PENDAHULUAN
1
1.1.4 Peta Wilayah
8
Kepala Puskesmas
Siti Rofiah, SKM
Promosi Kesehatan
Kesehatan Jiwa Pemeriksaan Kesehatan Umum Puskesmas Pembantu
Yattie, SKM
Hadi Rahmadi, dr. Oska Ruji Abel Pustu Bukit Tunggal : EmiliaK., S.Kep,Ns
Amd.Kep Pustu Mendawai : Yanelisa, Amd.Keb
Kesehatan Lingkungan Pustu Pembataan : Hj. Sri Mugina, Penanggungjawab
Nurafani S., Amd.KL Pemeriksaan Kesehatan Anak Mutu
Kesehatan Haji dr. Ida Pauliska Amd.Keb
Pustu Bukit Raya : Megawati, S.Kep, Ns drg. Vatika Lisnawulan
Enilisa, S.Kep
Kesehatan Ibu dan Anak Ruang Tindakan
Elyasi, Amd.Keb Bangung Simanulang, Amd.Kep
Kesehatan Olahraga Puskesmas Keliling
Siti Alifah, AMKG Audit Internal
Upaya Gizi Pemeriksaan Gigi&Mulut Bina Suci Andari, Amd.AK
Yuniar Indah Lestari, AMG Drg. Vatika Lisnawulan
Kesehatan Kerja
Hermila, Amd.Kep Survey
Pencegahan Dan Pengendalian Pemeriksaan KIA-KB Rayani, SKM
Penyakit Pelayanan Kesehatan Aida, S.Tr.Keb
Indayati M.Dewi, S.Kep Peduli Remaja (PKPR) Manajemen Risiko
Tury Wulandari, Amd.Kep Gizi Winna Eka T.,S.Farm,Apt
Perawatan Kesehatan Masyarakat Awaliani Rachma Dini, S.Tr.Gz
Widelina, S.Kep,Ns Kesehatan Lanjut Usia Manajemen Komplain
Tenun, Amd.Kep Imunisasi Hadi Rahmadi, Amd.Kep
Dianawati,
Amd.Kep
Farmasi
Winna Eka T, S.Farm,Apt
Laboratorium
Bina Suci Andari, Amd.AK
Rabies Center
Widelina,S.Kep,Ns
9
1.2.2 Visi, Misi, dan Motto Puskesmas
Visi UPT Puskesmas Bukit Hindu dalam melaksanakan fungsinya adalah
sebagai berikut : “Mewujudkan UPT Puskesmas Bukit Hindu Sebagai Pusat
Promosi dan Layanan Kesehatan yang Bermutu”. Untuk mewujudkan visi
tersebut, UPT Puskesmas Bukit Hindu memiliki misi sebagai berikut :
1. Menggerakkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
2. Melaksanakan pelayanan kesehatan dasar yang optimal
3. Meningkatkan profesionalisme petugas kesehatan yang berkualitas
UPT Puskesmas Bukit Hindu memiliki motto yaitu “Anda Sehat Kami
Bahagia”.
10
17. Ruang Rapat
18. Toilet
19. Gudang
12
Tabel 1.9 Sumber Dana di UPT Puskesmas Bukit Hindu
Alokasi DPPA
No. Sumber Biaya Alokasi Real Penyerapan
(Rp) (Rp) (%)
1. Bantuan Operasional 182.726.750 182.726.750 82,47
Puskesmas (BOP)-DAU
2. Bantuan Operasional 626.800.000 626.800.000 63,51
Kesehatan (BOK)-DAU
3. Kapitasi Jaminan 1.956.595677 1.689.617.797 81,78
Kesehatan Nasional
Jumlah 2.766.122.427 2.499.144.547 85,98
35.00
0
30.00
0
25.00
0
20.00
0
15.00
0
10.00
0 Kunjungan Kunjungan pasien
pasien BPJS
5.000 umum
0
Gambar 1.4 Jumlah kunjungan warga ke Puskesmas Bukit Hindu
13
Obat yang tersisa sebanyak 5.156 obat dengan presentase ketersediaan
obat di puskesmas Bukit Hindu sebanayk 88%. Obat amoksisilin 500 mg ini
banyak digunakan untuk mengatasi berbagai keluhan akibat infeksi bakteri.
Kegunaan obat ini untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang menyebabkan
infeksi baik itu di telinga, hidung tenggorokan, dan lainnya. Obat kedua
terbanyak digunakan yaitu Gliseril Guaycolat 100 mg tablet digunakan sebanyak
32.226 obat dengan presentase ketersediaan obat sebanyak 76%.3
1.2.9 Upaya Pokok Puskesmas
1. Upaya Kesehatan Masyarakat Pokok / Esensial.
Upaya pokok Esensial pada wilayah kerja Puskesmas Bukit Hindu meliputi:
a. Upaya Promosi Kesehatan (Promkes)
Promosi kesehatan ini merupakan upaya puskesmas dalam melaksanakan
pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatnya kesehatan tiap individu, keluarga serta lingkungannya secara
mandiri agar berperilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS). Kegiatan promosi
kesehatan yang telah dilakukan di kawasan Puskesmas Bukit Hindu yaitu
meliputi penyuluhan, refresing Kader, orientasi kader, pembinaan TOGA dan
obat tradisional seta survei mawas diri, sedangkan kegiatan yang belum
dilakukan yaitu Musyawarah Masyarakat Kelurahan (MMK).
b. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
Tujuan dari pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi di wilayah
kerja Puskesmas Bukit Hindu ini yaitu untuk memperbaiki mutu lingkungan
hidup masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bukit Hindu yang diharapkan
dapat menjamin kesehatan masing-masing masyarakat melalui kegiatan
pencegahan penyakit dan pengawasan lingkungan. Kegiatan yang dilakukan
di wilayah kerja Puskesmas Bukit Hindu ini yaitu kegiatan pemicuan sanitasi
total berbasis masyarakat (STBM), inspeksi kesehatan lingkungan tempat-
tempat umum (TTU) dan tempat pengolahan Makanan (TPM), inspeksi
penyehatan air termasuk depot air minum isi ulang dan inspeksi kesehatan
lingkungan pemukiman.
14
Kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan pada tahun 2020 di wilayah
kerja Puskesmas Bukit Hindu hanya dapat dilakukan pada 3 bulan pertama di
tahun 2020, hal ini terkait dengan masa pandemi covid-19 yang menyebabkan
beberapa kegiatan terhambat. Dikeyahui capaian IKS :
1. Penyehatan lingkungan pemukiman dan sarana sanitasi 26,75%
2. Penyehatan TPM 19,57%
3. Penyehatan sarana air minum / DAMIU 100%
4. Penyehatan TTU 12,90%
c. Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana
Bentuk pelayanan kesehatan ibu dan anak di wilayah kera pUskesmas
Bukit Hindu berupa kunjungan rumah pelayanan kesehatan ibu dan anak
(antenatal, pelayanan ibu nifas, pelayanan kesehatan neonatus dan bayi),
kegiatan Kelas ibu hamil, kemitraan bidan-dukun, detetksi dini tumbuh
kembang anak serta imunisasi dasar. Kegiatan yang dilakukan antara lain :
1. Pelayanan kesehatan ibu hamil
2. Pelayanan kesehatan ibu bersalin
3. Pelayanan kesehatan ibu nifas
4. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
5. Deteksi dini tumbuh kembang
6. Pelayanan keluarga berencana.
Detetksi Dini Tumbung Kembang (DDTK) pada anak usia balita tidak
dilaksanakan di 16 posyandu dari 36 TK/PAUD di wilayah kerja Puskesmas
Bukit Hindu.
d. Pelayanan Gizi Masyarakat
Bentuk pelayanan terhadap gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Bukit Hindu yaitu dengan melakukan pelayanan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan penduduk untuk menghitung status gizinya. Status gizi
masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator, antara lain bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR), status gizi balita dan status gizi wanita usia subur
kurang energi kronik (KEK). Pada tahun 2020 di wilayah kerja Puskesmas
15
Bukit Hindu tidak ada bayi yang lahir dengan berat bdan kurang. Pada
tahun 2020 berdasarkan hasil pemantauan status gizi di wilayah UPT
Puskesmas Bukit Hindu yang dilakukan aik di posyandu dan fasilitas
kesehatan lainnya, terdapat 545 balita atau 11% dari sasaran (4.954 anak),
dari kegiatan tersebut diketahui balita BGM sebanyak 41 anak dan tidak
lanjutnya diberi konseling.
e. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit melakukan imunisasi yag
sering disebut PD3I yaitu diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan
pelaksaan program imunisasi yang telah dilakukan oleh Puskesmas Bukit
Hindu.
f. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
Kegiatan yang dilakukan yaitu kunjungan rumah pasien TB, senam
prolanis untuk pasien hypertensi dan diabetes melitus, kunjungan pasien
ODGJ, kunjungan rumah upaya kesehatan ibu dan anak dan kunjungan rumah
untuk pasien degeneratif.
2. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan
Upaya kesehatan masyarakat yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Bukit Hindu meliputi upaya kesehatan olahraga, upaya kesehatan kerja, upaya
kesehatan jiwa, upaya kesehatan usia lanjut dan pemeriksaan kesehatan calon
jemaah haji.
3. Upaya kesehatan Perorangan (UKP)
Upaya kesehatan perorangan ini merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan
perorangan ini dilakukan di Puskesmas Bukit Hindu. Pelayanan diberikan
kepada masyarajat dengan harapan menurunkan angka kematian dan kesakitan
di masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bukit Hindu. Tindakan yang
dilakukan meliputi pemeriksaan pada kesehatan ibu dan bayi, imunisasi dan
lainnya.
16
1.2.10 Data Khusus
Berdasarkan jumlah kunjungan masyarakat ke wilayah kerja Puskesmas
Bukit Hindu pada tahun 2020 tercatat bahwa ISPA masih dalam urutan pertama
dalam daftar 10 penyakit terbanyak di puskesmas, selanjutnya penyakit pada
peredaran darah, paru-paru dan penyakit jantung lainnya pada urutan kedua.
Berikut daftar 10 penyakit terbanyak yang dilayani di wilayah kerja UPT
Puskesmas Bukit Hindu tahun 2020.
Tabel 1.10 Sepuluh Penyakit terbanyak di Puskesmas Bukit Hindu tahun 2020
No. Nama Penyakit Kode ICD-X Jumlah Kasus
1. Infeksi saluran pernafasan J06 2.456
bagian atas
2. Peny. Peredaran darah, paru- I51.9 1.728
paru &penyakit jantung lainnya
3. Hipertensi I10 1.187
4. Gastritis K25 789
5. DM tidak tergantung insulin E11 679
6. Digigit binatang T14.1 659
7. Gangguan perkembangan dan K00 560
erupsi gigi
8. Penyakit pulpa dan jaringan K04 533
periapikal
9. Pebris R50.9 477
10. Penyakit gusi dan jaringan K05 424
periodental
17
1.2.11 Analisis SWOT
18
Threating S/T W/T
1. Banyak fasilitas 1. Memanfaatkan jumlah 1. Melengkapi fasilitas
kesehatan lain di wilayah UPT tenaga kerja yang berlebih untuk peralatan untuk meningkatkan
Puskesmas Bukit Hindu. melakukan penyuluhan mengenai kepercayaan masyarakat dalam
2. Distribusi penduduk Pendidikan kesehatan & PHBS melakukan kunjungan
di wilayah kerja UPT untuk mencegah penularan penyakit. pemeriksaan kesehatan di UPT
Puskesmas Bukit Hindu yang 2. Memanfaatkan jumlah Puskesmas Bukit Hindu.
tergolong sangat padat tenaga kerja yang berlebih untuk 2. Mengoptimalkan sistem
sehingga dapat meningkatkan melakukan penyuluhan mengenai pengumpulan data agar lebih
risiko penyakit menular. protokol kesehatan 5M dalam terperinci sehingga dapat
3. Terdapat risiko rangka mencegah penularan Covid- menggambarkan distribusi
penularan Covid-19 di tengah 19. penyakit di wilayah kerja UPT
masyarakat. 3. Mensosialisasikan program Puskesmas Bukit Hindu agar
4. Menurunnya skrining yang sudah diterapkan oleh dapat dilakukan upaya
partisipasi masyarakat dalam UPT Puskesmas Bukit Hindu pencegahan sedini mungkin.
melakukan kunjungan akibat sehingga masyarakat tidak khawatir
pandemi Covid-19. untuk melakukan kunjungan
pemeriksaan kesehatan di UPT
Puskesmas Bukit Hindu.
1.4. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah yang disebabkan oleh virus, jamur dan
bakteri. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2011 di New York jumlah penderita
ISPA adalah 48.325 anak dan memperkirakan di negara berkembang berkisar 30-70 kali lebih tinggi
dari negara maju dan diduga 20% dari bayi yang lahir di negara berkembang gagal mencapai usia 5
tahun dan 25-30% dari kematian anak disebabkan oleh ISPA. Hal ini dapat dilihatdari tingginya
angka kesakitan dan kematianakibat ISPA. Kematian akibat penyakit ISPA pada balita mencapai
12,4 juta pada balita golongan umur 0-5 tahun setiap tahun diseluruh dunia, dimana dua pertiganya
adalah bayi, yaitu golongan umur 0-1 tahun dan sebanyak 80,3% kematian ini terjadi di negara
berkembang.1
Berdasarkan data dari P2 program ISPA tahun 2009 cakupan penderita ISPA melampaui
target 13,4%, hasil yang di peroleh 18.749 kasus sementara target yang ditetapkan sebanyak 16.534
kasus. Survey yang dilakukan pada tahun 2010 menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian bayi
terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita.2
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah menunjukkan bahwa provinsi Kalimantan
Tengah terus mengalami peningkatan jumlah kasus pnemonia yang termasuk penyakit ISPA dari
tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 dengan jumlah kasus sebanyak 460 kasus menjadi 705 kasus
pada tahun 2017. Secara nasional penderita pnemonia balita yang ditemukan dan diobati ditargetkan
sebesar 80%. Cakupan penemuan pneumonia balita yang ditemukan dan diobati sesuai dengan
standar di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebanyak 705 kasus (2,8%) lebih banyak
bila dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun 2016 sebanyak 590 kasus (2.34%). Berbagai
kendala yang ditemui dalam penanggulangan pneumonia adalah cara penularannya yang lintas udara
( air borne desease), sulitnya mengidentifikasi gejala pneumonia oleh masyarakat serta masih
minimnya pelatihan tenaga kesehatan dalam tatalaksan penderita pneumonia balita (MTBS). 3
Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa determinan utama dari derajat kesehatan
masyarakat tersebut, selain kondisi lingkungan, adalah perilaku masyarakat. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan Paradigma Sehat dalam budaya hidup perorangan,
keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat. Tujuannya untuk meningkatkan, memelihara, dan
melindungi kesehatan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Menciptakan PHBS masyarakat dilakukan
melalui penyebaran informasi, pendidikan, dan pengetahuan yang tercakup dalam upaya-upaya
perubahan perilaku masyarakat dari perilaku sakit menjadi perilaku sehat.,7,8
ISPA dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor individu , faktor perilaku dan faktor
lingkungan. Faktor individu meliputi: umur, status gizi, dan status imunisasi. Faktor perilaku
meliputi perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA pada bayiatau peran aktif
keluarga/masyarakat dalam menangani penyakit ISPA. Faktor lingkunga meliputi: pencemaran udara
dalam rumah (asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan
konsentrasi yang tinggi),ventilasi rumah dan kepadatan hunian.4
Rumah Tangga yang sehat adalah rumah tangga yang telah menjalankan 10 indikator PHBS
yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang bayi dan
balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban
sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik
setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah.9
Dari data Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017, persentase rumah sehat
mencapai 39,29% tahun lebih rendah bila dibandingkan dengan capaian pada 2016 persentase rumah
sehat yang mencapai 49,2%. Pencapaian persentase rumah tangga sehat dengan capai paling tinggi
adalah Kota Palangka Raya sebesar 88%, diikuti oleh Kabupaten Sukamara sebesar 86,5% dan
Kabupaten Lamandau sebesar 76,8%. Sedangkan Kabupaten kota dengan capaian terendah adalah
Kabupaten Kapuas sebesar 8,6% diikuti oleh Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 15,1% dan
Kabupaten Gunung Mas sebesar 30,7%. 3
Berdasarkan data yang didapat di Puskesmas Bukit Hindu, jumlah penderita ISPA menurun
dalam dua tahun terakhir. ISPA menduduki posisi pertama dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas
Bukit Hindu tahun 2017 dan tahun 2018. Hal ini berkesinambungan dengan rendahnya angka capaian
rumah tangga yang sudah ber-PHBS di wilayah kerja Puskesmas Bukit Hindu, khususnya indikator
tidak merokok di dalam rumah indikator PHBS keempat terendah dengan persentase capaian hanya
46,6%. Capaian tersebut didapatkan dari data hasil Survey Mawas Diri (SMD) tahun 2018 yang
dilakukan terhadap 280 KK di wilayah kerja Puskesmas Bukit Hindu. Indeks Kesehatan Keluarga
(IKS) di wilayah kerja UPT Puskesmas Bukit Hindu 2018 – 30 September 2019 menunjukan
keluarga yang sehat hanya 38,93 %.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pemegang program PHBS (subunit Promosi
Kesehatan) di Puskesmas Bukit Hindu, masih banyak masyarakat yang kurang peduli bahaya dari
merokok dan merokok di dalam rumah. Untuk mengatasi kurangnya pengetahuan dan perilaku
masyarakat terhadap hal tersebut, dari hasil wawancara pemegang program PHBS sendiri
mengatakan pentingnya penyuluhan rumah sehat untuk menurunkan angka merokok dalam rumah
dalam upaya menurunkan angka kejadian ISPA.Oleh karena itu, karya tulis ilmiah ini akan
menganalisis dan mencari pemecahan masalah terbaik untuk menurunkan angka kejadian ISPA di
wilayah kerja Puskesmas Bukit Hindu dengan memperbaiki PHBS masyarakat.
1.5. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan status IKM ini adalah untuk menentukan alternatif pemecahan masalah
terbaik agar angka kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Bukit Hindu dapat turun pada tahun-
tahun selanjutnya.
BAB II
PERMASALAHAN
Magnitude adalah besarnya pengaruh masalah terhadap derajat kesehatan yang mencakup
seberapa banyak penduduk atau masyarakat yang terkena dampak. Kriteria ini dapat dilihat dari
1% atau jumlah/kelompok yang terkena masalah. Kriteria ini diberi skor 1-5 dengan rincian
sebagai berikut.
1) Hanya sebagian kecil masyarakat
Vulnerability adalah tersedianya suatu cara atau metode untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dan sensitivitasnya. Sensitivitas dapat diketahui dari perbandingan hasil output dan
input.Kriteria ini diberi skor 1-2 dengan rincian sebagai berikut.
1) Tidak ada cara yang efektif
d. Biaya (Cost)
Cost adalah biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Kriteria ini diberi skor 1-
5 dengan rincian sebagai berikut.
1) Biaya yang diperlukan sangat banyak
Berdasarkan faktor-faktor diatas subbab sebelumnya, maka dapat ditentukan prioritas masalah
dengan metode PAHO-CENDES sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.1. berikut ini.
Tabel 2.1. Penentuan prioritas masalah berdasarkan metode PAHO-CENDES
Nilai
Kriteria
Komposit Ranking
No Masalah
prioritas
M I V C M.I.V.C
Indikator PHBS-memberantas
1. 4 3 2 3 72 2
jentik di rumah.
Indikator PHBS-menurunkan
2. 4 5 2 3 120 1
angka merokok dalam rumah
Penilaian yang diberikan pada kriteria Magnitude (M) berdasarkan persentase angka
ketidaktercapaian dari program tersebut. Adapun pemberian skor 5 apabila angka
ketidaktercapaiannya program dengan persentase 80-100%, skor 4 (60-80%), skor 3 (40-60%), skor 2
(20-40%), dan skor 1 (>1-20%).
Dalam upaya menurunkan angka merokok dalam rumah dalam rangka menurunkan angka
kejadian ISPA di wilayah kerja Puskemas Bukit Hindu, diperlukan pemecahan masalah yang dapat
dianalisis dengan metode SWOT.
Tabel 3.1. Hasil analisis SWOT berdasarkan data demografi dan temuan di lapangan
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
S W
Strategi SO Strategi WO
1. Penyuluhan mengenai rumah sehat 1. Pemberdayaan kader-kader kesehatan
saat pelaksanaan kegiatan Posyandu untuk mempromosi-kan dan
O
Balita, Posbindu mensosialisaskan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) kepada masyarakat.
Strategi ST Strategi WT
1. Melakukan penyuluhan kesehatan 1. Membuat jadwal evaluasi capaian
lingkungan pada masyarakat dengan rumah tangga ber-PHBS
T memanfaatkan kader
3.2 Prioritas Pemecahan Masalah
d. Biaya (Cost)
2. Pemberdayaan kader-kader
kesehatan untuk mempromosi-
kan dan mensosialisaskan 4 4 2 3 96 2
perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) kepada masyarakat.
3. Posyandu maupun posbindu
melakukan penjangkauan ke
rumah-rumah warga untuk
aktif berpartisipasi dalam 2 4 2 2 32 4
kegiatan-kegiatan posyandu
maupun posbindu.
Berdasarkan hasil pembobotan alternatif pemecahan masalah di atas, maka prioritas pemecahan
masalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya mencuci
tangan dengan air mengalir dan sabun di wilayah kerja Puskesmas Bukit Hindu adalah “Penyuluhan
Rumah Sehat Untuk Menurunkan Angka Merokok Dalam Rumah Dalam Rangka
Menurunkan Angka Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Hindu”.
B. Panitia (Organizing)
Terdiri dari panitia pelaksana (organizing committee) dan panitia pengawas (steering
committee). OC bertugas mempersiapkan teknis pelaksaan seperti susunan acara, anggaran
dana, waktu dan tempat kegiatan, serta peralatan penunjang. SC bertugas menyusun materi dan
melatih pemberi materi. Sebelum kegiatan, dilakukan rapat koordinasi dan konsolidasi tingkat
Puskemas dengan rincian sebagai berikut.
Penyelenggara : Koordinator program Promkes (PHBS)
Pimpinan rapat : Kepala Puskesmas Bukit Hindu
Peserta rapat : Anggota unit Promosi Kesehatan (PHBS)
Waktu kegiatan : Rutin di 1x setiap bulan
Tempat : Di tiap wilayah posyandu, posbindu
Materi rapat : 1. Pemaparan daftar masalah dan alternatif pemecahan masalah
Pembentukan panitia pelaksana (OC) untuk kegiatan yang telah direncanakan, yaitu sebagai
berikut.
Penasihat : Kepala Puskesmas Bukit Hindu
Ketua : Koordinator Upaya Promosi Kesehatan-PHBS
Wakil ketua : Koordinator Upaya Kesehatan Lingkungan
Sekretaris : 1 orang anggota unit Promosi Kesehatan-PHBS
Bendahara : Bendahara Puskesmas
D. Evaluasi (Controlling)
1. Evaluasi jangka pendek, yaitu meningkatnya perilaku masyarakat tentang PHBS-tidak
merokok dalam rumah di wilayah kerja Puskesmas Bukit Hindu.
2. Evaluasi jangka menengah, yaitu peningkatan indikator menurunkan angka merokok
dalam rumah dari indikator PHBS, yaitu sekurang-kurangnya 60% masyarakat telah
melaksanakan setiap indikator PHBS rumah tangganya.
3. Evaluasi jangka panjang, yaitu penurunan angka kejadian ISPA di wilayah kerja
Puskesmas Bukit Hindu.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Survey Mawas Diri (SMD)yang dilakukan oleh pemegang program Promosi
Kesehatan terhadap 280 KK yang didata didapatkan angka capaian indikator PHBS – Tidak merokok
di dalam rumah masih rendah. Melalui metode PAHO-CENDES, didapatkan prioritas masalah yaitu
penyuluhan rumah sehat bahwa tidak merokok dalam rumah dapat mencegah ISPA masih rendah.
Maka disusunlah analisis dari prioritas masalah dan masalah-masalah lainnya dalam makalah ini.
Berdasarkan analisis prioritas pemecahan masalah menggunakan metode PAHO-CENDES, maka
solusi yang paling utama dengan melakukan penyuluhan rumah sehat bersama kader – kader
posyandu, posbindu dan prolanis.
Dengan dilaksanakannya pemeriksaan rumah sehat rutin tersebut diharapkan dapat
meningkatkan indikator menurunkan angka merokok dalam rumah dari PHBS, sehingga angka
kejadian ISPA di Puskesmas Bukit Hindu menurun.
5.2. Saran
Penyuluhan rumah sehat PHBS-menurunkan angka merokok dalam rumah perlu dievaluasi secara
berkala serta dipantau dan dikoordinir oleh kader-kader Posyandu, Posbindu, dan Prolanis sehingga
efektivitas program ini dapat terjamin.
DAFTAR PUSTAKA
2. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar 2018. Kementrian Kesehat Republik Indones. 2018
9. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2011.
10. Vida I.Hubungan Kesehatan Rumah Dengan Kejadian Ispa Pada Anak Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Baamang I Kecamatan Baamang Kabupaten Kotawaringin
Timur. Jurnal Kesehatan Lingkungan.2013.7(1):71-78.
11. Rahman UDM. Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga Dengan Rumah Sehat Di
Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Artikel Publikasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2015.