Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ACUTE RENAL FAILURE

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Peminatan 1

Disusun Oleh:
Nama : Ayu Wulandari
NIM : A11701532

Kelas : 3A / S1 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Peran dan Fungsi Perawat Dalam Melakukan Asuhan Keperawatan”
tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa terselesainya Makalah“MAKALAH ACUTE RENAL


FAILURE” ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telahmembantu penyusunan
makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan,


kelemahan, serta kesalahan, karena keterbatasan pengetahuan serta pola berpikir
penulis. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca selalu
penulis harapkan demi menyempurnakan penyusunan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis
khususnya dan pembaca umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Gombong, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................... 3
1.3 RumusanMasalah.................................................................................. 3
1.4 Manfaat................................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi ARF........................................................................................ 5


2.2 Etiologi ARF......................................................................................... 5
2.3 Tanda dan Gejala ARF......................................................................... 7
2.4 Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik ARF............................................... 8
2.5 Pemeriksaan Penunjang........................................................................13
2.6 Pathway ARF........................................................................................15
2.7 Penatalaksanaan....................................................................................16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................... 18
3.2 Saran..................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Gagal ginjal akut (GGA) merupakan suatu sindrom klinis yang di tandai dengan
fungsi ginjal yang menurun secara cepat (biasannya dalam beberapa hari) yang
menyebabkan azotemia yang berkembang cepat. Laju filtrasi glomerolus yang
menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak
0,5% mg/dl/hari dan at kadar nitrogen urea darah sebanyak 10% mg/dl/hari
dalam beberapa hari. ARF (Acute Renal Failure) biasanya disertai oleh oliguria
(keluaran urine <400 ml/hari ) (Wilson, 2012).

Prevelensi menurut (WHO) memperkirakan bahwa prevalansi gagal ginjal akut


lebih dari 356. Angka kejadian 1 tahun pada tahun 2010-2011 di wilayah
Indonesia, orang yang mengalami GGA (Gagal Ginjal Akut), mortalitas lebih
tinggi pada pasien lanjut usia dan pasien dengan kegagalan multi organ. Di
Indonesia kebanyakan pasien yang melewati episode GGA (Gagal Ginjal Akut)
dapat sembuh dengan fungsi ginjal semula dan dapat melanjutkan hidup seperti
biasanya. Namun 50% kasus memiliki gangguan fungsi ginjal sublinis atau dapat
di temukan bekas luka residual pada biopsy ginjal. Sekitar 50% pasien tidak
pernah kembali fungsi ginjalnya dan membutuhkan fungsi ginjal jangka panjang
dengan dialysis atau transplantasi. Sebagai tambahan 5% kasus mengalami
penurunan GFR (Glomerulus Filtrasion Rate) progresif, setelah melalui fase
awal penyembuhan kemungkinan ARF bat stress hemodynamic dan scleroris
glomerulus yang tersisa. (Elfridia, 2011).

Penderita gagal ginjal di Indonesia yaitu sekitar 104 ribu orang. Setelah suatu
trauma, atau yang lebih jarang, adanya embolisasi Kristal kolestrol pada

1
pembuluh darah ginjal. Penyebab Gagal Ginjal akut di bedakan menjadi gagal
ginjal pre-renal, gagal ginjal renal, dan gagal ginjal post renal, gagal ginjal pre-
renal merupakan hipoperfusi ginjal, hipoperfusi dapat menyebabkan oleh
hipovolemia atau menurunya volume sirkulasi yang efektif. Pada gagal ginjal pre
renal intregritas jaringan ginjal masih terpelihara sehingga prognosis dapat lebih
baik apabila factor penyebab dapat di koreksi. Apabila upaya perbaikan
hipoperfusi ginjal tidak berhasil maka akan timbul GGA renal berupa nekrosis
tubular akut karena iskemia.

