Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengumpulan Sampel Data


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan mengumpulkan data dari kuesioner
penerima vaksin COVID-19 di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada bulan Mei 2021,
didapatkan total 117 penerima vaksin COVID-19 bersedia menjadi responden penelitian, dimana
sebanyak 67 orang diantaranya mengalami efek samping setelah penyuntikan vaksin, sedangkan
50 orang diantaranya tidak mengalami efek samping setelah penyuntikan vaksin dalam interval
waktu 14 hari setelah pemberian vaksin.

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin


Jenis kelamin Frekuensi %
Laki-laki 59 50,4
Perempuan 58 49,6
Total 117 100

Berdasarkan data deskriptif pada Tabel 4.1. Jadi dapat diketahui bahwa persentase
responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 59 orang dengan persentase sebesar 50,4%,
sedangkan perempuan sebanyak 58 orang dengan persentase sebesar 49,6%. Jadi berdasarkan
data penelitian didapatkan populasi laki-laki adalah populasi terbesar pada periode vaksin
tersebut.

Tabel 4.2. Penerima vaksin COVID-19 yang mengalami efek samping setelah pemberian vaksin
COVID-19
f %
Penerima vaksin COVID-19 yang 67 57,3
mengalami efek samping

Penerima vaksin COVID-19 yang tidak 50 42,7


mengalami efek samping
Total 117 100
Berdasarkan Tabel 4.2. diperoleh data bahwa dari 117 orang yang mendapatkan vaksin
COVID-19 pada bulan Mei 2021 di RSUD dr.Doris Sylvanus Kota Palangka Raya sebanyak 50
orang tidak mengalami efek samping setelah pemberian vaksin COVID-19 dengan persentase
sebesar 42,3%, sedangkan 67 orang lainnya mengalami efek samping setelah pemberian vaksin
COVID-19 dengan persentase sebesar 57,3%.

Tabel 4.3. Gejala efek samping setelah pemberian vaksin COVID-19

Gejala F %
Nyeri di daerah injeksi 82 70,08
Pusing 18 15,38
Lemas/Lesu 8 6,83
Mengantuk 17 14,52
Nafsu Makan Menurun 1 0,85
Demam 6 5,12
Mual 9 7,69
Kemerahan 45 38,46
Sakit perut 1 0,85
Berdasarkan
Bengkak 19 16,23
Tabel 4.3. diperoleh data
bahwa gejala efek samping setelah pemberian vaksin COVID-19 berupa Nyeri di daerah injeksi
sebanyak 82 orang dengan persentase 70,08%, Pusing 18 orang dengan persentase 15,38%,
Lemas/Lesu sebanyak 8 orang dengan persentase 6,83%, mengantuk sebanyak 17 orang dengan
presentase 14,52%, Nafsu Makan Menurun sebanyak 1 orang dengan presentase 0,85%, Demam
sebanyak 6 orang dengan persentase 5,12%, Mual sebanyak 9 orang dengan persentase 7,69%,
Kemerahan sebanyak 45 orang dengan presentase 38,46% , Sakit perut sebanyak 1 orang dengan
presentase 0,85%, dan Bengkak sebanyak 19 orang dengan persentase 16,23% . Dari data
tersebut didapatkan gejala efek samping terbanyak setelah pemberian vaksin COVID-19 pada
penerima vaksin COVID-19 bulan meil 2021 di RSUD dr.Doris Sylvanus Kota Palangka Raya
adalah keluhan Nyeri di daerah injeksi dengan presentase sebesar 70,08%.

