Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS DENGAN KASUS GAGAL GINJAL

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 3

SRI INDRIANI (19CP1001)


NURFATEHA (19CP1005)
NIRWANA (19CP1012)
NUR INSANI RAMADHANA (19CP1016)
MEGAWATI (19CP1024)

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR


TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia
serta hidayah-nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
njudul “ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS DENGAN KASUS GAGAL
GINJAL ” dengan sebaik-baiknya. Makalah ini, kami susun untuk memberikan
informasi kepada pembaca mengenai Asuhan Keperawatan Kritis Dengan Pasien
Gagal Ginjal. Di samping itu penulisan makalah ini disusun memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan kritis.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan kita mengenai Asuhan Keperawatan Kritis Dengan
Pasien Gagal Ginjal. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Penulisan............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan Kritis Pasien Dengan ARF (Acute Renal Failure)


B. Asuhan Keperawatan Kritis Pasien Dengan CRF (Chronic Renal Failure)

BAB III PENUTUP....................................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ginjal adalah salah satu organ sistem kemih atau uriner
(tacter urinarius) yang bertugas menyaring dan membuang cairan, sampah
metabolisme dari dalam tubuh seperti diketahui setelah sel-sel tubuh mengubah,
makanan menjadi energi, maka akan dihasilkan pula sampah sebagai hasil
sampingan dari proses metabolisme tersebut yang harus dibuang segera agar tidak
meracuni tubuh (Vita Health, 2008). Gagal ginjal merupakan ginjal kehilangan
kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam
keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya di bagi atas menjadi dua
kategori yaitu akut dan kronik. Gagal ginjal akut seringkali berkaitan dengan
penyakit kritis, berkembang cepat dalam beberapa hari hingga minggu dan biasanya
revesible bila pasien dapat bertahan dengan penyakit kritisnya.
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).(Menurut
Brunner & Suddarth,2002).
B. Rumusan masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan kritis pada kasus gagal ginjal?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Untuk melakukan asuhan keperawatan kritis pada kasus gagal ginjal?
2. Tujuan khusus
1) Melakukan pengkajian pada pasien gagal ginjal
2) Merumuskan diagnosa keperawatan kritis pada pasien gagal ginjal
3) Merencanakan intervensi keperawatan kritis pada pasien gagal ginjal
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan Kritis Pasien Dengan ARF (Acute Renal Failure)


ARF ( acute renal failure) atau kata lain gagal ginjal akut merupakan
kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal dalam membersihkan darah dari
bahan racun yang dapat menyebabkan penimbunan sampah metabolic didalam
darah misalnya urea, gagal ginjal akut ini merupakan suatu keadaan klinis yang
ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara mendadak dengan akibat terjadinya
peningkatan hasil metabolik (Ayu, 2020)
Etiologi yang dapat muncul pada gagal ginjal akut (Sinto and Nainggolan, 2010, p.
83):
a. Hipovolemia
b. Penurunan curah jantung
c. Obtruksi saluran kemih
d. Penyakit glumerulus
e. Hipoperfusi ginjal
1. Pengkajian menurut (Harmilah, 2020)
 Anamnesis
Pada anamnesis data yang diperoleh antara lain ialah identitas pasien, identitas
ini berupa nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan dan diagnosis medis serta
udentitas penanggung jawab
 Riwayat kesehatan
Keluhan utama ; keluhan utama yang sering adalah terjadinya penurunan
produksi miksi
 Riwayat penyakit sekarang
Pada fase ini perawat menanyakan apakah keluhan penurunan jumlah urine ini
sudah lama ia rasakan, dan apakah penurunan jumlah urine output tersebut ada
hubungannya dengan predisposisi penyebab, seperti pasca perdarahaan setelah
melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar luas maupun penyebab lainnya
 Riwayat penyakit dahullu
Mengkaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi saluran
perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi
pada masa sebelumnya yang dapat menjadi predisposisi penyebab pascarenal.
Penting juga untuk mengkaji riwayat pemakaian obat-obatan dan adanya alergi
terhadap jenis obat
 Riwayat penyakit keluarga
Menanyakan adanya riwayat penyakit ginjal dalam keluarga
 Pemeriksaan fisik
Keadaan umum dan tanda-tanda vital. Apakah keadaan umum pasien lemah atau
idak, terlihat sakit berat dan alergi. Pada TTV sering didapatkan adanya
perubahan, yaitu pada fase oliguria sering didapatkan suhuh tubuh mengalami
peningkatan, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan dimana frekuensi
napas meningkata sesuai dengan suhu tubuh dan denyut nadi serta tekanan darah
terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat
 Pemeriksaan pola fungsi
1. B1 (Breathing)
Pada periode oliguria sering didapatkan adanya gangguan pola napas dan
jalan napas yang merupakan respon terhadap azotemia dan sindrom akut
uremia. Pasien bernapas dengan baru urine (fetor uremia) sering didapatkan
pada fase ini
2. B2 (Blood)
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan auskultasi maka akan
menemukan friction rub yang merupakan tanda khas efusi perikardium
sekunder dari sindrpm uremia. Pada saat hematologi sering didapatkan
adanya anemia. Anemia ini yang menyertai gagal ginjal akut ialah
merupakan kondisi yang tidak dapat diletakkan sebagai akubat dari
penurunan produksi eritropoietin, lesi gastrointestinal uremia, penurunan
usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saruan G 1. Adanya
penurunan curah jantung sekunder dari gangguan fungsi jantung akan
memberat kondi gagal ginjal akut
3. B3 (Brain)
Gangguan statuts mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran.
Pasien beresiko kejang, efek sekunder akibar gangguan elektrolit, sakit
kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang biasanya akan di dapatkan
terutama pada fase oliguria yang berkelanjuran pada sindrom uremia.
4. B4 (Bladde)
Penurunan pola kemih pada oliguria akan terjadi penurunan frekuensi dan
penurunan urin outpur <400 ml/hari sedangkan pada periode diuresisis
terjadi peningkatan yang menunjukkan peningkatan jumlah urine secara
bertahap, dan disertai dengan tanda perbaikan filtrasi glomelurus. Pada
pemeriksaan ini warna urine menjadi pekat/gelap
5. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksi sehingga didapatkan
penurunan intakae nutrisi dari kebutuhan
6. B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari
anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi
2. Diagnosis Keperawatan
 Defisit volume cairan berhubungan dengan fase dieresis dari gagal ginjal akut
 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pH pada cairan
serebrospinal, pembesaran cairan, kongesti paru efek sekunder perubahan
membrane kapiler alveoli, dan retensi cairean interstisial dari edema paru pada
respons asidosis metabolik
 Resiko tinggi kejang berhubungan dengan kerusakan hantaran saraf sekunder
dari abnormalitas elektrolit dan uremia
 Resiko perubahan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan pH pada
cairan serebrospinal efek sekunder dari asidosis metabolik
 Resiko tinggi aritmia berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal efek
sekunder dari hiperkalemia
3. Intervensi Keperawatan
 Defisit volume cairan berhubungan dengan fase dieresis dari gagal ginjal akut
 Tujuan : Cairan tubuh pasien menjadi seimbang
 Kriteria hasil : Pasien tidak mengeluh pusing, membran mukosa lembap,
turgor kulit normal, TTV normal
 Intervensi :
- Monitoring status cairan (turgor kulit, membrane mukosa, urine output)
- Kontrol intake dan output per 24 jam
- Kaji keadaan edema
- Beritahu keluarga agar pasien dapat membatasi minum
- Timbang berat badan tiap hari
- Kolaborasi pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal
- Konsultasikan dengan dokter berkaitan dengan pemberian obat
antidiuretik
 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pH pada cairan
serebrospinal, pembesaran cairan, kongesti paru efek sekunder perubahan
membrane kapiler alveoli, dan retensi cairean interstisial dari edema paru pada
respons asidosis metabolik
 Tujuan : pola napas efektif
 Kriteria hasil : pasien tidak sesak napas, RR dalam batas normal
16-20x/menit
 Intervensi :
- Kaji faktor penyebab asidosis metabolik
- Ukur intake dan output

B. Asuhan Keperawatan Kritis Pasien Dengan CRF (Chronic Renal Failure)


CRF (Cronic Renal Failure) Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis
yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung
progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi dlomerulus kurang dari 50
ml/min (Suyono, 2015). Gagal ginjal kronis merupakan kondisi dimana penyakit
pada ginjal yang persisten dengan kerusakan ginjal dan kerusakan (GFR). Gagal
ginjal kronis merupakan penyakit tahap akhir dari renal yaitu gangguan renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan pada tubuh (Nuari and Widayati, 2017, p.
114).
Etiologi yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronis yaitu (Nuari and Widayati,
2017, pp. 114–115):
a. Diabetes militus
b. Glumerulonefritis kronis
c. Pielonefritis
d. Lesi herediter
e. Obtruksi saluran kemih
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien gagal ginjal kronis hampir sama dengan pasien gagal
ginjal akut, hanya saja pengkajian ini lebih ditekankan pada support system untuk
mempertahankan kondisi keseimbangan dalam tubuh. Dengan tidak optimalnya
fungsi ginjal, maka tubuh akan melakukan upaya kompensasi selagi dalam batas
ambang kewajaran. Akan tetepi, kondisi ini tetap berlanjut (kronis), akan
menimbulkan berbagai manifestasi klinis yang menandakan gangguan sistem tubuh,
adapun pengkajian keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronis antara lain;
(Harmilah, 2020)
 Biodata
- Usia: gagal ginjal menyerang semua golongan usia, tidak ada spesifikasi
khusus pada usia penderita gagal ginjal kronis.
- Jenis kelamin: laki-laki sering memiliki resiko lebih tinggi terkai pekerjaan
dan pola hidup sehat.
- Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut dari insiden gagal ginjal akut,
sehingga tidak berdiri sendiri.
 Keluhan Utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder yang
menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang menrun (oliguria) sampai pada
anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi ventilasi,
anoreksi, mual muntan, diaforesis, fatique, nafas berbau urea, dan pruritus.
Kondisi ini dipicu oleh penumpukan (akumulasi) zat sisa metabolisme dalam
tubuh karena ginjal mengalami kegagalan filtrasi.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunan urine
output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas karena komplikasi dari
gangguan sistem ventilasi, fatique, perubahan fisiologis kulit, bau urea pada
nafas. Selain itu, karena berdampak pada proses metabolisme (sekunder karena
intoksikasi), akan terjadi anoreksia, vomit sehingga beresiko untuk terjadinya
gangguan nutrisi.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Gagal ginjal kronik ini dimulai dari periode gagal ginjal akut dengan
berbagai penyebabnya. Oleh karena itu, informasi penyakit dahulu akan
menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji riwayat ISK, payah jantung,
overdosis obat yang bersifat nefrotoksik, BPH dan lain sebagainya yang mampu
mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu, ada beberapa penyakit yang langsung
menyebabkan gagal ginjal, yaitu DM, hipertensi, dan batu saluran kemih
(urolithiasis).
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menuru, sehingga keluarga
tidak terlalu berdampak pada penyakit gagal ginjal kronis. Namun, pencetus
pencetus sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap
penyakit GGK, karena penyakit tersebut herediter. Jika anggota keluarga sakit
pola yang diterapkan seperti minum jamu saat sakit.
 Riwayat Psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika pasien memiliki koping adaptif
yang baik. Pada pasien GGK, biasanya perubahan psikososial terjadi pada waktu
pasien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani proses dialisis.
Pasien akan mengurung diri dan lebih banyak berdiam diri. Selain itu, kondisi
yang bisa memicu pasien mengalami kecemasan karena masalah biaya yang
dikeluarkan.
 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : lemah, kesadaran konfusi, disorientasi.
 TD: hipertensi (TD sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg).
 Sistem Tubuh
 Sistem Polmoner
- Inspeksi: pernafasan cepet (tachipnea) dan dalam (kusmaul), sputum
kental.
- Palpasi : tidak nyeri tekan, massa, peradangan dan ekspansi dada
simetris.
- Perkusi : sonor.
- Auskultasi : jika terjadi penumpukan cairan dalam paru maka
terdengar bunyi kekel.
 Sistem Kardiovaskuler
- Inspeksi : pembesaran vena junggularis
- Palpasi : iktus cordis teraba di ICS 4/5
- Perkusi : redup
- Auskultasi: jika terjadi penumpukan cairan di pleura, terdengar
friction rub perikardial.
 Sistem Nurologi
Kesadaran kompos mentis terjadi konfusi dan disorientasi apabila
terjadi penumpukan zat-zat toksik, rasa panas pada telapak kaki.
2. Diagnosis Keperawatan
 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan pengeluaran urine,
diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
 Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembebasan diet, dan perubahan membran
mukosa mulut.
 Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk
sampah.
 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostik, dan rencana tindakan.
3. Intervensi Keperawatan
 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan pengeluaran urine,
diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
 Tujuan: volume cairan tubuh seimbang
 Kriteria hasil :
- Menunjukan pemasukan dan pengeluaran mendekati seimbang
- Turgor kulit baik
- Membran mukosa lembab
- Berat badan dan tanda vital stabil
- Elektrolit dalam batas normal
 Intervensi :
- Kaji status cairan : Timbang berat badan harian, keseimbangan
masukan dan keluaran, turgor kulit dan adanya edema, distensi vena
leher, tekanan darah, denyut dan irama nadi
- Pantau kreatinin dan BUN serum
- Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan cairan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ARF ( acute renal failure) atau kata lain gagal ginjal akut merupakan
kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal dalam membersihkan darah dari
bahan racun yang dapat menyebabkan penimbunan sampah metabolic didalam
darah misalnya urea, gagal ginjal akut ini merupakan suatu keadaan klinis yang
ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara mendadak dengan akibat terjadinya
peningkatan hasil metabolik. CRF (Cronic Renal Failure) Gagal ginjal kronis
adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat
menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi
dlomerulus kurang dari 50 ml/min (Suyono, 2015). Gagal ginjal kronis merupakan
kondisi dimana penyakit pada ginjal yang persisten dengan kerusakan ginjal dan
kerusakan (GFR). Gagal ginjal kronis merupakan penyakit tahap akhir dari renal
yaitu gangguan renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan pada tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu (2020) Acute Kidney Injury : Pendekatan Klinis dan Tata Laksana. Jakarta.
Harmilah (2020) Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Mansjoer, A. (2007) Kapita Selekta Kedokteran. 3rd edn. Jakarta: Medica Aesculpalus,
FKUI.

Anda mungkin juga menyukai