Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH GIZI DAN DIET

“DIET PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT GAGAL


GINJAL”

OLEH :
NAMA : NI WAYAN SARISKA DEWI
NIM : P07120018150 / 1.4

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur mari kita panjatkan atas kehadirat Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Karena rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Diet Pada Klien Dengan Penyakit Gagal Ginjal”. Makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Gizi dan Diet.
Kami menyadari betul bahwa baik isi maupun penyajian makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu kami meminta kritik dan saran sebagai
penyempurnaan makalah ini, sehingga dikemudian hari makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua mahasiswa.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan pembuatan makalah ini.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Denpasar,5 Juli 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian gagal ginjal............................................................................6


2.2 Penyebab gagal ginjal............................................................................11
2.3 Kebutuhan nutrisi pada pasien gagal ginjal………………...…………12
2.4 Diet pada klien dengan gagal ginjal......................................................17
2.5 Pengertian batu ginjal............................................................................23
2.6 Diet pada klien dengan batu ginjal........................................................23
BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan................................................................................................26
3.2 Saran......................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemahaman tentang pelaksanaan diet secara umum bagi penderita


penyakit ginjal penting untuk diketahui, tidak hanya bagi mereka yang telah
menderita gangguan ginjal, namun baik bagi mereka yang bertekad untuk
menurunkan resiko terhadap gangguan ginjal.

Ginjal merupakan organ penting dari tubuh manusia karena ginjal


mempunyai fungsi regulasi dan ekskresi, serta mengekskresikan kelebihannya
(sisa metabolisme) sebagai kemih. Ginjal juga mengeluarkan sisa metabolisme
(seperti urea, kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia asing. Akibat suatu hal
ginjal dapat mengalami ganguan fisiologis, salah satunya adalah gagal ginjal.

Penyakit pada ginjal seperti : batu ginjal, gagal ginjal akut. Yang dewasa
ini marak menjadi topik pembicaraan masyarakan karena jumlahnya yang
terus meningkat sehingga perlu perhatian dan pengetahuan informasi tentang
pentingnya asupan cairan bagi orang yang belum terjangkit penyakit ini dan
diet yang tepat bagi orang yang sudah terjangkit penyakit ini.

1.2 Rumusan Masalah


2.1 Apa pengertian dari gagal ginjal ?
2.2 Apa penyebab dari gagal ginjal ?
2.3 Bagaimana kebutuhan gizi pasien gagal ginjal ?
2.4 Bagaimana diet pada klien dengan gagal ginjal ?
2.5Apa pengertian dari batu ginjal ?
2.6 Bagaiamana diet pada klien dengan batu ginjal ?

4
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari gagal ginjal
2. Mengetahui penyebab dari batu ginjal
3. Untuk mengetahui kebutuhan gizi pada pasien gagal ginjal
4. Mengetahui diet pada klien dengan gagal ginjal
5. Mengetahui pengertian batu ginjal
6. Mengetahui diet pada klien dengan batu ginjal

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gagal Ginjal


Ginjal merupakan organ penting dari tubuh manusia karena ginjal
mempunyai fungsi regulasi dan ekskresi, serta mengekskresikan kelebihannya
(sisa metabolisme) sebagai kemih. Ginjal juga mengeluarkan sisa metabolisme
(seperti urea, kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia asing. Akibat suatu hal ginjal
dapat mengalami ganguan fisiologis, salah satunya adalah gagal ginjal.

Gagal ginjal dapat terjadi secara langsung (akut) atau dalam jangka waktu
yang lama (kronis). Gagal ginjal akut terjadi akibat penurunan fungsi glomerular
dan tubular yang terjadi secara mendadak, berakibat pada kegagalan ginjal untuk
mengekresikan produk sisa nitrogen dan menjaga homeostasis cairan dan
elektrolit.

Gagal ginjal akut dapat disebabkan karena terjadinya penurunan aliran


darah, yang dapat merupakan akibat dari infeksi yang parah (serious injury),
dehidrasi, daya pompa jantung menurun (kegagalan jantung), tekanan darah yang
sangat rendah (shock), atau kegagalan hati (sindroma hepatorenalis). Gagal ginjal
akut juga dapat dikarenakan oleh adanya zat-zat yang menyebabkan kerusakan
atau trauma pada ginjal, seperti kristal, protein atau bahan lainnya dalam ginjal.
Penyebab gagal ginjal akut lainnya yaitu terjadi penyumbatan yang menghalangi
pengeluaran urin dari ginjal, misalnya karena adanya batu ginjal, tumor yang
menekan saluran kemih, atau pembengkakan kelenjar prostat.

Berdasarkan penyebabnya, gagal ginjal akut dapat dibagi menjadi


prerenal, intrarenal dan postrenal. Klasifikasi faktor penyebab prerenal adalah
akibat turunnya aliran darah yang mendadak ke ginjal seperti gagal jantung, shock
atau kehilangan darah akibat lesi atau trauma. Faktor intrarenal yang dapat
menyebabkan gagal ginjal akut antara lain infeksi, racun, obat atau trauma

6
langsung yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan ginjal. Sedangkan
faktor postrenal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut adalah berbagai faktor
yang dapat mencegah pengeluaran urin (retensi urin) akibat dari obstruksi
(sumbatan) pada saluran kencing.
Penyakit ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih
dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti
proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik
ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2,
seperti terlihat pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Batasan Penyakit Ginjal Kronik


1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan
atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan :
 Kelainan patologik
 Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria, atau kelainan pada
pemeriksaan pencitraan
2. Laju filtrasi glomerulus kurang lebih 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan
ginjal

Penyebab dari gagal ginjal kronis secara umum disebabkan oleh diabetes
melitus dan hipertensi yang diperkirakan menyebabkan 26-43% dari gagal ginjal
kronis. Kondisi lain yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronis adalah adanya
inflamasi (radang), immunological (autoimmun) atau penyakit keturunan yang
berhubungan dengan ginjal. Pada beberapa kasus, pasien dengan gagal ginjal
kronis diikuti dengan gagal ginjal akut.
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan
oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan
nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah, seperti terlihat pada tabel 2.
Klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal kronik dalam lima stadium.

Tabel 2. Laju Filtrasi Glomerulus dan Stadium Penyakit Ginjal Kronik


Stadium Fungsi Ginjal Laju Filtrasi Glomerulus

7
(ml/menit/1,73m2)
Risiko Meningkat Normal > 90 (Terdapat faktor
risiko)
Stadium 1 Normal / meningkat > 90 (Terdapat kerusakan
ginjal, proteinuria)
Stadium 2 Penurunan ringan 60 – 89
Stadium 3 Penurunan sedang 30 – 59
Stadium 4 Penurunan berat 15 – 29
Stadium 5 Gagal ginjal Kurang lebih
Pada pasien dengan gagal ginjal kronis akan terjadi beberapa kelainan metabolik
seperti:
1. Gangguan elektrolit dan hormon
Gangguan cairan dan elektrolit jarang terjadi kecuali pada tahap akhir dari
gagal ginjal. Akibat turunnya GFR, peningkatan aktivitas oleh beberapa nefron
menjadi hal yang penting dalam ekskresi elektrolit. Beberapa hormon juga
membantu dalam pengaturan level elektrolit, akan tetapi hal ini juga dapat
menyebabkan gangguan pada sistem hormon tersebut. Peningkatan sekresi
hormon aldosteron dapat membantu mencegah peningkatan kadar kalium serum
tetapi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan sekresi hormon paratiroid dapat
membantu pencegahan dari peningkatan kadar phosphate serum akan tetapi dapat
berdampak pada renal osteodystrophy. Ketidakseimbangan elektrolit dapat
menyebabkan penurunan GFR ketika aktivitas dari hormon tidak adekuat atau
ketika konsumsi air dan elektrolit dibatasi atau berlebihan.

2. Renal osteodystrophy
Merupakan gangguan pada tulang yang disebabkan akibat dari aktivitas dari
hormon paratiroid. Hormon paratiroid akan menyebabkan keluarnya phosphate ke
dalam urine tetapi menyebabkan pembongkaran kalsium dari dalam tulang. Selain
itu hormon ini juga dapat menyebabkan turunnya kadar kalsium dalam serum,
asidosis, dan gangguan aktifasi vitamin D di dalam ginjal.

8
3. Sindrom uremia
Uremia timbul pada saat level terakhir dari penyakit gagal ginjal kronis ketika
GFR ginjal sudah dalam kondisi dibawah 15 mL/menit dan BUN melebihi dari 60
mg/dl. Beberapa gangguan, gejala dan komplikasi yang berkembang akibat
kondisi ini disebut dengan sindroma uremia. Uremia dapat menyebabkan
disfungsi mental dan perubahan pada neuromuskuler seperti kram pada otot,
kelemahan pada otot lengan dan nyeri. Komplikasi lainnya akibat dari uremia
adalah:

 Gangguan sintesis atau pembentukan hormon. Gangguan ini meliputi


gangguan pembentukan hormon pengaktif vitamin D dan erythropoietin
yang berfungsi pada pembentukan sel darah merah. Akibatnya akan terjadi
anemia dan osteoporosis akibat hilangnya kalsium dari tulang.

  Gangguan degradasi hormon. Gangguan pada perkembangan hormon


dapat berakibat pada pertumbuhan, reproduksi, keseimbangan cairan,
pengaturan kadar glukosa darah dan metabolisme zat gizi.

  Abnormalitas pendarahan. Turunnya fungsi platelet dan faktor


pembekuan dapat menyebabkan pembekuan darah akibat luka yang lama
yang dapat berkontribusi pada anemia dan pendarahan pada saluran cerna.

  Peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler. Faktor resiko ini antara lain


hipertensi, peningkatan kadar insulin (resistensi insulin) dan kadar lipid
darah yang tidak normal.
 Penurunan fungsi imunitas tubuh. Pasien dengan uremia memiliki
imunitas yang rendah dan sangat berpotensi untuk terjadinya infeksi yang
lebih sering menyebabkan kematian pada pasien.

4. Protein Energi Malnutrisi


Pasien dengan gagal ginjal kronis biasanya akan berkembang PEM dan
wasting. Beberapa studi memperkirakan bahwa pasien dengan gagal ginjal akan

9
memiliki asupan energi dan protein yang tidak cukup bahkan pada saat awal
berkembangnya penyakit. Anoreksia merupakan salah satu faktor penyebab dari
rendahnya konsumsi makanan dan dapat berakibat pada gangguan hormonal.
Faktor penyebab lainnya adalah nausea dan vomiting, pembatasan diet, uremia
dan pengobatan. Kehilangan zat gizi dapat memberikan kontribusi pada malnutrisi
dan disebabkan akibat dari vomiting, diare, pendarahan gastrointestinal,
concurrent catabolic illness dan dialisis.

Tidak seperti pada gagal ginjal akut yang penurunan fungsi ginjal terjadi
secara cepat atau tiba-tiba, pada gagal ginjal kronis dikarakteristik dengan
penurunan fungsi ginjal secara bertahap dan irreversible. Pada penderita gagal
ginjal kronis, penderita tidak menunjukkan gejal-gejala yang tampak seperti pada
pasien dengan gagal ginjal akut. Gejala ini baru timbul setelah ginjal mengalami
penurunan fungsinya sebesar 75%. Oleh karena itu, pengkajian klinik sangat
bergantung pada pemeriksaan penunjang, meski anamnesis yang teliti sangat
membantu dalam upaya menegakkan diagnosis yang tepat. Sebagian besar
individu dengan stadium dini penyakit gagal ginjal kronik tak terdiagnosis.
Deteksi dini kerusakan ginjal sangat penting untuk dapat memberikan pengobatan
segera, sebelum terjadi kerusakan dan komplikasi lebih lanjut.

Nilai laju filtrasi merupakan parameter terbaik ukuran fungsi ginjal. Nilai
ini dianjurkan dengan rumus Cockcroft-Gault atau rumus MDRD (modification of
diet in renal diseases).
(140-Umur) x Berat Badan
Cockcroft-Gault : Klirens Kreatinin = ------------------------------- x (0,85, jika
wanita)
(ml/menit) 72 x Kreatinin Serum
MDRD : Laju Filtrasi Glomerulus = 186 x (Kreatinin Serum) -1,154 x (Umur) -0,203 x
(0,742 jika wanita) x (1,210, jika kulit hitam)
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta,
derajat penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, faktor
resiko untuk penyakit kardiovaskuler. Pengelolaan meliputi terapi penyakit

10
ginjal , pengobatan penyakit penyerta, penghambatan penurunan fungsi ginjal,
pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular, pencegahan dan pengobatan
komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, serta terapi pengganti ginjal dengan
dialisis atau transplantasi jika timbul gejala dan tanda uremia.

2.2 Penyebab Gagal Ginjal

Ada tiga penyebab gagal ginjal, yaitu :

1. Prerenal:
a. Hipovolemia (luka bakar, diare dengan dehidrasi berat, gagal
jantung, perdarahan karena trauma bedah atau obstetri dan
ketoasidosis diabetik)
b. Hipotensi atau hipoperkusi (syok karena sepsis, kardiogenik, dan
anafilaktik, operasi jantung, sindroma nefrotik berat, sirosis
hepatik, dan sidroma hepatorenal)
2. Renal
a. Semua kelainan renal (GNA, sindroma uremik hemolitik,
vaskulitis sistemuk, nefritis interstisial akut, obstruksi tubular dan
nekrosis tubular akut)
b. Nefrotoksin (obat – obatan, antara lain : amino glikosit
sefalosporin, ampoterisin B; agen radio kontras, logam berat,
bahan organik dan mioglobin pada crush sindrome)
c. Kelainan pembuluh darah (trombosis atau emboli arteri renalis,
vena renalis, dan oleh karena obat indometasin).
d. Kelainan post renal yang menimbulkan iskemi ginjal.
3. Post renal
a. Obstruksi ureter(kalkuli, bekuan, tumor, kelainan kongenital antara
lain: ureteropelvic junction dan ureterovesical junction).
b. Obstruksi uretra (pada klep uretra posterior, adanya divertikulum,
striktur, uretrokel, hidrokolpos dan tumor).

11
2.3 Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Gagal Ginjal

1.  Kebutuhan Energi


Beberapa studi menemukan kebutuhan kalori untuk pemenuhan pasien dengan
hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang. Menurut National Kidney
Foundation's, kebutuhan kalori pada pasien gagal ginjal pada hemodialisis dalam
kondisi metabolik yang seimbang adalah 30-35 kalori/Kg. Sedangkan pada pasien
yang dihemolisis dengan menggunakan metode CAPD, sekitar 200-300 kalori dari
dekstrose dalam larutan diasylate. Sehingga kalori ini perlu diperhatikan.
Sedangkan pada pasien dengan gagal ginjal akan mengalami edema, sehingga
perlu diketahui berat badan aktual pasien agar pemenuhan kebutuhan energi dapat
diketahui. Berdasarkan National Kidney Foundation dan data NHANES II apabila
berat pasien <95%> 115%, maka berat badan perkiraan (berdasarkan perhitungan
rumus) digunakan dalam menentukan energi. Rumus untuk mengetahui berat
badan perkiraan adalah sebagai berikut:
berat badan ideal+[(aktual edema-free weight-ideal weight)x0,25].

2.  Kebutuhan Protein


Kebutuhan protein pada pasien gagal ginjal sangat bergantung pada jenis
gagal ginjal yang dialami oleh pasien dan jenis dialisis yang dilakukan oleh
pasien. Pada pasien dewasa dengan gagal ginjal kronis yang tidak menerima
dialisis, maka konsumsi nitrogen per kilogram bahan makanan adalah 0,6 gram
apabila kebutuhan kalori terpenuhi dan protein yang dikonsumsi harus berasal dari
protein dengan nilai biologis yang tinggi. Penurunan asupan protein dapat
mereduksi sindrom uremik dan menghambat dialisis pada pasien dengan gagal
ginjal kronis yang stabil. Akan tetapi, penurunan asupan protein ini tidak
diharapkan karena dapat menimbulkan malnutrisi atau intake kalori yang tidak
adekuat.

Kebutuhan protein pada pasien dengan gagal ginjal akut adalah sekitar 0,6-
0,8 gram per kilogram berat badan tubuh apabila fungsi ginjal sudah menurun dan

12
tidak mengalami dialisis. Sedangkan apabila fungsi ginjal sudah membaik dan
terdapat perlakuan dialisis maka lebutuhan protein adalah 1,2-1,3 gram per
kilogram berat badan.

Pada pasien dengan hemodialisis, maka lebutuhan kalori sebesar 1,2 gram
per kilogram berat badan per hari untuk pasien dengan dialisis yang stabil dan
sebesar 1,2-1,3 gram untuk pasien dengan heodialisis peritoneal yang stabil.
Pasien dengan malnutrisi, acute catabolic illness atau luka postoperatif sebaiknya
mendapat protein lebih dari 1,3 gram per kilogram berat badan per hari. Sebuah
studi menunjukkan konsumsi protein sebesar 2-2,5 gram per kilogram berat badan
per hari dapat memperbaiki keseimbangan Nitrogen pada pasien dengan gagal
ginjal akut. Akan tetapi, konsumsi protein diatas 1,5-1,6 gram per hari per
kilogram berat badan akan meningkatkan frekuensi dari dialisis.

3.  Kebutuhan Vitamin


Pasien dengan gagal ginjal sangat riskan untuk defisiensi beberapa
mikronutient. Pasien dengan dialisis dapat kehilangan vitamin larut air seperti
thiamine, asam folate, pyridoxine dan asam askorbat (vitamin C). Akan tetapi,
pasien dengan gagal ginjal akan menyebabkan turunnya ekskresi vitamin A dan
menyebabkan hypervitaminosis A. Sehingga konsumsi vitamin A perlu mendapat
perhatian. Vitamin E sangat dibutuhkan sebagai antioxidant sehingga mencegah
asidosis pada pasien. Konsumsi vitamin E sebesar 300-800 IU dapat mencegah
oksidasi pada sel. Akan tetapi, hal ini masih menjadi sesuatu yang controversial.

Vitamin D merupakan vitamin yang mengalami defisiensi karena salah


satu fungsi ginjal adalah untuk aktivasi dari vitamin D. Selain itu, meningkatnya
level PTH (Pituitary Hormon) akan menyebabkan vitamin D menurun. Pasien
dengan penurunan fungsi ginjal kronis (GFR 20-60 mL/min) yang disertai dengan
meningkatnya level PTH harus dilakukan pengecekan vitamin D dalam bentuk
25-Hidroksi kolekalsiferol atau 25-OH vitamin D. Pasien dengan kadar 25-OH
vitamin D <75>
Berikut adalah rekomendasi intake vitamin pada pasien dengan hemodialisis:

13
Tabel 3. Rekomendasi intake vitamin pasien hemodialisis
Vitamin Rekomendasi
Thiamin 1,1-1,2 mg/hari
Riboflavin 1,1-1,3 mg/hari
Niacin 14-16 mg/hari
Asam pantotenat 5 mg/hari
Piridoksin 10 mg/hari
Sianokobalamin 2,4 mg/hari
Biotin 30 mcg/hari
Asam askorbat 75-90 mg/hari
Asam folat 1 mg/hari
Zink 15 mg/hari

4.  Kebutuhan Mineral


a. Kalsium
Kalsium adalah mineral yang sangat penting untuk pembentukan tulang
yang kuat. Namun makanan yang mengandung kadar kalium yang baik biasanya
juga mengandung kadar fosfat yang tinggi. Untuk itu cara terbaik untuk mencegah
hilangnya kalsium adalah dengan membatasi asupan makanan yang mengandung
fosfat yang tinggi. Untuk menjaga keseimbangan kadar kalsium dan fosfat
biasanya penderita diminta mengkonsumsi obat pengikat fosfat (phosphate binder)
dan bijaksana dalam mengkonsumsi makanan.
Pemasukan kalsium sebanyak 1000 mg/hari diperlukan untuk mencegah atau
menunda kemajuan dari osteodistrofi ginjal atau demineralisasi tulang, akibat dari
asidosis kronis dan gangguan metabolisme vitamin D. Karena pemasukan susu
biasanya dibatasi hanya 1 mangkuk sehari untuk mengurangi pemasukan protein
dan fosfat, maka diperlukan suplemen tambahan kalsium. Suplemen kalsium tidak

14
boleh diberikan bila kadar fosfat serum tidak terkontrol, karena bahaya terjadinya
presipitasi kalsium dalam ginjal.

b. Fosfat
Seperti juga ureum, ginjal yang rusak tidak lagi mampu untuk membuang
fosfat dari darah yang menyebabkan tingginya kadar fosfat dalam darah. Kadar
fosfat yang tinggi dapat menyebabkan tubuh kehilangan kalsium dari tulang.
Efeknya adalah tulang menjadi sangat lemah dan mudah patah. Untuk mengontrol
kadar fosfat dalam darah, penderita seyogyanya mengkonsumsi makanan yang
mengandung kadar fosfat yang rendah. Fosfat terdapat di sebagian besar makanan
namun pada beberapa jenis makanan berikut ini terkandung kadar fosfat yang
tinggi yaitu :
 Produk susu seperti susu, keju, pudding, yogurt,dan ice cream
 Kacang kacangan, selai kacang
 Minuman seperti bir, cola maupun jenis soft drink lainnya

Progresivitas dari insufisiensi ginjal tampak lebih lambat dengan diet yang
mengandung fosfat kurang dari 600 mg/hari. Dengan mengurangi jenis makanan
yang disebutkan diatas cukup untuk membatasi protein yang masuk, dan
memungkinkan tercapainya kadar pemasukan yang diinginkan.
Antasida aluminium hidroksida diberikan secara oral bila diperlukan untuk
mengikat fosfat makanan dan mencegah absorpsinya. Aluminium hidroksida ini
dapat ditambahkan dalam adonan kue supaya dapat lebh mudah diterima oleh
pasien. Namun, kecenderungan saat ini adalah lebih banyak menurunkan kadar
fosfat dari makanan dan minuman daripada penggunaan zat pengikat secara rutin.
Penggunaan aluminium hidroksida yang menahun dapat mengakibatkan
keracunan aluminium dengan gejala ataksia, demensia, dan memperburuk
osteodistrofi tulang.

c. Kalium

15
Kalium merupakan salah satu mineral yang penting bagi tubuh kita
terutama untuk membantu otot dan jantung bekerja dengan baik.Kalium dengan
kadar yang cukup tinggi banyak ditemukan pada sebagian besar makanan seperti :
 Beberapa buah dan sayuran : pisang, alpukat, melon, jeruk, kentang
 Susu dan Yoghurt
Makanan yang banyak mengandung protein yang tinggi seperti daging sapi,
daging babi,dan ikan. Terlalu banyak kalium atau terlalu sedikit akan berbahaya
bagi tubuh. Tiap penderita gagal ginjal mempunyai kebutuhan kalium yang
berbeda – beda, ada yang membutuhkan banyak kalium, sementara ada juga yang
harus membatasi kalium. Semua itu tergantung dari tingkat kerusakan ginjal dari
penderita.

d. Sodium
Penderita gagal ginjal stadium awal disarankan untuk membatasi asupan
sodium. Hal ini disebabkan adanya keterkaitan antara asupan sodium, penyakit
ginjal dan hipertensi. Sodium juga banyak ditemukan pada makanan namun pada
beberapa jenis makanan berikut ini terkandung kadar sodium yang tinggi yaitu :
 Garam meja, dan makanan dengan tambahan garam seperti snack
 Makanan jenis fast food

Tabel 4. Kebutuhan Rekomendasi pada Pasien Gagal Ginjal


Kerja
Parameter Stage 1-4 Stage 5 Stage 5 Transplantasi
ginjal
nutrisi GGK hemodialisis peritoneal ginjal
normal
Kalori 30-37 35 (<60> 35 (<60> 35 (<60> 30-35
(kcal/kg/hr) 30-35 (≥60 30-35 (≥60 30-35 (≥60
th) th) th) termasuk
kalori dari
dialysate
Protein 0,8 0,6-0,75 1,2 1,2-1,3 25-30
(g/kg/hr) 50% HBV 50% HBV 50% HBV
Fat (% total 30-35% Harus perhatikan asupan PUFA, MUFA, 1.3-1.5

16
kcal) 250-300 mg kolesterol/hari
Inisial 1.0
untuk
penjagaan
Na (mg/hr) Tidak 2.000 2.000 2.000 Tidak dibatasi
Dibatasi
K (mg/hr) Tidak Berdasarkan 2.000-3.000 3.000- Tidak dibatasi
Dibatasi nilai lab (8-17 4.000 (8-17
mg/kg/hr) mg/kg/hr)
Ca (mg/hr) Tidak 1200 ≤2000 dari ≤2000 dari 1200
Dibatasi diet dan obat diet dan obat
P (mg/hr) Tidak Berdasarkan 800-1000 800-1000 Tidak dibatasi
Dibatasi nilai lab sampai
diindikasi
harus dibatasi
Air (mL/hr) Tidak Tidak 1000+Output 1.500-2.000 Tidak dibatasi
Dibatasi dibatasi Urin sampai
dengan diindikasi
output urin harus dibatasi
normal

2.4 Diet pada Penderita Gagal Ginjal


Diet Retriksi Protein (DRP) merupakan diet yang bisa digunakan bagi
penderita gagal ginjal yang dapat memperlambat keunduran fngsi ginjal pada
penderita-penderita yang sudah mengalami gangguan ginjal. Hal ini sangat
diperhatikan karena dapat memperlambat penderita masuk ke tahap Gagal
Ginjal Terminal (GGT). Konsep dasar diet rendah protein adalah memberikan
protein dalam jumlah terbatas besarnya dengan jumlah energi yang cukup.
Dalam DRP ini ada beberapa hal yang perlu mendaat perhatian :

17
1. Protein yang diberikan tidak boleh terlalu kurang atau terlalu tinggi.
Hal ini dapat dinilai antara lain dengan pengukuran asupan nitrogen
agar stabil keadaannya, terdapat korelasi antara rasio ureum/kreatinin
serum dengan asupan nitrogen. Walaupun cara ini cukup akurat dan
mudah da beberapa keadaan yang membuat kesalhan perhitungan
yaitu antar lain pada keadaan katabolic,dieresis kurang dari 1500 ml
(produksi ureum meninngi).
2. Harus diperhatikan kecukupan kalori,zat-zat nutrisi lainnya agar tidak
menganggu metabolisme aktivitas atau pertumbuhan. Penurunan berat
badan, atau bahkan malnutrisi yang dapat terjadi karena diet ini harus
dicegah. Sering diperlukan penambahan vitamin.
3. Diet harus dapat diterima atau disesuaikan dengan selera penderita

2.5.Tujuan Diet

Tujuan diet penyakit gagal ginjal adalah untuk :

1) Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan


memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan
kerja ginjal
2) Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi
(uremia)
3) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal dengan
memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus
2.3.2 Syarat Diet
Syarat-syarat diet penyakit ginjal adalah :
1) Energi cukup yaitu 35 kkal/KgBB
2) Protein rendah yaitu 0,6-0,7 g/KgBB. Sebagian harus bernilai
biologik tinggi
3) Lemak cukup yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total.
Diutamakan lemak tidak jenih ganda

18
4) Karbohidrat cukup yaitu kebutuhan energi total dikurangi
energi yang berasal dari protein dan lemak
5) Natrium dibatasi apabila ada hipertensi ,edema,asites,oliguria
atau anuria. Banyaknya natrium yang diberikan antara 1-3
gram
6) Kalium dibatasi (40-70 mEq) apbila ada hiperkalemia (kalium
darah > 5,5 mEq),oliguria atau anuria
7) Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah
pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan (± 500 ml)
8) Vitamin cukup bila perlu diberikan suplemen piridoksin,asam
folat,vitamin C dan vitamin D
2.3.3 Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Menurut keadaan penderita dan berat penyakit dapat diberikan :
1) Diet terendah protein I : 20 g protein
Bentuk makanan tergantung pada keadaan penderita dapat
cair, saring atau lunak, makanan ini kurang dalam kalori,
protein, kalsium, besi dan thiamin. Diit diberikan selama
beberapa hari saja sementara menunggu tindakan yang lebih
tepat misalnya dialisa.
2) Diet rendah protein II : 40 g protein
Bentuk makanan lunak/biasa, makanan cukup kalori dan
semua zat gizi kecuali protein dan thiamin.
3) Diet protein III : 60 g protein.
Makanan diberikan dalam bentuk lunak/biasa makanan
cukup kalori dan semua zat-zat gizi pada penderita yang
mengalami dialisa.
Disamping ketiga macam diit diatas dapat pula diberikan diit rendah
protein dengan 30g protein dan diit protein sedang 50g protein.
2.3.4 Makanan Yang Dianjurkan pada Klien Gagal Ginjal
1. Diit Rendah Protein I
a. Bubur Maezena
b. Susu

19
c. Bubur / nasi tim
d. Telur Ceplok saus tomat
e. Tumis sayuran papaya
f. Sup sayuran.
g. Pisang
h. Teh manis
Pukul 10.00, pukul 16.00 dan pukul 20.00
a. Kue talam
b. Teh manis ager nenas
c. Teh manis sirup
2. Diet Rendah Protein II dan Protein sedang III
Pagi, Siang, Sore
a. Nasi tim
b. Telur ceplok
c. Tumis labu siam
d. Susu Nasi tim
e. Ikan panggang saos tomat
f. Ca sayur
g. Pepaya
h. Teh manis Nasi tim
i. Daging bistik
j. Sup sayuran
k. Pisang
l. Teh manis
Pukul 10.00, 16.00 dan pukul 20.00
a. Kue talam
b. Teh manis ager nenas
c. Teh manis pisang susu

2.3.5 Makanan Yang Harus Dibatasi pada Klien Gagal Ginjal


a) Batasi makanan yang mengandung fosfor

20
Orang dengan penyakit ginjal harus membatasi asupan makanan
yang mengandung fosfor. Ginjal bekerja membantu tubuh
mengatur kadar fosfor dalam darah dengan mengeluarkan kadar
fosfor yang berlebih. Pada penderita penyakit ginjal, ginjal tidak
bekerja dengan baik sehingga kelebihan fosfor tersebut berada
dalam darah dan membuat kadar fosfor dalam darah tinggi.
Sehingga, dengan mengonsumsi makanan yang rendah fosfor,
maka penderita sakit ginjal membantu meringankan kerja ginjalnya
dan membantu menjaga kadar fosfor dalam darah. Kadar fosfor
yang tinggi dalam tubuh dapat meningkatkan risiko penyakit
tulang dan penyakit jantung.
Pembatasan asupan fosfor ini berbeda-beda tiap individu penderita
sakit ginjal, tergantung dari fungsi ginjalnya masing-masing.
Umumnya, pembatasan asupan fosfor berkisar antara 800-1000 mg
per hari pada orang dewasa. Bagi penderita sakit ginjal, makanan
yang harus dibatasi antara lain fastfood, makanan yang diproses,
dan makanan atau minuman kemasan yang berisi kandungan fosfor
di dalamnya. Anda dapat memeriksa label gizi pada kemasan
terlebih dahulu sebelum membeli. Jika terdapat kandungan bahan
yang memakai kata “phos” (dalam bahasa inggris) atau “fos”,
misalnya kalsium fosfat (calcium phosphate) dan disodium fosfat
(disodium phosphate), sebaiknya jangan dikonsumsi bagi penderita
sakit ginjal karena “phos/fos” berarti terdapat kandungan fosfor
dalam dalam makanan tersebut.

Beberapa makanan lain yang mengandung fosfor tinggi adalah:


 Susu dan produk susu, seperti susu, yogurt, keju, es krim,
puding yang mengandung susu
 Susu kedelai
 Gandum, seperti roti gandum, crackers¸ sereal, pasta
 Biskuit, pancake, waffle, muffin

21
 Daging yang sudah diproses, seperti sosis, daging patty
 Kacang-kacangan
 Cokelat, termasuk minuman coklat
 Minuman bersoda atau yang mengandung rasa
b) Batasi makanan yang mengandung kalium
Natrium dan kalium harus dalam kadar yang seimbang dalam
tubuh. Pada ginjal yang sudah tidak dapat bekerja dengan
maksimal, kadar kalium dalam darah dapat tinggi dan dapat
mempengaruhi detak jantung. Sehingga disarankan untuk penderita
sakit ginjal untuk membatasi asupan makanan yang mengandung
kalium.Kalium dapat ditemukan dalam buah-buahan, sayuran,
kacang-kacangan, serta dalam susu dan produknya.Beberapa
makanan yang mengandung kalium tinggi, antara lain:
 Alpukat
 Pisang
 Jeruk
 Blewah
 Kiwi
 Kentang
 Bayam
 Labu
 Ubi
 Tomat

Saat makan buah, sebaiknya pilih buah anggur, pir, apel, buah
berry, nanas, dan semangka. Serta batasi atau hindari buah jeruk,
kiwi, pisang, blewah, dan alpukat.Saat makan sayuran, sebaiknya
pilih brokoli, kol, kembang kol, wortel, seledri, mentimun, terong,
selada, bawang bombay, paprika, dan labu kuning. Dan sebaiknya
batasi atau hindari makan asparagus, kentang, ubi, tomat, labu, dan
bayam.

22
c) Batasi makanan yang mengandung garam atau natrium
Mengurangi makanan yang mengandung garam atau natrium
membantu mengontrol tekanan darah tinggi. Juga membantu Anda
agar tidak cepat haus dan mencegah terlalu banyak cairan dalam
tubuh. Oleh karena itu, sebaiknya penderita sakit ginjal membatasi
asupan makanan yang mengandung garam atau natrium.
d) Batasi asupan cairan
Kebutuhan cairan penderita sakit ginjal berbeda-beda tergantung
kondisi ginjalnya. Selain air yang digunakan untuk minum,
perhitungkan juga air yang ada dalam makanan, seperti pada sayur
sup, sayur bayam, dan sebagainya. Hindari makanan yang
mengandung garam dan kurangi aktivitas di luar ruangan jika
cuaca sedang panas agar tidak cepat merasa haus.
2.4 Pengertian Batu Ginjal
Batu ginjal adalah batu atau kalkulus pada bagian saluran kencing yang
tersusun dari kristal-kristal kalsium, bisa seperti batu kecil menjadi semakin
besar dan bisa juga batu menumpuk mulai dari satu batu akhirnya menjadi
semakin banyak dan harus dikeluarkan atau dihancukan supaya tidak
menghambat dalam saluran kemih. Sebagian besar batu ginjal merupakan
garam kalsium ,fosfat, oksalar,serta asam urat.
Hiperkalsinuria,hiperurikosuria,hiperoksalouria,rendahnya volume dan pH
urin merupakan faktor resiko terjadinya batu ginjal. Asupan cairan yang
tinggi (2,5-3 liter/hari) dapat menghasilkan paling kurang 2 liter urin/hari,
dapat mencegah terbentuknya berbagai jenis batu ginjal.
Gejala batu ginjal adalah rasa nyeri pada abdomen,mual,muntah,infeksi
pada saluran kemih,dan sering buang air kecil. Penyakit ini sering kambuh
kembali.

23
2.5 Diet pada Klien dengan Batu Ginjal
2.5.1 Tujuan Diet
1. Mencegah atau memperlambat terbentuknya kembali batu ginjal
2. Meningkatkan ekskresi garam dalam urin dengan cara
mengencerkan urin melalui peningkatan asupan cairan
3. Memberikan diet sesuai dengan komponen utama batu ginjal

2.5.2 Syarat Diet

1. Energi diberikan sesuai kebutuhan


2. Protein sedang yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
3. Lemak sedang yaitu 15-25% dari kebutuhan energi total
4. Karbohidrat sisa dari kebutuhan enrgi total
5. Cairan tinggi yaitu 2,5-3 liter/hari,separonya berasal dari minuman
6. Pembatasan makanan sesuai dengan jenis batu
2.5.3 Macam-Macam Diet dan Indikasi Pemberian
a) Diet rendah kalsium tinggi sisa asam
Diberikan pada penderita dengan batu kalsium,seperti kalsium
fosfat,kalsium karbonat dan kalsium oksalat. Makanan ini cukup
kalori,protein,besi,vitamin A,tiamin dan vitamin C.

Bahan makanan yang cenderung menghasilkan sisa asam tinggi


yaitu :
a. Sumber karbohidrat
Nasi,roti,dan hasil terigu lainnya seperti
makaroni,spageti,cereal,mie,cake,dan kue kering.
b. Sumber protein

24
Daging,ikan,kerang,telur,keju,kacang-kacangan dan hasil
olahannya
c. Sumber lemak
Lemak hewan
b) Diet tinggi sisa basa
Diberikan kepada penderita dengan batu cysteine dan asam urat.
Makanan ini cukup kalori,protein,mineral dan vitamin.
Syarat-syaratnya yaitu :
1. Banyak cairan 2500 ml/hari
2. Rendah asam amino yang mengandung sulfur

Makanan yang boleh diberikan yaitu :

a. Sumber hidrat arang


Nasi maksimal ½gelas/hari,roti 4 potong,kentang,ubi,
singkong, kue-kue yang dibuat dari tepung
maizena,hungkwee,tapioka,agar-agar,jam,sirup
b. Sumber protein hewan
Daging 50 gr atau telur 2 butir/hari,susu
c. Lemak
Minyak, mentega, margarin
d. Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering 25 gr atau tahu, tempe atau
oncom 50 gr sehari
e. Sayuran
Semua sayuran paling sedikit 300 gr/hari
f. Buah-buahan
Semua buah-buahan paling sedikit 300 gr/hari
g. Minuman
Sari buah,teh,kopi

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Ginjal merupakan organ penting dari tubuh manusia karena ginjal
mempunyai fungsi regulasi dan eksresi, serta mengeksresikan kelebihannya
(sisa metabolisme) sebagai kemih. Gagal ginjal dapat terjadi secara langsung
(akut) atau dalam jangka waktu yang lama (kronis). Penyebab gagal ginjal
ada tiga yaitu prerenal,renal dan postrenal. Diet yang diberikan ada diet DRP
I,DRP II,dan DRP III. Dan yang terakhir ada penyakit batu ginjal. Batu ginjal
adalah batu atau kalkulus pada bagian saluran kencing yang tersusun dari
kristal-kristal kalsium, bisa seperti batu kecil menjadi semakin besar dan bisa
juga batu menumpuk mulai dari satu batu akhirnya menjadi semakin banyak
dan harus dikeluarkan atau dihancukan supaya tidak menghambat dalam
saluran kemih. Diet yang diberikan adalah diet rendah kalsium tinggi sisa
asam dan diet tinggi sisa basa.

3.2 Saran

26
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang paper diatas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung
jawabkan. Untuk saran bias berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bias
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan paper yang telah
dijelaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Sunita Almatsier. 2006. Penuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama


Achmad Djaeni Sediaoetama. 2004. Ilmu Gizi. Jakarta : PT Dian Rakyat
Moore, Mary Courtney. 1997. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi. Edisi 2.
Jakarta: Hipokrates
Susatia,Budi. 2008. Makanan Rendah Garam Tinggi Protein pada Pasien
Ginjal. Diakses dari ( https.//www.scribd.com/doc/294434786/Leaflet-
TPRG-MG ) pada 5 Juli 2019
Ns. Harwina Widya Astuti, S.Kep. 2010 . Ilmu Gizi Dalam Keperawatan .
Edisi 1. Jakarta : TIM

27

Anda mungkin juga menyukai