Anda di halaman 1dari 4

Parameter Pemeriksaan Urine

1. Parameter Fisis/makroskopis
a. Jumlah urin

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat
badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas
orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam
antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama
24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.

Poliuri : Kemungkinan terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan


cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek
diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik
seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan
dari edema.
oliguri : Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml. Keadaan ini mungkin
didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun.
Anuria : adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang
dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal.
Nokturia : Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali
lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik
maka disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.
Polakisuri : miksi yang sering tetapi sedikit-sedikit dan disertai rasa sakit.
Misalnya terdapat pada cystisis

b. Warna urin

Pemeriksaan terhadap warna urin terkadang dapat menunjukkan kelainan


klinik. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun
makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak
diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning
muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti
urochrom, urobilin dan porphyrin.

Beberapa keadaan warna urine yang kemungkinan disebabkan oleh adanya zat
warna abnormal adalah :

Merah
Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin.
Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit,
rhubab (kelembak), senna.
Oranye
Penyebab patologik : pigmen empedu.
Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saliran kemih (piridium),
obat lain termasuk fenotiazin.
Kuning
Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin.
Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
Hijau
Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas).
Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.
Biru
tidak ada penyebab patologik.
Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
Coklat :
Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu.
Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
Hitam atau hitam kecoklatan
Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen,
methemoglobin.
Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.

c. Kejernihan

dinyatakan dengan jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya
urin segar pada orang normal jernih. Namun tidak semua macam kekeruhan
bersifat abnormal. Urine normal pun akan menjadi keruh jika dibiarkan atau
didinginkan. Kekeruhan ringan disebut nubecula dan terjadi dari lender, sel-sel
epitel, dan leukosit yang lambat laun mengendap. Kekeruhan urin dapat pula
disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol
penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan
oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah
banyak.

Sebab sebab urine keruh dari mula-mula :

Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar, mungkin terjadi sesudah
orang makan banyak.
Bakteri.
Unsur sedimen dalam jumlah besar, seperti eritrosit, leukosit dan sel
epitel.
Cylus dan lemak.
Benda-benda koloid.

Sebab sebab urine keruh menjadi keruh setelah dibiarkan :

Nubecula.
Urat-urat amorf.
Fosfat amorf dan karbonat.
Bakteri.

d. Bau urin

Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah
bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah
menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol,
petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau
amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada
urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari
semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya
pada karsinoma saluran kemih.
e. pH urin

Ini adalah derajat keasaman air seni. pH urine pada orang normal adalah
4,8 7,4. pH di bawah 7,0 disebut asam (acid) dan pH di atas 7,0 dinamakan
basa (alkali). Beberapa keadaan dapat menyebabkan pH urine menjadi basa ,
misalnya : diet vegetarian, setelah makan, muntah hebat, infeksi saluran kencing
oleh bakteri Proteus atau Pseudomonas, urine yang disimpan lama, terapi obat-
obatan tertentu, atau gangguan proses pengasaman pada bagian tubulus ginjal.
Sebaliknya, pH urine bisa menjadi rendah atau asam dapat dijumpai pada :
diabetes, demam pada anak, asidosis sistemik, terapi obat-obatan tertentu.

1. Parameter Kimiawi
a. Berat Jenis

Berat jenis (BJ) atau specific gravity (SG) dipengaruhi oleh tingkat
keenceran air seni. Pada orang normal, berat jenis urine adalah 1,015 1,025.
Seberapa banyak Anda minum atau berkemih akan mempengaruhi BJ urine.
semakin banyak berkemih, akan semakin rendah BJ, demikian sebaliknya.
Adanya protein atau glukosa dalam urine akan meningkatkan BJ urine. Jika ada
protein dalam urine, maka setiap 1% proteinuria BJ bertambah 0,003. Jika ada
glukosa dalam urine, maka setiap 1% glukosuria BJ bertambah 0,004.

b. Glukosa

Biasanya tidak ada glukosa dalam air seni. Adanya glukosa dalam urine
(disebut glukosuria) harus diwaspadai adanya gangguan atau penyakit. Jika
glukosuria bersama hiperglikemia (=peningkatan kadar gula dalam darah), maka
kemungkinan adalah : diabetes mellitus (DM), sindrom Cushing, penyakit
pankreas, kelainan susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme berat
(misalnya pada kebakaran hebat, penyakit hati lanjut, sepsis, dsb), atau oleh
karena obat-obatan kortikosteroid, thiazide, obat kontrasepsi oral). Jika
glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai pada : kelainan fungsi tubulus
ginjal, kehamilan, gula selain glukosa dalam urine atau makan buah-buahan
sangat banyak.

c. Protein

Biasanya tidak ada protein yang terdeteksi pada urinalisis. Adanya protein
dalam urine disebut proteinuria. Proteinuria menunjukkan kerusakan pada ginjal,
adanya darah dalam air kencing atau infeksi kuman. Beberapa keadaan yang
dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis,
nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi,
multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi
saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada
orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi

d. Bilirubin dan Urobilinogen

Bilirubin adalah produk perombakan hemoglobin (zat warna merah darah)


oleh sel-sel retikuloendotel yang tersebar di seluruh tubuh. Bilirubin semula
bersifat tidak larut air, kemudian oleh hati dikonjugasi sehingga larut air.
Selanjutnya, bakteri-bakteri dalam usus akan mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen. Karena proses oksidasi, urobilinogen berubah menjadi urobilin,
suatu zat yang memberikan warna yang khas pada urine. Dalam keadaan normal
bilirubin tidak ada dalam urine. Adanya bilirubin dalam urine (bilirubinuria)
menggambarkan kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau sumbatan saluran
empedu. Peningkatan urobilinogen dalam urine menggambarkan adanya
kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau peningkatan perombakan
hemoglobin. Sedangkan pada sumbatan saluran empedu, urobilin tidak dijumpai
dalam urine.

e. Darah

Dalam keadaan normal, tidak ada darah atau hemoglobin dalam air seni.
Adanya darah dalam urine (hemoglobinuria) dapat menunjukkan adanya trauma
atau perdarahan pada ginjal atau saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.

f. Nitrit

Dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolism


protein. Jika terdapat infeksi saluran kemih (urinary tract infection) oleh kuman
dari spesies Enterobacter, Citrobacter, Escherichia, Proteus dan Klebsiela yang
mengandung enzim reduktase, maka nitrat akan diubah menjadi nitrit.

g. Keton

Keton merupakan sampah hasil metabolisme lemak. Jika persediaan


glukosa menurun, maka untuk mencukupi suplai energi, cadangan lemak yang
ada dimetabolisme. Peningkatan metabolisme lemak ini menyebabkan
penumpukan keton (asam betahidroksi butirat, asam aseto asetat dan aseton)
dalam urine atau dinamakan ketonuria. Ketonuria dapat dijumpai pada penderita
diabetes mellitus atau pada orang yang kelaparan.

h. Leukosit Esterase

Lekosit esterase adalah enzim yang dikeluarkan oleh sel lekosit netrofil.
Dalam keadaan normal tidak ditemukan lekosit esterase. Adanya lekosit esterase
dalam air seni menunjukkan infeksi saluran kemih (urinary tract infection).

i. pH

Pemeriksaan pH urine berdasarkan adanya indicator ganda (methyl red


dan bromthymol blue), dimana akan terjadi perubahan warna sesuai pH yang
berkisar dari jingga hingga kuning kehijauan dan hijau kebiruan. Rentang
pemeriksaan pH meliputi pH 5,0 sampai 8,5.

Anda mungkin juga menyukai