

Gxpxax Usia Kehamilan X Minggu Dengan Kala I Memanjang Di RSUD

Cilacap Tahun 2020”.

B. RUMUSAN MASALAH

“Berdasarkan latar belakang dan alasan yang telah diuraikan diatas, rumusan

masalahnya adalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

dengan Kala I Memajang di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2020?”.

C. TUJUAN PENELITIAN
5

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari, memahami dan menerapkan

asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Kala I Memanjang di Ruang

Teratai RSUD Cilacap Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:

a. Melakukan pengkajian data subjektif dan obyektif serta data penunjang

pada ibu bersalin dengan kala I memanjang di Ruang Teratai RSUD

Cilacap Tahun 2020.

b. Menganalisa dan menginterpretasi data klien untuk menentukan

diagnosa pada ibu bersalin dengan kala I memanjang di Ruang Teratai

RSUD Cilacap Tahun 2020.

c. Menentukan diagnosa potensial dan mengantisipasi tindakan yang

dibutuhkan pada ibu bersalin dengan kala I memanjang di Ruang

Teratai RSUD Cilacap Tahun 2020.

d. Melaksanakan tindakan segera pada ibu bersalin dengan kala I

memanjang di Ruang Teratai RSUD Cilacap Tahun 2020.

e. Membuat rencana tindakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan

kala I memanjang di Ruang Teratai RSUD Cilacap Tahun 2020.

f. Melaksanakan tindakan yang telah disusun pada ibu bersalin dengan

kala I memanjang di Ruang Teratai RSUD Cilacap Tahun 2020.

g. Mengevaluasi asuhan yang diberikan pada ibu bersalin dengan kala I

memanjang di Ruang Teratai RSUD Cilacap Tahun 2020.


6

h. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada kasus ibu bersalin dengan

kala I memanjang di Ruang Teratai RSUD Cilacap Tahun 2020.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Secara Teoritis

Menambah wacana dan mengembangkan ilmu pengetahuan, memberikan

asuhan kebidanan pada klien dengan pendekatan manajemen varney pada

ibu bersalin dengan kala I memanjang.

2. Secara Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

penanganan kasus ibu bersalin dengan kala I memanjang di BLUD

(Badan Layanan Umum Daerah) RSUD Cilacap yang sudah baik

menjadi lebih baik.

b. Bagi STIKES Al-IrsyadAl-Islamiyyah Cilacap

Dapat menambah kepustakaan dan wacana khususnya tentang ibu

bersalin dengan kala I memanjang.

c. Bagi Bidan

Dapat sebagai masukan untuk melaksanakan asuhan kebidananpada ibu

bersalin dengan kala I memanjang dan pertimbangan bagi profesi bidan

dalam meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan.

d. Bagi Peneliti
7

Merupakan pengalaman langsung bagi penulis dalam melakukan

asuhan kebidanan ibu bersalin dengan.

BAB II
8

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Persalinan

a. Definisi Persalinan

Persalinan adalah suatu proses yang fisiologis, dimana terjadi

pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang dapat hidup

diluar kandungan dimulai dengan adanya kontraksi uterus, penipisan

dan pembukaan serviks, kelahiran bayi dan plasenta melalui jalan

lain (abdomen), dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu

sendiri) (Widiastini, 2014)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari dalam rahim melalui

jalan lahir dengan letak belakang kepala atau dengan tenaga ibu

sendiri,tanpa bantuan alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi,

yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Mochtar, 2011)

b. Penyebab Terjadinya Persalinan

Selama kehamilan, dalam tubuh wanita hamil terdapat dua hormon

yang dominan antara lain:

1) Estrogen

Estrogen merupakan hormon yang berfungsi meningkatkan

sensitivitas otot rahim, sehingga memudahkan penerima


9

rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostlaglandin

dan rangsangan mekanis.

2) Progesteron

Hormon progesteron berfungsi menurunkan sensitivitas otot

rahim, sehingga menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar

seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan rangsangan

mekanis yang menyebabkan otot rahim dan otot polos

mengalami relaksasi. (Widiastini, 2014)

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

a) Power (Kekuatan)

Power adalah kekuatan atau tenaga dari ibu yang mendorong

janin keluar. Kekuatan tersebut meliputi :

1) His (Kontraksi Uterus)

His adalah kekuatan kontraksi pada uterus karena otot-

ototpolos rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his

yang baik adalah bersifat simetris, dominan pada fundus,

terkoordinasi, dan terjadi relaksasi.

2) Tenaga Mengedan

Setelah pembukaan pada servik lengkap, ketuban telah pecah

atau dipecahkan, dan sebagai presentasi sudah berada didasar

panggul, sifat kontraksi berubah, yaitu bersifat mendorong

keluar dibantu dengan keinginan ibu untuk mengedan atau

usaha volunter.
10

b) Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri dari jalan lahir keras (pelvis/panggul) dan jalan

lahir lunak.

c) Pasengger (Janin dan Plasenta)

(Widiastini, 2014)

d. Tanda-Tanda Persalinan

Gejala persalinan sebagai berikut :

a) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek.

b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :

a. Pengeluaran lendir

b. Lendir bercampur darah

c) Dapat disertai ketuban pecah dini

d) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan servix:

1) Perlunakan servix

2) Perdarahan servix

3) Terjadi pembukaan servix (Walyani, 2015)

e. Tahapan Persalinan

1) Kala I

Adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan

nol sampai lengkap. Lamanya kala I untuk primigravida

berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan


11

primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam

(Manuaba, 2010)

Prosesnya membukanya serviks dibagi atas 2 fase :

1) Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi

sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

2) Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu :

a) Fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam, pembukaan

berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm.

c) Fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali

dalam waktu 2 jam, pembukaan 9 cm menjadi lengkap 10

cm.

2) Kala II

Kala II atau kala pengeluaran, gejala utama kala II adalah :

a) His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit, durasi

45detik.

b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai

pengeluaran cairan secara mendadak.

c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti

keinginan mengejan.

d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala

bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput


12

bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-

ubun besar, dahi, hidung dan muka, serta kepala.

e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar.

f) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan

bayi ditolong.

g) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan

multigravida 30 menit (Manuaba, 2010)

3) Kala III

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-

10 menit. Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan

plasenta pada lapisan nitabusch, karena sifat retraksi otot

rahim. Lepasnya plasenta tanda-tandanya yaitu uterus menjadi

bundar, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas

kesegmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi

perdarahan (Manuaba, 2014).

4) Kala IV

Dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan

postpartum sering terjadi 2 jam pertama. Observasi yang

dilakukan: tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-

tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, kontraksi

uterus, terjadinya perdarahan). Perdarahan normal jika

jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc (Manuaba, 2014).


13

2. Kala I Memanjang

a. Pengertian

Persalinan kala I dikatakan memanjang apabila kala I fase laten

yang memanjang, uterus cenderung berada pada status

hypertonik, ini dapat mengakibatkan kontraksi tidak adekuat dan

hanya ringan (kurang dari 15 mm Hg pada layar monitor), oleh

karena itu kontraksi uterus menjadi tidak efektif. Fase aktif

memanjang apabila kualitas dan durasi kontraksinya bagus tetapi

tiba-tiba yang terjadi dilatasi lemah maka kontraksi menjadi

jarang dan lemah serta dilatasi dapat berhenti. Jika ini terjadi dan

didukung oleh kontraksi yang hipertonik maka dapat mengakibatkan

rupture membran (Manuaba, 2014).

Persalinan dengan kala I memanjang adalah persalinan yang fase

latennya berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju

pembukaannya tidak adekuat atau bervariasi; kurang dari 1 cm setiap

jam selama sekurang-kurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan;

kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan kurang dari 1,5 per

jam pada multipara; lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 sampai

pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm per jam). Insiden ini terjadi pada

5 persen persalinan dan pada primigravida insidensinya dua kali lebih

besar daripada multigravida. (Saifuddin, 2010).


14

b. Etiologi

a) Kelainan Letak Janin

Meliputi presentasi puncak kepala, presentasi muka, presentasi

dahi, letak sungsang, letak melintang, dan presentasi ganda. Pada

kelainan letak janin dapat menyebabkan partus lama dan

ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi

intrapartum. Sementara pada janin dapat berakibat adanya trauma

partus dan hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus

(Sofian, 2012).

b) Kelainan His

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan

kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap

persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami

hambatan atau kemacetan (Prawirohardjo, 2014).

Menurut Wiknjosastro (2014) kelainan his antara lain :

a. Inertia Uteri

a) Hypotonic uterine contraction

Suatu keadaan dimana kontraksi uterus lebih lama,

singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum

penderita baik, dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama

ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya,


15

baik bagi ibu maupun janin, kecuali jika persalinan

berlangsung terlalu lama.

b) Inersia uteri sekunder

Timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu

yang lama. Persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama

sehingga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka

inersia sekunder jarang ditemukan, kecuali pada wanita

yang tidak diberi pengawasanbaik pada waktu persalinan.

c) His terlampau kuat (hypertonic uterine contraction)

His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan

persalinan selesai dalam waktu yang singkat. Partus yang

sudah selesai kurang dari tiga jam, dinamakan partus

presipitatus: sifat his normal, tonus otot di luar his juga

biasa, kelainan terletak pada kekuatan his. Bahaya partus

presipitatus bagi ibu adalah terjadinya perlukaan luas

pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina, dan

perineum, sedangkan bayi bisa mengalami perdarahan

dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan

kuat dalam waktu yang singkat.

d) Incoordinate uterine action

Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas,

tengah, dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam


16

mengadakan pembukaan sehingga menyebabkan kala I

memanjang.

3. Kelainan lain

Meliputi pimpinan persalinan yang salah, janin besar atau ada

kelainan kongenital, primi tua primer dan sekunder, perut gantung,

grandemulti, ketuban pecah dini ketika serviks masih menutup,

keras dan belum mendatar, kecemasan dan ketakutan atau respon

stress, pemberian analgetik yang kuat atau terlalu cepat pada

persalinan dan pemberian anastesi sebelum fase aktif, ibu

bertubuh pendek <150 cm yang biasanya berkaitan dengan

malnutrisi, riwayat persalinan terdahulu sectio caesarea, IUFD

(Intra Uterine Fetal Death), ibu usia muda atau di bawah 17

tahun, adanya derajat plasenta previa yang tidak diketahui,

atau adanya masa seperti fibroid yang muncul dari uterus atau

serviks (Oxorn, 2010).

c. Klasifikasi

1) Fase laten yang memanjang

Diagnosis fase laten yang memanjang dibuat secara restrospektif.

Bila his berhenti disebut persalinan palsu. Bilamana kontraksi

makin teratur dan bukaan bertambah sampai 3 cm, pasien kita

sebut masa fase laten. Walaupun pada tahap persiapan hanya

sedikit pembukaan serviks, cukup banyak perubahan yang


17

berlangsung dikomponen jaringan ikat serviks.Tahap ini mungkin

peka terhadap sedasi dan anastesi regional. (Saifuddin, 2010).

2) Fase aktif yang memanjang

Fase Aktif yang Memanjang pada Primigravida

Pada primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12 jam

merupakan keadaan abnormal. Yang lebih penting daripada

panjangnya fase ini kecepatan dilatasi cervix. Laju yang kurang

dari 1.2 cm per jam membuktikan adanya abnormalitas dan harus

menimbulkan kewaspadaan dokter yasng akan menolong

persalinan tersebut.

Pemanjangan fase aktif menyertai:

a. Malposisi janin

b. Disproporsi

c. Penggunaan sedatif dan analgesik secara sembrono, dan

d. Ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan.

Keadaan ini diikuti oleh peningkatan kelahiran dengan forceps-

tengah, sectio caesarea dan cederaatau kematian janin.

Fase Aktif yang Memanjang pada Multipara

Fase aktif pada multipara yang berlangsung lebih dari 6 jam

(rata-rata 2.5 jam) dan laju dilatasi cervix yang kurang dari 1.5 cm

per jam merupakan keadaan abnormal. Meskipun partus lama pada

multipara lebih dijumpai dibandingkan dengan primigravida,


18

namun karena ketidakacuan dan perasaan aman yang palsu,

keadaan tersebut bisa mengakibatkan petaka. Kelahiran normal

yang terjadi di waktu lampau tidak berarti bahwa kelahiran

berikutnya pasti normal kembali. Pengamatan yang cermat, upaya

menghindari kelahiran per vaginam yang traumatik dan

pertimbangan sectio caesarea merupakan tindakan penting dalam

penatalaksana masalahan ini. (Oxorn, 2010).

d. Patofisiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kala I memanjang

meliputi kelainan letak janin seperti letak sungsang, letak lintang,

presentasi muka, dahi dan puncak kepala, Kelainan panggul seperti

pelvis terlalu kecil dan CPD (cephalopelvic disproportion), kelainan

his seperti inersiauteri, incoordinate uteri action. Kelainan-kelainan

tersebut dapat mengakibatkan pembukaan serviks berjalan sangat

lambat, akibatnya kala I menjadi memanjang (Saifuddin, 2010).

e. Faktor Predisposisi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kala I memanjang antara

lain:

1. Kelainan Letak Janin

Meliputi presentasi puncak kepala, presentasi muka, presentasi

dahi, letak sungsang, letak melintang, dan presentasi ganda. Pada

kelainan letak janin dapat menyebabkan partus lama dan ketuban

pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.


19

Sementara pada janin dapat berakibat adanya trauma partus dan

hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus (Mochtar, 2011).

2. Kelainan His

Menurut Wiknjosastro (2010) kelainan his antara lain :

1) Inertia Uteri

Hypotonic uterine contraction

Suatu keadaan dimana kontraksi uterus lebih lama, singkat, dan

jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita baik, dan rasa nyeri

tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak

bahaya, baik bagi ibu maupun janin, kecuali jika persalinan

berlangsung terlalu lama.

2) Inersia Uteri Sekunder

Timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang lama.

Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama

sehingga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia

sekunder jarang ditemukan, kecuali pada wanita yang tidak diberi

pengawasan baik pada waktu persalinan.

3) His Terlampau Kuat (Hypertonic Uterine Contraction)

His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan

selesai dalam waktu yang singkat. Partus yang sudah selesai kurang

dari tiga jam, dinamakan partus presipitatus: sifat his normal, tonus

otot di luar his juga biasa, kelainan terletak pada kekuatan his.
20

Bahaya partus presipitatus bagi ibu adalah terjadinya perlukaan luas

pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina, dan perineum,

sedangkan bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena

bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.

4) Incoordinate uterine action

Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah, dan

bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan

pembukaan sehingga menyebabkan kala I memanjang.

3.Kelainan Lain

Meliputi pimpinan persalinan yang salah, janin besar atau ada

kelainan kongenital, primi tua primer dan sekunder, perut gantung,

grandemulti, ketuban pecah dini ketika serviks masih menutup, keras

dan belum mendatar, kecemasan dan ketakutan atau respon stress,

pemberian analgetik yang kuat atau terlalu cepat pada persalinan dan

pemberian anastesi sebelum fase aktif, ibu bertubuh pendek <150 cm

yang biasanya berkaitan dengan malnutrisi, riwayat persalinan

terdahulu sectio caesarea, IUFD (Intra Uterine Fetal Death), ibu

usia muda atau di bawah 17 tahun, adanya derajat plasenta previa

yang tidak diketahui, atau adanya masa seperti fibroid yang muncul

dari uterus atau serviks (Oxorn, 2010).

f. Tanda Klinis

Menurut Mochtar (2011) tanda klinis kala I fase aktif memanjang

terjadi pada ibu dan juga pada janin meliputi:


21

a) Pada Ibu

Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,

pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai

edema vulva, edema serviks, cairan ketuban yang berbau, terdapat

mekonium.

b) Pada Janin

1) Denyut jantung janin cepat / hebat / tidak teratur bahkan negatif;

air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau - hijauan, berbau.

2) Kaput suksedaneum yang besar.

3) Moulage kepala yang hebat.

4) Kematian janin dalam kandungan.

5) Kematian janin intra partal.

g. Komplikasi Pada Ibu Dan Janin Akibat Kala I Memanjang

1) Bagi Ibu

a) Ketuban Pecah Dini

Apabila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh

tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang

meyentuh os internal. Akibatnya, ketuban pecah dini lebih

mudah terjadi infeksi (Wijayarini, 2010).

b) Sepsis Puerperalis

Infeksi merupakan bahaya serius bagi ibu dan janin pada kasus

persalinan lama, terutama karena selaput ketuban pecah dini.


22

Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina

yang berulang-ulang (Wijayarini, 2010).

c) Ruptur Uterus

Penipisan segmen bawah rahim yang abnormal menimbulkan

bahaya serius selama persalinan lama. Jika disproporsi sangat

jelas sehingga tidak ada engagement atau penurunan, segmen

bawah rahim menjadi sangat teregang, dan dapat diikuti oleh

ruptur (Cunningham, 2013).

d) Cedera Dasar Panggul

Cedera pada otot dasar panggul, persarafan, atau fasia

penghubung adalah konsekuensi pelahiran pervaginam yang

sering terjadi, terutama apabila pelahirannya sulit

(Cunningham, 2013).

e) Dehidrasi

Ibu nampak kelelahan, nadi meningkat, tensi mungkin normal

atau telah turun, temperatur meningkat (Manuaba, 2010).

2) Bagi Janin

Persalinan dengan kala I fase aktif memanjang dapat menyebabkan

detak jantung janin mengalami gangguan, dapat terjadi takikardi

sampai bradikardi. Pada pemeriksaan dengan menggunakan NST

atau OCT menunjukkan asfiksia intrauterin. Dan pada pemeriksaan

sampel darah kulit kepala menuju pada anaerobik metabolisme dan

asidosis. Selain itu, persalinan lama juga dapat berakibat adanya


23

kaput suksidaneum yang besar (pembengkakan kulit kepala)

seringkali terbentuk pada bagian kepala yang paling dependen, dan

molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin

mengakibatkan perubahan bentuk kepala (Manuaba, 2010).

h. Diagnosis Penunjang

Oxorn (2010) mengatakan untuk menegakkan diagnosis diperlukan

beberapa pemeriksaan penunjang antara lain :

1) Pemeriksaan USG untuk mengetahui letak janin.

2) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar haemoglobin

guna mengidentifikasi apakah pasien menderita anemia atau tidak.

3) Pemeriksaan sinar rontgen dilakukan jika diagnosis sulit

ditegakkan karena terjadi moulage yang cukup banyak dan caput

succedanum yang besar, pemeriksaan sinar rontgen dapat

membantu menentukan posisi janin disamping menentukan bentuk

dan ukuran panggul.

i. Prognosis

1. Bagi Ibu

Persalinan lama terutama fase aktif memanjang menimbulkan efek

terhadap ibu. Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya

proses persalinan, resiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu

24 jam serta terdapat kenaikan insidensi atonia uteri, laserasi,

perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan syok. Angka kelahiran


24

dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi

ibu (Oxorn, 2010).

2. Bagi Janin

Oxorn (2010) mengatakan bahwa semakin lama persalinan,

semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan semakin sering

terjadi keadaan berikut ini :

1) Asfiksia akibat partus lama itu sendiri

2) Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala

janin

3) Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang

sulit

4) Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini

mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya

dapat membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada

janin membawa akibat yang buruk bagi anak. Bahaya tersebut

lebih besar lagi jika kemajuan persalinan pernah terhenti.

Kenyataan ini khususnya terjadi saat kepala bayi macet pada

dasar perineum untuk waktu yang lama sementara tengkorak

kepala terus terbentur pada panggul ibu.

j. Penatalaksanaan

Menurut Oxorn (2010), penanganan umum pada ibu bersalin dengan

kala I memanjang yaitu:

1) Nilai keadaan umum, tanda-tanda vital dan tingkat hidrasinya.


25

2) Tentukan keadaan janin: Periksa DJJ selama atau segera sesudah

his, hitung frekuensinya minimal sekali dalam 30 menit selama fase

aktif.

3) Jika terdapat gawat janin lakukan sectio caesarea kecuali jika

syarat dipenuhi lakukan ekstraksi vacum atau forceps.

4) Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau

bercampur darah pikirkan kemungkinan gawat janin.

5) Jika tidak ada air ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban

pecah, pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air

ketuban yang dapat menyebabkan gawat janin.

6) Perbaiki keadaan umum dengan:

a. Beri dukungan semangat kepada pasien selama persalinan.

b. Pemberian intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Dehidrasi

ditandai adanya aseton dalam urine harus dicegah.

c. Pemberian sedatif agar ibu dapat istirahat dan rasa nyerinya

diredakan dengan pemberian analgetik (tramadol atau pethidine

25 mg). Semua preparat ini harus digunakan dengan dosis dan

waktu tepat sebab dalam jumlah yang berlebihan dapat

mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.

d. Pemberian therapy misoprostol 0,4 mg sesuai dengan advis

dokter, obat ini digunakan untuk memberikan perubahan

pembukaan.
26

e. Pemeriksaan rectum atau vaginal harus dikerjakan dengan

frekuensi sekecil mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan

meningkatkan resiko infeksi. Setiap pemeriksaan harus dilakukan

dengan maksud yang jelas.

7) Apabila kontraksi tidak adekuat

a) Menganjurkan untuk mobilisasi dengan berjalan dan mengubah

posisi dalam persalinan.

b) Rehidrasi melalui infus atau minum.

c) Merangsang puting susu.

d) Acupressure.

e) Mandi selama persalinan fase aktif.

f) Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan

partograf.

8) Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal tiap 4 jam.

a) Apabila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan sectio

secarea.

b) Apabila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.

c) Apabila tidak didapatkan tanda adanya CPD (Cephalopelvic

disproportion) atau :

1) Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan

memperbaiki kontraksi dan mempercepat kemajuan persalinan.

2) Apabila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif

kurang dari 1 cm per jam lakukan penilaian kontraksi uterus.


27

3) Lakukan induksi dengan oksitosin drip 5 unit dalam 500 cc

dekstrosa atau NaCl.


28

3. Teori Manajemen Kebidanan

a. Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode pemberian pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari bidan

ke klien, yang merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang

diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas melalui

tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk

mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan

keputusan klinik yang dilakukan dengan tepat.

Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut varney:

1) Langkah pertama: Pengumpulan Data Dasar

Melakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang

diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien meliputi, riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik, meninjau catatan terbaru atau catatan

sebelumnya, meninjau data laboratorium dan membandingkannya

dengan hasil studi.

2) Langkah kedua: Interpretasi Data Dasar

Menetapkan disgnosis atau masalah berdasarkan penafsiran data dasar

yang telah dikumpulkan.

3) Langkah ketiga: Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial

Berdasarkan diagnosa mengantisipasi penanganannya atau masalah

yang telah ditetapkan


29

4) Langkah keempat: Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera

Untuk melakukan konsultasi kolaborasi dengan tenaga kesehatan

lain berdasarkan kondisi lain.

5) Langkah kelima: Perencanaan tindakan yang dilakukan

Merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau

diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi.

6) Langkah keenam: Pelaksanaan

Melaksanakan rencana asuhan komprehensif. Pelaksanaan yang efisien

akan berhubungan dengan waktu dan biaya dapat meningkatkan mutu

dan asuhan klien.

7) Langkah ketujuh: Evaluasi

Evaluasi, keefektifkan dan asuhan yang sudah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan (Muslihatun, 2010).

b. Pendokumentasian Kebidanan

Metode dalam pendokumentasian pelayanan kebidanan yang digunakan

yaitu SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data Subjektif, O adalah data

Objektif, A adalah Analisis atau Assessment, dan P adalah Planning.

Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat.

Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran

penatalaksanaan manajemen kebidanan.

1) Data Subjektif

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen

Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang


30

diperoleh dari anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan

masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai

kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung

atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis.

Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan

disusun.

2) Data Objektif

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen

Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari

melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain. Catatan

medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan

dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis

pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

3) Assessment

Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi

(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisis atau assessment

merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen

Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal- hal

berikut ini: diagnosis atau masalah kebidanan, diagnosis atau masalah

potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera

untuk antisipasi diagnosis atau masalah potensial dan kebutuhan

tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan,


31

meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan

merujuk klien.

4) Planning

Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini

dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil

analisis dan interpretasi data. Planning dalam metode SOAP ini juga

merupakan gambaran pendokumentasian implementasi dan

evaluasi. Sehingga P dalam SOAP meliputi pendokumentasian

manejemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam

dan ketujuh (Muslihatun, 2010).


32

B. KERANGKA TEORI

Tinjauan Umum Tinjauan Umum Tentang

Tentang Persalinan Kala I Memanjang

a. Definisi Persalinan a. Definisi Kala I SOAP

b. Penyebab Terjadinya Memanjang S: Subjektif


SOAP
O: Objektif
Persalinan b. Etiologi
S: Subjektif
A: Assessment
c. Faktor-Faktor Yang c. Klasifikasi
O: Objektif
P: Planning
A: Mempengaruhi
Assessment d. Patofisiologi

Persalinan
P: Planning e. Faktor Predisposisi

d. Tanda-Tanda f. Komplikasi pada

Persalinan ibu dan janin akibat

e. Tahapan Persalinan kala I memanjang

g. Penatalaksanaan

Manajemen Varney:

a. Pengumpulan Data Dasar


b. Interpretasi Data Dasar
c. Identifikasi Diagnosis atau masalah Potensial
d. Tindakan Segera
e. Perencanaan
f. Pelaksanaan
33

Bagan 2.1

BAB III

METODE PENGAMBILAN DATA DAN MANAJEMEN

KEBIDANAN

A. METODE PENGABILAN DATA

1. Jenis Penelitian

Jenis studi yang digunakan adalah metode observasional deskriptif dengan

pendekatan studi kasus. Metode observasional yaitu suatu prosedur

berencana yang antara lain meliputi dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas

tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Metode

deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang digunakan dengan tujuan

utama untuk membuat gambaran atau deskriptif keadaan suatu objek. Studi

kasus adalah melakukan penelitian yang rinci tentang seseorang atau suatu

unit selama kurun waktu tertentu (Notoatmodjo, 2012).

2. Jenis Studi Kasus

Studi kasus yang digunakan penulis dalam membuat studi kasus ini adalah

dengan menggunakan asuhan kebidanan menurut tujuh langkah Varney

dari pengkajian sampai dengan evaluasi dan data perkembangannya

menggunakan SOAP. Laporan studi kasus ini pada Asuhan Kebidanan

Pada Ibu Bersalin Ny.X Usia X Tahun GxPxAx dengan kala I memanjang

Di RSUD Cilacap.
34

3. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus merupakan subjek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti

(Arikunto, 2013). Subjek dalam studi kasus ini dilakukan pada ibu bersalin

Ny.x GxPxAx dengan kala I memanjang.

4. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus adalah suatu penelitian sering kali memerlukan waktu

yang lebih lama dari yang telah ditentukan, sehingga menjadi kendala bagi

semua peneliti terutama peneliti pemula untuk memperkirakan waktu yang

diperlukan (Nursalam, 2013). Studi kasus dilakukan pada bulan Juni 2020.

5. Instrumen Studi Kasus

Instrumen studi kasus adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data. Instrumen penelitian ini dapat berupa : Kuesioner (daftar

pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan

dengan pencatatan data dan sebagainya. Apabila data yang akan

dikumpulkan itu adalah data yang menyangkut pemeriksaan fisik maka

instrumenpenelitian ini dapat berupa stetoskop, tensimeter, timbangan,

meteran atau alat antropometrik lainnya untuk mengukur status gizi, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang digunakan untuk

mendapatkan data adalah format Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin

dengan menggunakan 7 langkah Varney serta lembar observasi, dan

partograf untuk kemajuan persalinan dan data perkembangan SOAP.


35

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada karya ilmiah adalah dengan cara

pengambilan data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh penulis pada saat

melakukan asuhan kebidanan.

a) Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan

atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran peneliti, atau

bercakap- cakap berhadapan muka dengan orang tersebut

(Notoatmodjo, 2010).

Dalam pengambilan kasus ini wawancara ditujukan pada ibu

bersalin Ny.X Gx PxAx dengan kala I memajang dan bidan di

RSUD Cilacap.

b) Observasi

Observasi adalah pengumpulan data melalui indera penglihatan

seperti perilaku pasien, ekspresi wajah (Sulistyawati dan

Nugaraheny, 2010).

Pada kasus ibu bersalin dengan induksi atas indikasi kala I

memanjang yang di observasi adalah TTV, pmeriksaan dalam,

DJJ, his dan cairan atau obat yang dimasukkan.


36

c) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik ditujukan untuk memenuhi kebutuhan fisik

pasien secara sitematis dengan cara :

1) Inspeksi

Inspeksi adalah memeriksa dengan cara melihat atau

memandang. Tujuanya untuk melihat keadaan umum klien

(Romauli, 2011). Pada kasus ibu bersalin dengan induksi atas

indikasi kala I memanjang pemeriksaan adalah mulai dari

kepala, leher, dada, mammae, xilla, abdomen, kulit,

ekstremitas, genetalia dan anus (Romauli, 2011).

2) Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara

meraba. Tujuanya untuk mengetahui adanya kelainan

(Romauli, 2011).

Pada kasus ibu bersalin dengan induksi atas indikasi kala I

memanjang palpasi digunakan untuk mengetahui umur

kehamilan dengan memeriksa tinggi fundus uteri, Leopold I –

IV, Mc. Donald

(Astuti, 2012).

3) Perkusi

Adalah suatu pemeriksan dengan cara mengetuk untuk

membandingkan kiri dan kanan pada setiap daerah permukaan


37

tubuh dengan tujuan menghasilkan suara. Dalam hal ini

pemeriksaan dilakukan pada daerah patella untuk mengetahui

reflek patella pasien (Romauli, 2011).

4) Auskultasi

Untuk mengetahui gerakan janin atau denyut jantung janin

(Manuaba, 2012).

b. Data sekunder

Adalah data yang diduga secara tidak langsung dari obyek

penelitian. Data sekunder diambil dengan cara :

a) Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi

yang berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2012).

Dalam studi kasus ini studi dokumentasi yang digunakan

adalah buku register, buku KIA, buku text dan catatan

perkembangan dari bidan apabila pasien rujukan.

b) Studi kepustakaan

Adalah semua literatur atau bacaan yang digunakan untuk

mendukung dalam penyusunan karya tulis Ilmiah tersebut.

Literatur ini umumnya terdiri dari buku-buku teks, majalah

atau jurnal ilmiah, makalah ilmiah, skripsi, tesis atau disertasi

(Notoatmodjo, 2012).

Pengambilan studi kepustakaan ini di ambil dari refensi tahun

2010 –2014.
38

B. MANAJEMEN KEBIDANAN

1. Pengertian

Menurut Hellen Varney, manajemen kebidanan adalah proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan - penemuan, keterampilan

dalam pengkajian / tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan

yang berfokus pada klien (Mangkuji, 2012)

2. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

a. Langkah pertama : Pengkajian

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semuai informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi pasien. Untuk memperoleh data, dilakukan melalui

anamnesis (Sulistyawati, 2010).

1) Data subjektif

Data subjektif, berupa data fokus yang dibutuhkan untuk menilai

keadaan ibu sesuai dengan kondisinya (Romauli, 2011).

a) Biodata

1) Nama

Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil

dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi antara

bidan dan pasien menjadi lebih akrab.

2) Umur
39

Data ini dintanyakan untuk menentukan apakah ibu dalam

persalinan berisiko karena usia atau tidak.

3) Agama

Sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan mental dan

spiritual terhadap pasien dan keluarga sebelum dan pada saat

persalinan.

4) Suku / bangsa

Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh

pasien dan keluarga yang berkaitan dengan persalinan.

5) Pendidikan

Sebagai dasar bidan untuk menentukan metode yang paling

tepat dalam menyampaikan informasi mengenai teknik

melahirkan bayi. Tingkat pendidikan ini akan sangat

mempengaruhi daya tangkap dan tanggap pasien terhadap

instruksi yang diberikan bidan pada proses persalinan.

6) Pekerjaan

Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola

sosialisai, dan data pendukung dalam menentukan pola

komunikasi yang akan dipilih selama asuhan.

7) Alamat

Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien, data ini

juga memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang

ditempuh pasien menuju lokasi persalinan (Sulistyawati dan


40

Nugaraheny, 2010).

b) Keluhan utama

Untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan

kesehatan (Sulistyawati, 2010).

Menurut Sondakh (2013), kemajuan yang kurang baik pada

persalinan kala I ibu mengeluh dengan kontraksi yang tidak

teratur dan tidak sering, servik tidak dipenuhi oleh bagian

terbawah janin. Kemajuan yang kurang baik pada persalinan

dapat menyebabkan persalinan berlangsung dalam jangka

waktu yang lama.

c) Tanda – tanda persalinan

Pada kasus persalinan, informasi yang harus di dapat dari

pasien adalah kapan mulai terasa ada kenceng-kenceng di

perut, bagaimana intensitas dan frekuensinya, apakah ada

pengeluaran cairan dari vagina yang berbeda dari air kemih ,

apakah sudah ada pengeluaran lendir yang disertai darah, serta

pergerakan janin untuk memastikan kesejahteraanya

(Sulistyawati, 2010).

d) Riwayat Menstruasi

Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengan

masa bersalin, namun dari data yang kita peroleh kita akan

mempunyai gambaran tentang keadaan dasar organ dari

reproduksinya (Sulistyawati, 2010).


41

e) Riwayat perkawinan

Data ini penting untuk kita kaji karena dari data ini kita akan

mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga

pasangan serta kepastian mengenai siapa yang akan

mendampingi persalinan. Beberapa pertanyaan yang diajukan :

1) Usia nikah pertama kali

2) Status pernikahan sah/ tidak

3) Lama pernikahan

4) Perkawinan sekarang adalah suami yang keberapa

(Sulistyawati, 2010).

f) Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Menurut Astuti (2012), meliputi :

1) Jumlah kehamilan.

2) Jumlah anak hidup.

3) Jumlah kelahiran premature.

4) Jumlah keguguran.

5) Persalinan dengan tindakan (operasi, sesar, vakum atau

forsep).

6) Riwayat perdarahan pada persalinan atau pasca persalinan.

7) Berat bayi.

g) Riwayat Kehamilan Sekarang

Menurut Astuti (2012) hal yang perlu ditanyakan, yaitu :

1) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)


42

Mengetahui tanggal hari pertama dari menstruasi terakhir klien

untuk memperkirakan kapan kira-kirasang bayi akan lahir.

2) HPL (Hari Perkiraan Lahir)

Membantu penetapan tanggal perkiraan kelahiran.

Untuk mengetahui masalah-masalah apa yang pernah dirasakan

pada trimester I-III.

3) ANC

Untuk mengetahui asuhan kehamilan apa saja yang pernah ibu

dapatkan selama kehamilan trimester I-III dan dimana ibu

mendapatkan asuhan kehamilan tersebut.

4) Penyuluhan yang pernah didapat

Penyuluhan apa yang pernah didapat ibu ditanyakan untuk

mengetahui pengetahuan apa saja yang kira-kira telah

didapat ibu.

5) Imunisasi TT

Tanyakan kepada ibu apakah sudah pernah mendapatkan

imunisasi TT.

h) Riwayat keluarga berencana

Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi hormonal

dapat mempengaruhi EDD, dan karena penggunaan metode

lain dapat membantu “menanggali” kehamilan (Ramouli,

2011).

i) Riwayat penyakit
43

1) Riwayat penyakit sekarang

Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai

“warning” akan adanya penyulit saat persalinan. Perubahan

fisik dan psikologis saat bersalin yang melibatkan seluruh

sistem kekebalan tubuh akan mempengaruhi organ yang

mengalami gangguan (Sulistyawati dan Nugaraheny, 2010).

2) Riwayat penyakit sistemik

Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai

“warning” akan adanya penyulit saat persalinan. Beberapa

data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu

kita ketahui adalah apakah pasien pernah atau sedang

menderita penyakit seperti jantung, diabetes mellitus, ginjal,

hipertensi, asma, TBC, hepatitis, dan epilepsi (Sulistyawati,

2010).

3) Riwayat penyakit keluarga

Untuk mengetahu apakah dalam keluarga ada yang menderita

penyakit menahun seperti TBC penyakit menurun seperti

jantung dan menular seperti HIV (Astuti, 2012).

4) Riwayat keturunan kembar

Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam

keluarga (Astuti, 2012).

5) Riwayat operasi

Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani (Astuti,


44

2012).

j) Pola kebiasaan sehari – hari

1) Nutrisi

Data ini penting untuk diketahui agar bisa mendapatkan

gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya

selama hamil sampai dengan masa awal persalinan. Data

fokus mengenai asupan makanan pasien adalah sebagai

berikut :

a) Kapan makan dan minum terakhir.

b) Jenis makanan dan minuman.

c) Jumlah makanan yang dimakan dan berapa banyak yang

diminum (Sulistyawati, 2010).

2) Personal hygiene

Data ini perlu kita gali karena akan sangat berkaitan dengan

kenyamanan pasien dalam menjalani proses persalinanya

(Sulistyawati, 2010).

3) Eliminasi

Kapan BAB dan BAK terakhir

(Sulistyawati, 2012).

4) Aktivitas

Kita perlu mengkaji kebiasaan sehari-hari pasien karena data


45

ini memberikan gambaran tentang seberapa berat aktifitas

yang biasa dilakukan oleh pasien dirumah (Romauli, 2011).

5) Istirahat/tidur

Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk mempersiapkan

energi menghadapi proses persalinan (Sulistyawati, 2010).

6) Psikososial budaya

Menurut Sulistyawati (2010) yang ditanyakan adalah :

a) Respon pasien terhadap kelahiran bayinya.

b) Respon keluarga terhadap persalinan.

c) Respon suami pasien terhadap kehamilan ini.

d) Adat istiadat setempat yang berkaitan dengan persalinan.

7) Penggunaan obat-obatan, jamu/ rokok :

Hal ini perlu ditanyakan karena kebiasaan tersebut secara

langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan,

perkembangan janin, dan menimbulkan kelahiran dengan

berat badan lahir rendah bahkan dapat menimbulkan cacat

bawaan atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan

mental (Astuti, 2012).

2) Data Objektif

Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan

diagnosis. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui

pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan


46

pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan

(Sulistyawati, 2010).

Langkah-langkah pemeriksaan

a) Status Generalis

1) Keadaan umum

Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara

keseluruhan. Dengan kriteria baik / lemah (Sulistyawati,

2010).

Wanita yang tampak cemas dan ketakutan merupakan calon

persalinan lama (Hakimi, 2010).

2) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita

dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari

keadaan komposmentis (kesadaran maksimal sampai

dengan koma (pasien tidak dalam kesadaran) (Sulistyawati,

2010).

Keadaan fisik dan mental pada ibu bersalin dengan kala I

memanjang secara umum dinilai dengan memperhatikan

keletihan, semangat, hidrasi dan keadaan gizinya (Hakimi,

2010).

3) Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah

Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90


47

mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30

mmHg, dan / diastolic 15 mmHg atau lebih, kelainan ini

dapat berlanjut menjadi preeklamsi dan eklamsi kalau

tidak ditangani dengan tepat (Romauli, 2011).

Pada persalinan dengan kala I memanjang tekanan darah di

ukur tiap 4 jam, pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih

sering apabila ada gejala preeklampsia (Prawirohardjo,

2010).

Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat semakin

meningkatkan tekanan darah (Rukiyah dkk, 2010).

b) Nadi

Dalam keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60-80 x/menit

(Romauli, 2011).

Pada kasus persalinan dengan kala I memanjang nilai dan

catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif

persalinan dan lebih sering jika ditandai adanya penyulit

(Prawirohardjo, 2010).

Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih

meningkat (Rukiyah dkk, 2010).

c) Suhu

Suhu tubuh yang normal adalah 16-37,5°C. suhu tubuh lebih

dari 37°C perlu diwaspadai adanya infeksi.

(Prawirohardjo, 2010).
48

d) Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan

selama persalinan dan tertinggi selama dan segera setelah

melahirkan (Rukiyah dkk, 2010).

e) Respirasi

Untuk mengetahui fungsi system pernafasan normalnya 16-

24 x/ menit (Romauli, 2011).

Pada kasus persalinan dengan kala I memanjang nilai dan

catat pernapasan ibu setiap 30 menit selama fase aktif

persalinan (Prawirohardjo, 2010).

Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama persalinan

dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang

terjadi (Rukiyah dkk, 2010).

f) Tinggi badan

Ibu hamil dengan tinggi badan krang dari 145 cm tergolong

resiko tinggi (Romauli, 2011).

g) Berat badan

Untuk mengetahui staus gizi ibu, apakah ibu dalam keadaan

malnutrisi atau tidak. Malnutrisi dapat mempengaruhi

keadaan janin dalam uterus. Peningkatan berat badan

pada trimester I adalah 1 kg, pada trimester II adalah 4

kg, dan pada trimester III adalah 6 kg (Romauli, 2011).

h) LILA

Lila kurang dari 23,50 cm merupakan indikator kuat untuk


49

status gizi ibuyang kurang/buruk (Romauli, 2011).

i) Pemeriksaan Sistematis (Head To Toe)

1) Kepala

Untuk mengetahui keadan kulit kepala pada rambut,

untuk menilai warana, klebatan dan karakteristik

lainya.

2) Rambut

Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok

atau tidak (Romauli, 2011).

3) Muka

Tampak cloasma gravidarum atau tidak, tidak sembab

(Romauli, 2011).

4) Mata

Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda,

sclera normal berwarna putih (Romauli, 2011).

5) Hidung

Normal atau tidak, ada polip atau tidak , kelainan bentuk

(Romauli, 2011).

6) Telinga

Bersih atau tidak, apakah terdapat gangguan pendengaran

(Sulistyawati, 2010)

7) Mulut/Gigi/Gusi

Apakah sariawan, bagaimana kebersihanya, adakah caries


50

atau keropos yang menandakan ibu kekurangan

kalsium (Romauli, 2011).

8) Leher

Untuk mengetahui ada pembesaran kalenjar tyroid,

pembesaran kalenjar limfe (Romauli, 2011).

9) Dada dan Axilla Meliputi pemeriksaan :

Pemebesaran, simetris, areola, putting susu, kolostrum

dan tumor.

Retraksi pembesaran kalenjar limfe ketiak, massa, dan

nyeri tekan (Astuti, 2012).

10) Ekstremitas

a) Atas

Gangguan / kelainan dan bentuk (Sulistyawati, 2010)

b) Bawah

Bentuk, oedema, varises (Sulistyawati, 2010)

b) Pemeriksaan khusus obstetri

1)Abdomen

a) Inspeksi

Adalah suatu proses observasi yang dilakukan secara

sistematis denagn menggunakan penglihatan, dari ujung

rambut sampai ujung kaki.

b) Palpasi

Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba:


51

a. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir

Untuk mengetahu berapa kali janin bergerak dalam 24 jam

(Prawirohardjo, 2014).

b. Kontraksi

Untuk mengetahui sejak kapan kontraksi dimulai,

frekuensinya, durasinya dan lokasinya, sehingga dapat

diketahui sejak kapan berlangsung.

a. Pemeriksaan Leopold I

Untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian yang

berada di fundus (Romauli, 2011).

b. Pemeriksaan Leopold II

Untuk mengetahui batas kiri / kanan pada uterus ibu, yaitu

punggung pada letak bujur dan kepala pada letak

lintang (Romauli, 2011).

c. Pemeriksaan Leopold III

Untuk mengetahui presentasi / bagian terbawah janin yang

ada di sympisis ibu (Romauli, 2011).

d. Pemeriksaan Leopold IV

Untuk mengetahui seberapa jauh masuknya bagian

terendah janin kedalam PAP (Romauli, 2011).


52

e. TBJ

Taksiran ini hanya berlaku untuk janin dengan presentasi

kepala (Astuti, 2012).

f. Mc. Donald

Fundus uteri di ukur dengan pita. Dan tinggi fundus

dikalikan 2 dan di bagi 7 memberikan umur kehamilan

dalam bulan obstetrik dan bila dikalikan 8 dan di bagi 7

memberikan umur kehamilan dalam minggu (Astuti,

2012).

c) Auskultasi

Normal terdengar denyut jantung dibawah pusat ibu (baik

dibagian kiri atau dibagian kanan) mendengarkan denyut

jantung janin meliputi frekuensi dan keteraturanya. DJJ

dihitung selama 1 menit penuh. Jumlah DJJ normal antara

120 sampai 140 x/ menit (Ramouli, 2011). Pada persalinan

dengan induksi DJJ harus dilakukan setiap 15 menit

apabila sudah memasuki fase aktif (Prawirohardjo, 2010).

2)Pemeriksaan panggul

Menurut Astuti (2012) yang harus di lakukan pemeriksaan,

yaitu:

a) Kesan panggul

Untuk mengetahui kesan panggul, diantaranya gynekod,


53

android, anthropoid, platipeloid.

b) Distansia spinarum

Yaitu jarak antara spina iliaka anterior superior kanan dan

kiri, dengan ukuran normal 23-26 cm.

c) Distansia cristarum

Yaitu jarak antara krista iliaka terjauh kanan dan kiri dengan

ukuran sekitar 26-29 cm.

d) Conjugata eksterna (Boudeloque)

Yaitu jarak antar tepi atas simfisis dan prosesus spinosus

lumbal V, dengan ukuran normal sekitar 18-20 cm.

e) Lingkar panggul

Yaitu dari tepi atas simfisis pubis, mengelilingi ke belakang

melalui pertengahan SIAS dan tronchater mayor kanan, ke

ruas lumbal V dan kembali ke simfisis melalui

pertengahan SIAS dan tronchater mayor kiri dan berakhir

di tepi atas simfisis. Ukuran normal sekitar 80-90 cm.

3)Anogenital

Menurut Astuti (2012), pemeriksaan yang harus dilakukan,

yaitu:

a) Vulva, vagina dan perineum

Meliputi pemeriksaan :

Varises, luka, kemerahan, pengeluaran pervaginam, kalenjar


54

bartholini (bengkak, massa).

b) Anus

Meliputi pemeriksaan Haemoroid.

4)Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan laboratorium meliputi

pemeriksaan urine untuk mengetahui kadar protein dan

glukosanya, dan pemeriksaan darah untuk mengetahui factor

rhesus, golongan darah, Hb dan penyakit rubella (Astuti,

2012).

b. Langkah kedua : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan diagnosis,

masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan (Sulistyawati, 2010).

Menurut Sulistyawati (2010) dalam langkah kedua ini, bidan

membagi interpretasi data dalam tiga bagian, yaitu :

1) Diagnosa Kebidanan

Dalam bagian ini yang disimpulkan oleh bidan adalah paritas,

usia kehamilan (dalam minggu), kala dan fase persalinan,

keadaan janin, normal atau tidak normal.

Diagnosa : Ny. X , umur X tahun , Gx Px Ax , hamil X minggu,

dengan janin tunggal atau ganda, hidup intra atau ekstra uteri, letak

janin memanjang atau melintang, punggung kanan atau kiri, kepala

sudah atau belum masuk PAP , penurunan X bagian , inpartu kala X.


55

Data dasar : data subjektif dan data objektif.

2) Masalah

Dalam asuhan kebidanan istilah “masalah” dan “diagnosis”

dipakai keduanya karena beberapa masalah tidak dapat

didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi perlu dipertimbangkan

untuk membuat rencana yang menyeluruh.

Masalah yang sering muncul pada ibu bersalin dengan kala I

memanjang adalah Meliputi pimpinan persalinan yang salah, janin

besar atau ada kelainan kongenital, primi tua primer dan sekunder,

perut gantung, grandemulti, ketuban pecah dini ketika serviks masih

menutup, keras dan belum mendatar, kecemasan dan ketakutan atau

respon stress, pemberian analgetik yang kuat atau terlalu cepat

pada persalinan dan pemberian anastesi sebelum fase aktif, ibu

bertubuh pendek <150 cm yang biasanya berkaitan dengan

malnutrisi, riwayat persalinan terdahulu sectio caesarea, IUFD (Intra

Uterine Fetal Death), ibu usia muda atau di bawah 17 tahun,

adanya derajat plasenta previa yang tidak diketahui, atau adanya

masa seperti fibroid yang muncul dari uterus atau serviks (Oxorn,

2010)

3) Kebutuhan

Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien

berdasarkan keadaan dan masalahnya. Kebutuhan pada ibu

bersalin dengan kala I memanjang adalah berikan dukungan


56

emosional, mobilisasi, beritahu kondisi klien dan beritahu hasil

pemeriksaan (Simkin dan Ancheta, 2010).

c. Langkah Ketiga : Diagnosa Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.

Sambil mengamati pasien, bidan diharapkan siap bila diagnosis atau

masalah potensial benar-benar terjadi (Sulistyawati, 2010).

Pada persalinan dengan kala I memanajang pada ibu potensial

terjadi antonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, dan shock dan

pada janin potensial terjadi asphyxia dan trauma cerebri (Hakimi,

2010).

d. Langkah keempat : Antisipsi / Tindakan Segera

Tahap ini melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa

kebutuhan setelah diagnosa dan masalah ditegakkan. Dalam hal ini,

bidan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan (Sp.

OG) untuk pemeberian terapi terminasi kehamilan dengan induksi

(Prawirohardjo, 2010).

Menurut Diane dan Margaret (2010), penanganan persalinan kala I

memanjang atau jika kemajuan persalinan berlangsung lambat,

dapat diatasi dengan amniotomi, infus oksitosin dan seksio sesaria.

e. Langkah kelima : Rencana Tindakan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh


57

berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat

harus berdasarkan pertimbangan yang tepat meliputi pengetahuan,

teori terbaru, evidence based care, serta divalidasi dengan asumsi

mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien

(Sulistyawati, 2010).

Menurut Saifuddin (2012), rencana asuhan pada ibu bersalin dengan

kala I memanjang meliputi :

a) Perbaiki kedaan umum.

b) Berikan dukungan emosi dan perubahan posisi.

c) Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin (termasuk tanda

vital dan tingkat dehidrasinya).

d) Jika ada pembukaan, pendataran servik, tidak ada tanda-tanda

disproporsi sefalopelvik atau obstruksi dan ketuban masih utuh,

pecahkan ketuban dan lakukan induksi persalinan dengan

oksitosin

e) Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam.

f) Jika pasien tidak masuk fase katif setelah pemberian oksitosin

selama 8 jam, lakukan seksio sesarea.

f. Langkah Keenam : Perencanaan dan Implementasi

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman

(Sulistyawati, 2010).

g. Langkah ketujuh : Evaluasi


58

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita

berikan kepada pasien (Sulistyawati, 2010).

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan yaitu bisa

memperbaiki his dan mempercepat kemajuan persalinan sehingga

bayi lahir selamat (Saifuddin, 2012).

3. Follow Up Data Perkembangan Kondisi Pasien

Menurut Mangkuji (2012) tujuh langkah Varney disarikan menjadi 4

langkah yaitu SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, lanning). SOAP

disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaai kebidanan sebagai

perkembangan catatan kemajuan keadaan klien.

S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesa sebagai langkah I Varney

O : Objektif

Menggambarkan hasil pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.

A : Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data

subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi diagnosa kebidanan,

masalah, kebutuhan diagnosa potensial dan tindakan segera.

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari diagnosa potensial, antisipasi


59

penanganan diagnosa potensial, kebutuhan tindakan segera, rencana

tindakan, penatalaksanaan dan evaluasi perencanaan berdasarkan

assesment sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney (Mangkuji 2012).

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Astuti, H, P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I. Yogyakarta: Rohima

Press

Cunningham FG, Gant NF, dkk. 2013. Obstetri Williams Volume 1 Edisi

23. Jakarta:EGC

Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap. 2018. Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap

2018. Cilacap: Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap.

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.2018. Profil Kesehatan Propinsi Jawa

Tengah Tahun 2018. Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa

Tengah.
60

Dinas Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun

2012. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Hakimi, M. 2010. ILMU KEBIDANAN: Patologi & Fisiologi Persalinan.

Yogyakarta : YEM.

Mangkuji, Betty. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta : EGC.

Manuaba, I. A., dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga

Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Manuaba, IAC. 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Untuk

Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Manuaba. 2012. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC

Muslihatun, WN. 2010, Dokumentasi Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya.

Mochtar Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Jilid 1.

Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu

keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Oxorn Harry, Forte William. 2010. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta :

Yayasan Esentia Medica.


61

Prawirohardjo Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2014.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Romauli, S. 2011. Buku Ajar ASKEB I: Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.

Yogyakarta : Nuha Medika.

Rukiyah, A.Y, et al. 2010. Asuhan Kebidanan 2 (Persalinan). Jakarta : CV. Trans

Info Medika.

Saifuddin, B. A. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Edisi 1: Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Simkin, P. Ancheta, R. 2010. The Labor Progress Handbook. Jakarta : EGC.

Sofian, Amru. 2012. Sinopsis Obstetri Edisi 3. Jakarta: EGC

Sondakh, J. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jakarta :

Erlangga.

Sulistyawati, A. Nugraheny, E. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.

Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press.


62

Widiastini, Putu Luh. 2014. Buku ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dan

Bayi Baru Lahir. Bogor: IN MEDIA.

Wiknjosastro H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai