Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PATOFISIOLOGI DAN DIAGNOSA PENYAKIT PADA ORGAN


GINJAL”

Dosen Pengampu : Apt.Taufan want. S.Fam.,M.Fsrm.klin

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Fitri Wulandari : 2108060048


Zulfan Hidayat : 2108060050
Sri Andlina Rahmawati : 2108060064
Restiya Cici Nirmala Sari : 2108060055
Ismayana : 2108060041

PRODI S1 FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NUSA TENGGARA BARAT

2022

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala
yang telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “patofisiologi dan diagnosa penyakit pada
organ ginjal” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama


bersama. Diluar itu, kami sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati ,kami
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat


menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk
masyarakat luas. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Mataram, 19 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................ 2

Daftar Isi.................................................................................................. 3

BAB I Pendahuluan................................................................................. 4

A. Latar Belakang............................................................................ 4
B. Rumusan Masalah....................................................................... 4
C. Tujuan.......................................................................................... 4
BAB II Pembahasan................................................................................ 5

A. Pengertian organ ginjal................................................................ 5


B. Fungsi dan factor yang mempengaruhi kerusakan organ ginjal.. 6
C. Gangguan system penencernaan
a. Gagal ginjal akut.................................................................. 6
b. Gagal ginjal kronik............................................................... 8
BAB III Penutup...................................................................................... 13

A. Kesimpulan.................................................................................. 13
Daftar Pusaka.......................................................................................... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Saat ini penyakit ginjal mempengaruhi kematian orang dewasa di seluruh
Dunia khususnya Benua Asia, Australia, Eropa Utara, dan Amerika Selatan.
Penyakit ginjal menjadi indikator kuat risiko kematian dan stadium akhir penyakit
ginjal. Penyebab yang mempengaruhi penyakit ginjal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan tentang informasi gejala-gejala yang timbul pada penyakit ginjal dan
juga kurangnya pelayanan dan fasilitas kesehatan kususnya untuk penyakit ginjal
itu sendiri.
Dan kondisi terburuk pasien penyakit Ginjal adalah tidak berfungsinya
ginjal dalam tubuh dalam periode bulan atau tahun. Penyakit ginjal saat ini
mempengaruhi kematian sekitar 10 % sampai 16 % orang dewasa di seluruh
Dunia Khususnya Benua Asia, Australia, Eropa Utara, dan Amerika Selatan.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian penyakit ginjal?
2. Apa fungsi dan factor yang mempengaruhi kerusakan pada organ ginjal?
3. Bagaimana gangguan organ ginjal pada penyakit gagal ginjal akut?
4. Bagaimana gangguan organ ginjal pada penyakit gagal ginjal kronis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu penyakit ginjal
2. Untuk mengetahui fungsi dan factor kerusakan pada organ ginjal
3. Untuk mengetahui bagaimana gangguan organ ginjal pada penyakit gagal
ginjal akut
4. Untuk mengetahui bagaimana gangguan organ ginjal pada penyakit gagal
ginjal kronis

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian organ ginjal


Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.
Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama
urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin.
Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut
nefrologi.
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak dirongga
retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya
menghadap ke medial. Kedua ginjal terletak sekitar vertebrata T12 hingga L3.
Gnjal kanan biasannya terletak sedikit dibawah ginjal kiri untuk memberi tempat
untuk hati.

Ginjal merupakan organ yang berada di rongga abdomen, berada di


belakang peritoneum, dan terletak di kanan kiri kolumna vertebralis sekitar
vertebra T12 hingga L3.13 Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-12
cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, berbentuk seperti biji kacang dengan lekukan
mengahadap ke dalam, dan berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan manusia
dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau kurang lebih
antara 120-150 gram.

5
Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak yaitu lemak pararenal dan lemak
perirenal yang dipisahkan oleh sebuah fascia yang disebut fascia gerota

B. Fungsi dan factor yang mempengaruhi kerusakan pada ginjal


Ginjal merupakan alat tubuh yang strukturnya amat rumit, berperan penting
dalam pengelolaan berbagai faal utama tubuh. Beberapa fungsi ginjal:
a. Regulasi volume dan osmolalitas cairan tubuh
b. Regulasi keseimbangan elektrolit
c. Regulasi keseimbangan asam basa
d. Ekskresi produk metabolit dan substansi asing
e. Fungsi endokrin Partisipasi dalam eritropoiesis dan Pengatur tekanan arteri
f. Pengaturan produksi 1,25-dihidroksi vitamin D3 g. Sintesa glukosa.
Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Kerusakan Ginjal Hal-hal yang
mempengaruhi kerusakan ginjal, antara lain :

a. Obat atau zat kimia toksik Obat-obatan yang bersifat nefrotoksik misalnya
acetaminophen, NSAID, dan aminoglikosida. Sedangkan contoh zat kimia
toksik adalah pewarna sintetis metanil yellow, rodhamin B, amaranth.
b. Dosis Semakin tinggi dosis suatu zat yang diberikan maka akan semakin
tinggi pula kerusakan sel yang diakibatkan.
c. Nutrisi Keadaan gizi atau nutrisi diperlukan untuk mempertahankan fungsi
fisiologi dari suatu sel.
d. Usia Pada usia lanjut akan terjadi kemunduran fungsi ginjal sehingga ginjal
lebih rentan mengalami kerusakan.
e. Jenis Kelamin Jenis kelamin berkaitan dengan proses hormonal yang
berpengaruh terhadap proses metabolisme di dalam tubuh.
f. Penyakit/Infeksi Penyakit pendahulu atau penyerta akan memperberat
terjadinya kerusakan ginjal akibat terganggunya fungsi fisiologis maupun
perubahan morfologi.
g. Alkohol Konsumsi alkohol yang berlebihan dan dalam jangka waktu panjang
akan merusak ginjal ataupun memperparah kerusakan yang telah terjadi.
h. Stress Stress pada organ ginjal dapat menyebabkan sel mengalami cedera.

C. Gangguan pada system pencernaan

1. Gagal ginjal akut


a. Definisi
Gagal ginjal akut (GGA) adalah salah satu gagal organ ganda yang dapat
memberikan perubahan dengan cepat keseimbangan air, elektrolit, homeostasis
asam basa. Mortalitas pasien dengan gagal ginjal akut (GGA) dan memerlukan
hemodialisis masih tinggi. Seorang dokter anestesiologist harus waspada terhadap
gangguan fungsi ginjal yang tidak terdiagnosa dan menjurus ke GGA selama atau
pasca anestesia. Kondisi ini mungkin terjadi akibat komplikasi dari hipertensi,
infark jantung atau gagal jantung kongestif, aneurisma aorta abdominal, gagal

6
hepar, diabetes vaskulopati, kelainan kongenital traktus urinarius atau beberapa
penyakit lainnya (Thaib, 1991; Bolsin, 1996).

b. Epideologi
Kejadian GGA neonatus saat ini cenderung meningkat dan fungsi ginjal
pada 35%-71% kasus GGA tidak dapat kembali sempurna. Bahkan angka
kematian neonatus akibat GGA masih tinggi, yaitu antara 36%-78%.. Disebut
GGA apabila kadar ureum >20 mg/dL, kreatinin >1mg/dL dan produksi urine.
c. Diagnosis
Seluruh parameter penegakkan diagnosis gagal ginjal akut pada penelitian
ini didapatkan hasil yang berbeda bermakna baik kadar ureum, kreatinin dan
pengukuran diuresis antara bayi yang mengalami gagal ginjal akut dan tidak gagal
ginjal akut. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Mortazavi dkk14 yang meneliti
mengenai parameter pemeriksaan gagal ginjal akut pada neonatus dan memang
didapatkan perbedaan bermakna kadar ureum, kreatinin dan pengukuran diuresis
pada neonatus yang mengalami gagal ginjal akut. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan adanya kerusakan tubular dan penurunan laju filtrasi glomerulus akan
meningkatkan kadar ureum, kreatinin dan menurunkan volume diuresis.
d. Factor penyebab terjadinyya gagal ginjal akut
1. Penggunaan obat gentamisin
Beberapa penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa gentamisin
memang mempunyai potensi nefrotoksik akan tetapi potensinya bergantung pada
dosis dan durasi pemberian. Pemakaian pada dosis tinggi atau pemakaian yang
melebihi durasi 14 hari mempunyai risiko lebih besar terjadinya nefrotoksisitas
dikarenakan disfungsi dari lisosom tubulus proksimal. Akan tetapi kelainan ini
bersifat reversibel jika pemberian obat dihentikan, sehingga pemakaian
gentamisin pada neonatus masih dipakai sampai saat ini.14 Penelitian kami
menunjukkan bahwa pemakaian gentamisin masih dalam rentang dosis (5
mg/kgBB/ hari dalam dua dosis) dan durasi yang dianjurkan.
2. Asfiksia berat
Asfiksia merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas bayi
baru lahir dan akan membawa berbagai dampak pada periode neonatal. Penelitian
ini didapatkan bahwa asfiksia berat merupakan faktor risiko terhadap terjadinya
gagal ginjal akut, di mana neonatus dengan asfiksia berat mempunyai
kemungkinan 2,5 kali lebih besar terjadi gagal ginjal akut dibandingkan dengan
neonatus asfiksia sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian Umboh13 terdapat

7
hubungan antara derajat asfiksia dengan gagal ginjal akut yaitu makin berat
derajat asfiksia akan mengakibatkan penurunan laju filtrasi glomerulus. Perbedaan
dengan penelitian Umboh bahwa pada penelitian tersebut tidak dihitung besarnya
faktor risiko dan penegakan gagal ginjal akut hanya berdasarkan pemeriksaan
ureum dan kreatinin pada hari pertama dan tidak dilakukan pengukuran rerata
diuresis.
e. Pengobatan
Pengobatan gagal ginjal akut (ARF)
a). Terapi Non Farmakologi
Transplantasi ginjal mungkin diperlukan pada pasien ARF untuk kelebihan
volume yang menghasilkan respon terhadap diuretik, untuk meminimalkan
akumulasi produk limbah nitrogen, dan untuk memperbaiki abnormalitas
elektrolit dan asam basa sementara menunggu fungsi ginjal pulih. Gizi yang
cukup, manajemen cairan, dan koreksi kelainan hematologi merupakan terapi
suportif pada ARF (Stamatakis, 2008).
b). Terapi Farmakologi
Terapi dengan loop diuretik (furosemid), fenoldopam dan dopamin.Dopamin
dosis rendah dalam dosis mulai 0,5-3 mcg/kg/menit, terutama merangsang
reseptor dopamin-1, menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah ginjal dan
meningkatkan aliran darah ginjal (Stamatakis, 2008).

2. Gagal ginjal kronis

a. Definisi
Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat
global dengan prevalens dan insidens gagal ginjal yang meningkat, prognosis
yang buruk dan biaya yang tinggi. Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah penyebab
utama ke-16 dari tahun kehidupan yang hilang di seluruh dunia. Skrining,
diagnosis, dan manajemen yang tepat oleh dokter perawatan primer adalah:
diperlukan untuk mencegah hasil terkait PGK yang merugikan, termasuk penyakit
kardiovaskular, penyakit ginjal stadium akhir, dan kematian. Penyakit ginjal
kronis biasanya diidentifikasi melalui skrining rutin dengan serum profil kimia
dan analisa pada urin atau sebagai temuan insidental.
b. Epidemilogi

8
Berdasarkan estimasi World Health Organization (WHO), secara global
lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sekitar 1.5 juta
orang harus menjalani cuci darah dalam hidupnya. Di Indonesia, berdasarkan
Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, jumlah
pasien gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk,
60% nya adalah usia dewasa dan usia lanjut.
Berasal dari data yang tersedia untuk ESRD, ketika penatalaksanaan dengan
terapi penggantian ginjal (dialisis atau transplantasi) diperlukan. Jumlah pasien
ESRD anak (usia < 20 tahun) sangat kecil dibandingkan dengan populasi total
ESRD. Di Amerika Utara, jumlah pasien ESRD anak kurang dari 2% populasi
total ESRD, dengan peningkatan prevalensi sebesar 32% sejak tahun 1990. Pada
tahun 2005, USRD mempublikasikan Annual Data Report (ADR) yang berisi data
tingkat insidensi dan prevalensi ESRD pada anak yang berasal dari 37 negara.
Tingkat insidensi tertinggi dilaporkan berasal dari Amerika Serikat, Selandia
Baru, dan Austria berturut-turut sebesar 14,8; 13,6 dan 12,4 per sejuta populasi.
Sedangkan tingkat insidensi terendah berasal dari Jepang. Tingkat prevalensi
ESRD pada anak dilaporkan tertinggi di Italia sebesar 258 per sejuta populasi,
kemudian di Finlandia sebesar 40% dari tingkat prevalensi Italia, sedangkan
Amerika Serikat dan Hungaria berturut-turut sebesar 82 dan 82 per sejuta
populasi.
c. Diagnosis
Dengan melakukan tes laboratorium, salah satunya yaitu dengan tes
GFR (Glomerular Filtration Rate). Tes GFR bertujuan untuk mengetahui
kemampuan ginjal dalam menyaring atau memfiltrasi zat sisa metabolisme tubuh
sehingga dapat menunjukkan seberapa optimal dan baik laju filtrasi yang
dilakukan oleh ginjal. Ginjal yang sehat memiliki nilai GFR normal yakni 60
mg/dL atau di atasnya

d. Factor penyebab terjadi gagal ginjal kronis


1. Hormon pertumbuhan
Retardasi pertumbuhan merupakan salah satu komplikasi pada anak yang
menderita CKD. Tingkat kegagalan pertumbuhan berhubungan dengan onset 10
CKD. Terapi gagal tumbuh pada awalnya berhubungan dengan memperbaiki
kekurangan gizi dan keseimbangan asam-basa. Setelah hal ini dilakukan terapi
hormon pertumbuhan dapat dilakukan jika retardasi pertumbuhan tetap ada.
Kebanyakan pasien CKD tumbuh ketika diberi dosis awal yang direkomendasikan
sebesar 0,05 mg/kg per hari secara subkutan. Jika usia pasien berada pada usia
pubertas perlu tidaknya pemberian hormon pertumbuhan masih perlu diteliti lebih
lanjut.
2. Nutrisi
Anak-anak yang menderita CKD mengalami kekurangan gizi dan protein
akibat anoreksia, mual dan muntah akibat uremia dan sensasi kecap yang
abnormal. Asupan kalori dan protein harus cukup untuk menopang pertumbuhan.
Karena banyak vitamin yang hilang saat dialisis, pasien anak yang mengalami
dialisis harus diberi tambahan vitamin, khususnya asam folat, mineral trace, dan
vitamin B kompleks.

9
3. Gangguan elektrolit
Penurunan GFR sampai di bawah 50% nilai normal akan disertai penurunan
reabsorpsi bikarbonat yang menyebabkan asidosis sistemik, akibatnya terjadi
degradasi protein dan efluks kalsium dari tulang. Terapi ditujukan untuk
mempertahankan konsentrasi bikarbonat serum sebesar 20-22 mEq/L (20-22
mmol/L) dengan cara pemberian suplemen sodium bikarbonat atau pengikat
fosfat.
4. Osteodistrofi ginjal
Pada CKD dapat terjadi hipokalsemia dan hiperfosfatemia. Pertumbuhan
linear dapat juga terpengaruh akibat hiperparatiroidisme sekunder akibat
osteodistrofi ginjal yang menyebabkan perubahan struktur lempeng pertumbuhan
kartilago dan fibrosis tulang endokondral. Pada anak-anak dengan CKD, kelainan
tulang harus ditangani dengan agresif. Suplementasi vitamin D dapat diberikan,
berupa dihidrotakisterol (DHT), kalsifediol, kalsitriol dan perikalsitol (vitamin D
baru yang diberikan secara IV untuk anak dengan CKD dan diterapi
hemodialisis). Hiperfosfatemia dapat diatasi dengan pemberian pengikat fosfat.
5. Anemia
Anemia pada CKD dapat disebabkan oleh menurunnya produksi
eritropoeitin atau kekuranagn zat besi. Data morbiditas, mortalitas dan kualitas
hidup dari K/DOQI menunjukan bahwa mempertahankan hematokrit pada 33-
36% dan hemoglobin pada 11,0-12,0 g/dl sangat penting untuk anak dengan CKD.
Dengan perbaikan anemia, terdapat perbaikan dalam perkembangan kognitif,
fungsi jantung, dan ketahanan fisik serta menurunnya mortalitas. Terapi zat besi
12 oral sebaiknya dimulai pada dosis 2-3 mg/kgBB per hari berupa zat besi
elemental diberikan dalam dua atau tiga dosis terbagi saat perut kosong dan tidak
boleh bersamaan dengan pengikat fosfat karena zat besi berikatan dengan
pengikat fosfat. Eritropoeitindapat diberikan1-3 kali per minggu. Dosis awal
sebesar 30- 300 unit/kgBB per minggu, dosis rumatan ditentukan dan disesuaikan
berdasarkan nilai hemoglobin bulanan. Darbepoeitin merupakan eritropoeitin
bentuk baru yang memiliki waktu paruh lebih panjang dan dapat diberikan sekali
tiap 2 minggu atau satu bulan yang saat ini sedang diteliti penggunaannya untuk
anak-anak Hipertensi4 Target tekanan darah pada anak dengan CKD adalah di
bawah persentil 90 sesuai usia dan jenis kelamin. Angiotensin converting enzyme
inhibitor (ACEI) dan angiotensin reseptor blocker (ARB) lebih efektif dalam
mencegah progresifitas kerusakan ginjal karena menurunkan tekanan
intraglomerular dan proteinuria melalui efek langsung pada sirkulasi glomerulus.
6. Transplantasi Ginjal.
Begitu anak mengalami ESRD, penanganan terbaik adalah transplantasi
ginjal. Transplantasi jarang dilakukan pada bayi berusia kurang dari 6 bulan
dengan berat badan kurang dari 6 kg karena dugaan peningkatan risiko kegagalan
akibat infeksi, masalah teknis dan obat-obatan imunosupresan. Pada umumnya
yang dapat dilakukan transplantasi adalah yang usianya lebih dari 1 tahun dan
berat badan minimal 10 k
e. Pencegahan
Penapisan menjadi penting dilakukan terutama untuk anak-anak berisiko
tinggi. Pencegahan kerusakan ginjal dan mengubah perjalanan penyakit juga tidak

10
kalah pentingnya melalui terapi sejak awal dan pengawasan progresifitas
penyakit. Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi
pemaparan terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit ginjal
(pencegahan paparan infeksi, konseling genetik, pencegahan obesitas, dan lain-
lain). Pencegahan sekunder dilakukan dengan menjaga agar progresifitas CKD
tidak terus berlanjut dengan penanganan yang tepat pada setiap stadium CKD.
Pencegahan tersier difokuskan pada penundaan komplikasi jangka panjang,
disabilitas atau kecacatan akibat CKD melalui terapi penggantian ginjal (dialisis
atau transplantasi ginjal).
f. Patofisiologi
Penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang
lebih sama,. pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan
fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya
kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin growth
factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus.5 Proses adaptasi dalam
upaya kompensasi berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi
berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan
penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak
aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron,
sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth factor β
(TGF-β).
g. pengobatan
Pengobatan gagal ginjal kronis sebagai berikut:
1. Terapi konservatif
Penanganan gagal ginjal secara konservatif terdiri dari tindakan untuk
menghambat berkembangnya gagal ginjal, menstabilkan keadaan pasien, dan
mengobati setiap faktor yang reversible.
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal
secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia,
memperbaiki metabolisme secara optimal, dan memelihara keseimbangan cairan
elektrolit. Beberapa tindakan konservatif yang dapat dilakukan dengan pengaturan
diet pada pasien gagal ginjal kronis.
2. Terapi pengganti ginjal
Penanganan dengan pengganti ginjal dapat dilakukan dialisis intermiten atau
transplantasi ginjal yang merupakan cara paling efektif untuk penanganan gagal
ginjal. Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5
yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa
hemodialisis, Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan
transplantasi ginjal.
3. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan cara pengobatan yang lebih disukai untuk
pasien gagal ginjal stadium akhir. Namun kebutuhan transplantasi ginjal jauh
melebihi jumlah ketersediaan ginjal yang ada dan biasanya ginjal yang cocok
dengan pasien adalah yang memiliki kaitan keluarga dengan pasien

11
4. CAPD
Akhir-akhir ini sudah populer CAPD di pusat ginjal dan luar negeri. CAPD
dapat digunakan sebagai terapi alternatif dialisis untuk penderita ESRD dengan 3-
4 kali pertukaran cairan per hari. 14 Pertukaran cairan terakhir dilakukan pada jam
tidur sehingga cairan peritoneal dibiarkan semalam. 2 Terapi dialisis tidak boleh
terlalu cepat pada pasien dialisis peritoneal.

BAB III
KESIMPULAN

12
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.
Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama
urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin.
Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut
nefrologi.
Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Kerusakan Ginjal Hal-hal yang
mempengaruhi kerusakan ginjal, antara lain : zat kimia toksik, Dosis Semakin
tinggi, Nutrisi Keadaan gizi, usia lanjutJenis Kelamin, Penyakit/Infeksi, Alkohol,
Stress. Gangguan pada system pencernaan; Gagal ginjal akut dan gagal ginjal
kronis.

13
DAFTAR ISI

Adhie Nur Radityo, dkk. (2012). asfiksia Neonatorum Sebagai Faktor Risiko
Gagal Ginjal Akut. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
Ika Agustin Putri Haryanti, Khairun Nisa (2015) Terapi Konservatif dan Terapi
Pengganti Ginjal sebagai Penatalaksanaan pada Gagal Ginjal
Kronik. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.
Mahesa, Dedi Rachmadi (2010). Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney
Disease). Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
Vika Kyneissia Gliselda.(2021). Diagnosis dan Manajemen Penyakit Ginjal Kronis
(PGK) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung.
FADILA_AMALINA_ARIPUTRI_22010113130185_Lap.KTI_Bab2.pdf (undip.ac.id)

14

Anda mungkin juga menyukai