Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KOSMETIK PELEMBAB DAN PELINDUNG

OLEH :
KELOMPOK 3
ANNISA NURUL FAATHIR (PO714251201013)
ASTI WIDYA AULIYA (PO714251201014)
AULIA MARWAN (PO714251201015)
AYUASRINI (PO714251201016)
AZZAHRAH RAMADHANI ZAMZAM (PO714251201017)

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FARMASI
2022
BAB I
KOSMETIK PELEMBAB DAN PELINDUNG

A. Kosmetik Pelembab
Wanita yang memiliki kulit kering dan juga kulit normal yang
cenderung kering sangat perlumenggunakan kosmetik pelembab, sedangkan
yang memiliki kulit berninyak dan berjerawat tidak perlu menggunakan
kosmetik pelembab. Secara alami, kulit memiliki lapisan lemak tipis pada
permukaannya yang terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit, yang
berfungsiuntuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan
menyebabkan dehidrasi kulit,oleh karena itu kulit memerlukan kosmetik
pelembab. (Retno Iswari dkk, 2007)
Kosmetik Pelembab adalah kosmetik perawatan yang digunakan
untuk melindungi,melembabkan dan memberikan lumasan untuk keperluan
kulit.Di samping itu, untuk kulit yang menderita kelainan seperti kekeringan,
penuaan, menderita jerawat, noda-noda hitam dan lain-lainnya ada perawatan
khusus kelainan kulit dengan kosmetika perawatan kelainan kulit yang
umumnya mengandung bahan-bahan aktif seperti vitamin, alantoin, kolagen,
hormon, sulfur,dan lain-lainnya. (Retno Iswari dkk, 2007)
Kosmetika pelembab perlu dipakaikan terutama pada kulit yang kering
atau normal condong kering, apalagi jika akan lama berada di dalam
lingkungan yang mengeringkan kulit, misalnya ruangan ber-AC. Kulit yang
alamiah sudah berminyak, misalnya pada umumnya remaja, apalagi jika juga
berjerawat, tidak perlu, bahkan kadang-kadang terlarang untuk memakai
kosmetika pelembab. (Retno Iswari dkk, 2007)
Base foundation atau moisturizer berfungsi sebagai bahan pelembab
kulit untuk menormalisir kadar air dalam kulit serta untuk melindungi kulit
terhadap bahan kosmetik lain yang akanmembahayakan. Jenis bahan dasar
pelembab ada dua macam yaitu minyak ( oil base) dan air. Pelembab yang
berbahan dasar minyak, baik untuk jenis kulit normal dan kering,sedangkan
untuk kulit berminyak sebaiknya menggunakan pelembab yang berbahan
dasar air. Jenis bahan dasar pelembab menentukan bentuknya, pelembab
berbahan dasar minyak  biasanya berbentuk krim, sedangkan pelembab
berbahan dasar air biasanya berbentuk lotion. ( Retno Iswari dkk, 2007)

B. Pentingnya Kulit Perlu Dilembabkan


Secara alamiah, normalnya kulit memiliki lapisan lemak tipis di
permukaannya yang antara lain terdiri dari produksi kelenjar minyak kulit.
Ternyata tujuan utama dari pembentukan lapisan lemak di permukaan kulit
tersebut adalah untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air kulit yang
akan menyebabkan terjadinya dehidrasi kulit. (Retno Iswari dkk, 2007)
Kandungan air di dalam stratum corneum meskipun sedikit (hanya
10%) tetapi sangat penting. Kelembutan dan elastisitas stratum corneum
sepenuhnya tergantung pada air yang dikandungnya dan bukan pada
kandungan lemaknya. Blank juga menemukan bahwa stratum corneum yang
ditaruh diudara kering menjadi keras, kering dan bersisik, yang tidak dapat
dilunakkan kembali hanya dengan pemberian lemak-lemak seperti lanolin,
olive oil dan petrolatum,baru menjadi lunak kaembali setelah diberi air.
(Retno Iswari dkk, 2007)
Stratum corneum terbuat dari sisik-sisik keratin dan semen yang mirip
lilin, yang mengisi celah-celah piringan-piringan keratin tersebut. Keratin
terdiri dari molekul molekul rantai panjang yang dihubungkan satu sama lain
dengan jembatan garam atau hydrogen. Semakin sedikit jumlah air di antara
ranta rantai semakin kuat, ikatan itu dan semakin rendah elastisitas jaringan
keratin stratum corneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk
retak-retak mendalam mirip huruf V.
Mikroorganisme, kotoran, sisa sabun, dan lain-lain, akan masuk ke
dalam celah-celah itu dan menumpuk di situ, menimbulkan berbagai gangguan
kebersihan dan kesehatan pada kulit yang sulit dibersihkan dan menjadi sarang
infeksi. Bila bakteri atau bahan iritan menembus retak V tersebut sampai ke
bawah lapisan Rein, suatu tipe kelainan kulit yang lain, keratinisasi yang tidak
sempurna dan tidak normal dapat terjadi. Stratum germinativum bereaksi
terhadap bahan iritan dengan meningkatkan pembelahan sel-selnya,
menghasilkan migrasi sel ke atas yang sangat cepat menyebabkan terjadinya
penebalan stratum corneum dengan sel-sel yang semi-keratinisasi. Komposisi
bahan semen stratum corneum juga menjadi abnormal, terjadi aglomerasi sel-
sel menjadi sisik-sisik yang lebih kasar.Bila sisik-sisik ini terlepas, terjadi
celah yang lebih dalam yang dapat menampung lebih banyak kotoran dan
mikroorganisme. (Retno Iswari dkk, 2007)
Secara garis besar, retak-retak pada stratum corneum di bawah kondisi
yang kurang baik akan menimbulkan gangguan kulit yang lebih serius lagi.
Jika celah-celah berbentuk V itu berkembang dan bahan-bahan asing seperti
sisa sabun, kotoran dan mikroorganisme masuk, maka kulit yang karena
kehilangan lapisan lemaknya menjadi kering dan retak-retak itu akan
menyebabkan iritasi dan peradangan atau keratinisasi yang abnormal yang
juga akan melemahkan kulit. (Retno Iswari dkk, 2007)
Disitulah perlunya pemberian kosmetika pelembab pada kulit untuk
mencegah terjadinya dehidrasi kulit yang akan menyebabkan kekeringan dan
retak-retak pada kulit dengan akibat-akibat buruknya lebih lanjut. (Blank; dkk,
2009)

C. Faktor Penyebab Terjadinya Dehidrasi Kulit


Normalnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh kandungan
bahan-bahannya yang bisa menyerap air asam-asam amino, purin, pentosa,
choline dan derivate asam fosfat, yang jumlah total seluruhnya adalah 20%
dari berat lapisan stratumcorneum. (Retno Iswari dkk, 2007)
Bahan-bahan yang larut dalam air tersebut dapat terangkat dari kulit
oleh perspirasi atau pencucian jika mereka tidak dilindungi oleh lapisan lemak
tipis yang tidak larut air di permukaan kulit. Jika lapisan lemak tipis itu
diangkat, bahan-bahan yang dapat larut dalam air itu terbuka dan siraman air
berikutnya akan mengangkat mereka, meninggalkan kulit yang sebagian atau
sepenuhnya kehilangan karakter hidrofilik dan elastisitasnya. Demikianlah
penghilangan lapisan lemak kulit menyebabkan terjadinya dehidrasi kulit.
(Retno Iswari dkk, 2007)
Berkali-kali menggosok kulit dengan sabun atau detergent akan
menimbulkan efek seperti itu. Disini mula-mula lemak permukaan kulit akan
diemulsikan dan bahan-bahan hidrofilik dalam stratum corneum akan
dilarutkan. Ketika tangan terangkat dan kulit itu terbuka pada udara, stratum
corneum dengan cepat mengering dan menjadi kasar serta pecah-pecah. Inilah
risiko khusus bagi para tukang cuci pakaian, pekerja industri tertentu, pekerja
di dapur, dan sudah tentu para ibu rumah tangga.
Powers dan Fox (1958) telah meneliti efek berbagai detergen sebagai
penyebab hilangnya air dari stratum corneum. Ditemukan bahwa kehilangan
air kulit dipercepat oleh triethanolamine alkyl aryl sulfonate, sodium lauryl
sulfate dan produk kondensasi coconut fatty acid diethanolamine. Efek
mengeringkan itu bahkan lebih kuat oleh detergen cationic, sedangkan efek
pengering dari sabuntidak sekuat itu. (Retno Iswari dkk, 2007)
Pengaruh udara terhadap dehidrasi stratum corneum juga telah
diketahui. Jika kelembaban relatif udara rendah (kandungan uap air dalam
udara sedikit), maka resiko kekeringan kulit lebih besar. Dalam udara yang
panas, stratum corneum tidak cepat mengering seperti dalam udara dingin,
karena kelenjar sebasea aktif mensuplai permukaan kulit dengan minyak dan
air. Jika angin keras, penguapan airkulit lebih cepat karena uap airnya dibawa
pergi oleh angin. ( Retno Iswari dkk, 2007)
Di dalam udara yang dingin, elastisitas stratum corneum lebih
dikurangi lagi karena lilin kulit (bahan semen antara sisik-sisik keratin di
stratum corneum) menjadilebih keras dan kokoh. Lagipula, dalam udara
dingin sekresi sebum berkurang. Jadi faktor penyebab terjadinya dehidrasi
kulit menurut Retno Iswari dkk, (2007) yaitu :

 Hilangnya Lapisan lemak di kulit


 Kandungan produk yang terlalu keras
 Diet dan Gaya Hidup
 Pertambahan usia
 Kebiasaan Mandi Air Hangat
 Cuaca dan Lingkungan

D. Jenis-Jenis Kosmetik Pelembab


Kita dapat bedakan dua tipe kosmetika pelembab (emoliens), yaitu:
1. Kosmetika pelembab yang didasarkan pada lemak
2. Kosmetika pelembab yang didasarkan pada gliserol atau humektan
sejenis.

1) Kosmetika Pelembab Yang Didasarkan Pada Lemak.


Kosmetika pelembab tipe ini sering dinamakan moisturizer atau
moisturizing cream. Krim ini akan membentuk lapisan lemak tipis di
permukaan kulit yang sedikit banyak mencegah penguapan air kulit dan juga
menyebabkan kulit menjadilembab dan lembut. ( Retno Iswari dkk, 2007)
Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke
mana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit
lengket dan terlalu berminyak. Ia harus dapat menutup daerah tertentu dari
permukaan kulit,menutup tepi-tepi tajam dari sisik stratum corneum,
mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan secukupnya
mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya,
sebab dapat terjadi kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan. Contoh
produk :

*Sumber:https://pintubelajarcerdas.blogspot.com/2017/02/kosmetik-pelembab-
fungsi-base_12.html

 Bahan-bahan dasar
Bahan utama di dalam krim pelembab adalah lemak-lemak
(lanolin, lemak wool, fatty alcohol tinggi, lanette wax, glycerol
monostearate, dll.) yang semuanya merupakan bahan pengemulsi tipe
W/O. ( Retno Iswari dkk, 2007)
Sebagai tambahan adalah campuran minyak seperti misalnya
minyak tumbuhanyang lebih baik daripada mineral oils karena lebih
mudah bercampur dengan lemakkulit, lebih bisa menembus di antara
sel-sel stratum corneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat.
( Retno Iswari dkk, 2007)
Preparat dari tipe emulsi O/W, misalnya bahan-bahan
emulgator nonionic yang paling cocok untuk krim pelembab. Sabun-
sabun triethanolamine juga sering direkomendasikan. Sebagai
tambahan krim O/W selalu berisikan humektan (gliserol, sirup sorbitol,
dll.).
Air yang digunakan harus didestilasi atau dihilangkan garam-
garamnya dengan ion-exchanger. Sisa-sisa besi dan tembaga sangat
berbahaya karena mempercepat terjadinya ketengikan.
Karena kandungan minyak tumbuhannya yang tinggi, preparat
pelembab ini mudah menjadi tengik. Karena itu penambahan
antioksidan adalah esensial. Juga kosmetika pelembab harus dilindungi
dari perusakan oleh mikroorganisme dan terbentuknya jamur dengan
penambahan bahan pengawet. ( Retno Iswari dkk, 2007)
 Tipe emulsi
Kosmetika pelembab berdasarkan lemak terbagi dalam
berbagai bentuk, mulai dari krim lemak anhidrous, krim emulsi W/O,
emulsi ganda, krim O/W yang kaya minyak, sampai ke emulsi O/W
cair dengan lebih 80% air. ( Retno Iswari dkk, 2007)
Berikut 3 contoh formulasi kosmetika pelembab dari 3 orang
ahli (Rothemann, Keithler dan Mecca):

1 2 3
Mineral oil - 54,0 29,8
Microcrystalline wax - - 2.0
Paraffin wax - - 3.0
Olive oil 18.75 8.0 -
Sesame oil - - 30.0
Beeswax 4.0 - 5.0
Spermaceti 1.0 - 4.0
Anhydrous lanolin 37.5 4.0 2.0
Cetyl alcohol - 4.0 -
Stearyl alcohol - 2.0 -
Glyceryl monostearate - 6.0 -
Oleic acid - - 1.0
Triethanolamine - - 1.5
Borax 0.25 - -
Sodium lauryl sulfate - 1.0 -
Allantoin - - 0.2
Perfume oil 0.5 - 0.4
Butyl-p-hydroxybenzoate - - 0.2
Aquadest 37.5 19.0 19.9
*Sumber: Buku Pegangan Dasar Kosmetologi ( Retno Iswari dkk, 2007)

2) Kosmetika Pelembab Yang Didasarkan Pada Gliserol dan Sejenisnya


Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk
lapisan yang bersifat higroskopis, yang akan menyerap uap air dari udara dan
mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit nampak
lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum kulit. (Retno
Iswari dkk, 2007)
Preparat tradisional yang berupa campuran 50:50 gliserol dengan air
bunga mawar (rose water) merupakan bentuknya yang paling sederhana, tetapi
tercatat dalam sejarah. Tetapi konsentrasi gliserol yang tinggi itu sedikit
banyak dapat mengiritasi kulit. Sekarang konsentrasi gliserol yang lazim
digunakan adalah 10-20%. ( Retno Iswari dkk, 2007)
Di dalam produk-produk jenis ini, gliserol dapat diganti dengan sirup
sorbitol atau propylene glycol. Carbitol (diethylene glycol monoethyl ether)
kurang cocok karena akan menghasilkan manik-manik perspirasi dikulit.
Mucins atau bahan-bahan pembentuk gel biasanya ditambahkan, tetapi
harap dihindari pemakaian bahan yang bersifat adhesive seperti misalnya gum
Arabica dan bahan yang jika mengering membentuk lapisan yang resisten
(mis. Polyvinylpyrolidone dan polyvinyl alcohol). ( Retno Iswari dkk, 2007)
Alkohol dalam jumlah kecil sering ditambahkan selain juga bahan
antiseptic seperti asam borat. Sebagai pewangi adalah air tanaman (floral
waters) atau parfum yang larut dalam air.
Preparat yang mengandung lemak-lemak seperti glyceryl monostearate
atau lanette wax mempunyai dua fungsi pelembab (higroskopis dan lapisan
lemak). Setelah gliserol, madu merupakan humektan terpenting untuk kulit.
( Retno Iswari dkk, 2007)
Contoh produk :

*Sumber: https://toko.sehatq.com/produk/glysolid-glycerin-cream-80-ml

Berikut 3 contoh formulasi hand lotions dan gel dari 3 orang ahli (Riechst.
Aromen, Rothemann dan De Navarre)

1 2 3
Almond oil - - 0.3
Glyceryl monostearate - - 0.3
Stearic acid - - 1.2
Ricinoleic acid - - 0.3
Triethanolamine - - 0.3
Glycerol 20.0 20.0 6.0
Madu 5.0 - -
Sorbitol liquid 5.0 - -
Gelatin 4.0 - -
Quince seed mucilage(2 ½ - - 50.0
%)
Sodium alginate - 2.0 -
Calcium citrate - 0.2 -
Alkohol 2.5 3.0 -
Nipagin 0.2 - -
Perfume oil 0.3 0.1 -
Aquadest 65.0 78.5 38.6
*Sumber: Buku Pegangan Dasar Kosmetologi (Retno Iswari dkk, 2007)

 Contoh formulasi kosmetik pelembab


Formula A
Vanishing cream (50g)

Formula 1 Formula 2 Formula 3


Minyak kelapa 15% Minyak kelapa 10% Minyak kelapa 5%
Asam stearate 14% Asam stearate 14% Asam stearate 14%
- Gliserin 10% Gliserin 10%
- Borax 0,25% Borax 0,25%
- TEA 1% TEA 1%
- Nipagin 0,1-0,2% Nipagin 0,1-0,2%
- Aquadest ad 100% Aquadest ad 100%
Gliserin 10% - -
Borax 0,25% - -
TEA 1% - -
Nipagin 0,1-0,2% - -
Aquadest ad 100% - -
*Sumber:https://www.academia.edu/8553860/FORMULASI_KRIM_PELEMBAB
Formula B
Vanishing cream (50g)

Formula 1 Formula 2 Formula 3


Coconut oil 5% Coconut oil 10% Coconut oil 10%
Asam stearate 20% Asam stearate 20% Asam stearate 20%
BHT 0,001% BHT 0,001% BHT 0,001%
Cetyl alcohol 0,5% Cetyl alcohol 0,5% Cetyl alcohol 0,5%
TEA 1,2% TEA 1,2% TEA 1,2%
NaOH 0,01% NaOH 0,01% NaOH 0,01%
Gliserin 8% Gliserin 8% Gliserin 8%
Nipagin 0,01% Nipagin 0,01% Nipagin 0,01%
Parfum 3 tetes Parfum 3 tetes Parfum 3 tetes
Aquadest ad 100% Aquadest ad 100% Aquadest ad 100%
*Sumber:https://www.academia.edu/8553860/FORMULASI_KRIM_PELEMBAB

E. Kosmetik Pelindung
Kosmetik pelindung ini merupakan kosmetik yang dikenakan pada
kulit yang sudah bersih dengan tujuan untuk mempertahankan kondisi kulit
sebaik-baiknya dan untuk melindungi kulit dari berbagai pengaruh lingkungan
yang dapat merugikan kulit, terutama melindungi kulit dari radiasi sinar ultra
violet matahari (tabir surya). (Retno Iswari dkk, 2007)
Syarat-syarat preparat kosmetik tabir surya (sunscreen) adalah mudah
dipakai, jumlah preparat yang menempel mencukupi kebutuhan, bahan dasar
dan bahan aktif dalam preparat ini mudah tercampur serta bahan dasarnya
mampu mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit. ( Retno Iswari
dkk, 2007)
Menurut tujuan spesifiknya, masing-masing kosmetika pelindung
dapat dibagi atas:
a) Preparat yang melindungi kulit dari bahan-bahan kimia (bahan kimia yang
membakar, larutan detergen, urine yang sudah terurai, dll.).
b) Preparat untuk melindungi kulit dari debu, kotoran, tir, bahan pelumas, dll.
c) Preparat untuk melindungi kulit dari benda fisik yang membahayakan kulit
(sinar ultraviolet, panas).
d) Preparat yang melindungi kulit dari luka secara mekanis (dalam bentuk
kosmetika pelumas).
e) Preparat untuk mengusir serangga agar jangan mendekati kulit. (Retno
Iswari dkk, 2007)

 Contoh Formula Kosmetik Pelindung


(Formula Lotion Tabir Surya)
R/ Titanium Oksida 25%
Oksibenzeno 6%
Vitamin E 0,1%
Lanolin 15%
Asam Stearat 10%
Propilenglikol 10%
TEA 5%
Na Lauryl Sulfat 2,5%
Methyl Paraben 0,5%
Aquadest ad 100%
*Sumber:https://id.scribd.com/document/498306932/Pert-14-Kosmetik-
Pelindung

F. Kosmetik Occlusive
Kosmetik occlusive biasanya memiliki tekstur berat dan greasy sehingga
kurang nyaman dipakai pada kulit dan berpotensi menyumbat pori-pori. Karena
teksturnya yang terasa kurang nyaman pada kulit, agen occlusive biasanya akan
dipasangkan dengan emolien yang lebih disukai oleh banyak
orang. Meskipun oklusif atau kombinasi oklusif dan emolien sangat efektif dalam
menjaga kelembapan kulit, teksturnya yang berat dan berminyak menyebabkan
masalah kulit tersumbat yang menyebabkan jerawat atau folikulitis pada beberapa
orang. Oleh karena itu, penggunaan oklusif lebih sering ditemukan
dalam salep untuk merawat area kulit spesifik saja alih-alih seluruh wajah.
(Devina Ellora, 2018)
Kosmetik occlusive bekerja untuk meningkatkan dan kelembapan mejaga
pada kulit dengan lapisan pelindung untuk mencegah berkurangnya kadar
udara. Sebelum, oklusif bekerja untuk mengunci kelembapan pada kulit. Nah,
untuk 'mengunci' kelembapan pada kulit, occlusive kerap hadir dalam tes yang
cenderung lebih berat seperti petrolatum, wax , silikon, zinc oxide , dan minyak
seperti castor oil atau jojoba oil . Agen oklusif yang paling populer
adalah petrolatumatau biasa Anda kenal dengan petroleum jelly , yang mampu
menahan kadar air dalam kulit hingga 98%. Contoh penggunaan
komponen occlusive dalam produk pelembap dapat
berupa petrolatum, dimethicone (silikon), beeswax, cocoa butter, soybean
oil, olive oil, dan mineral oil. (Devina Ellora, 2018)
Contoh produk:

*Sumber: (Salsabila, 2021) https://www.beautynesia.id/beauty/kenali-produk-pelembap-berjenis-


occlusive-emollient-dan-humectant-yang-sesuai-bagi-kulitmu/b-199631

 Contoh Formula Kosmetik Occlusive


Lanolin
Petrolatum
Minyak mineral
Silikon
Zinc oxie
*Sumber: M. E. T. Butarbutar, Majalah Farmasetika, 6 (1) 2021, 56-69
https://www.researchgate.net/publication/344946938_Peran_Pelembab_dalam_Mengatasi_Kondi
si_Kulit_Kering

G. Preparat Untuk Melindungi Kulit dari Radiasi Sinar Matahari Ultraviolet


 Bahaya Sinar Matahari
Sinar matahari, di satu pihak sangat diperlukan oleh mahluk hidup
sebagai sumber energi dan beberapa daya penyehat kulit dan tulang, seperti
misalnya dalam pembentukan vitamin D dari pro-vitamin D yang mencegah
penyakit polio atau riketsia, tetapi di lain pihak di dalam sinar matahari
terkandung sinar ultraviolet yang membahayakan kulit, yaitu dapat
menimbulkan berbagai kelainan pada kulit mulai dari kemerahan, noda-noda
hitam, penuaan dini, kekeringan, keriput, sampai ke kanker kulit. (Retno
Iswari dkk, 2007)
Sinar matahari terdiri dari sinar yang dapat dilihat (panjang gelombang
4000- 7400 nm,1 nm (nanometer) = 1/10.000.000 milimeter), sinar inframerah
(7500-53.000 A), dan sinar ultraviolet (UV) yang terdiri atas sinar UV-A
(3200-3800 A),sinar UV-B (2900-3200 A) dan sinar UV-C (2000-2900 A)
yang memiliki panjang gelombang paling pendek, tetapi memiliki energi serta
daya perusak yang paling besar. Untunglah UV-C tidak sampai ke bumi
karena diserap oleh lapisan ozon diangkasa luar. (Retno Iswari dkk, 2007)

*Sumber: Buku Pegangan Dasar Kosmetologi (Retno Iswari dkk, 2007)

Besarnya radiasi yang mengenai kulit tergantung pada kedekatan


tempat ke garis khatulistiwa, kelembaban udara, musim, ketinggian tempat
dan jam waktu setempat. Makin dekat ke garis khatulistiwa, makin lembab
udara dan makin tinggi tempat, maka akan semakin besar radiasi sinar
ultravioletyang mengenai kulit dalam jangka waktu yang sama. Jam waktu
setempat dengan intensitas radiasi UVtertinggi ialah antara pukul 08.00-15.00
waktu setempat, yaitu ketika orang sedang aktif di luar rumah. (Retno Iswari
dkk, 2007)
Sinar ultraviolet matahari itu dapat menembus awan yang tipis dan air
yang tidak terlalu dalam, seperti misalnya air di kolam renang dan di tepi
pantai serta dapat diteruskan ke kulit oleh pantulan cermin, logam yang
berkilau, pasir putih dipantai, bahkan oleh salju di negara yang
bersalju.Karena orang tidak mungkin menghentikan kegiatan di siang hari
karena takut pada sinar UV matahari atau tidak melakukan kegiatan olah raga
di pantai, di kolam renang, dan lain-lain, maka untuk menghindari bahaya
sinar UV matahari, kulit perlu dilindungi. (Retno Iswari dkk, 2007)
 Perlindungan Kulit
Alamiah, kulit sudah berusaha melindungi dirinya beserta organ-organ
di bawahnya dari bahaya sinar UV matahari, antara lain dengan membentuk
butir-butir pigmen kulit (melanin) yang sedikit banyak memantulkan balik
sinar matahari. Jika sinar matahari banyak mengenai kulit, misalnya pada
orang yang berjemur, maka ada dua tipe reaksi dengan melanin ini, yaitu :
1. Penambahan melanin dengan cepat ke permukaan kulit.
2. Pembentukan tambahan melanin baru. (Retno Iswari dkk, 2007)
Jika pembentukan tambahan melanin itu berlebih-lebihan dan terus
menerus, dapat terjadi noda-noda hitam pada kulit. (Retno Iswari dkk, 2007)
 Secara artifisial, ada dua cara perlindungan kulit, yaitu :
1. Perlindungan secara fisik, dengan misalnya memakai payung, topi
yang bertepi lebar, baju lengan panjang, celana panjang dan
sejenisnya, serta pemakaian bahan-bahan kimia yang melindungi kulit
secara fisik dengan jalanmemantulkan balik sinar yang mengenai kulit,
misalnya dengan Titan dioksida, Zinc oksida, kaolin, kalsium
karbonat, magnesium karbonat, talcum, silisium dioksida dan bahan-
bahan lainnya sejenis yang sering dimasukkkan dalam dasar bedak
(foundation) atau bedak.
2. Perlindungan secara kimiawi, dengan memakai bahan kimia yang
melindungi kulit secara kimiawi. Ada dua jenis kelompok bahan :
a. Bahan yang menimbulkan dan mempercepat proses penggelapan
kulit(tanning), misalnya dioxy acetone dan 8-methoxy psoralen,
yang dimakan2 jam sebelum berjemur, mempercepat pembentukan
pigmen melanin dipermukaan kulit (tanning).
b. Bahan yang menyerap UV-B tetapi meneruskan UV-A ke dalam
kulit, misalnya Para Amino Benzoic Acid (PABA) dan derivatnya,
Cinnamates,Anthranilates, Benzophenon, Digalloyl trioleate dan
petrolatum veterinermerah. Tapi haus diingat bahwa PABA dan
sejumlah dari bahan-bahan tersebut bersifat photosensitizer, jika
terkena sinar matahari terik seperti halnya di negara tropis
Indonesia, dapat menimbulkan berbagai reaksi negatif pada kulit,
seperti photoallergy, phototoxic, di samping pencoklatan kulit
(tanning) yang tidak disukai oleh orang Asia yang menyukai kulit
yang berwarna putih.

 Syarat-Syarat dan Bentuk-Bentuk


Syarat-syarat bagi preparat kosmetika tabir surya (sunscreen) antara lain
harus:
1. Enak dan mudah dipakai.
2. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan.
3. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampurnya.
4. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban
kulit.

Syarat-syarat bagi bahan aktif untuk preparat tabir surya antara lain harus :
1. Efektif menyerap radiasi UV-B tanpa perubahan kimiawi akan
mengurangi efisiensi, bahkan menjadi toksis atau iritasi.
2. Meneruskan UV-A untuk mendapatkan tanning (di kulit Kaukasia/Eropa).
3. Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap.
4. Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya.
5. Tidak berbau atau boleh berbau ringan.
6. Tidak toksik, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan sensitisasi.

Bentuk-bentuk preparat sunscreen menurut Retno Iswari, dkk (2007)


dapat berupa :
1. Preparat anhidrous.
2. Emulsi (non-greasy O/W, semi greasy dual emulsion, dan fatty W/O).
3. Preparat tanpa lemak (greaseless preparation).

 Preparat Anhidrous.
Minyak-minyak suntan cair menduduki tempat yang terpenting.
Keuntungan khusus dari preparat tabir surya yang berdasar minyak ini ialah
ketahanannya terhadap air,sehingga tidak terganggu oleh perspirasi dan air
kolam renang. (Retno Iswari dkk, 2007)
Minyak tumbuhan, terutama minyak wijen, paling luas digunakan.
Hasil terbaik diperoleh bila ke dalam preparat minyak itu dimasukkan 10-15
% bubuk bahanmurni penolak sinar matahari, misalnya zinc oksida. (Retno
Iswari dkk, 2007)
Konsentrasi bahan aktif 2-10%, tergantung pada jenis bahan aktif
yang digunakan. Preparat dapat dalam bentuk minyak, jelly atau aerosol.
Berikut sejumlah contoh formula preparat tabir surya anhydrous dari 3 orang
ahli (De Navarre, Rothermann, De Navarre dan Sun-Lac Inc) :

1 2 3 4
Mineral oil 60.0 70.0 - 26.0
Ceresine - - 15.0 -
Isopropyl miristate - 4.0 - 1.1
Sesame oil 36.5 - - -
Olive oil - 25.0 - -
Coconut oil - - 75.0 -
Vitamin F - 1.0 - -
Mentyhl 3.5 - - -
anthranylate
Sun Protector - 1.0 - -
Mentylsalicylate - - 10.0 -
(Dr.K. Richter)
2- - - - 2.0
Ethylhexylsalicylate
Pewangi - - - 0.3
Freon 12 - - - 14.0
Freon 114 - - - 56.0
*Sumber: Buku Pegangan Dasar Kosmetologi (Retno Iswari dkk, 2007)

 Emulsi
Segala jenis emulsi, non-greasy O/W, semi-greasy dual emulsion, dan
fatty W/O, digunakan sebagai preparat sunscreen. Yang tinggi kandungan
lemaknya nampak mirip minyak, yang non-greasy mirip dengan preparat
yang berdasar air.
Keuntungan dari preparat emulsi jalah penampakannya yang menarik,
serta konsistensinya yang menyenangkan sehingga memudahkan pemakaian.
Tak ada risiko tumpah dengan membalikkan botolnya (kecuali liquid emulsi)
dan produk-produk itu dapat dikemas di dalam tube yang mudah digenggam
dan semakin populer itu. (Retno Iswari dkk, 2007)
Krim dapat diformulasi sebagai aerosol jika mau. Bahan-bahan tabir
surya untuk emulsi O/W larut dalam air, sedangkan untuk emulsi W/O larut
dalam minyak. Di dalam emulsi ganda (dual emulsion) kadang-kadang
digunakan suatu kombinasi. Polano (1945) mengadakan pengamatan yang
menarik dan menemukan bahwa bahan-bahan aktif yang larut dalam air,
seperti tannin, altrazeozone dan Cibazol hanya memperlihatkan efek protektif
bila dalam emulsi O/W tetapi tidak dalam emulsi W/O. (Retno Iswari dkk,
2007)
Berikut 3 contoh formulasi yang agak berbeda dari 3 orang ahli (Harry,
De Navarre dan Rothemann):
1 2 3
Petrolatum - - 40.0
Isopropyl palmitate 1.0 - -
Sesame oil - 5.0 -
Peanut oil - - 10.0
Yellow beeswax - - 2.5
Lanolin,anhydrous - - 5.0
Cholesterol - - 1.2
Cethyl alcohol - - 1.2
Propylene glycol - 15.0 -
ricinoleate
Propylene glycol - 6.5 -
monostearate
Stearic acid 15.0 - -
Oleic acid - 3.0 -
Span 60 - 2.0 -
Tween 60 1.5 - -
Sunscreen agent q.s - q.s
Beta methyl - 5.0 -
umbelliferone
Triethanolamine - 1.5 -
Sorbitol liquid 2.5 - -
Pewangi - - 0.2
Air 78.0 64.0 40.0
*Sumber: Buku Pegangan Dasar Kosmetologi (Retno Iswari dkk, 2007)

 Preparat tanpa lemak (greaseless preparation)


Dibandingkan dengan tabir surya yang terbuat dari minyak,
preparat yang tanpa minyak ini memiliki keuntungan yaitu tidak berlemak dan
tidak lengket, sehingga karenanya lebih menyenagkan untuk dipakai.
Kekurangannya ialah bahwa ia mudah larut dalam air. (Retno Iswari dkk,
2007)
Preparat tabir surya tanpa lemak ini dapat dibagi atas kelompok-
kelompok berdasarkan tinggi rendahnya kandungan alkoholnya, yaitu ethyl
akcohol atau isopropyl alcohol yang terutama diguankan dalam aerosol.
Bahan-bahan minyak tertentu (isopropyl myristate, silicone oil) sering
dimasukkan dalam produk yang didasarkan pada alcohol berkonsentrasi tinggi
itu. Setelah alkoholnya menguap, tertinggallah di permukaan kulit lapisan
yang tahan air. (Retno Iswari dkk, 2007)
Bahan-bahan pengental, seperti glycerol dan sorbitol, sering
ditambahkan pada produk yang kadar alkoholnya tidak begitu tinggi, untuk
menambah ketebalan lapisan yang menempel pada kulit. (Retno Iswari dkk,
2007)
Berikut 3 contoh formula dalam 3 bentuk produk oleh 3 ahli (Currie &
Francisco, Jellinek dan Rothemann) :

1 2 3
krim Aerosol Jelly
Mineral oil - 2.4 -
Silicone oil DC 555 5,0 - -
Sesame oil - 2.4 -
Isopropyl alcohol 99% - 17.2 -
Ethyl alcohol 95% 94.45 - -
Sorbitol liquid - - 5.0
Dipropylene - 17.2 -
Carrageenan - - 5.0
Dipopylene glycol 0.25 - -
salicylate
Isobutyl-p-amino 0.75 - -
benzoate
Glyceryl-p-amino - 0.8 -
benzoate
Triethanolamine b-methyl - - 3.0
acetate
Pewangi 0,3 - -
Freon 11/12 (50:50) - 60.0 -
Air - - 85.0
*Sumber: Buku Pegangan Dasar Kosmetologi (Retno Iswari dkk, 2007)
DAFTAR PUSTAKA

Ellora, D. (2018, Juni 18). 3 Komponen Penting Dalam Moistorizer: Emollient,


Occlusive Dan Humectant. Retrieved from 3 Komponen Penting Dalam
Moistorizer: Emollient, Occlusive Dan Humectant:
https://www.soco.id/post/beauty/5c1bc2483ad3fa7d5e609f4a/komponen-
penting-dalam-moisturizer

https://id.scribd.com/doc/179319268/Kosmetika-Pelembab-dan-Pelindung-doc
Kosmetika Pelembab Dan Pelindung. Diakses pada tanggal 6 September
2022
Tranggono, Retno Iswari dan Fatma Latifah. (2007). Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai