Di susun oleh :
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas, kami susun
dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul”Diet Pada Pasien Gangguan Ginjal" dan dengan
selesainya penyusunan makalah ini untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
1. Agar kita mengetahui tentang apa itu penyakit ginjal?
2. Agar kita mengetahui tentang apa saja jenis penyakit ginjal?
3. Agar kita mengetahui tentang apa saja faktor risiko gagal ginjal?
4. Agar kita mengetahui tentang apa saja gejala gagal ginjal?
5. Agar kita mengetahui tentang bagaimana angka kejadian/prevalensi penyakit
ginjal di Indonesia.
6. Agar kita mengetahui tentang bagaimana macam – Macam Diet Penderita
Penyakit Ginjal
7. Agar kita mengetahui tentang apa saja makanan yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan untuk gagal ginjal
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gagal Ginjal
Ginjal adalah bagian tubuh yang sangat penting. Fungsi ginjal sebagai
penyaring darah dari sisa-sisa metabolisme menjadikan keberadaanya tidak bisa
tergantikan oleh organ tubuh lainnya. Kerusakan atau gangguan ginjal menimbulkan
masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh. Akibatnya, aktivitas kerja terganggu dan
tubuh jadi mudah lelah dan lemas.
Ginjal memainkan peran kunci dalam tubuh, tidak hanya dengan menyaring
darah dan mengeluarkan produk-produk sisa, namun juga dengan menyeimbangkan
tingkat elektrolit di dalam tubuh, mengontrol tekanan darah, dan menstimulasi produksi
dari sel-sel darah merah (Colvy, 2010)Sampah adalah materi sisa yang nilai gunanya
sudah habis terpakai.
Gagal ginjal adalah suatu kondisi klinis yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplatasi ginjal(Suwitra, 2010). Gagal ginjal
kronis (GGK) atau merupakan kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan
ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah
serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplatasi ginjal (Nursalam,
2011).
Kriteria penyakit ginjal kronik lebih dari 3 bulan terdapat penurunan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 60ml/menit/1,73m2, dengan atau tanpa adanya
kerusakan ginjal (Kasiske, 2014). Menurut Kidney Disease Improving Global Outcomes
(KDIGO) Penyakit ginjal dapat akut atau kronik. Penyakit ginjal yang terjadi selama
lebih dari 3 bulan dikategorikan sebagai penyakit ginjal kronik. Ginjal memiliki banyak
fungsi antara lain, fungsi ekskretori, endokrin dan fungsi metabolisme. Glomerular
Filtration Rate (GFR) adalah salah satu komponen dari fungsi ekskretoris. Namun secara
luas GFR diterima sebagai indeks untuk menilai keseluruhan fungsi ginjal. Karena,
secara umum GFR berkurang setelah terjadi kerusakan struktural yang luas. GFR
<60ml/min/1.73m2 dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium secara rutin.
Sedangkan kerusakan ginjal dapat terjadi pada parenkim ginjal, pembuluh darah, dan
system kolektivus ginjal. Kerusakan ginjal lebih sering diperiksa menggunakan marker
(penanda) ginjal daripada menggunakan pemeriksaan langsung jaringan ginjal. Marker
pada kerusakan ginjal dapat memberikan petunjuk pada lokasi ginjal yang mengalami
kerusakan (NKF-KDIGO, 2013 dalam Sari, 2017).
A. Batu ginjal : Ditandai adanya kristal mineral dan garam menyerupai batu di dalam ginjal.
Baru akan terasa saat batu ginjal sudah melewati saluran kencing dan menyumbat ureter.
B. Infeksi ginjal: Penyakit ini disebut juga pielonefritis yang merupakan salah satu bentuk
infeksi saluran kemih (ISK). Biasanya disebabkan infeksi bakteri atau virus.
C. Kanker ginjal: Terjadi karena ada pertumbuhan sel abnormal atau tumor yang
mengganggu fungsi ginjal. Gejalanya bisa berupa penurunan berat badan drastis, mudah
lelah, nyeri punggung bawah dan adanya benjolan pada punggung bawah.
D. Penyakit ginjal polikistik: Penyakit ginjal karena kelainan genetik yang menyebabkan
tumbuh kista di ginjal. Meski bersifat non-kanker namun memicu komplikasi serius seperti
gagal ginjal dan tekanan darah tinggi.
E. Glomerulonefritis: Peradangan yang terjadi pada struktur pembuluh darah kecil yang
membantu menyaring darah (glomerulus). Jika bagian ini rusak, ginjal tidak berfungsi normal
dan menyebabkan terjadinya gagal ginjal.
F. Gagal ginjal kronis: Terjadi saat fungsi ginjal hilang secara bertahap dalam jangka waktu
bulan hingga tahun.
G. Gagal ginjal akut: Ginjal mendadak tidak berfungsi untuk menyaring limbah dan cairan
sisa dari darah. Biasanya terjadi dalam hitungan jam dan hari.
Menurut Norris dan Nissenson (2008) bahwa prevalensi CKD bervariasi faktor risiko utama
seperti diabetes , hipertensi , albuminuria di sosial ekonomi , jenis kelamin , dan kelompok
etnis memainkan peran penting dalam perkembangan prevalensi dan komplikasi CKD.
Australian Institute of Health and Welfare(AIHW) telah melakukan sistematisasi faktor risiko
kejadian penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis (ESRD) di Australia. Faktor
risiko ESRD di Australia dibagi menjadi empat kelompok yaitu: (1) faktor lingkungan-sosial
yang meliputi status sosial ekonomi, lingkungan fisik dan ketersediaan lembaga pelayanan
kesehatan, 2) faktor risiko biomedik, meliputi antara lain diabetes, hipertensi, obesitas,
sindroma metabolisma, infeksi saluran kencing, batu ginjal dan batu saluran kencing,
glomerulonefritis, infeksi streptokokus dan keracunan obat; 3) faktor risiko perilaku, meliputi
antara lain merokok atau pengguna tembakau, kurang gerak dan olah raga serta kekurangan
makanan dan 4) faktor predisposisi, meliputi antara lain umur, jenis kelamin, ras atau etnis,
riwayat keluarga dan genetik (AIHW,2005).
1) Diabetes Mellitus
Waktu rata-rata diabetes sampai timbul uremia adalah 20 tahun. Diabetes menyebabkan
diabetik nefropati yaitu adanya lesi arteriol, pielonefritis dan nekrosis papila ginjal serta
glomerulosklerosis (Price dan Wilson,2006).
2) Hipertensi
Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan-perubahan struktur pada
arteriol seluruh tubuh yang ditandai oleh fibrosis dan sklerosis dinding pembuluh darah.
Organ sasaran utama adalah jantung, otak dan ginjal. Penyumbatan arteri dan arteriol akan
menyebabkan kerusakan glomerulus dan atrofi tubulus sehingga seluruh nefron rusak.
Proteinuri dan azotemia ringan dapat berlangsung selama bertahun-tahun tanpa
memperlihatkan gejala dan kebanyakan pasien akan merasakan gejala jika memasuki stadium
ganas (Price dan Wilson,2006). Hipertensi pada kehamilan (Pre eklamsi) menyebabkan
terjaidnya proteinuria, retensi air dan natirum dapat memicu timbulnya gagal ginjal.
3) Infeksi
Infeksi dapat terjadi pada beberapa bagian ginjal yang berbeda seperti glomerulus pada kasus
glomerulonefritis atau renal pelvis dan sel tubulointerstitial pada pielonfritis. Infeksi juga bisa
naik ke kandung kemih melalui ureter menuju ginjal dimana terdapat sumbatan pada saluran
kencing bawah. Beberapa infeksi dapat menunjukkan gejala, sementara yang lain tanpa
gejala. Jika tidak diperhatikan, semakin banyak jaringan fungsional ginjal yang perlahan-
perlahan hilang. Selama proses peradangan tubuh kita secara normal berusaha
menyembuhkan diri. Hasil akhir penyembuhan adalah adanya bekas luka jaringan dan atrofi
sel yang mengubah fungsi penyaringan ginjal. Hal ini merupakan kondisi yang tidak dapat
dipulihkan. Jika presentase jaringan rusak besar, akan berakhir pada gagal ginjal. Wanita
mempunyai insiden infeksi traktur urinarius dan pielonefritis yang lebih tinggi dibandingkan
pria. Hal ini disebabkan karena uretra lebih pendek dan mudah terkontaminasi feses, selama
kehamilan sampai beberapa waktu setelah melahirkan terjadi hidronefrosis dan hidrureter
pada ginjal kanan. Pria dewasa usia lebih dari 60 tahun sering ditemukan hipertropi prostat
yang menyebabkan obstruksi aliran urin yang menekan pelvis ginjal dan ureter. Obstruksi
juga dapat disebabkan adanya striktur uretra dan neoplasma. Obstruksi menyebabkan infeksi
ginjal dan memicu terjadinya gagal ginjal (Price dan Wilson,2006).
4) Obat-obatan
Sebagian besar obat diekskresikan lewat ginjal. Padahal banyak dari obat-obatan bersifat
racun, oleh sebab itu istilahnya disebut nefrotoksik (Pagunsan,2003).
a. Antibiotik
Aminoglikosid, sulfonamid, amphotericin B, polymyxin, neomycin, bacitracin, rifampisin,
aminosalycylic acid, oxy- dan chlotetracyclines.
b. Analgesik (pereda sakit)
Salisilat, acetaminolen, phenacetin, semua NSAID, Phenybutazone, semua penghambat
prostaglandin synthetase.
c. Antiepileptik (untuk epilepsi dan kejang)
Trimethadione, paramethadione, succinamide, carbamazepine.
