DI SUSUN OLEH :
PRODI :
DIII KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin,
kuasa dan perlindungan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Diet Pada Penderita Penyakit Ginjal”.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi dan Diet
yang diberikan kepada kami oleh Ibu Ida Mardalena,S.Kep.,Ners.,M.Si. Agar kami dapat
mengetahui serta memahami cara menyusun makalah dengan benar dan agar dapat
mengembangkan ilmu yang telah kami peroleh.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu kami mohon saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
makalah ini .
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen mata
kuliah Gizi dan Diet yang diberikan kepada kami oleh Ibu Ida Mardalena,S.Kep.,Ners.,M.Si.
Selaku dosen yang memberikan tugas ini juga yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk membuat makalah ini dan semua bentuk bimbingan serta pengajarannya yang
kami terima dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Tujuan...................................................................................................................................3
C. Metode..................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................................5
3. Pengertian Diet.....................................................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................................11
KASUS..........................................................................................................................................11
BAB IV..........................................................................................................................................11
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
A. Kesimpulan.........................................................................................................................11
B. Saran...................................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disamping itu, ginjal mempunyai fungsi endokrin penting. Saat organ ginjal
terganggu, ia tak lagi menjalani fungsinya dengan baik. Penyakit ginjal menyebabkan
terjadinya gangguan pembuangan kelebihan zat gizi yang diperoleh dari makanan.
Penetapan terapi nutrisi diklasifikasikan berdasarkan jenis gangguan ginjal yang ada.
Bagi penderita penyakit ginjal asupan gizi harus seimbang, harus melakukan
aktivitas fisik yang cukup. Selain itu, kebiasaan kecil dari gaya hidup, seperti kurang
minum, dan menahan buang air kecil juga dapat memicu kerusakan fungsi ginjal.
Penderita gagal ginjal hidup dengan metabolisme tubuh yang tidak lagi sempurna.
Mereka kehilangan kemampuan membuang sampah dalam tubuh yang menyebabkan
penumpukan toksin seperti urea, kreatinin. Akibatnya penderita dapat mengalami
sesak nafas, mual, muntah, tubuh bengkak, hipertensi bahkan kematian mendadak.
Namun hal utama yang harus diperhatikan adalah menjaga asupan air yang
dikonsumsi. Terutama untuk penderita penyakit Gagal Ginjal Kronis yang tidak boleh
mengonsumsi air terlalu banyak.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian penyakit ginjal
2. Lebih memahami nutrisi yang dibutuhkan oleh penderita penyakit ginjal
3. Untuk mengetahui tentang pengertian diet
4. Mengetahui dan memahami jenis diet yang dibutuhkan bagi penderita penyakit
ginjal
C. Metode
Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan makalah ini berasal dari berbagai
literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Jenis
referensi utama yang digunakan adalah artikel ilmiah yang bersumber dari internet.
Metode penulisan bersifat studi pustaka. Penulisan diupayakan saling terkait antar
satu sama lain dan sesuai dengan topik yang dibahas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
3. Pengertian Diet
Diet adalah sebuah metode yang mengatur asupan makanan dan minuman
yang masuk ke dalam tubuh, guna mencapai atau menjaga berat badan yang
terkontrol. Perlu diketahui, pengertian diet bagi setiap orang berbeda-beda karena
setiap orang memiliki tujuan masing-masing dalam melakukan diet.
Pada beberapa kasus, ada orang yang menjalani diet demi menjaga kesehatan
tubuhnya, akan tetapi ada juga orang yang menjalankan diet karena menderita
penyakit tertentu, dan ada juga mereka yang melakukan diet karena memang berat
badannya sudah berlebihan.
Diet yang dilakukan untuk menjaga kesehatan biasanya dilakukan oleh
penderita diabetes, darah tinggi, ginjal, jantung, asam urat, dan penderita penyakit
lainnya yang diharuskan melakukan diet. Selain itu, diet juga biasanya dilakukan oleh
ibu hamil dan ibu menyusui.
