Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FARMAKOTERAPI 1

“Gagal Ginjal Kronik”

Disusun Oleh :

ASTI WIDYA AULIYA


PO714251201014
D4 FARMASI/TK. III

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji hanya


layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Gagal Ginjal Kronik” sebagai tugas mata kuliah
Farmakoterapi 1.
Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah berkenan membantu dan memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun kami
berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun
selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Makassar, 31 Agustus 2022

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A. Definisi.........................................................................................................................3
B. Etiologi.........................................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis........................................................................................................4
D. Patofisiologi.................................................................................................................6
E. Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................................7
F. Pencegahan..................................................................................................................7
G. Pengobatan...............................................................................................................8
BAB III.................................................................................................................................10
PENUTUP............................................................................................................................10
A. Kesimpulan................................................................................................................10
B. Saran..........................................................................................................................10
Daftar Pustaka.....................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ
ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja
sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh,
menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan
kalium di dalam darah atau produksi urin. Gagal ginjal dibagi menjadi
dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute renal failure = ARF)
dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF).
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal
yang memerlukan terapi pengganti yang membutuhkan biaya yang
mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai berbagai komplikasi
seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit
saluran cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia. 
Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih
mengutamakan diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit ginjal
spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis
atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah
menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak
bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan
penanganan secara dini.
Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan adalah
diagnosis dini, pencegahan, dan pengobatan yang efektif terhadap
penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor
risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Gagal Ginjal Kronik?
2. Apa penyebab Gagal Ginjal Kronik?
3. Bagaimana manifestasi klinik gagal ginjal kronik?
4. Bagaimana Patofisiologi dari gagal ginjal kronik?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari gagal ginjal kronik?
6. Bagaimana pencegahan yang tepat untuk penyakit gagal ginjal
kronik?
7. Bagaimana pengobatan penyakit gagal ginjal kronik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu gagal ginjal kronik
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit gagal ginjal kronik
3. Untuk mengetahui bagaimana manisfetasi klinik dan patofisiologi
dari gagal ginjal kronik
4. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostic bagi penderita
gagal ginjal kronik
5. Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan bagi penyakit gagal
ginjal kronik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah
gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel.
Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) (KMB, Vol 2 hal 1448).
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang
memerlukan terapi pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal.
Penyakit ginjal kronik biasanya desertai berbagai komplikasi seperti
penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran cerna,
kelainan di tulang dan otot serta anemia. 
Penyakit gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana
terjadi uremia karena kegagalan tubuh untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit (SmeltzerC,
Suzanne, 2002 hal 1448). Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir
dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
Pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara
perlahan-lahan. Sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi
parah.  Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Pada penderita gagal
ginjal kronik, kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85 %.
B. Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :
a. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
b. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)

3
c. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
d. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis
sitemik)
e. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal)
f. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
g. Nefropati toksik
h. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih) (Price & Wilson, 1994)

Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis
dapat dibagi dalam 2 kelompok :
a. Penyakit parenkim ginjal
1. Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Mielonefritis,
Ginjal polikistik, Tbc ginjal
2. Penyakit ginjal sekunder :Nefritis lupus, Nefropati,
Amilordosis ginjal, Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik
progresif, Gout, DM
b. Penyakit ginjal obstruktif         : Pembesaran prostat, batu saluran
kemih, refluks ureter. Secara garis besar penyebab gagal ginjal
dapat dikategorikan infeksi yang berulang dan nefron yang
memburuk, obstruksi saluran kemih, destruksi pembuluh darah
akibat diabetes dan hipertensi yang lama, scar pada jaringan dan
trauma langsung pada ginjal.

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369) :
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang

4
disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat
parah.

Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :


Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem
renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem
pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi
pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah,
dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi).

Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:


a. Kardiovaskuler : Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema
pulmoner, pericarditis pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema
periorbital frictionrub pericardial, pembesaran vena leher
b. Integumen : Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik,
pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
c. Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, nafas dangkal,
pernafasan kussmaul
d. Gastrointestinal : Nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan
mulut, anoreksia,mual, muntah, konstipasi dan diare, perdarahan
saluran cerna
e. Neurologi : Kelemahan dan keletihan, konfusi/ perubahan tingkat
kesadaran,disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Muskuloskeletal: Kram otot, kekuatan otot hilang,kelemahan pada
tungkai Fraktur tulang, Foot drop
g. Reproduktif : Amenore, Atrofi testekuler

5
D. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu. (Barbara C Long, 1996, 368).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Klasifikasi gagal ginjal kronik dibagi menjadi 5 stadium :
a. Stadium 1, bila kadar gula tidak terkontrol, maka glukosa akan
dikeluarkan lewat ginjal secara berlebihan. Keadaan ini membuat ginjal
hipertrofi dan hiperfiltrasi. Pasien akan mengalami poliuria. Perubahan
ini diyakini dapat menyebabkan glomerulusklerosis fokal, terdiri dari
penebalan difus matriks mesangeal dengan bahan eosinofilik disertai
penebalan membran basalin kapiler.

6
b. Stadium 2, insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah
rusak, Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum
meningkat.
c. Stadium 3, glomerulus dan tubulus sudah mengalami beberapa
kerusakan. Tanda khas stadium ini adalah mikroalbuminuria yang
menetap, dan terjadi hipertensi.
d. Stadium 4, ditandai dengan proteinuria dan penurunan GFR. Retinopati
dan hipertensi hampir selalu ditemui.
e. Stadium 5, adalah stadium akhir, ditandai dengan peningkatan BUN
dan kreatinin plasma disebabkan oleh penurunan GFR yang cepat.

E. Pemeriksaan Diagnostik
c. Laboratorium: urinalisa, urem, creatinin, darah lengkap, elektrolit,
protein (albumin), CCT,analisa gas darah, gula darah
d. Radiology: foto polos abdomen, USG ginjal, IVP, RPG, foto thoraks
dan tulang
e. Biopsy ginjal
f. ECG untuk mengetahui adanya perubahan irama jantung.

F. Pencegahan
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat
lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa
kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat
mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan
kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan
urinalisis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang
menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan
kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status

7
kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan).
(Barbara C Long, 2001).

G. Pengobatan
Tujuan terapi adalah untuk memperlambat atau menghentikan
perkembangan CKD ke tahap 5. Pengendalian tekanan darah dan
pengobatan penyakit asli, kapanpun layak, adalah prinsip-prinsip yang luas
dari manajemen. Umumnya, angiotensin converting inhibitor
enzim (ACEIs) atau angiotensin II reseptor antagonis (ARB) yang
digunakan, karena mereka telah ditemukan untuk memperlambat
perkembangan CKD ke tahap5. Meskipun penggunaan penghambat ACE
dan ARB merupakan standar saat ini perawatan untuk pasien dengan
CKD, pasien semakin kehilangan fungsi ginjal sedangkan pada obat-obat
ini, seperti yang terlihat dalam RENAAL studi, yang melaporkan
penurunan dari waktu ke waktu diperkirakan laju filtrasi glomerulus pada
pasien yang diobati oleh metode konvensional.
Saat ini, beberapa senyawa dalam pembangunan untuk CKD. Ini
termasuk, tetapi tidak terbatas pada, bardoxolone metil, olmesartan
medoxomil, sulodexide, dan avosentan.
Penggantian eritropoietin dan calcitriol, dua hormon diproses oleh
ginjal, sering diperlukan pada pasien dengan CKD maju. Fosfat
binder juga digunakan untuk mengontrol serum fosfat tingkat, yang
biasanya meningkat pada penyakit ginjal kronis lanjut.
Ketika seseorang mencapai tahap 5 CKD, terapi penggantian
ginjal diperlukan, dalam bentuk baik dialisis atau cangkok.
Normalisasi hemoglobin belum ditemukan menjadi manfaat apapun.
Orang dengan CKD berada pada risiko nyata terhadap penyakit
kardiovaskular, dan sering memiliki faktor risiko lain untuk penyakit
jantung, seperti hiperlipidemia. Penyebab paling umum kematian pada

8
orang dengan CKD karena penyakit kardiovaskular daripada kegagalan
ginjal. Pengobatan agresif hiperlipidemia dibenarkan.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah
gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel.
Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). Pada gagal ginjal kronis, penurunan
fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Sehingga biasanya diketahui
setelah jatuh dalam kondisi parah.  Gagal ginjal kronik tidak dapat
disembuhkan. Pada penderita gagal ginjal kronik, kemungkinan terjadinya
kematian sebesar 85 %. Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan
jumlah individu yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan
ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan
sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami
stress (infeksi, kehamilan).
B. Saran
Pola hidup yang dijalani sangat rentan memacu terjadinya penyakit
gagal ginjal kronik ini makan sebaiknya sejak muda sudah menjaga pola
hidup dan harus rajin mengkonsumsi makanan sehat serta minum air putih.

10
Daftar Pustaka

Mubin, Halim. 2007. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi
Edisi 2. EGC. Jakarta.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 4. Balai Penerbitan Dep. IPP. FKUI. Jakarta

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Sukandar, Enday. 2006. Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Pusat Informasi
Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK.UNPAD. Bandung.

11

Anda mungkin juga menyukai