Tabel 4.4. Gejala efek samping setelah pemberian vaksin COVID-19 pada penderita Hipertensi
Gejala F %
Nyeri di daerah injeksi 22 70,96 Berdasarkan
Pusing 3 9,67
Tabel 4.4. Berdasarkan
Lemas/Lesu 5 16,12
perolehan data Mengantuk 5 16,12 di atas, gejala
efek samping Nafsu Makan Menurun 1 3,22 setelah
Demam 4 12,90
pemberian Mual 3 9,67 vaksin
COVID-19 Kemerahan 0 0 pada penderita
Sakit Perut 0 0
hipertensi yaitu Nyeri di
Bengkak 0 0
daerah injeksi sebanyak 22
orang dengan persentase
70,96%, Pusing 3 orang dengan persentase 9,67%, Lemas/Lesu sebanyak 5 orang dengan
persentase 16,22%, mengantuk sebanyak 5 orang dengan presentase 16,22%, Nafsu Makan
Menurun sebanyak 1 orang dengan presentase 3,22%, Demam sebanyak 4 orang dengan
persentase 12,90%, Mual sebanyak 3 orang dengan persentase 9,67%, Kemerahan sebanyak
orang dengan presentase 0% , Sakit perut sebanyak orang dengan presentase 0%, dan Bengkak
sebanyak orang dengan persentase 0% . Dari data tersebut didapatkan gejala efek samping
terbanyak setelah pemberian vaksin COVID-19 pada penerima vaksin COVID-19 dengan
riwayat penyakit Hipertensi di RSUD dr.Doris Sylvanus Kota Palangka Raya adalah keluhan
Nyeri di daerah injeksi dengan presentase sebesar 70,96%.

Tabel 4.5. Gejala efek samping setelah pemberian vaksin COVID-19 pada penderita Diabetes
Meilitus
Gejala F %
Nyeri di daerah injeksi 10 71,42 Berdasarkan
Pusing 3 21,42
tabel 4.5. Berdasarkan
Lemas/Lesu 1 7,14
perolehan data Mengantuk 3 21,42 bahwa gejala
efek samping Nafsu Makan Menurun 0 0 setelah
Demam 1 7,14
pemberian Mual 2 14,28 vaksin
COVID-19 Kemerahan 4 28,57 pada penderita
Sakit perut 0 0
diabetes meilitus
Bengkak 0
berupa Nyeri di daerah
injeksi sebanyak 10 orang dengan persentase 71,42%, Pusing 3 orang dengan persentase 21,42%,
Lemas/Lesu sebanyak 1 orang dengan persentase 7,14%, mengantuk sebanyak 3 orang dengan
presentase 21,42%, Nafsu Makan Menurun sebanyak 0 orang dengan presentase 0%, Demam
sebanyak 1 orang dengan persentase 7,14%, Mual sebanyak 2 orang dengan persentase 14,28%,
Kemerahan sebanyak 4 orang dengan presentase 28,57% , Sakit perut sebanyak orang dengan
presentase 0%, dan Bengkak sebanyak orang dengan persentase 0% . Dari data tersebut
didapatkan gejala efek samping setelah pemberian vaksin COVID-19 pada penderita diabetes
meilitus di RSUD dr.Doris Sylvanus Kota Palangka Raya yang paling banyak adalah Nyeri di
daerah injeksi sebanyak 10 orang dengan persentase 71,42%.

Tabel 4.6. Gejala efek samping setelah pemberian vaksin COVID-19 pada penderita Asma

Gejala F %
Nyeri di daerah injeksi 3 75
Demam 1 25
Kemerahan 2 50 Berdasarkan
tabel 4.6. Bengkak 1 25 Berdasarkan
perolehan data bahwa gejala efek samping setelah pemberian vaksin COVID-19 pada penderita
Asma berupa Nyeri di daerah injeksi dan Kemerahan sebanyak 3 orang dengan persentase 75%.
Tabel 4.7. Gejala efek samping setelah pemberian vaksin COVID-19 pada penderita Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

Gejala F %
Nyeri di daerah injeksi 2 100
Berdasarkan tabel 4.7. Berdasarkan perolehan data bahwa gejala efek samping setelah
pemberian vaksin COVID-19 pada penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK berupa
Nyeri di daerah injeksi dan Kemerahan sebanyak 2 orang dengan persentase 100%.

Tabel 4.8. Gejala efek samping setelah pemberian vaksin COVID-19 pada penderita Lansia

Gejala F %
Nyeri di daerah injeksi 82 70,08
Pusing 18 15,38
Berdasarkan
Lemas/Lesu 8 6,83
tabel 4.7. Mengantuk 17 14,52 Berdasarkan
perolehan data Nafsu Makan Menurun 1 0,85 bahwa gejala
Demam 6 5,12
efek samping Mual 9 7,69 setelah
pemberian Kemerahan 45 38,46 vaksin
Sakit perut 1 0,85
COVID-19 pada Lansia
Bengkak 19 16,23
berupa Nyeri di daerah
injeksi sebanyak 82 orang dengan persentase 70,08%, Pusing 18 orang dengan persentase
15,38%, Lemas/Lesu sebanyak 8 orang dengan persentase 6,83%, mengantuk sebanyak 17 orang
dengan presentase 14,52%, Nafsu Makan Menurun sebanyak 1 orang dengan presentase 0,85%,
Demam sebanyak 6 orang dengan persentase 5,12%, Mual sebanyak 9 orang dengan persentase
7,69%, Kemerahan sebanyak 45 orang dengan presentase 38,46% , Sakit perut sebanyak 1 orang
dengan presentase 0,85%, dan Bengkak sebanyak 19 orang dengan persentase 16,23% . Dari
data tersebut didapatkan gejala efek samping terbanyak setelah pemberian vaksin COVID-19
pada pasien lansia penerima vaksin COVID-19 bulan mei 2021 di RSUD dr.Doris Sylvanus
Kota Palangka Raya adalah keluhan Nyeri di daerah injeksi dengan presentase sebesar 70,08%.

Tabel 4.9. Gejala efek samping setelah pemberian vaksin COVID-19 yang mengalami efek
samping yang berkunjung ke Instalasi Gawat Darurat
f %
Penerima vaksin COVID-19 yang 0 0
mengalami efek samping
Total 0 0

Berdasarkan tabel 4.9. Berdasarkan perolehan data bahwa yang mengalami efek samping
yang berkunjung ke Instalasi Gawat Darurat adalah 0%.

Tabel 4.10. Gejala efek samping setelah pemberian vaksin COVID-19 pada penderita Penyakit
Jantung CHF.

Gejala F %
Nyeri di daerah injeksi 4 80
Pusing 0 0
Lemas/Lesu 1 20
Mengantuk 1 20 Berdasarkan
tabel 4.7. Nafsu Makan Menurun 0 0 Berdasarkan
Demam 3 60
perolehan data Mual 0 0 bahwa gejala
efek samping Kemerahan 0 0 setelah
Sakit perut 0 0
pemberian vaksin
Bengkak 1 20
COVID-19 pada pasien
CHF adalah Nyeri di daerah injeksi sebanyak 4 orang dengan presentase 80%, Pusing 0 orang
dengan persentase 0%, Lemas/Lesu sebanyak 1 orang dengan persentase 20%, mengantuk
sebanyak 1 orang dengan presentase 20%, Nafsu Makan Menurun sebanyak 0 orang dengan
presentase 0%, Demam sebanyak 3 orang dengan persentase 60%, Mual sebanyak 0 orang
dengan persentase 0%, Kemerahan sebanyak 0 orang dengan presentase 0% , Sakit perut
sebanyak 0 orang dengan presentase 0%, dan Bengkak sebanyak 1 orang dengan persentase
20% . Dari data tersebut didapatkan gejala efek samping setelah pemberian vaksin COVID-19
pada penderita CHF di RSUD dr.Doris Sylvanus Kota Palangka Raya yang paling banyak
adalah Nyeri di daerah injeksi sebanyak 4 orang dengan persentase 80%.

4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini, didapatkan data penerima vaksin pada bulan mei 2021 sebanyak 51
orang, dengan dengan distribusi peserta vaksin berdasar jenis kelamin didominasi oleh
perempuan. Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk mengurangi transmisi/penularan COVID-19,
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan kelompok di
masyarakat (herd immunity) dan melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif
secara sosial dan ekonomi. Kekebalan kelompok hanya dapat terbentuk apabila cakupan
vaksinasi tinggi dan merata di seluruh wilayah. Upaya pencegahan melalui pemberian program
vaksinasi jika dinilai dari sisi ekonomi, akan jauh lebih hemat biaya, apabila dibandingkan
dengan upaya pengobatan.
Pada penelitian ini juga didapatkan penerima vaksin COVID-19 bulan mei 2021 di RSUD
dr. Doris Sylvanus Kota Palangka Raya sebanyak 51 orang yang diteliti pengaruh efek samping
vaksin COVID-19 pada individu dengan komorbid seperti Hipertensi ; Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) ; Diabetes Mellitus ; Lansia ; Asma.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan pengambilan sampel data pada tangga 28
Maret – 24 April 2021, didapatkan total 805 penerima vaksin COVID-19 dan terdapat 94
diantaranya yang bersedia menjadi responden penelitian, dimana sebanyak 21 orang diantaranya
mengalami efek samping setelah penyuntikan vaksin, sedangkan 73 orang diantaranya tidak
mengalami efek samping setelah penyuntikan vaksin dalam interval waktu 14 hari setelah
pemberian vaksin. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa rata-rata gejala efek samping
yang paling banyak ditemukan adalah mengantuk dengan presentase 57,14%.
Secara umum, vaksin tidak menimbulkan reaksi pada tubuh, atau apabila terjadi, hanya
menimbulkan reaksi ringan. Vaksinasi memicu kekebalan tubuh dengan menyebabkan sistem
kekebalan tubuh penerima bereaksi terhadap antigen yang terkandung dalam vaksin. Reaksi lokal
dan sistemik seperti nyeri pada tempat suntikan atau demam dapat terjadi sebagai bagian dari
respon imun. Komponen vaksin lainnya (misalnya bahan pembantu, penstabil, dan pengawet)
juga dapat memicu reaksi. Vaksin yang berkualitas adalah vaksin yang menimbulkan reaksi
ringan seminimal mungkin namun tetap memicu respon imun terbaik. Frekuensi terjadinya reaksi
ringan vaksinasi ditentukan oleh jenis vaksin.
Reaksi yang mungkin terjadi setelah vaksinasi COVID-19 hampir sama dengan vaksin
yang lain. Beberapa gejala tersebut antara lain:
1. Reaksi lokal, seperti:
a. Nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat suntikan.
b. Reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis.
2. Reaksi sistemik seperti:
a. Demam.
b. Nyeri otot seluruh tubuh (myalgia).
c. Nyeri sendi (atralgia).
d. Badan lemah.
e. Sakit kepala.
3. Reaksi lain, seperti:
a. Reaksi alergi misalnya urtikaria, oedem
b. Reaksi anafilaksis
c. Syncope (pingsan)
Untuk reaksi ringan lokal seperti nyeri, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan,
petugas kesehatan dapat menganjurkan penerima vaksin untuk melakukan kompres dingin pada
lokasi tersebut dan meminum obat paracetamol sesuai dosis.
Untuk reaksi ringan sistemik seperti demam dan malaise, petugas kesehatan dapat
menganjurkan penerima vaksin untuk minum lebih banyak, menggunakan pakaian yang nyaman,
kompres atau mandi air hangat, dan meminum obat paracetamol sesuai dosis.
Untuk mengatasi reaksi ringan lokal pasca disuntik vaksin virus corona seperti nyeri,
bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan, petugas kesehatan dapat menganjurkan penerima
vaksin untuk: 
a. Melakukan kompres dingin pada lokasi tersebut
b. Meminum obat paracetamol sesuai dosis
Sementara, untuk mengatasi reaksi ringan sistemik pasca disuntik vaksin virus corona
seperti demam dan malaise, petugas kesehatan dapat menganjurkan penerima vaksin untuk: 
a. Minum lebih banyak
b. Menggunakan pakaian yang nyaman
c. Kompres atau mandi air hangat
d. Meminum obat paracetamol sesuai dosis
Oleh sebab itu, dalam alur pelayanan vaksinasi COVID-19, petugas diarahkan untuk
mempersilakan sasaran untuk menunggu 30 menit setelah pemberian vaksin virus corona. Hal ini
dilakukan untuk melihat reaksi yang mungkin muncul setelah penerima vaksin virus corona
disuntikan. 
Selain reaksi vaksin, Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi atau biasa disebut KIPI yang terkait
dengan kesalahan prosedur juga dapat terjadi. Untuk itu, sistem pelayanan vaksinasi yang terdiri
dari petugas pelaksana yang kompeten (memiliki pengetahuan cukup, terampil dalam
melaksanakan vaksinasi dan memiliki sikap profesional sebagai tenaga kesehatan), peralatan
yang lengkap, dan petunjuk teknis yang jelas, harus disiapkan dengan maksimal.
Pada penelitian ini terdapat responden yang memiliki riwayat penyakit Hipertensi,
Kelompok Lanjut Usia, dan Asma, tetapi yang mengeluhkan efek samping paling banyak
dikeluhkan pada kelompok dengan penyakit komorbid Hipertensi dan kelomopok lanjut usia
(Lansia) kemudian Asma. Sedangkan penerima vaksin kelompok penyakit komorbid Diabetes
Melitus dan PPOK tidak ditemukan pada penelitian ini, sehingga data efek sampingnya tidak
dapat dijabarkan. Pada penelitian ini penerima vaksin kelompok Lansia mengeluhkan
mengantuk, pegal – pegal, rasa lesu lelah. Berdasarkan uji klinis yang telah dilakukan, vaksin
Sinovac sudah terbukti aman dan efektif pada Lansia. Efikasi vaksin Sinovac untuk lansia pada
uji klinis ini bahkan mencapai 98%. Dari uji klinis ini juga ditemukan bahwa efek samping yang
dirasakan umumnya bersifat ringan dan sedang. Efek samping paling banyak adalah nyeri di
tempat suntikan. Efek samping lainnya yang juga bisa muncul adalah demam, rasa lelah, batuk
ringan, mual, dan diare. Namun, efek samping tersebut hilang dalam 2 hari.
Pada penelitian ini penerima vaksin kelompok Hipertensi mengeluhkan mengantuk, pegal
– pegal, demam, sakit kepala, mual, rasa lesu lelah dan tidak bisa tidur. Berdasarkan laporan
awal dari Tiongkok mencatat bahwa hipertensi merupakan salah satu komorbiditas yang paling
umum (20-30% kasus) terkait dengan kebutuhan terhadap ventilator karena komplikasi
pernafasan yang parah dari infeksi COVID-19. Saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
hipertensi adalah faktor risiko independen untuk komplikasi berat atau kematian akibat infeksi
COVID-19.57
Para pakar telah setuju bahwa pasien pengidap hipertensi tidak boleh melakukan vaksinasi
COVID-19 jika tekanan darahnya di atas 180/110 MmHg. Sejauh tidak ada (gejala) yang akut
dan (tekanan darah) tidak lebih dari 180/110 (MmHg), pasien pengidap hipertensi dinyatakan
dapat melakukan vaksinasi vaskin COVID-19. Sampai sekarang belum ditemukan adanya
penelitian mengenai efek samping dari pemberian vaksin COVID 19 pada penderita Hipertensi
akan tetapi menurut PAPDI dalam infografis seputar vaksin covid 19 mengatakan bahwa pada
pasien hipertensi batas tekanan darah untuk dapat diberikan vaksinasi covid 19 adalah pada
hipertensi terkontrol dengan batasan ≤ 180/ 110 mmHg (dengan atau tanpa obat). Kemudian
berdasarkan uji klinis yang telah dilakukan, vaksin Sinovac sudah terbukti aman dan efektif.
Efikasi vaksin Sinovac pada uji klinis bahkan mencapai 98%. Dari uji klinis ini juga ditemukan
bahwa efek samping yang dirasakan umumnya bersifat ringan dan sedang.58
Pada penelitian ini penerima vaksin kelompok Asma mengeluhkan mengantuk. Penderita
asma yang terkontrol baik boleh divaksinasi. Selain itu, dikutip dari allergy asthma network,
penderita asma boleh menerima vaksin COVID-19 karena dianggap tidak akan mengalami reaksi
alergi langsung terkontrol artinya penderita mengalami gejala <2 kali per minggu, tak terbangun
malam hari, tanpa keterbatasan aktivitas, serta tidak butuh pelega >2 kali per minggu.
Penggunaan obat bronkodilator kurang dari dua kali dalam seminggu juga menjadi salah satu
syarat sebagai bagian dari terkontrol. Dari uji klinis ditemukan bahwa efek samping yang
dirasakan umumnya bersifat ringan dan sedang. Efek samping paling banyak adalah nyeri di
tempat suntikan. Efek samping lainnya yang juga bisa muncul adalah demam, rasa lelah, batuk
ringan, mual, dan diare. Namun, efek samping tersebut hilang dalam 2 hari.
KIPI yang tidak terkait dengan vaksin atau koinsiden harus diwaspadai. Untuk itu
penapisan status kesehatan sasaran yang akan divaksinasi harus dilakukan seoptimal mungkin. 
Pasca disuntik vaksin virus corona, anjuran protokol kesehatan COVID-19, tetap dipatuhi
dengan menjaga jarak, mengenakan masker, serta mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir.

Anda mungkin juga menyukai