Gagal Ginjal Renal yang di sebabkan oleh kelainan vascular seperti vaskulitis,
hipertensi maligna, glomerulus nefritis akut, nefritis internal akut akan di
bicarakan tersendiri pada bab lain. Nekrosis tubular akut dapat di sebabkan oleh
berbagai sebab seperti penyakit ttropik, gigitan ular, trauma (crushing injury/
bencana alam, peperangan), toksik lingkungan, dan zat-zat nefro toksik. Gagal
Ginjal Post-renal merupakan 10% dari keseluruhan dari gagal ginjal akut. Gagal
Ginjal Akut post renal di sebabkan oleh obtruksi intra renal dan extra renal.
Obtruksi Intra Renal terjadi karena deposisi Kristal (urat, able i, able ic i,)
danprotin (mioglobin, hemoglobin). Obtruksi externa renal dapat terjadi pada
pelvis-ureter oleh obtruksi intrinsic (tumor, batu, nekrosis papilla) dan exstensik
(keganasan pada pelvis dan hipertrofi/keganasan prostat)
sertapadakandungkemih (batu, tumor, hipertrofi/keganasan prostat) dan uretra
(stritura). Gagal ginjal akut post renal terjadi bila obtruksi akut terjadi pada
uretra, buli-buli dan ureter bilateral, atau obtruksi pada ureter unilateral di mana
ginjal satunya tidak berfungsi.

Dampak pada pasien yang menderita gagal ginjal akut jadi lebih jelas dan
muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah
hilang 80% - 90%.Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. Munculnya masalah
yang sangat kompleks, peranperawat di perlukan guna membantu menyelesaikan

2
masalah di hadapi klien, dengancarapromotif, preventif, kuratifdan rehabilitasi.
Promotif yaitu penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit Gagal ginjal
akut, bagai mana pentingnya mempertahankan cairan tubuh.

Upaya untuk mengurangi gagal ginjal akut dalam penanganan masalah


tergantung pada kerja sama yang baik anatara perawat, pasien, dan keluarga.
Maka perawatan pada penderita yang dapat di berikan secara komperehensif
yaitu membatasi aktifitas selain itu tindakan yang lain dapat pengaturan pola
makan, mempertahankan cairan tubuh,dengan menerapkan pola kehidupan yang
sehat, teratur dan seimbang mulai dari asuhan pola makan, gaya hidup, dan
kebiasaan.

1.2 RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan ARF?
2. Apa etiologi terjadinya ARF?
3. Bagaimana tanda dan gejala ARF?
4. Bagaimana anamnesa dan pemeriksaan fisik pada ARF?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang?
6. Bagaimana Pathway ARF?
7. Bagaimana penatalaksanaan ARF?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan ARF
2. Menjelaskan apa saja etiologi terjadinya ARF
3. Menjelaskan tanda dan gejala ARF
4. Menjelaskan anamnesa dan pemeriksaan fisik pada ARF
5. Menjelaskan apa saja pemeriksaan penunjang
6. Menjelaskan Pathway ARF
7. Menjelaskan penatalaksanaan ARF

3
1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi penulis


Meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
gagal ginjal akut, sehingga dapat di jadikan bahan pertimbangan dalam
pemberian pendidikan kesehatan
1.4.2 BagiIntansiPelayananKesehatan
Sebagai bahan masukan dalam upaya mengembangkan ilmu keperawatan dan
sebagai suatu pendek pelayanan pada setiap tindakan yang akan di laksanakan
pada klien gagal ginjal akut
1.4.3 BagiPengembanganIlmu
Dapat digunakan sebagai bahan acuan, gambaran atau masukan untuk
penelitian selanjutnya, sehingga kekurangan dari peneliti sebelumnya tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal akut dapat di perbaiki

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ARF

Gagal ginjal akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal
dalam membersihkan darah dari bahan bahan racun, yang menyebabkan
penimbunan limbah metabolic didalam darah (misalnya urea). Gagal ginjal
akut merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal secara mendadak dengan akibat terjadinya peningkatan hasil
metabolik. (Ayu,2010).

Gagal ginjal akut merupakan suatu keadaan dimana ginjal mengalami


gangguan dalam melaksanakan fungsi-fungsi vital (Bonez,2011).

Gagal ginjal akut adalah suatu keadaan penurunan fungsi ginjal secara
mendadak akibat kegagalan sirkulasi renal, serta gangguan fungsi tubulus
dan glomerulus dengan manifestasi penurunan produksi urine dan terjadi
azotemia (peningkatan kadar nitrogen darah, peningkatan kreatiniin serum,
dan retensi produk metabolic yang harus diekresikan oleh ginjal). (NANDA
Internasional. 2012).

2.2 Etiologi ARF

Menurut Robert Sinto, Ginova Nainggolan (2010) etiologi gagal ginjal akut
dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan able ic is ARF, yakni (1)
penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal tanpa menyebabkan
gangguan pada parenkim ginjal (ARF prarenal,~55%); (2) penyakitt yang secara
langsung menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal (ARF renal/ able ic
,~40%); (3) penyakit yang terkait dengan obstruksi saluran kemih (ARF

5
pascarenal,~5%). Angka kejadian penyebab ARF sangat
tergantung dari tempat terjadinya ARF.

I. ARF Prarenal
- Hipovolemia
- Kehilangan cairan pada ruang ketiga, ekstravaskular
Kerusakan jaringan (pankreatitis), hipoalbuminemia, obstruksi
usus
- Kehilangan darah
- Kehilangan cairan ke luar tubuh
Melalui saluran cerna (muntah, diare, drainase), melalui saluran
kemih (diuretik, hipoadrenal, diuresis osmotik), melalui kulit
(luka bakar)
II. Penurunan curah jantung
- Penyebab miokard: infark, kardiomiopati
- Penyebab perikard: tamponade
- Penyebab vaskular pulmonal: emboli pulmonal
- Aritmia
- Penyebab katup jantung
III. Perubahan rasio resistensi vaskular ginjal sistemik
- Penurunan resistensi vaskular perifer
Sepsis, sindrom hepatorenal, obat dalam dosis berlebihan
(contoh: barbiturat), vasodilator (nitrat, antihipertensi)
- Vasokonstriksi ginjal
Hiperkalsemia, norepinefrin, epinefrin, siklosporin, takrolimus,
amphotericin B
- Hipoperfusi ginjal lokal
Stenosis a.renalis, hipertensi maligna

6
IV. Hipoperfusi ginjal dengan gangguan autoregulasi ginjal
- Kegagalan penurunan resistensi arteriol aferen
Perubahan struktural (usia lanjut, aterosklerosis, hipertensi
kronik, PGK (penyakit ginjal kronik), hipertensi maligna),
penurunan prostaglandin (penggunaan OAINS, COX-2 inhibi
tor), vasokonstriksi arteriol aferen (sepsis, hiperkalsemia,
sindrom hepatorenal, siklosporin, takrolimus, radiokontras)
- Kegagalan peningkatan resistensi arteriol eferen
- Penggunaan penyekat ACE, ARB
- Stenosis a. Renalis
V. Sindrom hiperviskositas
- Mieloma multipel, makroglobulinemia, polisitemia

2.3 Grade Kerusakan Ginjal

Perjalanan klinis gagal ginjal akut dibagi menjadi tiga stadium, yaitu sebagai
berikut:
1. Stadium Oliguria
Stadium oliguria biasanya timbul dalam waktu 24 sampai 48 jam sesudah
terjadinya trauma pada ginjal. Produksi urin normal adalah 1-2
liter/24jam. Pada fase ini pertama-tama terjadi penurunan produksi urin
sampai kurang dari 400cc/24 jam. Tidak jarang produksi urin sampai
kurang dari 100cc/24 jam, keadaan ini disebut dengan anuria. Pada fase ini
penderita mulai memperlihatkan keluhan-keluhan yang diakibatkan oleh
penumpukan air dan metabolit-metabolit yang seharusnya diekskresikan
oleh tubuh, seperti mual, muntah, lemah, sakit kepala, kejang dan lain
sebagainya. Perubahan pada urin menjadi semakin kompleks, yaitu
penurunan kadar urea dan kreatinin. Di dalam plasma terjadi perubahan
biokimiawi berupa peningkatan konsentrasi serum urea, kreatinin,
elektrolit (terutama K dan Na).

7
2. Stadium Diuresis
Stadium able ic dimulai bila pengeluran urine meningkat sampai lebih
dari 400 ml/hari, kadang-kadang dapat mencapai 4 liter/24 jam. Stadium
ini berlangsung 2 sampai 3 minggu. Volume kemih yang tinggi pada
stadium ini diakibatkan karena tingginya konsentrasi serum urea, dan juga
disebabkan karena masih belum pulihnya kemampuan tubulus yang
sedang dalam masa penyembuhan untuk mempertahankan garam dan air
yang difiltrasi. Selama stadium dini diuresi, kadar urea darah dapat terus
meningkat, terutama karena bersihan urea tak dapat mengimbangi
produksi urea endogen. Tetapi dengan berlanjutnya di uresis, azotemia
sedikit demi sedikit menghilang, dan pasien mengalami kemajuan klinis
yang benar.
3. Stadium Penyembuhan
Stadium penyembuhan GGA berlangsung sampai satu tahun, dan selama
masa itu, produksi urin perlahan–lahan kembali normal dan fungsi ginjal
membaik secara bertahap, anemia dan kemampuan pemekatan ginjal
sedikit demi sedikit membaik, tetapi pada beberapa pasien tetap mende
rita penurunan glomerular filtration rate (GFR) yang permanen.

2.4 Tanda dan gejala

Adapun manifestasi klinik dari penyakit gagal ginjal akut, yaitu sebagai
berikut:

a. Penderita tampak sangat menderita dan letargi disertai mual, muntah,


diare, pucat (anemia), dan hipertensi
b. Nokturia (buang air kecil di malam hari)
c. Pembengkakan tungkai, kaki atau pergelangan kaki. Pembengkakan
yang menyeluruh (karena terjadi penimbunan cairan)

8
d. Berkurangnya rasa, terutama di tangan atau kaki
e. Tremor tangan
f. Kulit dari able ic mukosa kering akibat dehidrasi
g. Nafas mungkin berbau urin (foto uremik), dan kadang-kadang dapat
dijumpai adanya pneumonia uremik.
h. Manisfestasi able saraf (lemah, sakit kepala, kedutan otot, dan
kejang
i. Perubahan pengeluaran produksi urine (sedikit, dapat mengandung
darah, berat jenis sedikit rendah, yaitu 1.010 gr/ml)
j. Peningkatan konsentrasi serum urea (tetap), kadar kreatinin, dan laju
endap darah (LED) tergantung katabolisme (pemecahan protein),
perfusi renal, serta asupan protein, serum kreatinin meningkat pada
kerusakan glomerulus.
k. Pada kasus yang able terlambat gejala komplikasi GGA ditemukan
lebih menonjol yaitu gejala kelebi hancairan berupa gagal jantung
kongestif, edema paru, perdarahan gastrointestinal berupa
hematemesis, kejang-kejang dan kesadaran menurun sampai koma.
l.
2.5 Anamnesa dan pemeriksaan fisik
Menurut Indatul Nadhiroh (2019) anamnesa dan pemeriksaan fisik untuk gagal
ginjal akut adalah sebagai berikut :

Pengkajian

1. Biodata
a. Inisial :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin :
d. Suku/Bangsa :

9
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien dengan diagnose gagal ginjal akut sering terasa sesak,
mual, muntah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien mengeluh badan terasa lemah, kencing terasa sesak, mual
dan muntah dan penambahan BB, nyeri tekan pada abdomen, anoreksia
dan lemah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Menanyakan pasien apakah pernah merasakan penyakit gagal ginjal akut
sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Menanyakan kepada keluarga apakah keluarga pasien pernah mengalami
penyakit yang sama dengan penyakit yang dialami pasien
3. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Biasanya pasien tidak mampu makan karena pasien mual dan
muntah pasien hanya mampu menghabiskan 3 sendok makan dari porsi
yang disediakan dan pasien minum 2 gelas / hari.
b. Pola Istirahat
Biasanya pasien tidak dapat tidur dengan tenang dan hanya tidur 4-5
jam/hari.
c. Pola Eliminasi
Biasanya BAB 2 hari satu kali dengan konsistensi padat dan untuk BAK
dengan urine warna kuning pekat agak kental.
d. Pola Aktifitas
Biasanya aktivitas pasien dibantu keluarga karena pasien lemah
e. Personal Hygine

10
Biasanya personal hygene pasien dibantu keluarga karena k/u pasien
lemah.
4. Riwayat Psikologis
Menanyakan pada pasien apakah ia merasa cemas dan berharap cepat
sembuh.
5. Riwayat Sosial
Biasanya pasien GGA dapat berinteraksi dengan keluarga dan keluarga
pasien lainnya.
6. Riwayat Spiritual
Menanyakan pada pasien apakah pasien berdoa untuk kesembuhan
penyakitnya dan mau berobat kerumah sakit Peristaltik usus terdengar
sedikit lemah
7. Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala
1. Kesimetrisan
2 Edema periorbital
3.Bentuk kepala: makrosefali, anecapali , encefalokel
4. Caput succeodenum
5 Cephalhematom
6. Distribusi rambut dan warna
b. Mata
1. Kesimetrisan
2. Apakah ada kelainan atau infeksi
3. Apakah terdapat secret
4. Refleks Cahaya
5. Kemampuan akomodasi cahaya
c. Hidung
1. Kesimetrisan
2.Perhatikan jembatan hidung ( tidak ada Down Sindrom)

11
3. Cuping hidung masih keras
4. Passase udara ( gunakan Kapas )
d. Mulut
1. Kesimetrisan
2. Adanya labioschisi
3.Perhatikan adanya ovula apakah simetris , ovula naik bila bayi menangis
4. Pengeluaran Saliva
5. Pertumbuhan Gigi ( apakah sejak lahir)
e. Telinga
1. Inspeksi struktur telinga luar
2. Bentuk : simetris atas bawah/tidak
3. Cairan : ada cairan yang keluar dari telinga/tidak
f. Leher
1. Lipatan pada leher ( garis ) Ada pembengkakan/tidak
2. Benjolan ada/tidak
g. Dada
1. Bentuk :simetris/tidak ( Barel chest : anterior posterior, dan transversal)
2. I : timbul/tidak
3. Bunyi nafas : teratur/tidak
4. TARFkardi, edema pulmonal, terdengar suara nafas tambahan.
5. Bunyi jantung : normal/tidak, lemah/kuat
h. Adomen
1. Terdapat distensi abdomen
2. Inspeksi ukuran abdomen dan palpasi kontur abdomen : bulat menonjol ,
berbentuk seperti kubah karena otot-otot abdomen belum berkembang
sempurna
3. Hepar dapat teraba 2 – 3 cm dibawah arcus costae.
4. Auskultasi bisisng usus : terdengar satu sampai dua jam setelah lahir.
i. Ekstremitas

12
1.Jumlah Jari >5 ( polidaktili ), jari bersatu (sidaktili))
2. Ujung jari halus
3. Kuku Clubing finger <180 derajat (gangguan pernapasan )
4. Telapak kaki able datar
5. Kelengkapan organ
j. Genitalia
Laki-laki
1. Penis : ada/tidak
2. Prepotium : menutupi glans Penis
3. Testis : simetris/tidak, sudah turun masuk serotum/tidak
Perempuan
1. Vagina : berlobang/tidak
2. Terdapat labia mayor dan minor/tidak
3. Perhatikan Adanya Klitoris

2.6 pemeriksaan penunjang

Menurut (Tambayong, jan 2013) pemeriksaan penunjang untuk gagal ginjal akut
adalah sebagain berikut :

1. Kreatinin dan BUN serum keduanya tinggi karena beratnya gagal


ginjal.

2. Klirens kreatinin menunjukkan penyakti ginjal tahap akhir bila


berkurang s/d 90%.

3. Elektrolik serum menunjukkan peningkatan kalium, fasfor, kalsium,


magnesium dan produk fasfor- kalsium dengan natrium serum rendah.

4. Gas darah arter (GDA) menunjukkan asidosis metabolic (nilai PH,


kaderbikarbonat dan kelebihan basa dibawah rentang normal).

5. HB dan hematokrit dibawah rentang normal.

13
6. Jumlah sel darah merah dibawah rentang normal.

7. Kadar alkalin fosfat mungkin tinggi bila metabolism tulang dipengaruhi


(Engran Balbarra).

14
2.7 Pathway Gagal Ginjal Akut

Pre Renal Renal Pascarenal

Gagal Ginjal Akut

Penurunan produksi
urin dan aoitemia

Retensi cairan dan Ekskresi kalium Peningkatan


PH menurun menurun metabolism pada GE

Edema paru dan Ketidakseimbangan Nafas bau amoniak


asidosis metabolik elektrolit

Hiperkalemia Anoreksia/mual
KELEBIHAN KETIDAKEFEK
VOLUME TIFAN POLA
CAIRAN NAFAS
Gangguan konduksi INTAKE NUTRISI
jantung KURANG DARI
KEBUTUHAN
Kerusakan inpuls TUBUH
saraf Resti aritmia

RESIKO TINGGI
KEJANG

Gambar pohon masalah gagal ginjal akut (Tambayong,2013)

15
2.8 Penatalaksanaan ARF

Pada dasarnya tata laksana ARF sangat ditentukan oleh penyebab ARF dan pada
tahap apa ARF ditemukan. Jika ditemukan pada tahap prarenal dan inisiasi
( able ic RIFLE R dan I), upaya yang dapat dilakukan adalah tata laksana
optimal penyARFt dasar untuk mencegah pasien jatuh pada tahap ARF
berikutnya. Upaya ini meliputi rehidrasi bila penyebab ARF adalah
prarenal/hipovolemia, terapi sepsis, penghentian zat nefrotoksik, koreksi
obstruksi pascarenal, dan menghindari penggunaan zat nefrotoksik. Pemantauan
asupan dan pengeluaran cairan harus dilakukan secara rutin.4,17 Selama tahap
poliuria (tahap pemeliharaan dan awal perbaikan), beberapa pasien dapat
mengalami able i cairan yang cukup berarti, sehingga pemantauan ketat serta
pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit harus dilakukan secara cermat.
Substitusi cairan harus diawasi secara ketat dengan pedoman volume urin yang
diukur secara serial, serta elektrolit urin dan serum.

Terapi Nutrisi

Kebutuhan nutrisi pasien ARF bervariasi tergantung dari penyebab ARF


dasarnya dan kondisi komorbid yang dijumpai. Sebuah able klasifikasi
pemberian nutrisi berdasarkan status katabolisme diajukan oleh Druml.

16
Terapi Farmakologi: Furosemid, Manitol, dan Dopamin

Dalam pengelolaan ARF, terdapat berbagai macam obat yang sudah digunakan
selama berpuluh-puluh tahun namun kesahihan penggunaannya bersifat
kontoversial. Obatobatan tersebut antara lain able ic, manitol, dan dopamine.

Tata Laksana Komplikasi

Pengelolaan komplikasi yang mungkin timbul dapat dilakukan secara


konservatif, sesuai dengan anjuran yang dapat dilihat pada able 6. Pengelolaan
komplikasi juga dapat dilakukan dengan terapi pengganti ginjal yang
diindikasikan pada keadaan oligouria, anuria, hiperkalemia (K>6,5 mEq/l),
asidosis berat (Ph<7,1), azotemia (ureum>200 mg/dl), edema, paru, ensefalopati
uremikum, perikarditis uremikum, neuropati atau miopati uremikum, disnatremia
berat (Na>160 mEq/l atau <115 mEq/l), hipertermia, kelebihan dosis obat yang
dapat didialisis. Tidak ada panduan pasti kapan waktu yang tepat untuk
menghentikan terapi pengganti ginjal. Secara umum, terapi dihentikan jika
kondisi yang menjadi indikasi sudah teratasi.

17
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Gagal ginjal akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal
dalam membersihkan darah dari bahan bahan racun, yang menyebabkan
penimbunan limbah metabolic didalam darah (misalnya urea). Penyebab
gagal ginjal akut ada 3 yaitu : penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal,
penyakit yang secara langsung menyebabkan gangguan pada parenkim,
penyakit yang terkait obstruksi saluran kemih. Perjalanan klinis gagal ginjal
akut dibagi menjadi tiga stadium, yaitu Stadium Oliguria,Stadium Diuresis
dan Stadium Penyembuhan. Diagnosa yang mungkin muncul pada GGA
yaitu: kelebihan volume cairan, ketidakefektifan pola nafas, resiko tinggi
kejang, dan intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Untuk
penatalaksanaannya dibagi menjadi 3 yaitu: Terapi Nutrisi, Terapi
Farmakologi: Furosemid, Manitol, dan Dopamin, Tata Laksana Komplikasi.

3.2 Saran

3.2.1 Bagi penulis


Diharapkan makalah ini bisa digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gagal
ginjal akut.
3.2.2 Bagi Intansi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan makalah ini bisa sebagai bahan masukan dalam upaya
mengembangkan ilmu keperawatan dan sebagai suatu pendekatan
pelayanan pada setiap tindakan yang akan di laksanakan pada klien
gagal ginjal akut.

3.2.3 Bagi Pengembangan Ilmu

18
Diharapkan makalah ini bisa dapat digunakan sebagai bahan gambaran
atau masukan untuk penelitian selanjutnya, sehingga kekurangan dari
peneliti sebelumnya tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
gagal ginjal akut dapat di perbaiki.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ayu. 2011. Acute Kidney Injury: Pendekatan Klinis dan Tata Laksana.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Baradero,Mary 2011.ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL.


Jakarta : EGC

Herdman & Kamitsuru. 2015. DIAGNOSA KEPERAWATAN Definisi &


Klasifikasi 2015-2017 edisi 10. Jakarta: EGC

Nadhiroh, Indatul. 2019. “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


GAGAL GINJAL AKUT DENGAN MASALAH KELEBIHAN VOLUME
CAIRAN DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL PASURUAN”.
KTI. Program Studi Diploma Iii Keperawatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika. Jombang

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi (2015). Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi
Revisi Jilid 2. Yogyakarta : Mediaction

Setyohadi,Sally & Putu,2017. Gagal Ginjal. Jakarta: Rineka

Sinto, Robert, Ginova Nainggolan. 2010. ACUTE KIDNEY INJURY:


PENDEKATAN KLINIS DAN TATA LAKSANA. Maj Kedokt Indon, Volum:
60, Nomor: 2

20

Anda mungkin juga menyukai