Sedangkan, diet yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan berat badan
ideal, mempunyai perbedaan cara dalam menurunkan berat badan bagi yang kelebihan
berat badan (obesitas) dan menaikkan berat badan bagi yang kurang atau belum
mancapai berat ideal. Diet juga biasa dilakukan oleh para atlet, biasanya mereka
mengikuti diet untuk menjaga berat badan sekaligus untuk menjaga bentut otot.
Program diet banyak macamnya dan setiap orang belum tentu akan sama
hasilnya dalam menerapkan program diet yang sama. Oleh karena itu, alangkah
baiknya sebelum Anda melakukan diet, konsultasikan dulu dengan dokter atau ahli
gizi. Cara diet yang sehat, di antaranya menuhi asupan cairan tubuh, asupan kalori
harian, serta mengkonsumsi buah dan sayur.
4. Diet Pada Penyakit Gagal Ginjal
1. Tujuan Diet
A. Gagal Ginjal Akut :
1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal.
2. Menurunkan kadar ureum darah.
3. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat
penyembuhan.
1. Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status gizi, agar
pasien dapat melakukan aktivitas normal.
2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan.
2. SYARAT DIET
A. Gagal Ginjal Akut :
1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB ideal/hari pada pasien Hemodialisis (HD) maupun
Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Pada CAPD diperhitungkan
jumlah energi yang berasal dari cairan dialisis. Bila diperlukan penurunan berat
badan, harus dilakukan secara berangsur (250 – 500 g/minggu) untuk mengurangi
risiko katabolisme massa tubuh tanpa lemak (Lean Body Mass).
2. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam
amino yang hilang selama dialisis, yaitu 1 – 1,2 g/kgBB ideal/hari pada HD dan 1,3
g/kgBB ideal/hari pada CAPD. 50% protein hendaknya bernilai biologik tinggi.
3. Lemak normal, yaitu 15 – 30 % dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup, yaitu 55 – 75 % dari kebutuhan energi total.
5. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :
1 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip ½ liter urin
(HD.
1 – 4 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap ½ liter
urin (CAPD)
6. Kalium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :
2 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip ½ liter urin
(HD)
3 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap ½ liter urin
(CAPD)
7. Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari. Bila perlu diberikan suplemen kalsium.
8. Fosfor dibatasi, yaitu kurang lebih.
9. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500 – 750 ml.
10. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula
enteral atau parenteral. Bila diperlukan, tambahan suplemen terutama vitamin larut air
seperti asam folat, vitamin B6, dan C.
Tabel Bahan Makanan Sehari Untuk ARF dengan Katabolik Ringan, BBI 60 kg
Bahan Makanan berat (g) Urt
Beras 150 3 gls tim
telur ayam 50 1 Btr
Ayam 50 1 ptg sdg
Ikan 50 1 ptg sdg
Tempe 25 1 ptg sdg
1
Tahu 50 /2 bh bsr
sayuran 150 11/2 Gls
Buah 300 3 ptg sdg pepaya
minyak 25 21/2 Sdm
gula pasir 40 4 Sdm
Madu 30 3 Sdm
Susu 200 1 Gls
kue RP*) 100 2 Porsi
Nilai Gizi
Energi 1801kkal Besi 17,1mg
Protein 51g (11% energi total) Vitamin A 26449RE
Lemak 58g (28% energi total) Tiamin 1mg
Karbohidrat 286g (61% energi total) Vitamin C 245mg
Kalsium 623mg
Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu:
1). Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 50 kg.
2). Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 60
kg.
3). Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan 65
kg.
Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat tergantung pada keadaan dan
berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih tinggi atau lebih
rendah daripada standar. Mutu protein dapat ditingkatkan dengan memberikan asam
amino essensial murni.
Pagi
Pukul 10.00
Siang
Pukul 16.00
Sore
Diet pada dialisis bergantung pada frekuensi dialisis, sisa fungsi ginjal, dan ukuran badan
pasien. Diet untuk pasien dengan dialisis biasanya harus direncanakan perorangan.
Berdasarkan berat badan dibedakan 3 jenis diet dialisis:
1. Diet dialisis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 50 kg
2. Diet dialisis II, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 60 kg
3. Diet dialisis III, 70 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ± 65 kg
Atau secara spesifik menyatakan kebutuhan gizi perorangan ( termasuk kebutuhan natrium
dan cairan).
Mala
m beras 75 1 gls nasi 75 1 gls nasi 75 1 gls nasi
ayam 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg
tempe 50 2 ptg sdg 50 2 ptg sdg 50 2 ptg sdg
3 3 3
sayuran 75 /4 gls 75 /4 gls 75 /4 gls
pepaya 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg
1 sdm
minyak 10 1 sdm 10 1 sdm 10
BAB III
KASUS
1. ASSESMEN GIZI
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
B. ANTROPOMETRI
= 149,77 cm
BBI = TB-100
= 149,77-100
= 49,77 kg
Kesimpulan :
= 68,5%
Berdasarkan data persentil LLA, pasien termasuk status gizi buruk. Dalam kasus ini, pasien
hanya dapat diukur panjang ulna dan LLA, dikarenakan kondisi yang sangat lemas.
Pengukuran LILA dapat melihat perubahan pada masa otot sehingga bermanfaat untuk
mendiagnosis saat kekurangan gizi (Gibson, 2005).
C. BIOKIMIA
Pemeriksaan Darah Nilai Normal Awal Masuk RS Keterangan
Monosit 0,04-0,06 0,430 Tinggi
Eosinofil 0,01-0,03 0,084 Tinggi
Basophil 0,004-0,01 0,039 Tinggi
RBC 3,8-5,8 106/mm3 3,45 106/mm3 Rendah
Hemoglobin 12-16 g/Dl 9,27 g/dL Rendah
Hematokrit 36-46 % 27,1 % Rendah
MCV 80-90 fL 78,6 fL Rendah
MCH 27-31 pg 26,9 pg Rendah
MCHC 0,32-0,36 g/dL 34,2 g/dL Tinggi
RDW 11,6-14,4% 11,2% Rendah
MPV 6,5-11 µm3 5,33 µm3 Rendah
Kalium 3,5-5 mmol/L 5,4 mmol/L Tinggi
Natrium 135-150 mmol/L 107 mmol/L Rendah
Kreatinin 0,5-1,5 mg/dL 8,35 mg/dL Tinggi
BUN 5-25 mg/dL 80,6 mg/dL Tinggi
Klorida 95-105 mmol/L 75 mmol/L Rendah
= 6,39
TKK Keterangan
75 – 100 Hilangnya fungsi cadangan ginjal
25 – 75 Insufisiensi ginjal
5 - 25 Gagal ginjal kronik
<5 Gagal ginjal terminal
Kesimpulan :
2. Vital sign :
E. Dietary
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil recall 24 jam, diketahui asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat
pasien inadekuat, yaitu <80% dibandingkan standar rumah sakit. Hal ini dimungkinkan
karena adanya kondisi mual, nyeri ulu hati dan perubahan indra pengecapan yaitu ludah
terasa pahit.
F. Terapi Medis
DIAGNOSIS GIZI
(NI-2.1) Asupan oral inadekuat berkaitan dengan gangguan fungsi ginjal dan efek samping
pemberian obat dibuktikan oleh mual, perubahan indra pengecapan (ludah terasa pahit) dan
hasil recall 24 jam <80%, yaitu asupan energi 59,2%, asupan protein 65,5%, asupan lemak
71,1% dan asupan karbohidrat 55%.
(NI-5.4) Penurunan kebutuhan protein, kalium dan natrium berkaitan dengan gangguan
fungsi ginjal dibuktikan oleh hasil laboratorium kreatinin tinggi (8,35 mg/dL), BUN tinggi
(80,6 mg/dL), kadar kalium tinggi (5,4 mmol/L) dan tekanan darah tinggi (150/90 mmHg).
(NB-1.1) Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi berkaitan dengan keterbatasan
informasi mengenai makanan dan gizi dibuktikan oleh kebiasaan mengkonsumsi makanan
asin dan belum pernah mendapatkan konsultasi gizi.
3. INTERVENSI GIZI
A. PLANNING
1. Tujuan Diet :
a. Energi 35 kkal/ kg BB
d. Karbohidrat cukup
a. Energi
TBest = 149,77 cm
BBI = 49,77 kg
= 35 x 49,77
= 1741,95 kkal
b. Protein = 0,8 gr /kg BBI
= 0,8 gr x 49,77
= 39,8 gr
= 159,3 kkal
= 435,5 kkal
= 48,38 gr
d. Karbo = 1741,95–159,3– 435,5
= 1147,15 kkal
= 286,7 gr
f. Kalium = 40 – 70 mEq/hari
Terapi Diet : Rendah Protein 40, Rendah Garam II, Rendah Kalium, ekstra
Nephrisol
B. IMPLEMENTASI
Pembahasan Diet RS :
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa standar diet RS berlebihan dalam memenuhi
kebutuhan protein, sedangkan kurang dalam memenuhi kebutuhan karbohidrat pasien.
Mangingat masih adanya gangguan gastrointestinal yang menyebabkan asupan makanan
pasien masih rendah, maka terapi diet perlu diubah supaya lebih sesuai dengan kondisi
pasien.
2. Penerapan Diet Berdasarkan Rekomendasi
Pemesanan Diet :
Pada hari pertama, pemesanan diet berbentuk nasi tim dengan rendah protein, rendah garam
dan rendah kalium dan ekstra nephrisol terkait dengan penyakit ginjal kronik. Namun pada
hari kedua nasi tim diganti bubur nasi dengan lauk saring dikarenakan asupan makanan yang
masih rendah. Kemudian dihari ketiga bubur nasi diganti dengan bubur saring karena asupan
pasien masih belum meningkat.
3. Penerapan Konseling
Manifestasi klinis penyakit ginjal kronis meliputi gambaran yang sesuai dengan penyakit
yang mendasari, sindrom uremia dan gejala kompikasi. Pada stadium awal, terjadi kehilangan
daya cadang ginjal dimana LFG masih normal atau justru meningkat. Kemudian terjadi
penurunan fungsi nefron yang progresif, ditandai dengan peningkatan kadar urea dan
kreatinin serum. Saat LFG sebesar 60%, pasien belum merasakan keluhan.
Ketika LFG sebesar 30%, baru terasa keluhan seperti badan lemah, nokturia, mual, nafsu
makan kurang, dan penurunan berat badan. Kemudia saat LFG di bawah 30%, pasien
menunjukkan gejala uremia seperti peningkatan tekanan darah, anemia, gangguan
metabolisme fosfor dan kalsium, mual, muntah, pruritus dan lain sebagainya. Pasien juga
mudah terkena infeksi dan rentan mengalami gangguan keseimbangan elektrolit dan air.
Pada LFG di bawah 15%, akan timbul gejala dan komplikasi serius (Suwitra, 2009).
Pengaturan diet penyakit ginjal kronis bertujuan memenuhi kebutuhan gizi tanpa
memberatkan kerja ginjal. Energi yang diberikan untuk penyakit ginjal kronis sebesar 35
kkal/kg BB, dengan kebutuhan protein sesuai dengan kondisinya. Untuk pasien pre-
hemodialisis, kebutuhan protein sebesar 0,6-0,8 gr/kg BB, dengan syarat sebagian sumber
protein harus bernilai biologis tinggi. Sedangkan pada pasien hemodialisis dan CAPD
(Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis), kebutuhan protein lebih tinggi untuk mengganti
protein yang hilang saat proses pembersihan racun dari darah. Kebutuhan proteinnya yaitu
sebesar 1,2 gr/kg BB untuk pasien hemodialisis dan 1,3 gr/kg BB untuk pasien CAPD.
Kebutuhan lemak, karbohidrat, dan vitamin cukup, sedangkan kebutuhan natrium dikurangi
jika ada hipertensi, asites, edema, oliguria, ataupun anuria. Begitupula kebutuhan kalium
dibatasi jika ada hiperkalemia, oliguria atau anuria. Cairan dibatasi sebanyak jumlah urin
yang keluar dalam sehari ditambah pengeluaran cairan melalui keringat dan pernafasan
kurang lebih 500 ml, jika terjadi oliguria atau anuria (Almatsier, 2006).
Terkait dengan hipertensi sebagai manifestasi klinis penyakit ginjal kronis, perlu mengurangi
asupan natrium dari garam. Pengurangan asupan garam bermanfaat untuk menghilangkan
retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada hipertensi
(Gunawan, 2007). Diet rendah garam antara lain diet rendah garam I, yaitu hanya boleh
mengonsumsi kurang dari 0,5 gr natrium atau kurang dari 1,25 gr garam dapur per hari dan
diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites, dan/atau hipertensi berat, diet rendah
garam II yaitu boleh mengonsumsi 0,5-1,5 gr natrium per hari, senilai dengan 1,25-3,75 gr
garam dapur dan diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites, dan/atau hipertensi
tidak terlalu berat, dan diet rendah garam III yaitu boleh mengonsumsi 1,5-3 gr natrium per
hari, senilai dengan 3,75-7,5 gr garam dapur dan diberikan kepada penderita dengan oedema
dan/atau hipertensi ringan (Sheps, 2005 dan Gunawan, 2007).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit ginjal adalah suatu keadaan abnormal dari ginjal akibat terganggunya fungsi
ginjal yang tidak dapat melakukan penyaringan secara lancar. Karena ginjal tidak dapat
melakukan kemampuanya untuk menghilangkan kelebihan garam, cairan dan bahan
limbah dari darah akibat suatu peradangan dan endapan-endapan tertentu.
Karena terganggunya fungsi ginjal ini dapat mengakibatkan ginjal tidak mampu
melakukan produksi urine secara baik. Kemudian terjadi adanya zat-zat yang tidak dapat
disaring, sehingga nantinya pada hasil urine akhir akan timbul zat-zat yang harusnya tidak
ada pada urin.
Penyebab penyakit ginjal antara lain peradangan, endapan batu, keracunan akibat obat
penahan nyeri berlebihan, kurangnya asupan mineral. Diet yang sangat baik hasilnya yaitu
diet rendah protein Jadi diet yang baik untuk penderita gagal ginjal kronis dan akut
sebaiknya :
B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi agar dapat mengetahui apa itu penyakit gagal
ginjal dan cara memberikan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien
DAFTAR PUSTAKA
https://doktersehat.com/apakah-diet-itu/
https://id.wikipedia.org/wiki/Ginjal
https://www.prosehat.com/artikel/penyakit/apa-bedanya-gagal-ginjal-akut-dan-kronis
https://www.halodoc.com/kesehatan/gagal-ginjal-kronis
https://www.google.com/search?
q=tabel+laju+filtrasi+glomerulus+dan+stadium+penyakit+ginjal+kronis&safe=strict&source
=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjjsa7hueHnAhVnzTgGHZpKBRoQ_AUoAXoEC
AwQAw&biw=1366&bih=625#imgrc=Z8Kh0J1uWawD0M
https://www.sahabatginjal.com/pengobatan-ginjal/kebutuhan-kalori-karbohidrat-dan-lemak-
pada-pasien-ginjal-
https://www.alodokter.com/diet-untuk-penderita-gagal-ginjal
https://www.academia.edu/10778842/DIET_PADA_PENYAKIT_GINJAL
https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/apa-itu-diet-rendah-protein/
https://diahnurulfathoni.blogspot.com/2018/03/asuhan-gizi-penyakit-ginjal-kronis.html