Anda di halaman 1dari 39

GAGAL GINJAL

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Makalah Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1
Dosen Pengajar : Hj. Siti Wasliyah, S.Kep, Ners, M.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10

DIYAH AYU PUTRI SUNDARI P27901117050


SITI MIFTAHUL FAUZIAH P27901117078
YOGA CHANDRA P27901117087

TINGKAT 2B D3 KEPERAWATAN / SEMESTER 1

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Medikal Bedah 1 dengan judul “Gagal Ginjal” dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
menuntut ilmu.Selain itu kami mengucapkan terima kasih kepada teman teman
yang telah membantu kami. Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehungga ke depannya dapat lebih
baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 7 Agustus 2018

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Gagal Ginjal ..........................................................................3
2.2 Etiologi Gagal Ginjal ..............................................................................5
2.3 Patofisiologi Gagal Ginjal .......................................................................7
2.4 Manifestasi Klinis Gagal Ginjal ..............................................................10
2.5 Penatalaksanaan Gagal Ginjal .................................................................11
2.6 Masalah Yang Lazim Muncul Pada Gagal Ginjal ...................................11
2.7 Discharge Planning .................................................................................12
2.8 Komplikasi Gagal Ginjal .........................................................................14
2.9 Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal .........................................................15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................34
3.2 Saran .....................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama
sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di
dalam darah atau produksi urin.
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita
penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal
itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia
dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut
(acute renal failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure =
CRF). Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba
dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil
pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea
nitrogen dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis,
penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Sehingga biasanya
diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat
disembuhkan. Pada penderita gagal ginjal kronik, kemungkinan terjadinya
kematian sebesar 85 %.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Gagal Ginjal?
2. Apa saja Etiologi pada Gagal Ginjal?
3. Bagaimana Patofisiologi Gagal Ginjal?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis Gagal Ginjal?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Gagal Ginjal?
6. Apa saja Masalah Yang Lazim Muncul pada Gagal Ginjal?

1
7. Apa saja Discharge Planning Gagal Ginjal?
8. Apa saja Komplikasi pada Gagal Ginjal?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Gagal Ginjal?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami Pengertian Gagal Ginjal.
2. Untuk memahami Etiologi terjadinya Gagal Ginjal.
3. Untuk memahami Patofisiologi Ginjal.
4. Untuk memahami Manifestasi Klinis Gagal Ginjal.
5. Untuk memahami Penatalaksanaan Gagal Ginjal.
6. Untuk memahami Masalah Yang Lazim Muncul pada Gagal Ginjal.
7. Untuk memahami Discharge Planning Gagal Ginjal.
8. Untuk memahami Komplikasi pada Gagal Ginjal.
9. Untuk memahami Asuhan Keperawatan pada Gagal Ginjal.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Gagal Ginjal


Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk
menyaring dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan
menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium,
dan kalium) dalam darah. Ginjal juga memproduksi bentuk aktif dari
vitamin D yang mengatur penyerapan kalsium dan fosfor dari makanan
sehingga membuat tulang menjadi kuat. Selain itu ginjal memproduksi
hormon eritropoietin yang merangsang sumsum tulang untuk memproduksi
sel darah merah, serta renin yang berfungsi mengatur volume darah dan
tekanan darah.
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat
menjalankan fungsinya secara normal. Pada kondisi normal, pertama-tama
darah akan masuk ke glomerulus dan mengalami penyaringan melalui
pembuluh darah halus yang disebut kapiler. Di glomerulus, zat-zat sisa
metabolisme yang sudah tidak terpakai dan beberapa yang masih terpakai
serta cairan akan melewati membran kapiler sedangkan sel darah merah,
protein dan zat-zat yang berukuran besar akan tetap tertahan di dalam darah.
Filtrat (hasil penyaringan) akan terkumpul di bagian ginjal yang disebut
kapsula Bowman. Selanjutnya, filtrat akan diproses di dalam tubulus ginjal.
Di sini air dan zat-zat yang masih berguna yang terkandung dalam filtrat
akan diserap lagi dan akan terjadi penambahan zat-zat sampah metabolisme
lain ke dalam filtrat. Hasil akhir dari proses ini adalah urin (air seni).
Gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit
serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu
sendiri . Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia
dewasa , terlebih pada kaum lanjut usia . Secara umum, gagal ginjal adalah
penyakit akhir dari serangkaian penyakit yang menyerang traktus urinarius.

3
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut
(acute renal failure = ARF) adalah sekumpulan gejala yang mengakibatkan
disfungsi ginjal secara mendadak (Dr.Nursalam dan Fransisca B. Batticaca
2008) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF) adalah
kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia
(urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta
komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal), (Dr.
Nursalam dan Fransisca B. Batticaca 2008) Pada gagal ginjal akut terjadi
penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau
beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal
(ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang
meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal
terjadi secara perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat
berlangsung terus selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal
tidak dapat berfungsi sama sekali (end stage renal disease). Gagal ginjal
kronis dibagi menjadi lima stadium berdasarkan laju penyaringan (filtrasi)
glomerulus (Glomerular Filtration Rate = GFR) yang dapat dilihat pada
tabel di bawah ini. GFR normal adalah 90 - 120 mL/min/1.73 m2.

Stadium GFR (ml/menit/1.73m2) Deskripsi

Kerusakan minimal pada ginjal, filtrasi


1 Lebih dari 90
masih normal atau sedikit meningkat

2 60-89 Fungsi ginjal sedikit menurun

3 30-59 Penurunan fungsi ginjal yang sedang

4 15-29 Penurunan fungsi ginjal yang berat

Gagal ginjal stadium akhir (End Stage


5 Kurang dari 15
Renal Disease)

4
2.2 Etiologi Gagal Ginjal
Menurut Waode Ayu Islamiati (2013) Terjadinya gagal ginjal
disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang didedrita oleh tubuh yang
mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal.
Adapun beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal
diantaranya :
 Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)
 Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
 Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor,
penyempitan/striktur)
 Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
 Menderita penyakit kanker (cancer)
 Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ
ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)
 Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi
atau dampak penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut
sebagai glomerulonephritis.
Penyebab gagal ginjal akut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok
besar, yaitu :
A. Penyebab prerenal, yakni berkurangnya aliran darah ke ginjal. Hal ini
dapat disebabkan oleh :
1. Hipovolemia (volume darah yang kurang), misalnya karena
perdarahan yang hebat.
2. Dehidrasi karena kehilangan cairan, misalnya karena muntah-
muntah, diare, berkeringat banyak dan demam.
3. Dehidrasi karena kurangnya asupan cairan.
4. Obat-obatan, misalnya obat diuretic yang menyebabkan
pengeluaran cairan berlebihan berupa urin.
5. Gangguan aliran darah ke ginjal yang disebabkan sumbatan pada
pembuluh darah ginjal.

5
B. Penyebab renal di mana kerusakan terjadi pada ginjal.
1. Sepsis: Sistem imun tubuh berlebihan karena terjadi infeksi
sehingga menyebabkan peradangan dan merusak ginjal.
2. Obat-obatan yang toksik terhadap ginjal.
3. Rhabdomyolysis: terjadinya kerusakan otot sehingga menyebabkan
serat otot yang rusak menyumbat sistem filtrasi ginjal. Hal ini bisa
terjadi karena trauma atau luka bakar yang hebat.
4. Multiple myeloma.
5. Peradangan akut pada glomerulus, penyakit lupus eritematosus
sistemik, Wegener's granulomatosis, dan Goodpasture syndrome.

C. Penyebab postrenal, di mana aliran urin dari ginjal terganggu.


1. Sumbatan saluran kemih (ureter atau kandung kencing)
menyebabkan aliran urin berbalik arah ke ginjal. Jika tekanan
semakin tinggi maka dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan
ginjal menjadi tidak berfungsi lagi.
2. Pembesaran prostat atau kanker prostat dapat menghambat uretra
(bagian dari saluran kemih) dan menghambat pengosongan
kandung kencing.
3. Tumor di perut yang menekan serta menyumbat ureter.
4. Batu ginjal.

Sedangkan penyebab gagal ginjal kronik antara lain:


1. Diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 yang tidak terkontrol dan
menyebabkan nefropati diabetikum.
2. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.
3. Peradangan dan kerusakan pada glomerulus (glomerulonefritis),
misalnya karena penyakit lupus atau pasca infeksi.
4. Penyakit ginjal polikistik, kelainan bawaan di mana kedua ginjal
memiliki kista multipel.

6
5. Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka lama atau penggunaan
obat yang bersifat toksik terhadap ginjal.
6. Pembuluh darah arteri yang tersumbat dan mengeras (atherosklerosis)
menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang, sehingga sel-sel ginjal
menjadi rusak (iskemia).
7. Sumbatan aliran urin karena batu, prostat yang membesar, keganasan
prostat.
8. Infeksi HIV, penggunaan heroin, amyloidosis, infeksi ginjal kronis, dan
berbagai macam keganasan pada ginjal.

2.3 Patofisiologi Gagal Ginjal


a. Gagal ginjal akut dibagi dua tingkatan :
1) Fase mula.
2) Fase maintenance.
 Fase Mula
Ditandai dengan penyempitan pembuluh darah ginjal dan
menurunnya aliran darah ginjal, terjadi hipoperfusi dan mengakibatkan
iskemi tubulus renalis. Mediator vasokonstriksi ginjal mungkin sama
dengan agen neurohormonal yang meregulasi aliran darah ginjal pada
keadaan normal yaitu sistem saraf simpatis, sistem renin - angiotensin ,
prostaglandin ginjal dan faktor faktor natriuretik atrial. Sebagai akibat
menurunnya aliran darah ginjal maka akan diikuti menurunnya filtrasi
glomerulus.
 Fase Maintenance
Pada fase ini terjadi obstruksi tubulus akibat pembengkaan sel
tubulus dan akumulasi dari debris. Sekali fasenya berlanjut maka fungsi
ginjal tidak akan kembali normal walaupun aliran darah kembali
normal.Vasokonstriksi ginjal aktif merupakan titik tangkap patogenesis
gagal ginjal dan keadaan ini cukup untuk mengganggu fungsi ekskresi
ginjal. Macam-macam mediator aliran darah ginjal tampaknya
berpengaruh. Menurunnya cardiac output dan hipovolemi merupakan

7
penyebab umum oliguri perioperative. Menurunnya urin mengaktivasi
sistem saraf simpatis dan sistem renin - angiotensin. Angiotensin
merupakan vasokonstriksi pembuluh darah ginjal dan menyebabkan
menurunnya aliran darah ginjal.

b. Gagal ginjal kronik


Pada gagal ginjal kronik , terjadi banyak nephron-nephron yang
rusak sehingga nephron yang ada tidak mampu memfungsikan ginjal
secara normal. Dalam keadaan normal, sepertiga jumlah nephron dapat
mengeliminasi sejumlah produk sisa dalam tubuh untuk mencegah
penumpukan di cairan tubuh. Tiap pengurangan nephron berikutnya,
bagaimanapun juga akan menyebabkan retensi produk sisa dan ion
kalium. Bila kerusakan nephron progresif maka gravitasi urin sekitar
1,008. Gagal ginjal kronik hampir selalu berhubungan dengan anemi
berat.
Pada gagal ginjal kronik filtrasi glomerulus rata-rata menurun dan
selanjutnya terjadi retensi air dan natrium yang sering berhubungan
dengan hipertensi. Hipertensi akan berlanjut bila salah satu bagian dari
ginjal mengalami iskemi. Jaringan ginjal yang iskemi mengeluarkan
sejumlah besar renin , yang selanjutnya membentuk angiotensin II, dan
seterusnya terjadi vasokonstriksi dan hipertensi.

8
9
2.4 Manifestasi Klinis
1. Gagal ginjal kronik
Menurut perjalanan klinisnya :
a) Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR
dapat menurun hingga 25% dari normal
b) Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria
dan nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin,
serum dan BUN sedikit meningkat diatas normal
c) Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) Atau Sindrom Uremik :
lemah, latergi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan
volume cairan (volume overload), neuropati perifer, pruritus,
uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma, yang
ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 mL permenit, kadar serum
kreatini dan BUN meningkat tajam, dan terjadi biokimia dan gejala
yang komplek.
Gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi renal,
payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit
(sodium, kalium, klorida).

2. Gagal ginjal akut


Perjalanan gagal ginjal akut biasanya dibagi menjadi 3 stadium :
oliguria, diuresis, dan pemulihan. Pembagian ini dipakai pada
penjelasan dibawah ini, tetapi harus diingat bahwa gagal ginjal akut
azotemia dapat saja terjadi saat keluaran urin lebih dari 400 mL per 2
jam
a) Stadium oliguria
Oliguria timbul dalam 24 sampai 48 jam sesudah trauma dan
disertai azotemia
b) Stadium diuresis
- Stadium GGA dimulai bila keluaran urin lebih dari 400 mL
perhari berlangsung 2-3 minggu

10
- Pengeluaran urin harian jarang melebihi 4 L, asalkan pasien
tidak mengalami hidrasi yang berlebih
- Tingginya kadar urea darah
- Kemungkinan menderita kekurangan urea, natrium dan air
- Selama stadium dini dieresis kada BUN mungkin meningkat
terus
c) Stadium penyembuhan
Stadium penyembuhan GGA berlansung sampai 1 tahun dan
selama itu anemia dan kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi
sedikit membaik

2.5 Penatalaksanaan
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit
penyerta, derajat penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan
fungsi ginjal, faktor resiko untuk penurunan fungsi ginjal, dan faktor resiko
untuk penyakit kardiovaskuler. Pengelolaan dapat meliputi :
1. Terapi penyakit ginjal
2. Pengobatan penyakit penyerta
3. Penghambat penurunan fungsi ginjal
4. Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskuler
5. Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
6. Terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi jika timbul
gejala dan tanda uremia

2.6 Masalah Yang Lazim Muncul Pada Gagal ginjal


(Nurarif, Amin Huda dkk, 2015) pada buku NANDA NIC NOC edisi
revisi jilid 2, masalah yang lazim muncul pada gagal ginjal adalah:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru,
penurunan curah jantung, penurunan perifer yang mengakibatkan
asidosis laktat.
2. Nyeri akut.

11
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran
urine, berlebih dan retensi cairan serta natrium.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, perubahan
membran mukosa mulut.
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kelemahan aliran darah keseluruh tubuh.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi,
produk sampah.
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritas, gangguan
metabolik sekunder.

2.7 Discharge Planning


1. Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40 g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan
gejala anoreksia dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan
ureum dan perbaikan gejala. Hindari masukan berlebihan dari kalium
dan garam.
2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena juga harus sedikit meningkat
dan terdapat edema betis ringan. Pada beberapa pasien, furosemid dosis
besar (250-1000 mg/hari) atau diuretic 100p (bumetanid, asam
etakrinat) diperlukan untuk mencegah kelebihan cairan, sementara
pasien lain mungkin memerlukan suplemen natrium klorida atau
natrium bikarbonat oral. Pengawasan dilakukan melalui berat badan,
urine, dan pencatatan keseimbangan cairan (masukan melebihi keluaran
sekitar 500 ml).
3. Kontrol hipertensi
Bila tidak terkontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal kiri
pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan

12
cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah, sering
diperlukan diuretik loop, selain obat anti hipertensi.
4. Kontrol ketidaksemibangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk
mencegah hiperkalemia, dihindari masukan kalium yang besar (batasi
hingga 60 mmol/hari), diuretik hemat kalium, obat-obatan yang
berhubungan dengan eksresi kalium (misalnya penghambat ACE dan
obat anti inflamasi non steroid), asidosis berat, atau kekurangan garam
yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis.
Deteksi melalui kadar kalium plasma dan EKG.
Gejala-gejala asidosis baru jelas bila bikarbonat plasma kurang dari 15
mmol/liter biasanya terjadi pada pasien yang sangat kekurangan garam
dan dapat diperbaiki secara spontan dengan dehidrasi. Namun
perbaikan yang cepat dapat berbahaya.
5. Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imuosupresif dan diterapi
lebih ketat.
6. Obat-obatan : anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena
metabolitnya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal. Misalnya digoksin,
aminoglikosid, analgesic opiat, amfoterisin dan alupurinol. Juga obat-
obatan yang meningkatkan katabolisme dan ureum darah, misalnya
tetrasiklin, kortikosteroid dan sitostatik.
7. Persiapan dialysis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. Indikasi
dilakukan dialysis biasanya adalah gagal ginjal dengan klinis yang jelas
meski telah dilakukan terapi konservatif atau terjadi komplikasi.
8. Transplantasi ginjal

13
2.8 Komplikasi Gagal Ginjal
a. Gagal Ginjal Akut
1) Edema Paru-Paru
Edema paru-paru terjadi akibat terjadinya penimbunan cairan
serosa atau serosanguinosa yang berlebihan di dalam ruang
interstisial dan alveolus paru-paru. Hal ini timbul karena ginjal
tidak dapat mensekresi urine dan garam dalam jumlah cukup.
Sering kali edema paru-paru menyebabkan kematian.
2) Hiperkalemia
Komplikasi kedua adalah hiperkalemia (kadar kalium darah yang
tinggi) yaitu suatu keadaan dimana konsentrasi kalium darah lebih
dari 5 mEq/l darah. Perlu diketahui konsentrasi kalium yang tinggi
justru berbahaya daripada kondisi sebaliknya ( konsentrasi kalium
rendah ). Konsentrasi kalium darah yang lebih tinggi dari 5,5
mEq/l dapat mempengaruhi system konduksi listrik jantung.
Apabila hal ini terus berlanjut, irama jantung menjadi tidak normal
dan jantungpun berhenti berdenyut.

b. Komplikasi Gagal Ginjal Kronis


Gagal ginjal kronis menyebabkan berbagai macam komplikasi .
Pertama, hiperkalemia, yang diakibatkan karena adanya penurunan
ekskresi asidosis metabolic. Kedua, perikardistis efusi pericardial dan
temponade jantung.Ketiga, hipertensi yang disebabkan oleh retensi
cairan dan natrium, serta mal fungsi system rennin angioaldosteron.
Keempat, anemia yang disebabkan oleh penurunan eritroprotein,
rentang usia sel darah merah, an pendarahan gastrointestinal akibat
iritasi. Kelima, penyakit tulang. Hal ini disebabkan retensi fosfat kadar
kalium serum yang rendah, metabolisme vitamin D, abnormal, dan
peningkatan kadar aluminium.

14
2.9 Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1) Biodata klien
 Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajaian, no.MR, diagnosa
medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan, agama,
alamat, dan lain-lain.
2) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan sebelumnya
 Berapa lama klien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi apa, bagaimana cara minum obatnya.
 Apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
3) Aktifitas / istirahat
 Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise.
 Gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen).
 Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
4) Sirkulasi
 Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri
dada (angina).
 Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting
pada kaki, telapak tangan.
 Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia,
yang jarang pada penyakit tahap akhir.
 Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.
 Kecenderungan perdarahan.
5) Integritas Ego
 Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan.
 Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.

15
6) Eliminasi
 Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal
tahap lanjut).
 Abdomen kembung, diare, atau konstipasi.
 Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat,
oliguria.
7) Makanan / cairan
 Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat
badan (malnutrisi).
 Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tak
sedap pada mulut ( pernapasan ammonia ).
 Penggunaan diuretik.
 Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir).
 Perubahan turgor kulit/kelembaban.
 Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah.
8) Neurosensori
 Sakit kepala, penglihatan kabur.
 Kram otot / kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar
pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya
ekstremiras bawah.
 Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, stupor. Kejang, fasikulasi otot,
aktivitas kejang.
 Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
9) Nyeri / kenyamanan
 Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki.
 Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah.
10) Pernapasan
 Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental
dan banyak.

16
 Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman. Batuk
dengan sputum encer (edema paru).
11) Keamanan
 Kulit gatal.
 Ada / berulangnya infeksi.
 Pruritis.
 Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual
terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh
lebih rendah dari normal.
 Ptekie, area ekimosis pada kulit.
 Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi.
12) Seksualitas
 Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
13) Interaksi social
 Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
14) Penyuluhan / Pembelajaran
 Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit
polikistik, nefritis heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi.
 Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
 Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang.

17
B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut Nurarif, Amin Huda dkk (2015) pada buku NANDA NIC
NOC edisi revisi jilid 2, diagnosa dan intervensi asuhan keperawatan
gagal ginjal sebagai berikut:
1. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah
jantung, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis
laktat
1. Gangguan pertukaran gas NOC NIC
Definisi : Kelebihan atau (NANDA NIC NOC jilid 2, (NANDA NIC NOC jilid
defisit pada oksigenasi dan 2015). 2, 2015).
atau eliminasi karbon  Respiratory Status : Gas  Airway Management
dioksida pada membran exchange - Buka jalan nafas,
alveolar-kapiler. (NANDA  Respiratory Status : gunakan teknik chin lift
NIC NOC jilid 2, 2015). Ventilation atau jaw thrust bila
Batasan karakteristik :  Vital Sign Status perlu
Ph darah arteri abnormal Kriteria Hasil : - Posisikan pasien untuk
Ph arteri abnormal  Mendemonstrasikan memaksimalkan
 Pernapasan abnormal (mis: peningkatan ventilasi ventilasi
kecepatan, irama, dan oksigenasi yang - Identifikasi pasien
kedalaman) adekuat perlunya pemasangan
 Warna kulit abnormal (mis:  Memelihara kebersihan alat jalan nafas buatan
pucat, kehitaman) paru-paru dan tanda- - Pasang mayo bila perlu
 Konfusi tanda distresspernafasan - Lakukan fisioterapi
 Sianosis (pada neonatus  Mendemonstrasikan dada jika perlu
saja) batuk efektif dan suara - Keluarkan sekret

 Penurunan karbondioksida nafas yang bersih, tidak dengan batuk atau

 Diaforesis ada sianosis dan dyspneu siction


(mampu mengeluarkan - Auskultasi suara nafas,
 Dispnea
sputum, mampu bernafas catat adanya suara
 Sakit kepala saat bangun
dengan mudah, tidak ada tambahan
 Hiperkapnia
pursed lips)

18
 Hipoksemia  Tanda-tanda vital dalam - Lakukan suction pada
 Hipoksia rentan normal mayo
 Iritabilitas - Berikan bronkodilator

 Napas cuping hidung bila perlu

 Gelisah - Berikan pelembab

 Samnolen udara
- Atur intake untuk
 Takikardi
cairan mengoptimalkan
 Gangguan penglihatan
keseimbangan
- Monitor respirasi dan
status O2
 Respiratory
Monitoring
- Monitor rata-rata,
kedalaman, irama, dan
usaha respirasi
- Catat pergerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
- Monitor suara nafas,
seperti dengkur
- Monitor pola napas:
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
- Catat lokasi trakhea

19
- Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
- Auskultasi suara nafas,
catac area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
- Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
nafas utama
- Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

2. Nyeri akut
2. Nyeri akut NOC NIC
Definisi : Pengalaman sensori (NANDA NIC NOC jilid 2, (NANDA NIC NOC jilid
dan emosional yang tidak 2015). 2, 2015).
menyenangkan yang muncul  Pain Level  Pain Managemen
akibat kerusakan jaringan yang  Pain control - Lakukan pengkajian
aktual atau potensial atau  Comfort level nyeri secara
digambarkan dalam hal Kriteria Hasil : komprehensif termasuk
kerusakan sedemikian rupa  Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
(International Association for nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi,
the study of pain) : awitan yang nyeri, mampu kualitas dan faktor
tiba-tiba atau lambat dari menggunakan teknik presipitasi
intensitas ringan hingga berat nonfarmakologi untuk - Observasi reaksi

20
dengan akhir yang dapat mengurangi nyeri, nonverbal dari
diantisipasi atau diprediksi dan mencari bantuan) ketidaknyamanan
berlangsung <6 bulan.  Melaporkan bahwa nyeri - Gunakan teknik
(NANDA NIC NOC jilid 2, berkurang dengan komunikasi terapeutik
2015). menggunakan untuk mengetahui
Batasan Karakteristik : managemen nyeri pengalaman nyeri
 Perubahan selera makan  Mampu mengenali nyeri pasien
 Perubahan tekanan darah (skala, intensitas, - Kaji kultur yang
 Perubahan frekuensi frekuensi dan tanda mempengaruhi respon
jantung nyeri) nyeri
 Perubahan frekuensi  Menyatakan rasa - Evaluasi pengalaman
pernapasan nyaman setelah nyeri nyeri masa lampau
 Laporan isyarat berkurang - Evaluasi bersama

 Diaforesis pasien dan tim

 Perilaku distraksi (mis: kesehatan lain tentang

berjalan mondar-mandir ketidakefektifan

mencari orang lain dan atau kontrol nyeri masa

aktivitas lain, aktivitas yang lampau

berulang) - Bantu pasien dan

 Mengekspresikan perilaku keluarga untuk

(mis: gelisah, merengek, mencaridan

menangis) menemukan dukungan

 Masker wajah (mis: mata - Kontrol lingkungan

kurang bercahaya, tampak yang dapat

kacau, gerakan mata mempengaruhi nyeri

berpencar atau tetap pada seperti suhu ruangan,

satu fokus meringis) pencahayaan, dan


kebisingan
 Sikap melindungi area nyeri
- Kurangi faktor
 Fokus menyempit (mis:
presipitasi nyeri
gangguan persepsi nyeri,

21
hambatan proses berfikir, - Pilih dan lakukan
penurunan interaksi dengan penanganan nyeri
orang dan lingkungan) (farmakologi, non
 Indikasi nyeri yang dapat farmakologi dan inter
diamati personal)
 Perubahan posisi untuk - Kaji tipe dan sumber
menghindari nyeri nyeri untuk
 Sikap tubuh melindungi menentukan intervensi
 Dilatasi pupil - Ajarkan tentang tehnik
 Melaporkan nyeri secara non farmakologi
verbal - Berikan analgetik

 Gangguan tidur untuk mengurangi


nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
- Monitor penerimaan
pasien tentang
managemen nyeri
 Analgesik
Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
- Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,

22
dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberiaan lebih dari
Satu
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala

23
3. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin, diet
berlebih dan retensi cairan serta natrium
3. Kelebihan volume cairan NOC NIC
Definisi : Peningkatan retensi (NANDA NIC NOC jilid 2, (NANDA NIC NOC jilid
cairan isotonik. (NANDA NIC 2015). 2, 2015).
NOC jilid 2, 2015).  Electrolit and acid base  Fluid management
Batasan karakteristik : balance  Timbang popok /
 Bunyi nafas adventisius  Fluid balance pembalut jika
 Gangguan elektrolit  Hydration diperlukan
 Anasarka Kriteria hasil :  Pertahankan catatan
 Ansietas  Terbebas dari edema, intake dan output yang
 Azotemia efusi, anaskara akurat
 Perubahan tekanan darah  Bunyi nafas bersih, tidak  Pasang urin kateter jika
ada dyspneu / ortopneu
 Perubahan status mental diperlukan
 Terbebas dari distensi  Monitor hasil Hb yang
 Perubahan pola pernafasan
vena jugularis, reflek
 Penurunan hematrokrit sesuai dengan retensi
hepatojugular (+) cairan (BUN, Hmt,
 Penurunan hemoglobin
 Memelihara tekanan osmolalitas urin)
 Dispnea
vena sentral,tekanan  Monitor status
 Edema
kapiler paru, output hemodinamik termasuk
 Peningkatan tekanan vena
jantung dan vital sign CVP, MAP, PAP, dan
sentral
dalam batas normal PCWP
 Asupan melebihi haluaran
 Terbebas dari kelelahan,  Monitor vital sign
 Distensi vena jugularis
kecemasan atau
 Monitor indikasi
 Oligura
kebingungan
retensi / kelebihan
 Ortopnea  Menjelaskan indikator
cairan (Cracles, CVP,
 Efusi pleura kelebihan cairan
edema, distensi vena
 Refleksi hepatogular positif
leher, asites)
 Perubahan tekanan arteri
 Kaji lokasi dan luas
pulmunal
edema
 Kongesti pulmunal

24
 Gelisah  Monitor masukan
 Perubahan berat jenis urin makanan / cairan dan
 Bunyi jantung S3 hitung intake kalori
 Penambahan berat badan  Monitor status nutrisi
dalam waktu sangat singkat  Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai interuksi
 Batasi masukan cairan
pada keadaan
hiponatrermi dilusi
dengan serum Na < 130
mEq/L
 Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk
 Fluid monitoring
 Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminasi
 Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari
ketidak seimbangan
cairan (hipertermia,
terapi diuretik, kelainan
renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi
hati, dll)
 Monitor berat badan
 Monitor serum dan
elektrolit urine
 Monitor serum dan

25
osmilalitas urine
 Monitor BP, HR, dan
RR
 Monitor tekanan darah
orthostatik dan
perubahan irama
jantung
 Monitor parameter
hemodinamik infasif
 Catat secara akurat
intake dan output
 Monitor adanya
distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan
penambahan BB
 Monitor tanda dan
gejala dari odema

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan
membrane mukosa mulut.
4. Ketidakseimbangan NOC NIC
Nutrisi kurang dari (NANDA NIC NOC jilid 2, (NANDA NIC NOC jilid 2,
kebutuhan tubuh 2015). 2015).
Definisi : Asupan nutrisi tidak  Nutritional Status  Nutrition management
cukup untuk memenuhi  Nutritional Status : food  Kaji adanya alergi
kebutuhan metabolik. and fluid makanan
(NANDA NIC NOC jilid 2,  Intake  Kolaborasi dengan ahli
2015).  Nutritional Status : gizi untuk menentukan

26
Batasan karakteristik : nutrient intake jumlah kalori dan nutrisi
 Kram abdomen  Weight control yang dibutuhkan pasien
 Nyeri abdomen Kriteria hasil :  Anjurkan pasien untuk
 Menghindari makanan  Adanya peningkatan meningkatkan intake Fe
 Berat badan 20% atau lebih berat badan sesuai  Anjurkan pasien untuk
dibawah berat badan ideal dengan tujuan meningkatkan protein dan
 Kerapuhan kapiler  Berat badan ideal sesuai vitaminC

 Diare dengan tinggi badan  Berikan substansi gula


 Mampu mengidentifikasi  Yakinkan
 Kehilangan rambut diet yang
kebutuhan nutrisi dimakan mengandung
berlebihan
 Tidak ada tanda-tanda
 Bising usus hiperaktif tinggi serat untuk
malnutrisi mencegah konstipasi
 Kurang makanan
 Menunjukkan  Berikan makanan yang
 Kurang informasi
peningkatan fungsi terpilih (sudah
 Kurang minat pada
pengecapan dari menelan dikonsultasikan dengan
makanan
 Tidak terjadi penurunan ahli gizi)
 Penurunan berat badan
berat badan yang berarti  Ajarkan pasien
dengan asupan makanan
adekuat bagaimana membuat
catatan makanan harian
 Kesalahan konsepsi
 Monitor jumlah nutrisi
 Kesalahan informasi
dan kandungan kalori
 Mambran mukosa pucat
 Berikan informasi tentang
 Ketidakmampuan memakan
kebutuhan nutrisi
makanan
 Kaji kemampuan pasien
 Tonus otot menurun
untuk mendapatkan
 Mengeluh gangguan sensasi
nutrisi yang dibutuhkan
rasa
 Nutrition monitoring
 Mengeluh asupan makanan
 Berat badan dalam batas
kurang dari RDA
normal
(recommended daily
 Monitor adanya
allowance)

27
 Cepat kenyang setelah penurunan berat badan
makan  Monitor tipe dan jumlah
 Sariawan rongga mulut aktivitas yang biasa
 Steatorea dilakukan
 Kelemahan otot pengunyah  Monitor interaksi anak
 Kelemahan otot untuk atau orang tua selama
menelan makan
 Monitor lingkungan
selama makan
 Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan
 Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nutrisi

28
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas
oral
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kelemahan aliran


darah keseluruh tubuh
5. Ketidakefektifan perfusi NOC NIC
jaringan perifer (NANDA NIC NOC jilid 2, (NANDA NIC NOC jilid 2,
Definisi : Penurunan sirkulasi 2015). 2015).
darah ke perifer yang dapat Kriteria hasil :  Manajemen sensasi
mengganggu kesehatan.  Mendemonstrasikan perifer
(NANDA NIC NOC jilid 2, status sirkulasi yang  Monitor adanya daerah
2015). ditandai dengan : tertentu yang hanya peka
Batasan karakteristik : - Tekanan sistolik dan terhadap panas / dingin /
 Tidak ada nadi distolik dalam rentang tajam / tumpul
 Perubahan fungsi motoric yang diharapkan  Monitor adanya paretese
 Perubahan karakteristik - Tidak ada ortostatik  Instruksikan keluarga
kulit (warna, elastisitas, hipertensi untuk mengobservasi kulit
rambut, kelembapan, kuku, - Tidak ada tanda-tanda jika ada isi atau laserasi
sensasi, dan suhu) peningkatan tekanan  Gunakan sarung tangan

 Indek ankle-brakhial < 0,90 intracranial (tidak untuk proteksi


 Perubahan tekanan darah lebih dari 15 mmHg)  Batasi gerakan pada
diekstremitas  Mendemonstrasikan kepala, leher, dan
 Waktu pengisian kapiler > 3 kemampuan kognitif punggung
detik yang ditandai dengan :  Monitor kemampuan BAB
- Berkomunikasi
 Klaudikasi  Kolaborasi pemberian

29
 Warna tidak kembali ke dengan jelas dan analgetik
tungkai saat tungkai sesuai dengan  Monitor adanya
diturunkan kemampuan tromboplebitis
 Kelambatan penyembuhan - Menunjukkan  Diskusikan mengenai
luka perifer perhatian, konsentrasi penyebab perubahan
 Penurunan nadi dan orientasi sensasi
 Edema - Memproses informasi

 Nyeri ekstremitas - Membuat keputusan

 Bruit femoral dengan benar

 Pemendekan jarak total  Menunjukkan fungsi

yang ditempuh dalam uji sensori motori cranial

berjalan enam-menit yang utuh : tingkat


kesadaran membaik,
 Pemendekan jarak bebas
tidak ada gerakan -
nyeri yang ditempuh dalam
gerakan involunter
uji berjalan enam-menit
 Perestesia
 Warna kulit pucat saat
elevasi

6. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk


sampah
6. Intoleransi aktivitas NOC NIC
Definisi: Ketidakcukupan (NANDA NIC NOC jilid 2, (NANDA NIC NOC jilid 2,
energy psikologis atau 2015). 2015).
fisiologis untuk melanjutkan  Energy conservation  Activity therapy
atau menyelesaikan aktivitas  Activity tolerance  Kolaborasikan dengan
kehidupan sehari-hari yang  Self care tenaga rehabilitas medic
harus atau yang ingin Kriteria hasil : dalam merencanakan
dilakukan. (NANDA NIC NOC  Berpartisipasi dalam program terapi yang tepat

30
jilid 2, 2015). aktivitas fisik tanpa  Bantu klien untuk
Batasan karakteristik : disertai peningkatan mengidentifikasi aktivitas
 Respon tekanan darah tekanan darah, nadi, dan yang mampu dilakukan
abnormal terhadap aktivitas RR  Bantu untuk memilih
 Respon frekuensi jantung  Mampu melakukan aktivitas konsisten yang
abnormal terhadap aktivitas aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan
 Perubahan EKG yang (ADLs) secara mandiri fisik, psikologi, dan social
mencerminkan aritmia  TTV normal  Bantu untuk
 Perubahan EKG yang  Energi psikomotor mengidentifikasi dan
mencerminkan iskemia  Level kelemahan mendapatkan sumber yang
 Ketidaknyamanan setelah  Mampu berpindah diperlukan untuk aktivitas
beraktivitas dengan atau tanpa yang diinginkan
 Dyspnea setelah bantuan alat  Bantu untuk mendapatkan
beraktivitas  Status kardiopulmonari alat bantuan aktivitas
adekuat
 Menyatakan merasa letih seperti kursi roda, krek
 Sirkulasi status baik  Bantu
 Menyataka merasa lemah untuk
 Status respirasi : mengidentifikasikan
pertukaran gas dan aktivitas yang disukai
ventilasi adekuat  Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan di
waktu luang
 Bantu pasien / keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi

31
diri dan penguatan
 Monitor respon fisik,
emosi, social, dan spiritual

7. Kerusakan integritas kulit b.d pruritas, gangguan status


metabolik sekunder.
7. Kerusakan integritas kulit NOC NIC
Definisi : Perubahan atau (NANDA NIC NOC jilid 2, (NANDA NIC NOC jilid 2,
gangguan epidermis / dermis. 2015). 2015).
(NANDA NIC NOC jilid 2,  Tissue Integrity : skin  Pressure management
2015). and mucous  Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik :  Membranes menggunakan pakaian
 Kerusakan lapisan kulit  Hemodyalis akses longgar
(dermis) Kriteria hasil :  Hindari kerutan pada
 Gangguan permukaan kulit - Integritas kulit yang baik tempat tidur
(epidermis) bisa dipertahankan  Jaga kebersihan kulit agar
 Invasi struktur tubuh (sensasi, elasitisitas, tetap bersih dan kering
temperature, hidrasi,  Mobilisasi pasien (ubah
pigmentasi) tidak ada posisi pasien) setiap dua
luka atau lesi pada kulit jam sekali
- Perfusi jaringan baik  Monitor kulit akan adanya
- Menunjukkan kemerahan
pemahaman dalam  Oleskan lotion atau
proses perbaikan kulit minyak pada daerah yang
dan mencegah terjadinya
tertekan
sedera berulang
 Monitor aktivitas dan
- Mampu melindungi kulit
mobilisasi pasien
dan mempertahankan
 Monitor status nutrisi
kelembaban kulit dan
pasien
perawatan alami
 Memandikan pasien

32
dengan sabun dan air
hangat
 Insision site care
 Membersihkan,
memantau, dan
meningkatkan proses
penyembuhan pada luka
yang ditutup dengan
jahitan, klip, atau strapless
 Monitor proses
kesembuhan area insisi
 Monitor tanda dan gejala
infeksi pada area insisi
 Bersihkan area sekitar
jahitan atau strapless,
menggunakan lidi kapas
steril
 Gunakan preparat
antiseptic sesuai program
 Ganti balutan pada
interval waktu yang sesuai
atau biarkan luka tetap
terbuka (tidak dibalut)
sesuai program
• Dialysis acces
maintenance

33
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk
menyaring dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan
menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium,
dan kalium) dalam darah.
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat
menjalankan fungsinya secara normal. Gagal ginjal dibagi menjadi dua
bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute renal failure = ARF) dan gagal
ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal ginjal akut terjadi
penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau
beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal
(ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang
meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal
terjadi secara perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat
berlangsung terus selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal
tidak dapat berfungsi sama sekali (end stage renal disease).

3.2 Saran
Sebagai tindakan pencegahan sebaiknya kita banyak melakukan
olahraga, menjaga asupan nutrisi yang adekuat serta istirahat yang teratur.
Semoga dengan pembelajaran ini kita sebagai mahasiswa keperawatan, akan
lebih mudah mengetahui penyakit gagal ginjal. Bagaimana gejala hingga
komplikasinya sehingga kita mampu memberikan asuhan keperawatan yang
tepat untuk pasien penderita gagal ginjal.

34
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, Fransisca B dan Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien


dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda dan Hardikusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc Edisi Revisi Jilid 2.
Yogyakarta : Medication Jogja.

Asri, Siti Zakiah. 2011. Makalah Gagal Ginjal. Diakses dari


http://sitizakiahasri.blogspot.com/2011/09/makalah-gagal-ginjal.html pada 21
September 2018

Islamiati, Waode Ayu. 2013. Makalah Gagal Ginjal. diakses dari


http://waodeayuislamiati.blogspot.com/2013/06/makalah-gagal-ginjal.html pada
24 September 2018

iii
iv

Anda mungkin juga menyukai