Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH GAGAL GINJAL KRONIK

KEPERAWATAN DEWASA SISTEM ENDOKRIN, PENCERNAAN, PERKEMIHAN


DAN IMUNOLOGI

Dosen Pengampu :
Ns. Reni Tri Subekti, M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 10

1. Lalaja Tungga Sinja 2022206203045


2. Khoirunnisa 2022206203031
3. Rifa Hastuti 2022206203005
4. Muhammad Arba 2022206203023
5. Amanda Aulia Azahra 2022206203011

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan sedikit
dari ilmu-Nya Yang Maha Luas sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan waktu
yang telah ditentukan dan dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isi nya yang sangat sederhana Semoga makalah ini dipergunakan sebagai salah satu
acuan,petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca

Harapan Kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik

Kami menyadari bahawa penuliasan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
karena kesempurnaan semata hanya milik ALLAH SWT dan karena pengetahuan yang
kami miliki sangat sedikit semoga makalah ini dapat membarikan wawasan yang lebih luas
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca Untuk itu kepada dosen kami meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami dimasa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran akhir kata kami berharap maklah ini dapat bermanfaat untuk
pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................................2
C. Tujuan ..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Anatomi Fisiologi Ginjal................................................................................3


B. Definisi Gagal Ginjal Kronik......................................................................................4
C. Etiologi Gagal Ginjal Kronik......................................................................................5
D. Manifestasi Klinik.......................................................................................................6
E. Patofiologi....................................................................................................................6
F. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................8
G. Penatalaksanaan ..........................................................................................................8
H. Konsep Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik ..................................................9

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal adalah organ vital yang berperan sangat penting dalam


mempertahankankestabilan lingkungan dalam hidup. Ginjal mengatur keseimbangan
cairan tubuh,elektrolit, dan asam basa dengan cara filtrasi darah, reabsorpsi selektif air,
elektrolit dannonelektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai urine. Selain itu
ginjal jugamengeluarkan produk sisa metabolisme seperti urea, kreatinin, serta zat yang
tidak diperlukan. Jika fungsi ginjal telah mengalami gangguan yang berlangsung lama
dan bersifat irreversibel maka ginjal akan masuk ke tahap gagal ginjal Chronic Kidney
Disease (CKD) atau gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsiginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolitakibat destruksi
struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisametabolit (toksik
uremik) di dalam darah.

Gagal ginjal kronik merupakan keadaan dimana terjadi penurunan fungsi


ginjalyang cukup berat secara perlahan-lahan (menahun). Penyakit ini disebabkan oleh
berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat progresif dan biasanya tidak bisa
pulihkembali (irreversible). Prevalensi GGK menurut World Health Organization
(WHO) 2014, secara globallebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal
kronik. Berdasarkan Center for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun
2010, lebih dari 20 juta atau 10%dari jumlah orang dewasa di Amerika Serikat
mengidap penyakit gagal ginjal kronik dankebanyakan tidak terdiagnosis.Penderita
GGK di Indonesia setiap tahunnya juga cukup tinggi mencapai 300.000orang lebih,
namun baru sekitar 25.000 orang yang tertangani tenaga medis, artinya ada80% klien
tak tersentuh pengobatan sama sekali. Klien penyakit gagal ginjal kronik dengan
keluhan rasa haus karena harusmenjaga diet cairan dibatasi untuk mencegah kelebihan
cairan. Kelebihan cairan beresiko menyebabkan klien mengalami penambahan berat
badan, edema, peningkatantekanan darah, nyeri dada, sesak nafas serta gangguan
jantung.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan dirumuskan dalam memecahkan masalah
antaralain :
1. Bagaimana konsep anatomi fisiologi ginjal?
2. Apa yang dimaksud dengan penyakit gagal ginjal kronis?
3. Apa etiologi yang ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis?
4. Apa saja manifestasi klinis penyakit gagal ginjal kronis?
5. Bagaimana patofisiologi dari penyakit gagal ginjal kronis?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit gagal ginjal kronis?
7. Bagaimana penatalaksanaan penyakit gagal ginjal kronis?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit gagal ginjal kronis?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui konsep anatomi fisiologi ginjal
2. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit gagal ginjal kronis
3. Dapat mengetahui apa etiologi yang ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis
4. Dapat mengetahui apa saja manifestasi klinis dari penyakit gagal ginjal kronis
5. Dapat mengetahui bagaimana patofisiologi dari penyakit gagal ginjal kronis
6. Dapat mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang yang disebabkan penyakit
gagal ginjal kronis
7. Dapat mengetahui bagaimana penatalaksaan dari penyakit gagal ginjal kronis
8. Dapat mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit gagal ginjal
kronis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP ANATOMI FISIOLOGI GINJAL

Ginjal adalah dua buah organ berbentuk menyerupai kacang merah yang berada
di kedua sisi tubuh bagian belakang atas, tepatnya dibawah tulang rusuk manusia.
Ginjal sering disebut bawah pinggang. Bentuknya seperti kacang dan letaknya di
sebelah belakang rongga perut, kanan kiri dari tulang punggung. Ginjal kiri letaknya
lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan. Setiap ginjal panjangnya 12-
13 cm dan tebalnya 1,5-2,5 cm. Pada orang dewasa beratnya kira-kira 140 gram.
Pembuluh-pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilus (sisi dalam). Di atas
setiap ginjal menjulang sebuah kelenjar suprarenalis.

Struktur ginjal dilengkapi selaput membungkusnya dan membentuk pembungkus


yang halus. Di dalamnya terdapat struktur-struktur ginjal. Terdiri atas bagian korteks
dari sebelah luar dan bagian medula di sebelah dalam. Bagian medula ini tersusun atas
15 sampai 16 massa berbentuk piramida yang disebut piramis ginjał. Puncak-
puncaknya langsung mengarah ke hilus dan berakhir di kalises. Kalises ini
menghubungkannya dengan pelvis ginjal (Irianto, 2013). Ginjal dibungkus oleh
jaringan fibrous tipis dan mengkilat yang disebut kapsula fibrosa (true capsule) ginjal
melekat pada parenkim ginjal. Di luar kapsul fibrosa terdapat jaringan lemak yang
bagian luarnya dibatasi oleh fasia gerota. Diantara kapsula fibrosa ginjal dengan kapsul

3
gerota terdapat rongga perirenal. Di sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal
atau glandula adrenal atau disebut juga kelenjar suprarenal yang berwarna kuning. Di
sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh berbagai otot punggung yang tebal serta tulang
rusuk ke XI dan XII, sedangkan disebelah anterior dilindungi oleh organ
intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hati, kolon, dan duodenum, sedangkan
ginjal kiri dikelilingi oleh limpa, lambung, pankreas, jejenum, dan kolon (Basuki,
2011).
Mekanisme utama nefron adalah untuk membersihkan atau menjernihkan plasma
darah dari zat-zat yang tidak dikehendaki tubuh melalui penyaringan/difiltrasi di
glomerulus dan zat-zat yang dikehendaki tubuh direabsropsi di tubulus. Sedangkan
mekanisme kedua nefron adalah dengan sekresi (prostaglandin oleh sel dinding duktus
koligentes dan prostasiklin oleh arteriol dan glomerulus).
Beberapa fungsi ginjal adalah sebagai berikut :
1. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh
2. Mengatur keseimbangan osmotik dan keseimbangan ion
3. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh
4. Ekskresi sisa-sisa hasil metabolisme (ureum, kreatinin, dan asam urat)
5. Fungsi hormonal dan metabolisme
6. Pengeluaran zat beracun

B. DEFINISI GAGAL GINJAL KRONIK

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).

CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius)
dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia.

4
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR).

C. ETIOLOGI GAGAL GINJAL KRONIK

Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :

1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)


2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis. sitemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7. Nefropati toksik
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih).

Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi
dalam 2 kelompok :

1. Penyakit parenkim ginjal


a. Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik.
b. Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal,
Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik progresif, Gout, DM 2.

2. Penyakit ginjal obstruktif


Pembesaran prostat, batu saluran kemih, refluks ureter. Secara garis besar
penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan infeksi yang berulang dan nefron yang
memburuk, obstruksi saluran kemih, destruksi pembuluh darah akibat diabetes dan
hipertensi yang lama, scar pada jaringan dan trauma langsung pada ginjal.

5
D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik menurut antara lain: Hipertensi, (akibat retensi cairan dan
natrium dari aktivitas sistem renin angiotensin aldosteron). gagal jantung kongestif dan
udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan
perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot,
kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).

Manifestasi klinik adalah sebagai berikut:


1. Kardiovaskuler Hipertensi, gagal jantung kongestif, edema pulmoner. perikarditis
pitting edema (kaki, tangan, sacrum), pembesaran vena leher.
2. Integumen : Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3. Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, nafas dangkal, pernafasan kussmaul
4. Gastrointestinal Nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan mulut, anoreksia,
mual, muntah, konstipasi dan diare, perdarahan saluran cerna
5. Neurologi Kelemahan dan keletihan, konfusi/ perubahan tingkat kesadaran,
disorientasi, kejang kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki,
perubahan perilaku.
6. Muskuloskeletal Kram otot, kekuatan otot hilang, kelemahan pada tungkai Fraktur
tulang, Foot drop.
7. Reproduktif: Amenore, Atrofi testekuler.

E. PATOFISIOLOGI

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron- nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¼ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat
diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.

6
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialysis.

Klasifikasi gagal ginjal kronik dibagi menjadi 5 stadium:

1. Stadium 1
Bila kadar gula tidak terkontrol, maka glukosa akan dikeluarkan. lewat ginjal secara
berlebihan. Keadaan ini membuat ginjal hipertrofi dan hiperfiltrasi. Pasien akan
mengalami poliuria. Perubahan ini diyakini dapat menyebabkan glomerulusklerosis
fokal, terdiri dari penebalan difus matriks mesangeal dengan bahan eosinofilik
disertai penebalan membran basalin kapiler.

2. Stadium 2
Insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75% jaringan telah rusak, Blood Urea
Nitrogen (BUN) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.

3. Stadium 3
Glomerulus dan tubulus sudah mengalami beberapa kerusakan. Tanda khas stadium
ini adalah mikroalbuminuria yang menetap, dan terjadi hipertensi.

4. Stadium 4
Ditandai dengan proteinuria dan penurunan GFR. Retinopati dan hipertensi hampir
selalu ditemui.

5. Stadium 5
Adalah stadium akhir, ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin plasma
disebabkan oleh penurunan GFR yang cepat.
7
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu


pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara
lain :

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein
dan immunoglobulin).
b. Pemeriksaan Urin Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein.
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT2.

2. Pemeriksaan EKG Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda


perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).

3. Pemeriksaan USG Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal. kandung kemih
serta prostate.

4. Pemeriksaan Radiologi Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde


Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen

G. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :


1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk

8
2. Dialysis
a. Peritoneal dialisis biasanya dilakukan pada kasus - kasus emergency
b. Sedangkan dialysis dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah
CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis)
c. Hemodialisis, Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan: AV fistule
adalah menggabungkan vena dan arteri. Double lumen: langsung pada daerah
jantung (vaskularisasi ke jantung)
d. Operasi Pengambilan batu dan transplantasi ginjal.

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk melakukan
evaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.

a. Pengumpulan Data
1. Biodata klien
Yang perlu dikaji adalah : nama, usia, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, dan tanggal masuk rumah sakit.
2. Biodata penanggung jawab
Yang perlu dikaji adalah : nama usia, jenis kelamin, umur, pendidikan,
alamat, dan hubungan dengan klien.

b. Riwayat kesehatan
1. Klien utama : nyeri pada abdomen, sesak napas, gangguan BAB dan BAK.
2. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya pasien datang dengan mengeluh
lemah/ letih, otot lemah, anoreksia (susah makan), nausea, kembung, pasien
merasa perut tidak enak, berat badan menurun, mengeluh perut semakin
membesar, perdarahan pada gusi, gangguan BAK (inkotenensia urin),
ganggaun BAB (Konestipasi/ diare), juga sesak napas.

9
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien dengan sirosis hepatis memiliki riwayat penggunaan alcohol dalam
jangka waktu yang lama, sebelumnya ada riwayat hepatitis kronis, riwayat
gagal jantung, riwayat pemakaian obat-obatan.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang menderita penyakit hepatitis atau sirosis hepatis.
5. Riwayat psikologi dikaji klien keadaan emosi dan respon keluarga
menghadapi penyakit hepatitis B yang sedang di derita klien.
6. Pola kebiasaan sehari-hari pola makan dan minum, pola tidur, dan istirahat,
aktivitas atau bermain dan pola eliminasi.
Hal berikut ini harus diperhatikan :
a) Aktivitas Pasien melaporkan adanya kelelahan dan kelemahan. Hasil
observasi menunjukkan pasien letargi dan terjadi penurunan tonus otot.
b) Elminasi Pasien melaporkan bahwa urin berwarna gelap/peka, feses
berwarna hitam, terlihat distensi abdomen karena hepatomegali dan
asites.
c) Makanan / carian Pasien melaporkan adanya keluhan tidak nafsu makan,
mual, muntah, penurunan berat badan atau peningkatan berat badan
(akibat edema).

c. Data biologis
a. Keadaan umum
1) Penampilan : pada dasarnya pasien lemah
2) Kesadaran : composmetis, kemungkinan ditemukan adanya penularan.
3) Tanda-tanda vital Pada tanda-tanda vital menunjukkan adanya
perubahan yang berarti bergantungan pada riwayat tanda vital klien
sebelumnya.
b. Pemeriksaan fisik dengan sirosis hepatis
1) Pemeriksaan kepala : Keadaan rambut, distribusi rambut merata/ tidak,
mudah tidak tercabut, bersih/kotor, lebat/ jarang, warna rambut dan
wajah kiri dan kana simetris tidak, ada odema/ tidak, ada nyeri tekan
tidak.
2) Muka : tampak ikterik, lembab.

10
3) Pemeriksaan telinga : telinga kanan kiri simetris atau tidak, telinga
bersih atau ada serum, ada odema/tidak, nyeri tekan tidak.
4) Pemeriksaan mata : konjugtiva tampak anemis (pucat), mata kanan dan
kiri simetris/ tidak, selera ikterik.
5) Pemeriksaan leher : leher kanan dan kiri simetris atau tidak, ada
pembesaran kelenjar tiroid, ada nyeri tekan tidak, ada odema tidak.
6) Pemeriksaan mulut dan faring : bau napas khas disebabkan karena
peningkatan konsentrasi dimetil sulfide akibat pintasan porto sistemik
yang berat. Membran mukosa kering dan ikterik, bibir pucat.
7) Pemeriksaan hidung : terdapat pernapasan cuping hidung.
8) Pemeriksaan payudara dan ketiak : payudara kiri dan kanan simetris
tidak, ada tidak odema, ada nyeri/ tidak dan penyebaran rambut ketiak
merata tidak, ada nyeri tekan tidak.
9) Pemeriksaan paru-paru Inpeksi : pasien menggunakan otot bantu.
Palpasi : vocal fremitus kiri dan kanan sama Perkusi : resonance, bila
terdapat efusi pleura bunyinya redup Auskultsi : vesikuler
10) Pemeriksaan jantung Inpeksi : pergerakan apeks kordis tak terlihat.
Palpasi : apeks kordis tak teraba. Perkusi : tidak terdapat pembesaran
jantung. Auskultsi : normal, tidak ada bunyi suara jantung ketiga.
11) Pemeriksaan abdomen Inpeksi : umbilicus menonjol, asites. Palpasi :
sebagian besar penderitan hati muda teraba dan terasa keras. Nyeri
tumpul atau berasaan berat pada epigrastrium atas atau kuadran kanan
atas. Perkusi : dulness. Auskultsi : bising usus cepat.
12) Sistem Integumen Fungsi hati yang terganggu mengakibatkan bilirubin
tidak terkonjugasi sehingga kulit tampak ikterik. Turgaor kulit jelek,
ada luka akibat edema.
13) Pemeriksaan anggota gerak (Ekstremitas) Pada ektermitas atas telapak
tangan menjadi hiperemesis (erithema palmare). Pada ektermitas
bawah ditemukan edema, capillary refill time > 2 detik.
14) Sistem Endokrin Kaji apakah ada pembesaran kelenjer tiroid, kelenjer
getah bening.

11
d. Data Psikologis
Dampak psikologis dari klien kemungkinan dihadapkan dengan rasa nyeri,
perubahan tingakah laku dan cemas akibat timbulnya sesak nafas. Sehingga
perawat dapat menggali perasaan klien dan dapat diruangkan dalam bentuk
verbal :
a. Data sosial Obesrvasi interaksi klein karena klien dengan sirosis hepatis
sangat memerlukan support mental dan bantuan berakitivitas.
b. Data spiritual
Aspek spiritual yaitu tentang keyakinan nilai-nilai ketuhanan yang dianut,
keyakinan dan harapan akan kesembuhan/ kesehatan.
c. Data penunjang
1) Uji faal hepar
1. Bilirubin meningkat (> 1.3 mg/dL).
2. SGOT meningkat (> 3-45 u/L).
3. SGPT meningkat (> 0-35 u/L).
4. Protein total menurun (6.1-8.2 gr%).
5. Albumin menurun (3.5-5.2 mg/L).
2) UGS (ultrasonography)
Gambar UGS tergantung pada tingkat berat penyakit. Pada tingkat
permulaan sirosis akan tampak hati membesar, permulaan irregular tepi
hati tumpul. Pada fase lanjut terlihat perubahan gambar UGS, yaout
tampak penebalan permukaan hati yang irregular. Sebagian hati tampak
membesar dan sebagian lagi dalam batas normal.
3) CT (chomputed tomography) dan MRI (magnetic resonance imaging).
Memberikan informasi tentang pembesaran hati dan aliran darah hepatic
serta obstruksi aliran tersebut.
4) Analisa Gas Darah
Analisa gas darah darah dapat mengungkapkan gangguan keseimbangan
ventilasi-perfusi dan hipoksia.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko ketidak seimbangan cairan b.d penyakit ginjal dan kelenjar (D.0036)
2) Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan

12
3) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (mis. prosedur operasi)

3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Kep Tujuan Intervensi
Resiko ketidak Setelah dilakukan Manajemen Cairan
seimbangan cairan pengkajian 3x24 jam
b.d penyakit ginjal diharapkan status Observasi
dan kelenjar cairan membaik  Monitor status hidrasi.( Mis.
dengan kriteria Frekuensi nadi, kekuatan
hasi : nadi,akral, pengisian kapiler,
1. Output urine kelembapan mukosa,turgor kulit,
cukup tekanan darah)
meningkat (4)  Monitor berat badan harian
2. Kekuatan nadi  Monitor berat badan sebelum dan
cukup sesudah dianalisis
meningkat (4)  Monitor hasil pemeriksaan
3. Pengisian vena laboratorium
cukup
meningkat (4) Terapeutik
 Catat intake-output dan hitung
balans cairan 24 jam
 Berikan asupan cairan, sesuai
kebutuhan
 Berikan cairan intravena jika perlu

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian diuretik,jika
perlu
Hipervolemia b.d Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia
kelebihan asupan pengkajian 3x24 jam
cairan diharapkan ketidak Observasi
seimbangan cairan  Periksa dan gejala hipervolemia
meningkat dengan (mis.ortopnea,dipsnea,edema,JVP/

13
kriteria hasil : CVP meningkat refleks
1. Asupan cairan hepatojugular positif, suara napas
cukup tambahan)
meningkat (4)  Indentifikasi penyebab
2. Haluaran urine hipervolemia
cukup  Monitor status
meningkat (4) hemodinamik(mis.frekuensi
3. Kelembapan jantung,tekanan darah)
membrane
mukosa cukup Terapeutik
meningkat (4)  Batasi asupan cairan dan garam
 Tinggikan kepala tempat tidur 30-
40°

Edukasi
 Anjurkan melapor jika haluaran
urin<0,5mL/kg/jam dalam 6jam
 Anjurkan jika BB bertambah dalam
sehari

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian diuretik
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
pencedera fisik (mis. pengkajian 3x24jam
prosedur operasi) diharapkan tingkat Observasi
nyeri menurun  indentifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil  indentifikasi respon nyeri non
: verbal
1. Keluhan nyeri  indentifikasi faktor yang
cukup menurun memperberat dan memperingan
(4) nyeri
2. Meringis cukup  indentifikasi pengaruh nyeri pada
menurun (4) kualitas hidup

14
3. Kesulitan tidur Terapeutik
cukup menurun  kontrol lingkungan yang
(4) memperberat rasa nyeri
 fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
 jelaskan penyebab, periode,dan
memicu nyeri.
 jelaskan meredakan nyeri
 anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri

Kolaborasi
 kolaborasi pemberian analgetik,jika
perlu

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang mengalami peningkatan
setiap tahun. Pada pasien gagal ginjal kronik hanya mempertahankan fungsi ginjal yang
ada dan melakukan cuci darah untuk menggantikan fungsi ginjal. Pasien Hemodialisa
Tidak dapat bertahan hidup jika tidak melakukan terapi cuci darah Hasil penelitian
menemukan dua tema utama yaitu, perubahan fisiologis tubuh berupa, kelamahan fisik,
pola istirahat tidur, pola napas, pola eliminası, gangguan sirkulasi dan gangguan pada
kulit. Tema kedua yaitu, Patub dalam mengontrol asupan cairan dan nutrisi.

B. Saran

1. Bagi Klien
Diharapkan klien tetap menjalankan kepatuhan asupan cairan dan nutrisi

2. Bagi profesi perawat


Diharapkan dipergunakan untuk acuan pembelajaran dibidang ilmu keperawatan

3. Bagi peneliti selanjutnya


Dapat dimodifiksi dengan mengobservasi pasien hemodialisa tentang kebutuhan
cairan setiap hari serta melakukan pembatasan cairan

16
DAFTAR PUSTAKA

(D.0036. Resiko Ketidak Seimbangan Cairan) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia


(SDKI) : Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016)

(D.0022. Hipervolemia) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) : Tim Pokja


SDKI DPP PPNI, (2016)

(D.0077. Nyeri Akut) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) : Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, (2016)

(L.03028. Status Cairan) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Tim Pokja SLKI
DPP PPNI, (2018)

(L.03020. Ketidak Seimbangan Cairan) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) :


Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018)

(L.08066. Tingkat Nyeri ) Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Tim Pokja
SLKI DPP PPNI, (2018)

(I.03098. Manajemen Cairan) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) : Tim


Pokja SIKI DPP PPNI, (2018)

(I.03114. Manajemen Hipervolemia) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) :


Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018)

(I.08238. Manajemen Nyeri) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) : Tim Pokja
SIKI DPP PPNI, (2018)

Aisara, S., Azmi, S., & Yanni, M. 2018. "Gambaran Klinis Penderita Penyakit Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamal Padang". Jurnal Kesehatan
Andalas, 7(1), 42-50.

Bakri, B., Intiyati, A., Widartika. 2018. Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi. Jakarta:
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Tersedia di:
http://www.bppsdmk.kemenkes.go.id/pusdiksdmk (diunduh tanggal 24 Oktober 2020,
pukul 11.50 WIB).

Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y. 2009. Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: buku kedokteran EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai