BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ....................................................................................
23
24
51
BAB I
PENDAHULUAN
(4) sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan
secar intra vena atau ke dalam saluran spinal, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya
suspensi.steril.
(5) sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang
memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa
yang sesuai, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya.steril untuk suspensi.
Pemilihan dan penggunaan bahan tambahan harus hati-hati untuk sedaan yang
diberikan lebih dari 5 ml. Kecuali dinyatakan lain berlaku : zat yang mengandung raksa dan
surfaktan kationik, tidak lebih dari 0,02 %; golongan klorbutanol, kresol, dan fenol, tidak
lebih dari 0,5 %; dan belerang dioksida atau sejumlah setara dengan kalium atau natrium
sulfit, bisulfit, atau metabisulfit, tidak lebih dari 0,2 %.
Bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan mikroba
harus ditambahkan dalam injeksi yang dikemas dalam wadah dosis ganda apapun metode
sterilisasi yang digunakan, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, atau
kecuali bahan aktifnya sendiri sudah berupa bahan anti mikroba. Bahan tambahan seperti
ini digunakan dalam kadar tertentu yang dapat mencegah pertumbuhan atau membunuh
mikroba dalam cedan injeksi. Bahan tersebut harus memenuhi syarat seperti yang tertera
pada uji efektifitas pengawet anti mikroba dan kandungan zat anti mikroba. Proses
sterilisasi tetap dilakukan meskipun mengandung bahan tambahan tersebut. Udara dalam
wadah dapat dihilangkan atau diganti dengan gas inert. Bila injeksi sensitif terhadap
oksigen, informasi tersebut harus tertera dalam penandaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. TEORI INJEKSI
A. Definisi
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan
ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi dapat berupa
larutan, suspensi, emulsi atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan
lebih dahulu sebelum digunakan.
Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan
sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggalatau wadah dosis ganda.
B. Penggolongan Injeksi
1. Injeksi intrakutan atau intradermal ( i.c )
Biasanya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume yang disuntikkan
sedikit (0,1 0,2 ml). Digunakan untuk tujuan diagnostik. Biasanya yang
digunakan adalah ekstrak alergenik.
2. Injeksi subkutan (s.c)
Umumnya larutan isotonus, jumlah larutan yang disuntikkan tidak lebih dari
1 ml. Disuntikkan ke dalam alveola, kulit mula-mula diusap dengan cairan
desinfektan (etanol 70%).
3. Injeksi intramuskulus (i.m)
Merupakan larutan atau suspensi dalam air atau minyak atau emulsi.
Disuntikkan masuk ke dalam otot daging dan volume sedapat mungkin tidak lebih
dari 4ml. Penyuntikan volume besar dilakukan dengan perlahan-lahan untuk
mencegah rasa sakit, sedapat mungkin tidak lebih dari 4 ml.
4. Injeksi intravena (i.v)
Merupakan larutan, dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan
iritasi yang dapat bercampur dengan air,volume 1 ml sampai 10ml. Larutan ini
biasanya isotonus atau hipertonus. Larutan injeksi intravena harus jernih betul,
bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler dan
menyebabkan kematian.
Minyak Nabati
- Oleum Arachidis, Oleum Sesami, Oleum Olivae.
- Sering menimbulkan rasa nyeri, sehingga perlu ditambahkan benzil alkohol 5%
untuk anestesi
- Untuk mengatasi masalah ketengikan, perlu ditambahkan anti oksidant seperti
Butil Hidroksi Anisol (BHA) atau Butil Hidroksi Toluene (BHT).
Isotoni
Jika suatu larutan konsentrasinya sama dengan konsentrasi dalam sel darah
merah, sehingga tidak terjadi pertukaran cairan diantara keduanya, maka
larutan tersebut dikatakan isotoni ( ~ 0,9% NaCl ).
Hipotoni
Tekanan osmosa larutan obat suntik lebih rendah dari serum darah. Air akan
melintasi membran sel darah merah yang semipermeabel, memperbesar
volume sel darah merah, menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel,
sehingga terjadi pecahnya sel darah merah hemolisa.
Hipertonis
Tekanan osmosa larutan obat suntik lebih tinggi dari serum darah. Air akan
keluar
dari
sel
darah
merah
melintasi
membran
semipermeabel,
6. Harus steril
Suatu bahan dinyatakn steril bila sama sekali bebas dari mikroorganisme
hidup yang patogen maupun tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam
bentuk non vegetatif (spora).
7. Bebas pirogen
Hal ini perlu diperhatikan terutama pada pemberian banyak, lebih dari 15 ml
cairan yang mengandung pirogen dapat menimbulkan demam. Menurut Co Tui:
pirogen adalah senyawa komplek polisakarida dimana mengandung radikal yang
ada unsur N dan P. Selama radikal masih terikat, selama itu masih dapat
menimbulkan demam dan pirogen bersifat termostabil.
E. Cara Sterilisasi
Kalor Basah
1. Dengan Otoklaf
Sediaan diisikan ke dalam wadah yang cocok dan ditutup kedap. Jika
volume tidak lebih dari 100 ml, dilakukan sterilisasi dengan uap jenuh
pada suhu 115 C 116 C selama 30 menit. Jika lebih dari 100 ml,
maka sterilisasi dilakukan sampai seluruh isi berada dalam suhu 115 C
116 C selama 30 menit.
Biasa digunakan untuk mensterilkan gelas ukur, pipet ukur, corong
gelas + kertas saring lipat yang terpasang, kapas dan kassa yang
dibungkus dengan alumunium foil.
2. Uap Air Mengalir
Sediaan dibuat engan melarutkan atau mensuspensikan bahan obat
dalam air untuk injeksi dengan penambahan klorkresol 0,2% b/v atau
menggunakan larutan bakterisida yang cocok, lalu diisikan dalam wadah
tertutup kedap.
Untuk volume larutan tidak lebih dari 30 ml, dipanaskan pada suhu
98 sampai 100 C selama 30 menit.
3. Digodok dalam air
Tutup vial karet, tutup infus karet, pipet karet digodok dalam air
suling selama 30 menit.
4. Tyndalisasi
- Pada suhu 80 C 1 jam selama 3 hari berturut-turut
- Pada suhu 70 80 C selama 30 menit 2-4 kalli berturut-turut diselingi
penyimpanan 20 25 C selama 16 24 jam.
5. Pasteurisasi
- Pada suhu 50 60 C selama beberapa menit
- Pada suhu 62,8 C selama 30 menit, lalu dinginkan.
- Pada suhu 70C satu kali, mematikan bentuk vegetatif, khusus untuk
susu murni.
Kalor Kering
1. Pemijaran
2. Dibakar dengan api bunsen
Biasa digunakan untuk spatel, sendok logam, porselen, kaca arloji,
pinset, batang pengaduk, cawan uap.
10
3. Untuk cairan infus digunakan dengan botol infus, biasanya 500 ml, atau wadah
dalam plastik.
Syarat Gelas
1. Gelas harus netral, tidak mengeluarkan alkali hingga dapat menaikkan pH larutan
injeksi.
2. Pada waktu menutup ampul, gelas mudah dilebur.
3. Gelas tidak mudah pecah, dan waktu ampul dipotong tidak mengeluarkan
pecahan gelas yang lembut.
Syarat Karet
Karet yang digunakan sebagai tutup akan kontak dengan larutan injeksi pada
tekanan dan suhu yang tinggi, maka karet memenuhi syarat-syarat sifat fisika dan
kimia.
Selain sifat tersebut tutup karet :
1. Harus elastia, dapat menutup baik pencoblosan jarum injeksi dan larutan tidak
keluar dari samping jarum dan akan menutup baik setelah jarum ditarik.
2. Permukaan lapisannya harus licin dan tidak berlubang, agar dapat dicuci bersih.
3. Sehabis sterilisasi, karena ada penurunan tekanan dalam vial karena pendinginan
tutup karet akan tertarik ke dalam, dengan demikkian akan menjamin penutupan
wadah dengan sempurna.
4. Pada pemanasan tutup karet pada suhu 115 C selama 30 menit dalam air suling,
maka cairan harus tidak mempunyai rasa, tidak berbau, tidak ada sisa penguapan
dan tidak boleh ada bahan reduksi dan logam-logam yang berasal dari proses
vulkanisasi.
Penandaan (label)
Pada etiket wadah obat suntik, harus tertera :
1. Nama obat
2. Persentase atau kadar masing-masing bahan obat tiap satuan volume.
3. Nama pembuat
4. Nama dan kadar zat bakteriostatik yang ditambahkan
5. Nama dan kadar zat tambahan untuk penyesuaian pH dan isotonus
6. Untuk sediaan padat, susunan dan jumlah tiap zat
7. Susunan dan jumlah volume zat pembawa atau pelarut yang diperlukan untuk
memperoleh obat suntik.
11
8. Jika obat suntik dibuat menurut cara aseptik dan belum diperiksa sterilitas harus
tertulis, Untuk pemakaian segera dibuat secara aseptik.
9. Injeksi berupa suspensi, ditulis Kocok dulu.
10. Injeksi yang mengandung antibiotik, ditulis Kesetaraan bobot terhadap U.I dan
Daluwarsa = Expiration date = Expire, dinyatakan dalam bulan dan tahun.
Daluwarsa dimaksudkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu
dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat baku.
G. Rancangan Formula
a. Bahan Aktif
b. Bahan Pembawa
Aqua Pro Injeksi
Oleum arachidis
c. Pengawet
Bahan pengawet dapat digunakan pada sediaan injeksi volume besar maupun
kecil karena digunakan berulang, menggunakan media cair, agar tidak ditumbuhi
mikroba.
Pengawet yang dapat digunakan adalah Benzalkonium khlorida, Asam
Benzoate.
d. Anti Oksidant
Hanya digunakan bila bahan obat mudah teroksidasi, misalnya bila bahan
pembawa yang digunakan berasal dari minyak nabati yang mudah teroksidasi
sehingga dapat menimbulkan bau tengik.
Anti oksidant yang dapat digunakan adalah tokoferol.
e. Pengisotonis
Sediaan injeksi volume besar maupun kecil harus dibuat dalam bentuk
larutan isotonis, yaitu suatu larutan yang konsentrasi dan tekanan osmotiknya
sama dengan konsentrasi dan tekanan osmotik dalam darah dan cairan tubuh
lainnya, agar tidak terjadi hemolisa jika hipotoni atau plasmolisa jika
hipertoni.
Pengisotonis yang dapat digunakna adalah NaCl 0,9%.
f. Bahan Penyerap Pirogen
Biasa digunakan pada sediaan larutan infus, karena sediaan akhir larutan
infus harus bebas pirogen.
Bahan penyerpa pirogen yang dapat digunakan adalah Carbo adsorbens
0,1%.
12
I. Prosedur Evaluasi
13
In Proses Control
: - Organoleptis
- pH
- Kejernihan
- Pirogen (untuk infus)
- Kebocoran wadah
- Sterilisasi akhir
14
BAB III
INJEKSI VITAMIN C
III.1. METODE PRAKTIKUM
A. RANCANGAN SEDIAAN
Nama Sediaan
: Ascorbic
: Vitamin C
Dosis
: 1 ml, 1 x Pemakaian
Bentuk Sediaan
Cara Pemberian
: Intramuscular (IM)
No
Parameter
bahan aktif
C 6 H 8Kadar
0
Kriteria
5%
Syarat
Asam askorbat, tidak kurang
Rujukan
FI 1V
110,0%
dan
jumlah
Volume injeksi
1 ml
dalam wadah
FI IV
dapat
membuka
memindahkan
langsung
ditentukan
wadah,
isi
secara
kedalam
gelas
Sterilitas
Tidak ada
pertumbuha
n mikroba
variabel
(semua
FI IV
(hal 855)
produk
steril)
sekurang-kurangnya setara
15
Kejernihan
Jernih
keadaannya
Suatu cairan dinyatakan jernih
jika
kejernihannya
sama
PH
Kebocoran
5,5 7
Tidak ada
ampul yang
tersebut
bocor
dibenamkan
dalam
Lachman
1354
Tekanan
atmosfer
Wadah
Ampul
Wadah
dosis
tunggal
atau
FI IV
Penandaan
Pada etiket
Nama sediaan
tertera
sesuai
Cara pemberian
monografi
Kondisi penyimpanan
Tanggal kadaluarsa
Nama pabrik
No Batch
Logo lingkaran merah
B. DATA PRAFORMULASI
Bahan Aktif
16
1. Sifat Kimia
Nama kimia
Rumus kimia
: C6 H 8 0
BM : 176,13
2. Sifat fisika
Pemberian
Kelarutan
PH
Wadah
Sterilisasi
o
: (98 100) C selama 30 menit dan ditambahkan
bakterisida (pengawet).
OTT
3. Farmakologi
Indikasi
Efek samping
Dosis lazim
: min 150mg.
Bahan Tambahan
1. Sodium Bikarbonate
Sinonim
17
Rumus empirik
: NaHCO3
84,0%
Kegunaan
: Penstabil pH
PH
: 8,3
Kelarutan
Stabilitas
o
: Di suhu 50 C , Sodium bikarbonat berdisosiasi menjadi
2. Chlorocresol
Sinonim
Nama kimia
: 4-chloro-3-methylphenol [59-50-7]
Rumus empiris
: C7H7CLO
Kegunaan
: Pengawet, desinfektan
Konsentrasi
: 0,1%
Sterilisasi
Titik didih
o
: 235 C
Kelarutan
BM : 142,58
o
1 : 50 (100 C )
dalam air.
Stabilitas
OTT
18
Pemerian
keasaman,
kebasaan,
Amonium,
besi,
penguapan
Sterilisasi
hayati.
Penyimpanan
19
: Ascorbic
: Vitamin C
Masalah
Bentuk
Alternatif
Larutan
Suspensi
dibuat
Pembawa
API
yang digunakan
Minyak
Pilihan
Larutan
Alasan
Karena bahan aktif larut dalam
air
API
Bahan aktif
API bebas O2
API bebas
mudah teroksidasi
O2
Sterilisasi akhir
Uap air
Aseptik
mengalir
pemanasan
Alirkan gas N2
o
C Metode
pembuatan
Uap air
mengalir (98100) 30
Martindale
Untuk
Fenol 0,5%
Klorkresol
sterilisasi u.a.m
klorkresol 0,1%
0,1%
memerlukan
bakterisid
Asam
Dilakukan
Dialiri gas
askorbat mudah
pengujian
N2
teroksidasi
Dialiri N2
Ditambahkan
anti oksidant
Diperlukan
larutan dapar
NaHCO3
penstabil PH
NaHCO3 4,8%
4,8 %
20
Sediaan
Dilakukan :
Dengan
harus jernih
Kertas saring
kertas saring
Rute
Intravena
pemberian obat
Intramuskular
Intravena
Volume
1 ml
2 ml
dibuat
Agar sedian
Untuk cairan
Volume
encer dengan
ditambahkan
saat pengambilan
volume pada
0,1 ml
dalam ampul
1 ml
etiket 1 ml
ditambahkan 0,1
ml
keseragaman volume
Wadah
Ampul
untuk volume
Vial
Ampul
injeksi kecil
Bahan aktif
Ampul coklat
Ampul
terlindung dari
Ampul bening
bening
cahaya
cokelat.
D. RANCANGAN FORMULA
Nama Produk
: Ascorbic
: Vitamin C
Bentuk Sediaan
21
Nama
Bahan
1. Asam
Fungsi Bahan
Bahan aktif
1 mg 0,1 ml
20 ml 2 ml
0,05 + 0,0025 =
1 g + 0,05 = 1,05 g
0,96 mg + 0,048 =
askorbat
2. NaHCO3
Penstabil PH
4,8
0,0525 g
0,048 g + 0,0024 =
3. Klorkresol
Pengawet
0,1
0,0504 g
0,001 + 0,00005 =
1,008 g
0,02 + 0,001 =
0,00105 g
0,021 g
4. API
Pembawa
10
0
E. HASIL PERHITUNGAN
Volume larutan yang akan dibuat :
= (n + 2) x V + (3 x 2)
= (5 +2) x 1,1 + (3 x 2)
= 7 x 1,1 + 6
= 13,7 ml 20 ml
Vitamin C
5
* 100 x 1 ml = 0,05 + 0,0025 = 0,0525 g = 52,5 mg
5
* 100 x 20 ml = 1 + 0,05 = 1,05 g
NaHCO3
4,8
* 100 x 1 ml = 0,048 g + 0,0024 = 0,0504 = 50,4 mg
4,8
* 100 x 20 ml = 0,96 g + 0,048 = 1,008 g
Klorkresol
0,1
* 100 x 1 ml = 0,001 + 0,00005 = 0,00105 g = 1,05 mg
0,1
* 100 x 20 ml = 0,02 + 0,001 = 0,021 g = 21 mg
F. LEMBAR STERILISASI
No
Cara Sterilisasi
Oven
Mulai
11.00
Waktu
Paraf
Selesai
12.00
Paraf
22
Beaker glass
Erlenmeyer
Ampul
2
Flamber 20 detik
arloji, batang
(dibakar nyala
pengaduk
api)
Corong, kertas
Otoklaf
11.35
11.35
10.45
11.15
( 115-116 o, 30
menit)
Bahan aktif
API
Dipanaskan 30
setelah mendidih
ditambah 10
(menghilangkan
udara)
Buret
Direndam Fenol
0,5% desinfektan,
24 jam etanol 70%
7.
Sterilisasi Akhir
G. PROSEDUR PEMBUATAN
No
Tahapan Kerja
Penimbangan
Waktu
Paraf
Alat : - Timbangan
+ anak timbangan
- Spatel
- Kaca
23
arloji
NO
Fungs
Asam
Bahan
askorbat
NaHCO3
Aktif
Pensta
Klorkresol
bil pH
Penga
Bahan
wet
Pembuatan Aqua Pro Injection
Alat : Erlenmeyer, api Bunsen, kapas, kasa
Cara : 100 ml aquadest dimasukkan dalam Erlenmeyer.
Tutup dengan kapas yang dibungkus kain kasa.
Didihkan selama 30 menit (setelah mendidih).
Lalu didihkan lagi selama 10 menit
Penyaringan
Alat : Beaker glass, Erlenmeyer, corong + kertas saring
Cara : - Saring campuran larutan tersebut dengan kertas
saring ad 10 ml
-
Pengukuran Volume
Alat : Erlenmeyer, gelas ukur, pH meter
Cara : - Masukkan hasil saringan kedalam gelas ukur
- Tambahkan API 10 ml, sambil disaring ad 20 ml
(untuk membilas sisa saringan)
Pengisian
Alat : Buret, ampul
Cara : - Bilas ampul dengan API bebas O2 (2 X 5 ml)
- Bilas buret dengan larutan obat (3 X 2 ml) dan
24
Penyemprotan Ampul
Penutupan
Alat : Ampul, api bunsen
Sterilisasi akhir
Alat : Dandang
Cara : Ampul yang sudah ditutup ditaruh dalam dandang
H. PROSEDUR EVALUASI
In Proses Control
a. Pengukuran pH
Cara : - Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter/kertas
indikator yang dicelupkan dalam sediaan
- Baca nilai pH dan bandingkan dengan yang diinginkan
Hasil : pH = 5
b. Uji Sterilitas
Parameter : Berdasarkan pengontrolan suhu dan waktu
Syarat
: Bahan adalah steril jika hasil yang diperoleh sekurangkurangnya sesuai dengan keandalannya.
25
Cara
: Dengan pembenihan
Syarat
Tidak berbau
Tidak berwarna
Amati bau
Amati warna
Hasil
Tidak berbau
Tidk berwarna
b. Uji Kebocoran
Syarat : Ampul tidak menyebabkan masuknya
mikroorganisme atau
26
C.
Amati wadah atau tabung pada hari ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28,
setelah inokulasi.
Catat tiap perubahan yang terlihat, tetapkan jumlah mikroba variabel
pada tiap selang waktu tersebut dengan metode lempeng.
IV.2. PEMBAHASAN
Pada praktikum Teknologi Sediaan Steril ini sediaan yang kami buat adalah
sediaan steril dalam bentuk injeksi volume kecil, dengan bahan aktif Vitamin C yang
digunakan sebagai obat untuk Pencegahan dan pengobatan skorbut (sariawan).
27
Selain itu digunakan untuk berbagai penyakit yang tidak ada hubungannya dengan
defisiensi vitamin C, yang diberi secara parenteral sebagai obat suntik dengan dosis
5 g/100ml.
Bahan bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Bahan Pembawa
b. Pengawet
Bahan pengawet dapat digunakan pada sediaan injeksi volume besar maupun
kecil karena digunakan berulang, agar tidak ditumbuhi mikroba dan juga karena
bahan aktif vitamin C menggunakan sterilisasi akhir dengan uap air mengalir.
Sehingga perlu adanya penambahan pengawet Klorokresol 0,1 %.
Karena
klorkresol efektif pada suasana asam dan konsentrasi kecil dapat sebagai
pengawet, larut dalam air.
c. Penstabil pH
Digunakan untuk mempertahankan suatu sediaan pada pH tertentu sehingga
diperoleh yang memiliki aktivitas optimal.
Penstabil pH
28
III.3. PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disumpulkan bahwa
sediaan steril injeksi volume kecil yang dihasilkan sudah baik
Secara pemerian, sediaan jadi yang dihasilkan sesuai dengan yang
diformulasikan :
1.
Warna
: Tidak berwarna
2.
Rasa
: Tidak berasa
3.
Bau
: Tidak berbau
4.
Bentuk Sediaan
: Larutan sejati
SARAN
Dalam praktikum harusnya dilakukan secara teliti dan cermat, efektif dan
efisien agar sediaan akhir yang diperoleh baik dan memenuhi syarat.
Setiap langkah dalam tahapan-tahapan proses pembuatan sediaan steril
injeksi volume kecil ini harus dilakukan dengan cermat.
Jangan lupa melakukan sterilisasi alat dan bahan dan juga sterilisasi akhir,
karena sediaan yang dibuat harus steril.
BAB IV
INJEKSI VITAMIN A
IV.1. METODE PRAKTIKUM
A. RANCANGAN SEDIAAN
29
1.
Nama Produk
Acevit
2.
Vitamin A
3.
Bentuk sediaan
Injeksi
4.
5.
6.
Memenuhi
Syarat
Rujukan
FI IV
Vit.A
yang
(C20H30O,
sesuai
FI IV
(Hal 119)
Vit.A,
Alkohol) mempunyai
aktivitas Vit.A
95,0 % dari jumlah
yang
tertera
pada
etiket.
7.
10 ml
Sesuai
penetapan
FI IV
8.
Pemerian:
kuning muda
- Warna
- Bau
- Rasa
9.
Karakteristik lain:
- Konsistensi
FI IV
tidak berasa
tidak berasa
(Hal. 119)
cairan kental
cairan kental
FI IV
(hal. 119)
- Jenis sediaan
- Sterilitas
larutan steril
larutan steril
steril
memenuhi
uji
sterilitas
stabil
- Stabilitas
10 ml
- Volume wadah
(hal. 255)
Martindale
dan udara
(hal. 1635)
Vial
- Bentuk wadah
FI IV
batas
yang
dan
nama
sediaan, komposisi,
nama
30
penandaan
dosis,
Exp.date,
cara pemberian,
efek
pemakaian,
indikasi,
kontraindikasi,
Obat
(lingkaran
warna
merah)
B. DATA PRAFORMULASI
Bahan Aktif
Nama
: Axerophtholum /Vitamin A
Sininim
: Retinol
Nama kimia
Rumus molekul
: C20H30O
BM = 286,5
Melting point
: 280 300 C
Pemerian
31
Kelarutan
: - Dalam bentuk cair tidak larut dalam air dan gliseril. Sangat
larut dalam kloroform dan eter, larut dalam etanol minyak
dan minyak nabati. Dalam bentuk padat dapat terdispersi
dalam air.
Indikasi
Dosis
Farmakologi
Penyimpanan
Cara sterilisasi
: Aseptik.
Bahan Tambahan
Oleum arachidis
Pemerian
Kelarutan
Penggunaan
: Sebagai pembawa
Sterilisasi
OTT
: Alkali hidroksida
Penyimpanan
Asam Benzoate
32
Pemerian
Kelarutan
Penggunaan
: sebagai pengawet.
Konsentrasi
: 0,17 %
Sterilisasi
OTT
Penyimpanan
-tokoferol
Pemerian
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton, eter,
etanol, dan minyak nabati.
Penggunaan
: Sebagai antioksidan.
Konsentrasi
: 0,05 %.
Sterilisasi
: Aseptik.
Melting point
: 280 C.
OTT
Penyimpanan
33
: Acevit
: Vitamin A
No
Masalah
Alternatif
Pilihan
Alasan
.
1.
Vitamin A ingin di
Larutan
Suspensi
sejati
bentuk sediaan.
Emulsi
dalam
minyak
nabati.
2
Vitamin
minyak
dan
dijadikan
berupa
Minyak
ingin
sediaan
injeksi
yang
Ol. Arachidis
nabati :
P : 1500C ; 1 jam
minyak
Ol.sesami,
QC : uji sterilitas
mudah
diperoleh
dibandingkan
memerlukan
Ol.arachidi
pembawa.
ol.arachidis
karena
mudah
larut
dalam
sintetik :
minyak
dibandingkan
Etil
ol.sesami
palmitat,
etil oleat.
tidak toksik.
Sediaan
untuk
Asam
0,17 %
oleh 0,17 %.
%.
-tokoferol P:
ol,arachidis
(1:70).
-tokoferol
harus ditambahkan ?
tidak
sedangkan
dalam
Karena pembawanya
ol.
teroksidasi
OTT,
toksik,
2. Nipasol 0,005
mudah 1.
dan
0,2 %
yang
dengan
mikroba.
dan
Ol.olivarum
Minyak
3.
nabati
0,05 -tokoferol
lebih
tokoferol
- Arachidis
(0,05)
dibandingkan
2. BHA 0,03 %
3. BHT 0,03 %
ol.arachidis.
sehingga
dan
dengan
BHT
dapat
34
minyak,
tidak
Aseptik
1. Aseptik
tahan
2. Non aseptic
sehingga
pemanasan
tidak
memerlukan sterilisasi
akhir.
6.
IM
1. IV
(Intra Karena
muscular).
berbentuk
2. IM
dan
3. SC
memberikan
4. Oral
yang lama.
sediaan
suspensi
untuk
efek
minyak.
dengan
Pemilihan wadah
Vial coklat
1. vial : coklat, P : diisi dengan
putih.
gas Na.
2. ampul
menggantikan
3. botol kaca
O2
D. RANGKUMAN REKOMENDASI
35
: Vitamin A
: - Vitamin A 16,67 %
- Asam benzoate 0,05 %
- tokoferol 0,17 %
- Oleum arachidis ad 10 ml
Cara sterilisasi
Proses
: Aseptik.
E. RANCANGAN FORMULA
Bahan aktif
: Vitamin A
No
Nama Bahan
Fungsi
/36 ml
.
1.
Vitamin A
Bahan aktif
5,5 %
1,98 g
2.
Asam benzoate
Pengawet
0,17 %
0,06 g
3.
-tokoferol
Anti oksidan
0,05 %
0,018 g
4.
Oleum arachidis
Pembawa
ad 36 ml
ad 36 ml
F. HASIL PERHITUNGAN
36
1. Vitamin A Parmitat :
1 IU ~ 0,00055 mg
100.000 IU / ml
3.600.000 IU / 36 ml
3.600.000 IU = 1980 mg
= 1,98 g / 36 ml
= 0,055 g / ml
Dalam % = 5,5 %
Vial = (n x v) + (2 x 3)
= (3 x 10) + (2 x 3)
= 30 + 6
= 36 ml
2. Pengawet : Asam benzoat
0,17 g
100ml
X 36 ml
= 0,06 g = 60 mg
X 36 ml = 0,018 g = 18 mg
pengenceran :
timbang 50 mg -tokoferol
timbang ad 5 ml Ol. Arachidis
timbang :
18mg
50mg
X 5 ml
= 1,8 ml
37
G. LEMBAR STERILISASI
N
o.
Bahan
Cara Sterilisasi
awal
Waktu
Paraf
akhir
Paraf
Alat :
1.
cawan bunsen
penguap,
11.55
pengaduk.
2.
corong
11.40
+ selama 30 menit
kertas saring.
3.
4.
selama 2 jam
Wadah / Vial
11.53
selama 1 jam
5.
11.40
menit
Bahan :
1.
Oleum arachidis
11.53
selama 1 jam
2.
Asam Benzoate
11.53
selama 1 jam
3.
Sterilisasi Akhir
Secara aseptik
H. PROSEDUR PEMBUATAN
38
No
Tahapan Kerja
.
1.
Penimbangan :
Alat
Waktu
Paraf
: tara timbangan
Timbang masing-masing bahan.
3.
Pengenceran
1. Alat
: Timbang 18 mg -tokoferol +
Ol.arachidis yang sudah steril ad
36 ml. aduk ad homogen.
Timbang hasil pengenceran yang
diperlukan.
2. Alat
Bahan
Cara
sudah
steril
Ol.
Pencampuran
Alat
Bahan
: Vitamin A
Hasil pengenceran -tokoferol
Hasil pengenceran asam benzoate
yang sudah steril Ol.archidis yang
sudah disterilkan
Cara
39
mortar
Tambahkan hasil pengenceran asam
benzoate dan hasil pengenceran tokoferol.
Aduk ad homogen
Tambahkan ol.arachidis
Aduk ad homogen.
5.
6.
Pengisian :
Alat : gelas ukur steril, vial steril
Bahan : sediaan jadi
Cara
7.
Pengemasan
Alat : vial yang telah berisi sediaan.
Bahan : etiket ; kemasan ; brosur.
Cara
I. PROSEDUR EVALUASI
1. Organoleptis
Lakukan pengamatan secara visual terhadap beberapa ml sediaan.
Pemerian
Bentuk
warna
Dinginkan
larutan
Tidak berwarna
Didapatkan
larutan
Tidak berwarna
Paraf
2. Pemeriksaan PH
Cara : - Gunakan kertas indikator pH.
40
PH akhir
6,5
Paraf
3. Uji Sterilisasi
Pindahkan cairan dari wadah menggunakan pipet atau jarum suntik yang steril
secara aseptik. Inokulasikan sejumlah tertentu bahan dan tiap wadah uji kedalam
tabung media. Campur cairan dan media tanpa durasi berlebihan. Inokulasikan pada
media tertentu seperti yang tertera pada prosedur umum selama tidak kurang dari 14
hari. Amati pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin.
4. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba
Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptik menggunakan jarum suntik
melalui karet, lakukan pengujian pada wadah asli sediaan. Jika wadah sediaan tidak
dapat ditembus secara aseptik, pindahkan 20 ml sampel kedalam masing masing
lubang bakteriologik berukuran sesuai dan steril. Inokulasi masing masing wadah
atau tabung salah satu suspensi mikrobakokus, menggunakan perbandingan 0,10 ml.
inokulasi ~ 20 ml sediaan dan campur. Mikroba uji dengan jumlah sesuai harus
ditambah sedemikian rupa sehingga jumlah mikroba didalam sediaan uji segera
setelah inokulasi adalah antara 100.000 1.000.000 per ml. Tetapkan jumlah
mikroba didalam tiap suspensi inokulasi dan hitung angka awal mikroba tiap ml
sediaan yang diuji dengan metode lempeng. Inkubasi wadah atau tabung yang telah
O
di inokulasi pada suhu 20 - 25 C. Amati wadah pada hari ke-7, 14, 21 dan ke-28
sesudah inokulasi. Catat tiap perubahan yang dilihat dan tetapkan jumlah mikroba
variabel pada tiap selang waktu tersebut dengan metode lempeng.
IV.2. PEMBAHASAN
Pada praktikum Teknologi Sediaan Steril ini sediaan yang kami buat adalah
sediaan steril dalam bentuk injeksi volume kecil, dengan bahan aktif Vitamin A yang
41
Oleum arachidis, karena sediaan yang akan dibuat merupakan larutan sejati
pembawa minyak.
b. Pengawet
Bahan pengawet dapat digunakan pada sediaan injeksi volume besar maupun
kecil karena digunakan berulang, agar tidak ditumbuhi mikroba.
Pengawet yang digunakan adalah Asam Benzoate, karena tidak OTT dan
larut dalam minyak nabati.
c. Anti oksidant
Hanya digunakan bila bahan obat mudah teroksidasi, misalnya bila bahan
pembawa yang digunakan berasal dari minyak nabati yang mudah teroksidasi
sehingga dapat menimbulkan bau tengik.
Anti oksidant yang dapat digunakan adalah tokoferol, karena tidak
OTT dan larut dalam minyak nabati.
Selama melakukan praktikum ini, praktikan tidak mengalami kesulitan
dalam pembuatan sediaan injeksi volume kecil, karena praktikunm dilakukan
sesuai dengan prosedur kerja yang ada.
Secara pemerian, sediaan jadi yang dihasilkan sesuai dengan yang
diformulasikan :
1. Warna
: Kuning muda
2. Rasa
: Tidak berasa
3. Bau
: Tidak berbau
4. Bentuk Sediaan
Sediaan injeksi yang akan dibuat harus steril, karena sediaan ini digunakan
sebagai obat suntik yang akan masuk ke dalam pembuluh darah, sehingga harus
dilakukan sterilisasi alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan sebelum
42
proses pembuatan dan juga sterilisasi akhir setelah proses pembuatan selesai
sesuai dengan bahan aktif yang digunakan.
Karena bahan aktif yang digunakan adalah Vitamin A yang tidak tahan
pada pemanasan, sehingga tidak perlu dilakukan sterilisasi akhir.
IV.3. PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disumpulkan bahwa
sediaan steril injeksi volume kecil yang dihasilkan sudah baik
Secara pemerian, sediaan jadi yang dihasilkan sesuai dengan yang
diformulasikan :
1.
Warna
5.
Rasa
: Tidak berasa
6.
Bau
: Tidak berbau
7.
Bentuk Sediaan
SARAN
Dalam praktikum harusnya dilakukan secara teliti dan cermat, efektif dan
efisien agar sediaan akhir yang diperoleh baik dan memenuhi syarat.
Setiap langkah dalam tahapan-tahapan proses pembuatan sediaan steril
injeksi volume kecil ini harus dilakukan dengan cermat.
Jangan lupa melakukan sterilisasi alat dan bahan dan juga sterilisasi akhir,
karena sediaan yang dibuat harus steril.
BAB V
INFUS NATRIUM KHLORIDA
43
: Infus NaCl
Bentuk sediaan
Zat Aktif
: Natrium Klorida
Dosis
Kemasan
No
.
1.
Paremeter
Kriteria
Syarat
Rujukan
0,9 %
FI IV
Martindale
Pemerian :
Tidak berwarna
Tidak berwarna.
Warna
Tidak berbau
Tidak berbau.
Bau
Jernih
Memenuhi
FI IV
Hal. 998
persyaratan
kejernihan.
4.
Volume
isi
flakon.
FI IV
Hal. 998
FI IV
Hal. 1044
pakai.
Volume
yang
Uji sterilitas
Tidak
pertumbuhan
akhir
periode
mikroba.
interval
FI IV
Hal. 862
pertumbuhan
Pirogenitas
Bebas pirogen
Memenuhi
jumlah
syarat
respon
jika
FI IV
tidak
Hal. 893
44
dinyatakan
memenuhi
tidak
syarat
jika
PH
8.
Penandaan
infus
5,0 7,5
5,0 7,5
Pada
Cara
etiket
tertera
penyimpanan
FI IV
Hal. 586
Nama
produsen
No. Batch
No. Reg
9.
kaca/plastik
wadah
FI IV
dosis
tunggal.
B. DATA PRAFORMULASI
Bahan Aktif
1. Natrium Kolrida (NaCl)
Pemerian
Kelarutan
PH
: 6,7 7,3
Dosis
OTT
Sterilisasi
45
Bahan Tambahan
1. Carbo Adsorben (karbon aktif, arang jerap)
Pemerian
Kelarutan
Indikasi : Antidotum
PH
Penyimpanan
:58
: dalam wadah tertutup bsik.
Pemerian
keasaman,
kebasaan,
Amonium,
besi,
penguapan
Sterilisasi
hayati.
Penyimpanan
46
N
o.
1.
Permasalahan
Alternatif
Pemilihan
Larutan sejati
bentuk sediaan
Suspensi
Pemilihan
keterangan
Larutan sejati
2.
API
pembawa
(Aqua
Pro Sebagai
zat
Destilasi
Injeksi), proses:
pembawa dalam
Osmosis balik
Air
larutan
sejati
erlenmeyer
yang
dapat
dipanaskan
melarutkan
sampai mendidih
semua bahan.
- API
dalam
API
yang -API
bebas
digunakan untuk O2
infus harus bebas -API
bebas
CO2
API
bebas Air
yang
pirogen.
mengandung
Proses:
pirogen
pada
-API
bebas
pirogen
tubuh,
sampai
dipilih
suhunya sehingga
kemudian
saring.
4.
Sediaan
akhir
+ Carbo adsorben
Carboadsorben
dapat mengabsorpsi
Carbo
Proses:
pirogen
adsorben
0,1 % - 0,3
pencampuran
akhir,
Penya
ring asbes
Filter
molekuler
pemanasan 600
segera
(600
pada
panaskan menit
(bentuk
700C) aktif).
selama 15 menit,
kemudian
saring
47
5.
(ultra
dengan
kertas
filtrsi).
saring ganda.
Kemungkinan
Cukup
akan
Bobot
mengurangi
kekurangan
aktif
karena 10 %
pengaruh
dari
infus
tidak
berkurang.
Penjernihan
sediaan
bahan
sehingga
carboadsorben
6.
untuk
Filtrasi
akhir
harus
di
perhatikan
karena
Kertas
kertas
saring partikel
saring
ganda
yang masuk
ganda
dilipat.
mengandung
Penya
sehingga
menahan
asing
butiran-
Proses:
ringan G3
carboadsorben
dengan Dapat
Penyaringan
Filter
membran
menjadi hitam.
dengan
kertas
saring
yang
7.
Volume
air
API
bebas Volume
pirogen
sediaan
sehingga
dapat turun.
konsentrasi
zat
aktif meningkat
8.
Metode
Non
pembuatan
sterilisasi
Aseptik
dengan
yang Non
sesuai
dan
basah.
menggunakan
aseptik
Proses:
sekaligus pembawa.
(kalor
Otoklaf suhu.
kering
air
kalor
basah)
9.
Pemilihan wadah
larutan infus
48
Botol
Tidak
plastik
bereaksi
D. RANCANGAN FORMULA
Nama sediaan dasar
: Infus NaCl
: Natrium klorida
Nama Bahan
Fungsi
% lazim
100 ml
o.
1.
Natrium klorida
Bahan aktif
0,9 %
2.
Carbo adsorben
Bahan
penyerap
0,1 %
0,9 gram
250 ml
2,3 gram
0,25 gram
pirogen
3.
API
Pembawa
Ad 100 ml
Ad 100 ml
Ad 250 ml
E. HASIL PERHITUNGAN
Volume yamg ingin dibuat :
V = (W X E) . 111,1
= (2,25 X 1) . 111,1
= 240,9 ml ~ 250 ml
1. Natrium klorida
0,9 g
100ml
x 250 ml
= 2,3 g
2. Carbo adsorben
0,1g
100ml x 250 ml = 0,25 g
F. LEMBAR STERILISASI
49
o.
Bahan
Cara Sterilisasi
awal
Waktu
Paraf
akhir
Paraf
Alat :
1.
cawan bunsen
penguap,
10.56
pengaduk.
2.
corong
11.35
+ selama 30 menit
kertas saring.
3.
4.
selama 2 jam
Wadah / flakon
12.53
12.53
selama 2 jam
5.
11.40
menit
Bahan :
1.
2.
.
Sediaan obat
(Sterilisasi akhir)
selama 30 menit
API bebas O2
Didihkan,
diamkan
30 menit.
G. PROSEDUR TETAP
1. Penimbangan bahan sesuai formula
a. Natrium Klorida
50
b. Carbo adsorben
c. Aqua pro injectin
2. Pembuatan API bebas pirogen
3. Pelarutan bahan
4. Penghilangan pirogen
5. Penjernihan
6. Pengukuran volume
7. Pengisian
8. Sterilisasi akhir
9. Pengemasan
H. PROSEDUR PEMBUATAN
N
Tahapan Kerja
o
1
Penimbangan
Waktu
Paraf
: 2,3 g
: ad. 250 ml
Pembuatan API
3
51
7. Pengukuran volume
Masukkan filtrat kedalam gelas ukur
Bila volume belum mencukupi, maka
tambahkan API bebas pirogen ad 250
ml.
8
Pengisian
Masukkan volume sediaan yang telah
diukur dalam botol infus 250 ml yang
telah steril dan wadah dikalibrasi
Tutup dengan tutup botol karet steril,
lalu ikat dengan tali kasur dan tutup
dengan alumunium foil.
9. Sterilisasi Akhir
Sediaan yang sudah dalam wadah dan
ditutup dengan alumunium foil
dimasukkan atau disterilkan di dalam
otoklaf pada suhu 115 116 C, selama
30 menit.
8
Pengemasan
Siapkan etiket, brosur dan kemasan
Pasang etiket pada botol yang telah
berisi sediaan jadi
52
I. EVALUASI
1. Organoleptis:
a. Warna : Putih
a. Bau : Tidak berbau
2
Pemeriksaan pH :
- Menggunakan kertas indikator
- Celupkan kertas indikator ke dalam sediaan
- Bandingkan dengan pH pada monografi
- Hasil : 6,5
Uji homogenitas
- Oleskan sediaan jadi pada kaca arloji, ratakan pada sendok spatel.
- Lihat apakah masih ada butiran-butiran halus, bila sudah tidak ada berarti
sudah homogen. Begitu pula sebaliknya.
- Hasil : Homogen
Uji Kejernihan
Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, amati di bawah cahaya, lihat ada
tidaknya fragmen asing dengan menggunakan alas hitam-putih.
Uji sterilisasi
- Dengan pembenihan, dimana :
Wadah 1 dialiri perbenihan steril
Wadah 2 diiisi obat
Wadah 3 diisi obat
Wadah 4 tidak diiisi apa-apa
- Lalu keempatnya dibiarkan, lihat apakah terjadi pertumbuhan mikroba atau
tidak pada wadah 2 dan 3. bila terjadi, berarti sediaan tidak steril, sebaliknya
jika tidak terjadi maka salep tersebut steril.
V.2. PEMBAHASAN
Pada praktikum Teknologi Sediaan Steril ini sediaan yang kami buat adalah
sediaan steril dalam bentuk injeksi volume besar (Infus), dengan bahan aktif NaCl
yang digunakan sebagai obat untuk melihat daya osmotik darah dan jaringan,
penghambat keracunan Bromida dan Iodida, sumber ion Klorida dan Natrium, yang
53
diberi secara parenteral sebagai obat suntik dengan dosis 0,9 g/ml sebagai dosis
tunggal.
Bahan bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Bahan Pembawa
Aqua Pro Injeksi, karena sediaan yang akan dibuat adalah larutan sejati yang
jernih.
b. Bahan Penyerap Pirogen
Biasa digunakan pada sediaan larutan infus, karena sediaan akhir larutan
infus harus bebas pirogen.
Bahan penyerap pirogen yang dapat digunakan adalah Carbo adsorbens 0,1%,
karena dapat mengabsorpsi pirogen pada pemanasan 60 70 C.
Selama melakukan praktikum ini, ada beberapa masalah yang dialami
praktikan dalam pembuatan sediaan injeksi volume besar (Infus) ini, antara lain :
Volume yang dibuat untuk sediaan infus tidak sesuai, seharusnya 500 ml tapi yang
dibuat hanya 250 ml. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan perhitungan dalam
membuat rancangan formula.
Praktikan kurang menguasai prosedur pembuatan, sehingga proses pembuatan
memerlukan waktu yang cukup lama dan karena keterbatasan waktu, praktikan
tidak dapat melakukan sterilisasi akhir.
Namun secara pemerian, sediaan jadi yang dihasilkan sesuai dengan yang
diformulasikan :
1. Warna
: Jernih
2. Rasa
: Tidak berasa
3. Bentuk Sediaan
: Larutan sejati
Sediaan injeksi yang akan dibuat harus steril, karena sediaan ini digunakan
sebagai obat suntik yang akan masuk ke dalam pembuluh darah, sehingga harus
dilakukan sterilisasi alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan sebelum proses
pembuatan dan juga sterilisasi akhir setelah proses pembuatan selesai sesuai dengan
bahan aktif yang digunakan.
Karena bahan aktif yang digunakan adalah Natrium Klorida yang tahan pada
pemanasan, sehingga sterilisasi akhir yang dipilih adalah sterilisasi secara non aseptik
dengan menggunakan otoklaf yang dipanaskan pada suhu 115 116 C selama 30
menit (menurut FI III).
54
V.3. PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disumpulkan bahwa
sediaan steril injeksi volume besar (Infus) yang dihasilkan sudah baik, hanya
volumenya saja yang kurang sesuai.
Secara pemerian, sediaan jadi yang dihasilkan sesuai dengan yang
diformulasikan :
1. Warna
: Jernih
2. Rasa
: Tidak berasa
3. Bau
: Tidak berbau
4. Bentuk Sediaan
: Larutan sejati
SARAN
Dalam praktikum harusnya dilakukan secara teliti dan cermat, efektif dan
efisien agar sediaan akhir yang diperoleh baik dan memenuhi syarat.
Setiap langkah dalam tahapan-tahapan proses pembuatan sediaan steril
injeksi volume besar (Infus) harus dilakukan dengan cermat.
Jangan lupa melakukan sterilisasi alat dan bahan dan juga sterilisasi akhir,
karena sediaan yang dibuat harus steril.
55