Angka kejadian dan prevalensi pasien gagal ginjal kronik berdasarkan data
mortality WHO South East Asia Region pada tahun 2010-2012 terdapat 250.217 jiwa di
Indonesia (WHO, 2013). Selain itu, berdasarkan data survei dari Perhimpunan Nefrologi
Indonesia tahun 2013, menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan angka
kejadian dan prevalensi penyakit gagal ginjal kronik yang cukup tinggi terjadi pada
daerah Aceh 0,4 %, Lampung 0,3 %, Jawa barat 0,3 %, Jawa tengah 0,3 %, Sulawesi
utara 0,4 %, Sulawesi tengah 0,5 % berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
pada tahun yang sama, kelompok umur ≥ 75 tahun angka kejadian dan prevalensinya
sekitar 0,6 % lebih tinggi dari kelompok umur yang lain.
Salah satu pengobatan gagal ginjal kronik yang harus dijalani seorang pasien
yaitu terapi hemodialisa. Terapi ini merupakan terapi yang dilakukan guna
menggantikan fungsi kerja ginjal (Price & Wilson, 2005: 56). Proses terapi hemodialisa
harus dilakukan 1-3 kali dalam 1 minggu dan setiap kalinya memerlukan waktu 2-5 jam.
Kegiatan ini akan dijalani pasien seumur hidup.
Terapi hemodialisa tidak mudah dijalani karena memiliki konsekuensi fisik dan
psikis. Beberapa konsekuensi fisik saat menjalankan terapi ini adalah rasa mual, muntah,
kram otot, sakit kepala, nyeri dada, sakit tulang belakang, rasa gatal, perubahan citra
tubuh, dan demam tinggi (Al-hilali, 2009), sedangkan konsekuensi psikis yang akan
dialami pasien yaitu stres, masalah finansial, dan tidak dapat menjalankan peran secara
holistik (Purba & Moni, 2012), serta penurunan fungsi seksual (Pezeshki & Ghazizadeh,
2008). Jika tidak melakukan terapi ini secara rutin akan mengakibatkan penumpukan
zat-zat berbahaya dalam tubuh, sehingga pasien akan merasa kesakitan bahkan bisa
menyebabkan kematian.
Pada tahun 2013, sebanyak 2 per 1000 penduduk atau 499.800 penduduk
Indonesia menderita Penyakit Gagal Ginjal. Sebanyak 6 per 1000 penduduk atau
1.499.400 penduduk Indonesia menderita Batu Ginjal (Riskesdas, 2013).
Prevalensi gagal ginjal pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan (0,2%). Berdasarkan karakteristik umur prevalensi tertinggi pada kategori
usia diatas 75 tahun (0,6%), dimana mulai terjadi peningkatan pada usia 35 tahun ke
atas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3bulan,
berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria.Malnutrisi
pada penderita gagal ginjal disebabkan oleh intake makanan yang kurang.Diet yang
dilakukan berbeda beda tergantung tingkat penyakit gagal ginjal yang dialami.Pemberian dict
pada penderita gagal ginjal yang baik juga dapat mempercepat prosespenyembuhan.Karena
terganggunya fungsi ginjal ini dapat mengakibatkan ginjal tidak mampumelakukan produksi
urine secara baik. Kemudian terjadi adanya zat-zat yang tidakdapat disaring, schingga
nantinya pada hasil urine akhir akan timbul zat-zat yangharusnya tidak ada pada urin.
Penyebab penyakit ginjal antara lain peradangan, endapanbatu, keracunan akibat ohat
penahan nyeri berlebihan, kurangnya asupan mineral. Dietyang sangat baik. hasilnya yaitu
diet rendah protein Jadi diet yang baik untuk penderitagagal ginjal kronis dan akut
sebaiknya :1. Makanan yang dianjurkan: nasi, jagung, kentang, tepung-tepungan, singkong,
madu.telur. daging ayam, ikan, minyak sawit, semua sayuran dan lain sebagainya.2. Makanan
yang tidak dianjurkan: kacang-kacangan dan hasil olahannya (tahu dantempe) kelapa santan,
minyak kelapa, dan buah yang mengandung tinggi kalium
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca terutama pembaca agar kesadaran
masyarakat meningkat akan pentingnya menjaga kesehatan ginjal dan mengetahui bagaimana
cara diet pada penderita penyakit ginjal.
DAFTAR PUSTAKA