Anda di halaman 1dari 34

Urinalisis

Nama : Nuurika Ahsana


NIM : FAA 114 033
Urinalisis adalah tes yang di lakukan menggunakan sampel urine untuk :

• Mendiagnosis infeksi saluran kemih

• Batu ginjal,

• Skrining dan evaluasi berbagai penyakit ginjal

• Gangguan endokrin

• Kehamilan

• Memantau perkembangan penyakit (diabetes melitus dan hipertensi)

• Kasus toksikologi/over dosis obat

• Skrining terhadap status kesehatan umum.


Berbagai jenis bahan urine untuk urinalisis

• Urin sewaktu : Urin diambil kapan saja tidak ada ketentuan khusus.
Kegunaan dilakukan pemeriksaan urin pada penderita dalam
keadaan sehat dan dapat dilakukan pada kondisi darurat.

• Urin pagi : Urin yang dikeluarkan pertama kali saat bangun tidur.
Urin ini lebih pekat sehingga baik untuk pemeriksaan berat jenis,
sedimen, protein dan tes kehamilan.
• Urin postprandial : Urin dikeluarkan sekitar 1,5 - 3 jam setelah makan.
Pemeriksaan berguna pada penderita Diabetes Mellitus untuk pemeriksaan
skrining adanya glukosuria. Kelemahannya adalah ketepatan waktu dalam
pengambilan urin.

• Urin 24 jam : Urin yang dikumpulkan selama satu hari penuh. Urin yang
dikeluarkan selama satu hari. Contohnya dari jam 8 pagi hingga jam 8 pada
hari berikutnya, ditampung untuk dilakukan pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi seseorang selama satu hari. Kelemahannya adalah
kesulitan dalam pengumpulan urin.
• Urin 3 gelas: Pengambilannya ditampung dalam 3 gelas tanpa
menghentikan aliran urin. Sebelumnya pasien tidak boleh berkemih dulu.
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan keadaan saluran kemih.
Pemeriksaan digunakan untuk menentukan lokasi infeksi pada saluran
kemih pria.
Pemeriksaan Kimia Urine
• Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli
kertas seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai
jenis parameter yang akan diperiksa.

• Pemeriksaan kimia urine berguna untuk menunjang diagnosis


kelainan di luar ginjal seperti kelainan metabolisme karbohidrat,
fungsi hati, gangguan keseimbangan asam basa, kelainan ginjal dan
saluran kemih seperti infeksi traktus urinarius.
Berikut Pemeriksaan Kimia Urine :
1. pH urine
• pH normal urine adalah 4,8-7,4
• Pemeriksaan pH urine berarti bila terjadi gangguan
keseimbangan asam-basa akan memberikan gambaran tentang
keadaan dalam tubuh
• Contoh : pemeriksaan pH urine segar dapat memberi petunjuk
kearah infeksi saluran kemih. Infeksi oleh E. coli menghasilkan
urine asam, sedangkan infeksi oleh Proteus yang merombak
ureum menjadi amoniak menyebabkan urine menjadi basa.
Keadaan yg mempengaruhi pH urine :
• pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi
saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea
menjadi CO₂ dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus
ginjal, spesimen basi.

• pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak),


asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis
respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine dan
meningkatkan ekskresi NH⁴⁺), terapi pengasaman.
2. Glukosa urine

Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh


glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam).
Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai
ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang
menurun
3. Bilirubin urine

Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk


(terkonjugasi), sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan
diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam darah meningkat.

Bilirubin secara normal tidak terdapat dalam urine, namun dalam


jumlah yang sangat sedikit dapat berada dalam urine, tanpa
terdeteksi melalui pemeriksaan rutin.
Lanjutan..

Bilirubin terbentuk dari penguraian hemoglobin dan ditranspor


menuju hati,tempat bilirubin berkonjugasi atau tak langsung bersifat
larut dalam lemak serta tidak dapat diekskresikan ke dalam urine.

Bilirubinuria mengindikasikan kerusakan hati atau obstruksi empedu


dan kadarnya yang besar ditandai dengan warna kuning.
4. Keton dalam urine

Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksi butirat)


diproduksi untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat
digunakan.

Asam aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan bakar


respirasi normal dan sumber energi untuk otot jantung dan korteks ginjal.
Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah mencukupi
maka akan diekskresi ke dalam urine dan apabila kemampuan ginjal untuk
mengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi ketonuria.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat
(kelaparan, tidak seimbangnya diet tinggi lemak dengan
rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan
gastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat
(diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari
lemak atau protein, febris.
5. Protein Urine

Hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus


yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine
tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu
spesimen yang bila berlebih didefinisikan sebagai proteinuria.

Proteinuria biasanya disebabkan oleh penyakit ginjal akibat


kerusakan glomerulus dan atau gangguan reabsorpsi tubulus
ginjal.
Lanjutan..

Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi


albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik
yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan
hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan
berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe
penyakit tubulointerstitiel.
Pemeriksaan Makroskopik
1. Volume

Volume urine normal : 1200-1500 ml/24 jam.

2. Bau urine

Bau urine yang normal disebabkan dari sebagian oleh asam-asam organik

yang mudah menguap. Urine yang berbau ammonia disebabkan oleh

pemecahan urea oleh bakteri, sedangkan apabila urine berbau

busuk mengindikasi adanya bakteri/pasien tersebut terkena infeksi

saluran kemih. Bila urine berbau manis seperti buah-buahan dapat

mengindikasi bahwa pasien mengalami asidosis diabetika.


3. Warna Urine

Warna urine normal berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu
disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urokrom /urobilin.

Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :

• Merah

Penyebab patologik: hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin.

Penyebab nonpatologik: banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubarb,
senna.
• Oranye

Penyebab patologik : pigmen empedu.

Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat


lain termasuk fenotiazin.

• Kuning

Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin.

Penyebab nonpatologik : wortel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.

• Hijau

Penyebab patologik: biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas).

Penyebab nonpatologik: preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.


• Biru

Pengaruh obat: diuretik, dan nitrofuran.

• Coklat

Penyebab patologik: hematin asam, mioglobin, pigmen empedu.

Pengaruh obat: levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.

• Hitam atau hitam kecoklatan

Penyebab patologik: melanin, asam homogentisat, indikans,


urobilinogen, methemoglobin.

Pengaruh obat: levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.


4. Berat Jenis
Berat jenis normalnya adalah 1,015-1,025

Berat jenis kurang dari 1,005 dapat disebabkan karena banyak


minum, kebelihan cairan, kekurangan atau kelebihan kalium,
penyakit ginjal atau diabetes insipidus. Sedangkan berat jenis
lebih dari 1,026 dapat disebabkan karena kurang minum,
dehidrasi, diare, muntah dan diabetes mellitus.
Pemeriksaan Mikroskopik

Tujuan dari pemeriksaan sedimen urine adalah untuk


mengidentifikasi jenis sedimen yang dipakai untuk mendeteksi
kelainan ginjal dan saluran kemih.

Untuk pemeriksaan sedimen urine diperlukan urine segar yaitu urine


yang ditampung 1 jam setelah berkemih. Untuk mendapat sedimen

yang baik diperlukan urine pekat yaitu urine yang diperoleh pagi
hari dengan berat jenis > 1,023 dengan pH asam.
Berikut Pemeriksaan Mikroskopik :

• Eritrosit

Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran
kemih. Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit,
namun dalam urine normal dapat ditemukan 0-3 sel/LPB.

Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urine karena:


kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal,
batu saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut,
infeksi saluran kemih atas dan bawah, nefrotoksin
• Leukosit

Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil. Lekosit

dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih. Lekosit hingga 4

atau 5 per LP, umumnya masih dianggap normal.

Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria)

menunjukkan adanya infeksi saluran kemih bagian atas atau bawah,

sistitis, pielonefritis atau glomerulonefritis akut.


Lanjutan..

Leukosituria dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress,


leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi,karena kecepatan
ekskresi leukosit meningkat disebabkan adanya perubahan
permeabilitas membran glomerulus atau perubahan motilitas
leukosit.
• Bakteri

Bakteri dalam spesimen urine karena banyaknya mikrobaflora


normal vagina atau meatus uretra eksternal dan karena
kemampuan untuk cepat berkembang biak di urine.

Bakteri dapat disebabkanoleh kontaminan dalam wadah

pengumpul, kontaminasi tinja, dalam urine yang dibiarkan


lama (basi) atau memang dari infeksi di saluran kemih.
Asam-Basa Elektrolit
• Sistem dapar (buffer) adalah larutan yang terbentuk
dari hasil pencampuran asam lemah atau basa lemah
dengan garamnya. Kapasitas dapar menyatakan
kemampuan maksimum sistem dapar untuk
mempertahankan pH.
• Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan
pengaturan konsentrasi ion H⁺ bebas dalam cairan tubuh. pH
rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan darah vena
7,35. Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH
darah > 7,45 dikatakan alkalosis.
Lanjutan..

Sistem dapar kimia berguna untuk mengatasi ketidakseimbangan


asam-basa secara sementera. Jika sistem dapar kimia tidak cukup
memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang akan merespon secara cepat
terhadap perubahan kadar ion H⁺ dalam darah akibat rangsangan
pada kemoreseptor dan pusat pernapasan, kemudian
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan
ketidakseimbangan tersebut.
Mekanisme untuk mencegah terjadinya asidosis ataupun alkalois dilakukan oleh
suatu sistem pengatur, yaitu :

• Sistem dapar (buffer) asam-basa yang segera bergabung dengan setiap asam
ataupun basa yang kemudian mencegah terjadinya perubahan konsentrasi ion
hidrogen yang berlebihan

• Kemudian apabila konsentrasi ion hidrogen berubah, maka pusat pernafasan akan
terangsang untuk mengubah kecepatan ventilasi paru-paru, yang berakibat pada
perubahan kecepatan pengeluaran karbondioksida dari cairan tubuh yang akan
menyebabkan konsentrasi ion hidrogen kembali normal.
Lanjutan..

• Menyebabkan ginjal mengeksresikan urin yang bersifat asam atau basa

• Sehingga membantu konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler tubuh kembali


normal. Sistem dapar dapat bekerja untuk mencegah perubahan konsentrasi ion
hidrogen yang berlebihan.

• Sebaliknya, sistem respirasi memerlukan waktu 1-3 menit untuk menyesuaikan


kembali konsentrasi ion hidrogen setelah terjadinya perubahan mendadak.

• Kemudian, ginjal yang merupakan komponen pengatur asam-basa yang paling kuat,
memerlukan waktu beberapa jam hingga lebih dari 24 jam untuk menyesuaikan
kembali konsentrasi ion hidrogen tersebut.
Beberapa kategori ketidakseimbangan asam-basa :

• Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO₂ akibat hipoventilasi.

Pembentukan H₂CO₃ meningkat dan disosiasi asam ini akan meningkatkan

konsentrasi ion H⁺

• Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO₂ yang berlebihan

akibat hiperventilasi. Pembentukan H₂CO₃ menurun sehingga pembentukan

ion H⁺ menurun
• Asidosis metabolik terjadi karena diare akut, diabetes melitus, olahraga
yang terlalu berat dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan
menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H⁺ bebas
meningkat

• Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H⁺ dalam plasma karena


defisiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat
meningkat. Terjadi kehilangan ion H⁺ karena muntah-muntah dan minum
obat-obat alkalis.
Daftar Pustaka
• Widmann, F. 2011. Bab I Pendahuluan Pemeriksaan Urin. Available from :
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-langgengse-5657-
1-babi.pdf
• Safitri, A. 2012. Bab I Pendahuluan Urinalisis. Fakultas Farmasi dan Sains
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Jakarta. Available from :
https://id.scribd.com/doc/111004081/Urinalisis
• Frida, E. 2011. Urinalisis dan Interprestasi Bagian Patologi klinik FK
Unhas RS dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. Availble from :
https://id.scribd.com/doc/155109651/1-Urinalisis-Dan-Interpretasi
• Saman, A. 2014. Urinalisis. D4 Analisis Kesehatan, Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya. Available from :
https://id.scribd.com/document/244817552/Urinalisis
• Kuntarti. 2010. Keseimbangan Cairan, Elektrolit , Asam dan Basa.
Available from :
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/publication/fluidbalance.pdf

Anda mungkin juga menyukai