MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Makalah Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1
Dosen Pengajar : Hj. Siti Wasliyah, S.Kep, Ners, M.Kep
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Medikal Bedah 1 dengan judul “Gagal Ginjal” dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
menuntut ilmu.Selain itu kami mengucapkan terima kasih kepada teman teman
yang telah membantu kami. Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehungga ke depannya dapat lebih
baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
7. Apa saja Discharge Planning Gagal Ginjal?
8. Apa saja Komplikasi pada Gagal Ginjal?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Gagal Ginjal?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami Pengertian Gagal Ginjal.
2. Untuk memahami Etiologi terjadinya Gagal Ginjal.
3. Untuk memahami Patofisiologi Ginjal.
4. Untuk memahami Manifestasi Klinis Gagal Ginjal.
5. Untuk memahami Penatalaksanaan Gagal Ginjal.
6. Untuk memahami Masalah Yang Lazim Muncul pada Gagal Ginjal.
7. Untuk memahami Discharge Planning Gagal Ginjal.
8. Untuk memahami Komplikasi pada Gagal Ginjal.
9. Untuk memahami Asuhan Keperawatan pada Gagal Ginjal.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut
(acute renal failure = ARF) adalah sekumpulan gejala yang mengakibatkan
disfungsi ginjal secara mendadak (Dr.Nursalam dan Fransisca B. Batticaca
2008) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF) adalah
kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia
(urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta
komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal), (Dr.
Nursalam dan Fransisca B. Batticaca 2008) Pada gagal ginjal akut terjadi
penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau
beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal
(ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang
meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal
terjadi secara perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat
berlangsung terus selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal
tidak dapat berfungsi sama sekali (end stage renal disease). Gagal ginjal
kronis dibagi menjadi lima stadium berdasarkan laju penyaringan (filtrasi)
glomerulus (Glomerular Filtration Rate = GFR) yang dapat dilihat pada
tabel di bawah ini. GFR normal adalah 90 - 120 mL/min/1.73 m2.
4
2.2 Etiologi Gagal Ginjal
Menurut Waode Ayu Islamiati (2013) Terjadinya gagal ginjal
disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang didedrita oleh tubuh yang
mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal.
Adapun beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal
diantaranya :
Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)
Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor,
penyempitan/striktur)
Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
Menderita penyakit kanker (cancer)
Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ
ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)
Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi
atau dampak penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut
sebagai glomerulonephritis.
Penyebab gagal ginjal akut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok
besar, yaitu :
A. Penyebab prerenal, yakni berkurangnya aliran darah ke ginjal. Hal ini
dapat disebabkan oleh :
1. Hipovolemia (volume darah yang kurang), misalnya karena
perdarahan yang hebat.
2. Dehidrasi karena kehilangan cairan, misalnya karena muntah-
muntah, diare, berkeringat banyak dan demam.
3. Dehidrasi karena kurangnya asupan cairan.
4. Obat-obatan, misalnya obat diuretic yang menyebabkan
pengeluaran cairan berlebihan berupa urin.
5. Gangguan aliran darah ke ginjal yang disebabkan sumbatan pada
pembuluh darah ginjal.
5
B. Penyebab renal di mana kerusakan terjadi pada ginjal.
1. Sepsis: Sistem imun tubuh berlebihan karena terjadi infeksi
sehingga menyebabkan peradangan dan merusak ginjal.
2. Obat-obatan yang toksik terhadap ginjal.
3. Rhabdomyolysis: terjadinya kerusakan otot sehingga menyebabkan
serat otot yang rusak menyumbat sistem filtrasi ginjal. Hal ini bisa
terjadi karena trauma atau luka bakar yang hebat.
4. Multiple myeloma.
5. Peradangan akut pada glomerulus, penyakit lupus eritematosus
sistemik, Wegener's granulomatosis, dan Goodpasture syndrome.
6
5. Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka lama atau penggunaan
obat yang bersifat toksik terhadap ginjal.
6. Pembuluh darah arteri yang tersumbat dan mengeras (atherosklerosis)
menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang, sehingga sel-sel ginjal
menjadi rusak (iskemia).
7. Sumbatan aliran urin karena batu, prostat yang membesar, keganasan
prostat.
8. Infeksi HIV, penggunaan heroin, amyloidosis, infeksi ginjal kronis, dan
berbagai macam keganasan pada ginjal.
7
penyebab umum oliguri perioperative. Menurunnya urin mengaktivasi
sistem saraf simpatis dan sistem renin - angiotensin. Angiotensin
merupakan vasokonstriksi pembuluh darah ginjal dan menyebabkan
menurunnya aliran darah ginjal.
8
9
2.4 Manifestasi Klinis
1. Gagal ginjal kronik
Menurut perjalanan klinisnya :
a) Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR
dapat menurun hingga 25% dari normal
b) Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria
dan nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin,
serum dan BUN sedikit meningkat diatas normal
c) Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) Atau Sindrom Uremik :
lemah, latergi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan
volume cairan (volume overload), neuropati perifer, pruritus,
uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma, yang
ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 mL permenit, kadar serum
kreatini dan BUN meningkat tajam, dan terjadi biokimia dan gejala
yang komplek.
Gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi renal,
payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit
(sodium, kalium, klorida).
10
- Pengeluaran urin harian jarang melebihi 4 L, asalkan pasien
tidak mengalami hidrasi yang berlebih
- Tingginya kadar urea darah
- Kemungkinan menderita kekurangan urea, natrium dan air
- Selama stadium dini dieresis kada BUN mungkin meningkat
terus
c) Stadium penyembuhan
Stadium penyembuhan GGA berlansung sampai 1 tahun dan
selama itu anemia dan kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi
sedikit membaik
2.5 Penatalaksanaan
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit
penyerta, derajat penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan
fungsi ginjal, faktor resiko untuk penurunan fungsi ginjal, dan faktor resiko
untuk penyakit kardiovaskuler. Pengelolaan dapat meliputi :
1. Terapi penyakit ginjal
2. Pengobatan penyakit penyerta
3. Penghambat penurunan fungsi ginjal
4. Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskuler
5. Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
6. Terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi jika timbul
gejala dan tanda uremia
11
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran
urine, berlebih dan retensi cairan serta natrium.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, perubahan
membran mukosa mulut.
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kelemahan aliran darah keseluruh tubuh.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi,
produk sampah.
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritas, gangguan
metabolik sekunder.
12
cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah, sering
diperlukan diuretik loop, selain obat anti hipertensi.
4. Kontrol ketidaksemibangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk
mencegah hiperkalemia, dihindari masukan kalium yang besar (batasi
hingga 60 mmol/hari), diuretik hemat kalium, obat-obatan yang
berhubungan dengan eksresi kalium (misalnya penghambat ACE dan
obat anti inflamasi non steroid), asidosis berat, atau kekurangan garam
yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis.
Deteksi melalui kadar kalium plasma dan EKG.
Gejala-gejala asidosis baru jelas bila bikarbonat plasma kurang dari 15
mmol/liter biasanya terjadi pada pasien yang sangat kekurangan garam
dan dapat diperbaiki secara spontan dengan dehidrasi. Namun
perbaikan yang cepat dapat berbahaya.
5. Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imuosupresif dan diterapi
lebih ketat.
6. Obat-obatan : anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena
metabolitnya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal. Misalnya digoksin,
aminoglikosid, analgesic opiat, amfoterisin dan alupurinol. Juga obat-
obatan yang meningkatkan katabolisme dan ureum darah, misalnya
tetrasiklin, kortikosteroid dan sitostatik.
7. Persiapan dialysis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. Indikasi
dilakukan dialysis biasanya adalah gagal ginjal dengan klinis yang jelas
meski telah dilakukan terapi konservatif atau terjadi komplikasi.
8. Transplantasi ginjal
13
2.8 Komplikasi Gagal Ginjal
a. Gagal Ginjal Akut
1) Edema Paru-Paru
Edema paru-paru terjadi akibat terjadinya penimbunan cairan
serosa atau serosanguinosa yang berlebihan di dalam ruang
interstisial dan alveolus paru-paru. Hal ini timbul karena ginjal
tidak dapat mensekresi urine dan garam dalam jumlah cukup.
Sering kali edema paru-paru menyebabkan kematian.
2) Hiperkalemia
Komplikasi kedua adalah hiperkalemia (kadar kalium darah yang
tinggi) yaitu suatu keadaan dimana konsentrasi kalium darah lebih
dari 5 mEq/l darah. Perlu diketahui konsentrasi kalium yang tinggi
justru berbahaya daripada kondisi sebaliknya ( konsentrasi kalium
rendah ). Konsentrasi kalium darah yang lebih tinggi dari 5,5
mEq/l dapat mempengaruhi system konduksi listrik jantung.
Apabila hal ini terus berlanjut, irama jantung menjadi tidak normal
dan jantungpun berhenti berdenyut.
14
2.9 Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1) Biodata klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajaian, no.MR, diagnosa
medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan, agama,
alamat, dan lain-lain.
2) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi apa, bagaimana cara minum obatnya.
Apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
3) Aktifitas / istirahat
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise.
Gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen).
Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
4) Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri
dada (angina).
Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting
pada kaki, telapak tangan.
Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia,
yang jarang pada penyakit tahap akhir.
Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.
Kecenderungan perdarahan.
5) Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan.
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
15
6) Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal
tahap lanjut).
Abdomen kembung, diare, atau konstipasi.
Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat,
oliguria.
7) Makanan / cairan
Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat
badan (malnutrisi).
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tak
sedap pada mulut ( pernapasan ammonia ).
Penggunaan diuretik.
Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir).
Perubahan turgor kulit/kelembaban.
Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah.
8) Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur.
Kram otot / kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar
pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya
ekstremiras bawah.
Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, stupor. Kejang, fasikulasi otot,
aktivitas kejang.
Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
9) Nyeri / kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki.
Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah.
10) Pernapasan
Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental
dan banyak.
16
Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman. Batuk
dengan sputum encer (edema paru).
11) Keamanan
Kulit gatal.
Ada / berulangnya infeksi.
Pruritis.
Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual
terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh
lebih rendah dari normal.
Ptekie, area ekimosis pada kulit.
Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi.
12) Seksualitas
Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
13) Interaksi social
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
14) Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit
polikistik, nefritis heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi.
Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang.
17
B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut Nurarif, Amin Huda dkk (2015) pada buku NANDA NIC
NOC edisi revisi jilid 2, diagnosa dan intervensi asuhan keperawatan
gagal ginjal sebagai berikut:
1. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah
jantung, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis
laktat
1. Gangguan pertukaran gas NOC NIC
Definisi : Kelebihan atau (NANDA NIC NOC jilid 2, (NANDA NIC NOC jilid
defisit pada oksigenasi dan 2015). 2, 2015).
atau eliminasi karbon Respiratory Status : Gas Airway Management
dioksida pada membran exchange - Buka jalan nafas,
alveolar-kapiler. (NANDA Respiratory Status : gunakan teknik chin lift
NIC NOC jilid 2, 2015). Ventilation atau jaw thrust bila
Batasan karakteristik : Vital Sign Status perlu
Ph darah arteri abnormal Kriteria Hasil : - Posisikan pasien untuk
Ph arteri abnormal Mendemonstrasikan memaksimalkan
Pernapasan abnormal (mis: peningkatan ventilasi ventilasi
kecepatan, irama, dan oksigenasi yang - Identifikasi pasien
kedalaman) adekuat perlunya pemasangan
Warna kulit abnormal (mis: Memelihara kebersihan alat jalan nafas buatan
pucat, kehitaman) paru-paru dan tanda- - Pasang mayo bila perlu
Konfusi tanda distresspernafasan - Lakukan fisioterapi
Sianosis (pada neonatus Mendemonstrasikan dada jika perlu
saja) batuk efektif dan suara - Keluarkan sekret
18
Hipoksemia Tanda-tanda vital dalam - Lakukan suction pada
Hipoksia rentan normal mayo
Iritabilitas - Berikan bronkodilator
Samnolen udara
- Atur intake untuk
Takikardi
cairan mengoptimalkan
Gangguan penglihatan
keseimbangan
- Monitor respirasi dan
status O2
Respiratory
Monitoring
- Monitor rata-rata,
kedalaman, irama, dan
usaha respirasi
- Catat pergerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
- Monitor suara nafas,
seperti dengkur
- Monitor pola napas:
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
- Catat lokasi trakhea
19
- Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
- Auskultasi suara nafas,
catac area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
- Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
nafas utama
- Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
2. Nyeri akut
2. Nyeri akut NOC NIC
Definisi : Pengalaman sensori (NANDA NIC NOC jilid 2, (NANDA NIC NOC jilid
dan emosional yang tidak 2015). 2, 2015).
menyenangkan yang muncul Pain Level Pain Managemen
akibat kerusakan jaringan yang Pain control - Lakukan pengkajian
aktual atau potensial atau Comfort level nyeri secara
digambarkan dalam hal Kriteria Hasil : komprehensif termasuk
kerusakan sedemikian rupa Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
(International Association for nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi,
the study of pain) : awitan yang nyeri, mampu kualitas dan faktor
tiba-tiba atau lambat dari menggunakan teknik presipitasi
intensitas ringan hingga berat nonfarmakologi untuk - Observasi reaksi
20
dengan akhir yang dapat mengurangi nyeri, nonverbal dari
diantisipasi atau diprediksi dan mencari bantuan) ketidaknyamanan
berlangsung <6 bulan. Melaporkan bahwa nyeri - Gunakan teknik
(NANDA NIC NOC jilid 2, berkurang dengan komunikasi terapeutik
2015). menggunakan untuk mengetahui
Batasan Karakteristik : managemen nyeri pengalaman nyeri
Perubahan selera makan Mampu mengenali nyeri pasien
Perubahan tekanan darah (skala, intensitas, - Kaji kultur yang
Perubahan frekuensi frekuensi dan tanda mempengaruhi respon
jantung nyeri) nyeri
Perubahan frekuensi Menyatakan rasa - Evaluasi pengalaman
pernapasan nyaman setelah nyeri nyeri masa lampau
Laporan isyarat berkurang - Evaluasi bersama
21
hambatan proses berfikir, - Pilih dan lakukan
penurunan interaksi dengan penanganan nyeri
orang dan lingkungan) (farmakologi, non
Indikasi nyeri yang dapat farmakologi dan inter
diamati personal)
Perubahan posisi untuk - Kaji tipe dan sumber
menghindari nyeri nyeri untuk
Sikap tubuh melindungi menentukan intervensi
Dilatasi pupil - Ajarkan tentang tehnik
Melaporkan nyeri secara non farmakologi
verbal - Berikan analgetik
22
dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberiaan lebih dari
Satu
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala
23
3. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin, diet
berlebih dan retensi cairan serta natrium
3. Kelebihan volume cairan NOC NIC
Definisi : Peningkatan retensi (NANDA NIC NOC jilid 2, (NANDA NIC NOC jilid
cairan isotonik. (NANDA NIC 2015). 2, 2015).
NOC jilid 2, 2015). Electrolit and acid base Fluid management
Batasan karakteristik : balance Timbang popok /
Bunyi nafas adventisius Fluid balance pembalut jika
Gangguan elektrolit Hydration diperlukan
Anasarka Kriteria hasil : Pertahankan catatan
Ansietas Terbebas dari edema, intake dan output yang
Azotemia efusi, anaskara akurat
Perubahan tekanan darah Bunyi nafas bersih, tidak Pasang urin kateter jika
ada dyspneu / ortopneu
Perubahan status mental diperlukan
Terbebas dari distensi Monitor hasil Hb yang
Perubahan pola pernafasan
vena jugularis, reflek
Penurunan hematrokrit sesuai dengan retensi
hepatojugular (+) cairan (BUN, Hmt,
Penurunan hemoglobin
Memelihara tekanan osmolalitas urin)
Dispnea
vena sentral,tekanan Monitor status
Edema
kapiler paru, output hemodinamik termasuk
Peningkatan tekanan vena
jantung dan vital sign CVP, MAP, PAP, dan
sentral
dalam batas normal PCWP
Asupan melebihi haluaran
Terbebas dari kelelahan, Monitor vital sign
Distensi vena jugularis
kecemasan atau
Monitor indikasi
Oligura
kebingungan
retensi / kelebihan
Ortopnea Menjelaskan indikator
cairan (Cracles, CVP,
Efusi pleura kelebihan cairan
edema, distensi vena
Refleksi hepatogular positif
leher, asites)
Perubahan tekanan arteri
Kaji lokasi dan luas
pulmunal
edema
Kongesti pulmunal
24
Gelisah Monitor masukan
Perubahan berat jenis urin makanan / cairan dan
Bunyi jantung S3 hitung intake kalori
Penambahan berat badan Monitor status nutrisi
dalam waktu sangat singkat Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai interuksi
Batasi masukan cairan
pada keadaan
hiponatrermi dilusi
dengan serum Na < 130
mEq/L
Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk
Fluid monitoring
Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminasi
Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari
ketidak seimbangan
cairan (hipertermia,
terapi diuretik, kelainan
renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi
hati, dll)
Monitor berat badan
Monitor serum dan
elektrolit urine
Monitor serum dan
25
osmilalitas urine
Monitor BP, HR, dan
RR
Monitor tekanan darah
orthostatik dan
perubahan irama
jantung
Monitor parameter
hemodinamik infasif
Catat secara akurat
intake dan output
Monitor adanya
distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan
penambahan BB
Monitor tanda dan
gejala dari odema
26
Batasan karakteristik : nutrient intake jumlah kalori dan nutrisi
Kram abdomen Weight control yang dibutuhkan pasien
Nyeri abdomen Kriteria hasil : Anjurkan pasien untuk
Menghindari makanan Adanya peningkatan meningkatkan intake Fe
Berat badan 20% atau lebih berat badan sesuai Anjurkan pasien untuk
dibawah berat badan ideal dengan tujuan meningkatkan protein dan
Kerapuhan kapiler Berat badan ideal sesuai vitaminC
27
Cepat kenyang setelah penurunan berat badan
makan Monitor tipe dan jumlah
Sariawan rongga mulut aktivitas yang biasa
Steatorea dilakukan
Kelemahan otot pengunyah Monitor interaksi anak
Kelemahan otot untuk atau orang tua selama
menelan makan
Monitor lingkungan
selama makan
Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nutrisi
28
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas
oral
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
29
Warna tidak kembali ke dengan jelas dan analgetik
tungkai saat tungkai sesuai dengan Monitor adanya
diturunkan kemampuan tromboplebitis
Kelambatan penyembuhan - Menunjukkan Diskusikan mengenai
luka perifer perhatian, konsentrasi penyebab perubahan
Penurunan nadi dan orientasi sensasi
Edema - Memproses informasi
30
jilid 2, 2015). aktivitas fisik tanpa Bantu klien untuk
Batasan karakteristik : disertai peningkatan mengidentifikasi aktivitas
Respon tekanan darah tekanan darah, nadi, dan yang mampu dilakukan
abnormal terhadap aktivitas RR Bantu untuk memilih
Respon frekuensi jantung Mampu melakukan aktivitas konsisten yang
abnormal terhadap aktivitas aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan
Perubahan EKG yang (ADLs) secara mandiri fisik, psikologi, dan social
mencerminkan aritmia TTV normal Bantu untuk
Perubahan EKG yang Energi psikomotor mengidentifikasi dan
mencerminkan iskemia Level kelemahan mendapatkan sumber yang
Ketidaknyamanan setelah Mampu berpindah diperlukan untuk aktivitas
beraktivitas dengan atau tanpa yang diinginkan
Dyspnea setelah bantuan alat Bantu untuk mendapatkan
beraktivitas Status kardiopulmonari alat bantuan aktivitas
adekuat
Menyatakan merasa letih seperti kursi roda, krek
Sirkulasi status baik Bantu
Menyataka merasa lemah untuk
Status respirasi : mengidentifikasikan
pertukaran gas dan aktivitas yang disukai
ventilasi adekuat Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan di
waktu luang
Bantu pasien / keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
31
diri dan penguatan
Monitor respon fisik,
emosi, social, dan spiritual
32
dengan sabun dan air
hangat
Insision site care
Membersihkan,
memantau, dan
meningkatkan proses
penyembuhan pada luka
yang ditutup dengan
jahitan, klip, atau strapless
Monitor proses
kesembuhan area insisi
Monitor tanda dan gejala
infeksi pada area insisi
Bersihkan area sekitar
jahitan atau strapless,
menggunakan lidi kapas
steril
Gunakan preparat
antiseptic sesuai program
Ganti balutan pada
interval waktu yang sesuai
atau biarkan luka tetap
terbuka (tidak dibalut)
sesuai program
• Dialysis acces
maintenance
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk
menyaring dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan
menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium,
dan kalium) dalam darah.
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat
menjalankan fungsinya secara normal. Gagal ginjal dibagi menjadi dua
bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute renal failure = ARF) dan gagal
ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal ginjal akut terjadi
penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau
beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal
(ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang
meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal
terjadi secara perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat
berlangsung terus selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal
tidak dapat berfungsi sama sekali (end stage renal disease).
3.2 Saran
Sebagai tindakan pencegahan sebaiknya kita banyak melakukan
olahraga, menjaga asupan nutrisi yang adekuat serta istirahat yang teratur.
Semoga dengan pembelajaran ini kita sebagai mahasiswa keperawatan, akan
lebih mudah mengetahui penyakit gagal ginjal. Bagaimana gejala hingga
komplikasinya sehingga kita mampu memberikan asuhan keperawatan yang
tepat untuk pasien penderita gagal ginjal.
34
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv